NovelToon NovelToon

Pedang Dan Cinta Sang Pangeran

Bab. 1 Pangeran Arkana

Istana bukit Malaikat, istana kediaman Pangeran Hasyeem, raja jin yang menguasai hutan larangan dan sekitarnya tampak sepi. Di sekitar istana, hanya terlihat beberapa penjaga istana yang semuanya berasal dari golongan jin. Wujud mereka tampak bermacam - macam dan terlihat mengerikan. Andai saja ada manusia biasa yang nyasar ke tempat itu, sudah tentu dapat dipastikan, mereka akan shock dan ketakutan saat melihat para penjaga itu.

Di pojok istana Bukit Malaikat, tampaknya seseorang sedang duduk termenung seorang diri. Keindahan taman yang membentang dan tarian - tarian indah yang dibawakan dengan lemah gemulai oleh para penari cantik hadapannya seolah hanya ilusi baginya.

Dialah pangeran Khalied. Pangeran ke empat, Putra pangeran Hasyeem dan Asmi rupanya itu sedang merasakan kebosanan hidup dalam lingkungan istana yang menurutnya amatlah tidak menarik..

Pangeran Khalied juga bosan berada di negeri Jin. Ayahnya selalu saja menerapkan aturan dan mencoba mengekangnya dengan berbagai macam larangan yang menurutnya sangat sangat tidak menyenangkan.

Hanya satu yang bisa menghiburnya adalah pergi ke padepokan Ki Anom, atau ke istana Kakaknya Pangeran Alyan dan bermain atau berlatih ilmu pedang bersama Pangeran Arkana.

Sama seperti dirinya, Pangeran Arkana juga merasakan kebosanan hidup di lingkungan istana. Namun, keponakannya itu sedikit lebih beruntung, dia masih bisa pergi ke rumah sakit tempat Putri Arryan, bibinya tinggal dan bermain - main di sana sesuka hati. Kakaknya Pangeran Alyan tidak terlalu mengekang Pangeran Arkana seperti ayahnya mengekang dirinya.

" Maaf Tuanku, Tapi anda hendak kemana-mana... " tanya Zamura, pengawal pribadi Pangeran Khalied.

" Zamura, aku ingin pergi, tapi kamu tak boleh melaporkan kemana aku pergi. Kamu harus tetap di sini menggantikan diriku sampai aku kembali, mengerti..! "

" Tapi, Tuanku. Bagaimana jika ayahanda Tuanku datang mencari Tuanku... apa yang harus saya katakan..? " tanya Zamura kebingungan. Tuannya itu memberi tugas yang menurutnya teramat pelik. Dia lebih baik di tugaskan bertempur melawan seratus musuh daripada di suruh menggantikan Pangeran Khalied.

"Katakan saja bahwa kau tidak tahu.. " jawab Pangeran Khalied.

Pangeran tampan itu kemudian melesat pergi meninggalkan Zamura yang masih kebingungan dan tak tahu apa yang harus dilakukan. Akhirnya, Zamura pun pergi diam - diam menyusul Tuannya. Dia takut, jika terjadi sesuatu terhadap tuannya, lehernya yang jadi jaminannya.

Sementara itu, di tempat lain seorang pemuda sedang asyik berlatih ilmu pedang seorang diri. Pemuda yang baru menginjak usia sembilan belas tahun itu tampak serius berlatih ilmu pedang Halilintar hingga dia tak menyadari sekelebat bayangan memperhatikan dirinya yang sedang asyik berlatih.

"Huh, gerakanmu terlalu lamban. Seperti wanita saja... " kata orang itu.

Dia langsung menyerang pemuda itu dengan serangan beruntun dan bertubi-tubi.

"Paman Khalied..! " seru pemuda itu. "Kapan paman datang... " tanyanya sambil terus memainkan pedangnya. Sesekali, dia berkelit menghindari serangan pedang dari orang yang di panggilnya Paman itu.

Orang yang dipanggilnya Paman itu menghentikan serangannya sejenak. "Aku baru saja tiba, anak muda..." jawab Sang Paman yang tak lain adalah Pangeran Khalied.

Setelah itu dia kembali lagi melancarkan serangan ke arah Pangeran Arkana. Dia menyerang pangeran muda itu dengan ayunan pedangnya yang membabat ke sana ke mari. Gerakannya lincah menyambar - nyambar ke arah sasaran mirip lidah Halilintar. Tajam dan mematikan.

Dua buah pedang beradu. Ujung mata pedang bertemu hingga memercikkan bunga api. Demikian, keduanya terus saja saling menjajal kepandaian ilmu pedang masing-masing.

Sudah berpuluh-puluh jurus pedang yang dikeluarkan oleh keduanya. Namun nampaknya belum juga ada tanda - tanda pertarungan akan segera berakhir.

Berkali-kali, ujung pedang Pangeran Khalied menyentuh dan menggores kulit lembut pangeran Arkana yang putih. Pangeran Muda itu memang terluka, tapi kemudian luka itu kembali menutup dengan sendirinya. Rupanya pangeran Arkana mewarisi ilmu kebal ayah dan kakeknya, Pangeran Alyan dan Pangeran Hasyeem.

" Paman, bagaimana permainan ilmu pedangku..!" tanya Pemuda itu lagi.

" Ah.., kau payah sekali, Pangeran Arkana. Ilmu pedang Halilintar, menyatukan kekuatan Inti bumi dan Langit, jika kau tidak konsentrasi, maka yang ada, ilmu pedang itu akan berbalik menyerang kamu... "

" Iya, akhir - akhir ini aku memang sedikit kehilangan fokus, paman..?" kata Pangeran Arkana.

"Mengapa, apakah ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu...? " tanya Pangeran Khalied.

Pangeran Arkana terdiam mendengar pertanyaan sang paman. Apakah ada sesuatu yang menggangu pikirannya?

Angan Pangeran Arkana untuk sejenak melayang. Wajah seorang gadis manis hadir Berkelebat di dalam ingatannya.

Kania Wulandari...

" Paman, apakah makhluk seperti kita boleh mencintai manusia? " tiba-tiba pertanyaan itu tercetus begitu saja dari mulut Pangeran Arkana.

" Apa..., kamu mencintai seseorang manusia. Hahaha, Pangeran Arkana, apa aku tidak salah dengar...? " ejek Pangeran Khalied.

" Paman,....! " kesal Pangeran Arkana karena diledek oleh sang paman.

" Iya, maafkan aku. Tapi....., serius kamu suka sama manusia..? " tanya Pangeran Khalied pada keponakannya.

" Entahlah, Paman. Tapi aku tak pernah bertemu dia lagi." kata Pangeran Arkana dengan wajah lesu.

" Kenapa..? Apa karena ayahmu yang melarangnya? "

" Bukan itu. Hanya saja aku terlalu takut jika dia akan lari menjauh setelah melihat diriku. Tengoklah aku paman.. Apakah ada bangsa manusia yang mau berteman dengan diriku.? " kata Pangeran Arkana sedih.

Pangeran Khalied menatap iba pada keponakannya. Wajah Pangeran Arkana sama tampannya dengan dirinya. Hanya saja, sama seperti dirinya, mereka berdua sama - sama memiliki taring yang menyembul dari kedua sudut bibir mereka. Sehingga wajah tampan mereka akan mengerikan jika tersenyum apalagi tertawa. Selain itu, mata pemuda itu bersinar kuning sangat terang. Itu karena Pangeran Arkana berhasil menguasai ilmu mata malaikat.

Ilmu mata Malaikat mengharuskan pemiliknya untuk bertapa di dalam kawah gunung berapi dengan menatap pijar yang berpijar terus menerus selama seratus hari.

" Ada,.. wanita yang mencintaimu dengan tulus...! " jawab Pangeran Khalied.

Bab. 2 Perjumpaan

Malam sudah semakin larut. Kegelapan malam sedikit terkurangi oleh bias cahaya bulan yang menerangi bumi. Di ujung jalan, seorang gadis berjalan seorang diri sambil menggendong sebuah baskom besar yang isinya telah kosong.

Ada binar gembira di wajahnya yang terbungkus rasa lelah. Langkah kecilnya riang menembus kegelapan malam menuju ke sebuah gubuk kecil yang terletak di pinggir kali.

Malam ini semua dagangan kue bulannya habis terjual. Dan itu berarti besok dia bisa makan dan juga memiliki sedikit uang untuk menebus obat untuk ibunya yang kini sedang terbaring sakit di rumah.

Tiba-tiba, dari arah depan muncul lima orang pemuda yang langsung berdiri di depan gadis itu dan menghadang langkahnya.

" Hei, Manis..! Mau kemana, hah?! " Salah seseorang di antara kelima pemuda itu menarik tangan gadis itu secara paksa. Wajah pemuda itu terlihat menakutkan karena ada luka memanjang menggores di wajahnya yang memang sudah hitam itu.

" Auuwww... Lepaskan! Apa mau kalian?! " bentak gadis itu. Dia berusaha untuk membebaskan cekalan tangannya dari cengkraman pemuda itu.

" Hehehe, kami maunya kamu menemani kami, Manis.. " jawab pemuda itu yang langsung disambut gelak tawa oleh keempat orang temannya.

" Cuih,.... Jangan macam - macam, atau aku akan berteriak biar orang - orang berdatangan dan mengeroyok kalian semuanya.! " ancamnya sambil terus berusaha untuk melepaskan diri.

" Berteriak saja sesukamu, Manis. Tak akan ada yang mendengar. Tempat ini sepi dan jauh dari keramaian, hahaha.. " jawab temannya yang lain.

Kini kelimanya sudah menyeret paksa gadis itu menuju ke semak-semak yang letaknya tak jauh dari sana.

" Tolong...... tolong........! " gadis itu berteriak sekuat tenaga.

Namun, tak seorangpun yang mendengar teriakan gadis itu karena memang tempat itu jarang sekali di lewati oleh orang.

Kelima pemuda itu terus saja menyeret gadis malang yang tak berdosa itu dengan beringas. Sementara gadis itu juga tak hentinya berteriak sambil memberontak.

Namun teriakan gadis itu dan juga berontakan gadis itu kalah jauh dengan tenaga kelima pemuda yang sudah dikuasai oleh nafsu angkara tersebut.

Hingga akhirnya, salah seorang dari mereka kemudian menarik paksa baju yang dipakai oleh gadis itu hingga robek dan menampakkan sebagian tubuh dan dadanya. Kemudian salah seorang dari mereka lantas mendorong tubuh gadis itu hingga jatuh ke semak-semak.

Tubuh Gadis itu gemetar ketakutan. Sambil menangis dia menghiba dan meminta kepada kelima pemuda itu agar berbelas kasih dan membebaskan dirinya.

Namun kelima pemuda yang sudah dikuasai oleh iblis itu tidak lagi merasa iba kepada gadis itu. Malahan kini, salah seorang dari mereka sudah berusaha untuk menggagahi gadis itu. Gadis itu semakin kencang menangis.

" LEPASKAN GADIS ITU.....!!!" sebuah bentakan keras berhasil menghentikan aksi kelima pemuda itu. Serentak kelima pemuda itu menoleh ke arah suara bentakan tadi.

Seorang pemuda berambut gondrong sebahu sedang berdiri tak jauh di belakang mereka. Pakaiannya yang serba hitam senada dengan warna rambutnya. Sorot matanya tajam memandang kelima pemuda itu.

Sejenak, kelima pemuda tadi dibuat terpana oleh paras tampan pemuda itu. Segitu tampannya wajah pemuda itu sehingga membuat mereka sampai melongo takjub.

Kesempatan baik itu tidak disia - siakan oleh gadis itu. Dengan sisa - sisa tenaganya, gadis itu bangkit dan berlari ke arah seseorang yang berdiri tepat di belakang kelima pemuda tadi.

" Tuan, tolong saya, tuan....! Mereka ingin berbuat jahat padaku.."

" Berdirilah di belakangku....! " terdengar suara pemuda itu. Suaranya dingin dan terdengar jauh sekali.

Gadis itu langsung berdiri di belakang pemuda itu.

Sedangkan kelima pemuda tadi, sesaat kemudian mereka langsung sadar dari keterpanaan mereka dan segera menyadari bahwa mangsa mereka sudah lepas. Mereka menjadi geram saat mendapati kini Gadis itu sudah berdiri di belakang pemuda itu.

"Serahkan Gadis itu. Dia milik kami. Kami yang lebih dahulu mendapatkannya." bentak salah seorang dari mereka.

" Bagaimana jika aku tak mau..! " tanya Pemuda itu dengan santai tapi terkesan menantang.

" Maka kami tak segan - segan untuk merusak wajah tampanmu itu." bentak mereka lagi.

" Oh, ya..! Tunjukkan padaku bagaimana caranya kalian ingin merusak wajahku." Pemuda itu langsung melayang terbang mendekati kelima pemuda itu.

Kelima pemuda itu terkejut bukan kepalang. Baru kali ini mereka melihat ada manusia yang bisa terbang. Semakin terkejut mereka saat kini berhadapan sudah berhadapan dengan pemuda itu. Wajah pemuda itu berubah menjadi mengerikan dengan sepasang taring panjang dan mata yang merah menyala.

" SET... SET... SETAN.... " kelima pemuda itu lari tunggang langgang ketakutan setelah melihat wajah pemuda itu.

Pemuda itu kemudian berpaling ke arah gadis malang yang masih saja berdiri di tempat tadi.

Sesaat kemudian, pemuda itu sudah berdiri di hadapan gadis itu.

Berbeda dengan kelima pemuda tadi, sedikitpun gadis itu tak menampakkan rasa takut saat melihat wajah pemuda itu. Dia hanya menunduk sambil berusaha menutupi bagian tubuhnya yang sedikit terbuka karena baju yang dipakainya kini sudah robek tak beraturan.

" Kamu tidak takut padaku? "

Gadis itu hanya menggeleng sambil tetap menundukkan kepalanya. Dia sungguh malu dengan keadaan dirinya. Pakaian yang dia pakai tidak mampu menutupi tubuhnya dengan baik karena sudah dirobek paksa oleh pemuda berandalan tadi.

Pemuda itu sepertinya maklum akan kondisi gadis itu.

" Permisi, maaf...! " kata pemuda itu. Dia lalu menyentuh ujung baju gadis itu dan secara ajaib, baju gadis itu sudah berganti menjadi baju baru dengan model yang sama.

Gadis itu menjadi sangat heran dan takjub. Bagaimana bisa pemuda itu melakukannya, pikirnya.

Namun, gadis itu juga merasa sangat bersyukur karena kini pakaiannya sudah berganti dengan yang baru.

" Alhamdulillah, aku jadinya tak usah pusing memikirkan buat beli baju baru lagi. Karena aku juga tak punya uang untuk membeli baju."

Uang.....

Tiba-tiba saja gadis itu menjadi panik. Uangnya hilang......

Seluruh uang hasil penjualan kue bulan miliknya lenyap. Padahal uang itu akan dia belikan makanan dan obat untuk ibunya.

" Kamu mencari ini.. " pemuda itu menyerahkan sebuah tas plastik kecil yang berisi uang hasil penjualan kue bulan yang tak seberapa itu.

Bukan main senang hati gadis itu. Kembali dia mengucapkan Terima kasih kepada pemuda itu karena sudah menemukan uangnya.

" Terima kasih sekali lagi, tuan. Anda sungguh baik sekali."

" Tak perlu seperti itu. Aku hanya kebetulan lewat saja. Dan melihat ada sekelompok orang yang ingin berbuat kejahatan. Sekarang pulanglah, hari sudah larut malam."

"Baik, tuan. Terima kasih. " Gadis itu kemudian berlalu pergi dari hadapan pemuda itu.

" Tunggu, .... "

Gadis itu menghentikan langkahnya. Dia menoleh ke arah pemuda itu.

" Ada apa, Tuan? "

" Jangan panggil aku tuan. Namaku Khalied. Siapa namamu? "

" Nama saya Zahra, Tuan.. "

Pemuda itu mendekati Zahra dan menyerahkan sebuah bungkusan kecil ke tangan gadis itu.

" Ambillah ini. Di dalamnya berisi dua buah pil. Berikan kepada ibumu. Insya Allah, ibumu akan sembuh."

Mata Zahra terbelalak kaget. Dia heran bagaimana bisa pemuda yang tak dikenalnya itu tahu jika saat ini ibunya sedang terbaring sakit.

" Tuan.. eh...maksudku, Khalied. Bagaimana bisa...? Maksudnya.... "

" Sudahlah, mari saya antar kamu pulang."

Zahra pun akhirnya menurut saja. Dia pikir tentunya akan lebih aman jika bersama pemuda itu. Walaupun pemuda itu agak sedikit aneh, tapi Dia yakin bahwa pemuda itu orang baik.

Dalam sekejap, Zahra sudah berada di depan gubuk kecil yang merupakan rumah tempat tinggalnya bersama sangat ibu.

" Kita sudah sampai. Aku rasa ibumu pasti sudah menunggumu. Selamat malam. Ini untukmu... " Pemuda itu menyerahkan sebuah bungkusan yang berisi makanan, kemudian menghilang begitu saja dari hadapan Zahra.

" Khalied...., siapa dia? Apa dia manusia seperti aku, ya??? tanya Zahra dalam hati...........

Bab. 3 Penyerbuan Di Istana Bukit Malaikat

"Kita sudah sampai. Aku rasa ibumu pasti sudah menunggumu. Selamat malam. Ini untukmu... " Pemuda itu menyerahkan sebuah bungkusan yang berisi makanan, kemudian menghilang begitu saja dari hadapan Zahra.

" Khalied...., siapa dia? Apa dia manusia seperti aku, ya??? tanya Zahra dalam hati...........

......................

Bukit Malaikat terbujur dingin dan kokoh di sebelah hutan larangan. Bukit yang membentang di sepanjang hutan larangan itu seolah tak bergeming terhadap waktu. Dari dahulu sampai sekarang, keadaanya tak jauh berbeda. Angker tak terjamah.

Namun, tak ada yang tahu pasti, bahwa di balik keangkeran Bukit Malaikat, ada sebuah istana yang indah yang di bangun oleh seorang pangeran Hasyeem untuk sang Ratu tercintanya, Ratu Asmi.

Di mata orang biasa, tak ada sungai yang mengalir di bukit Malaikat. Namun jika kita dapat menembus batas alam ghaib dan masuk ke dunia jin, makanan kita akan menjumpai adanya sungai yang membentang di sepanjang istana Bukit Malaikat yang mengalir di pinggir taman bunga.

Sinar bulan redup menyirami hutan larangan dan juga istana Bukit Malaikat. Tampak tenang dan menyejukkan mata. Membuai para penghuni bumi dalam lelapnya malam termasuk para jin penghuni Hutan Larangan dan Bukit Malaikat.

Pun keadaan istana Bukit Malaikat. Istana Pangeran jin itu tampak tenang dan aman. Rakyat negeri itu sudah banyak yang terlelap. Hanya terlihat beberapa Pengawal istana yang sedang berjaga hilir mudik di seputar istana dan pintu gerbang.

Duarrrr.......

Tiba-tiba, terdengar ledakan dahsyat yang mengguncang istana. Disusul dengan bunyi ledakan yang kedua dan ke-tiga.

Semua penghuni istana menjadi terkejut dan terbangun dari tidurnya. Pun demikian juga halnya dengan seluruh penghuni hutan larangan dan Bukit Malaikat.

Bunyi ledakan itu begitu dahsyatnya sehingga mengguncang dan membangunkan seluruh penghuni Hutan Larangan dan Istana Bukit Malaikat.

Apa yang terjadi...? pikir mereka bertanya-tanya.

Pangeran Hasyeem sudah berdiri di depan istana dengan pedang Halilintar terhunus di tangannya. Matanya yang tajam nyalang menatap ke sekeliling.

Ratusan prajurit istana dan para pengawal sudah berdatangan memenuhi halaman istana. Mereka seperti kumpulan lebah yang berdatangan dari berbagai arah untuk menemui junjungan mereka yakni pangeran Hasyeem.

Pangeran Hasyeem menatap ke atas langit. Firasatnya mengatakan bahwa ada sesuatu yang akan terjadi. Dan itu bukanlah sebuah pertanda baik.

Ada sebuah kekuatan besar yang sejak tadi terus mendesak ingin memasuki istananya. Hanya saja, kekuatan itu tak bisa menembus pagar ghaib yang dibuat oleh Pangeran Hasyeem dan Ammar.

Seberkas sinar terang melesat turun dari langit dan kemudian tampaklah panglima Ammar beserta puluhan prajurit terpilihnya datang menghadap Pangeran Hasyeem.

" Ampun, Tuanku. Di luar, Raja Iblis pertama dari neraka ke tujuh datang bersama pasukannya. Mereka sedang berusaha menerobos masuk ke istana dari arah pintu gerbang dan juga arah timur istana. Sedangkan di sebelah barat kita dikepung oleh pasukan raja Iblis ke-tiga dari neraka ke tujuh." kata panglima Ammar.

Neraka ke tujuh adalah neraka yang letaknya tidak terlalu jauh dari Bumi. Alam yang menjadi tempat tinggal Pangeran Hasyeem dan juga bangsa manusia.

Benar saja. Melalui penglihatan bathinnya, Pangeran Hasyeem dapat melihat bahwa musuh sedang berusaha menerobos masuk ke Istana.

Pangeran Hasyeem menatap ke arah sang Ratu yang berdiri tepat di sampingnya. Dia kini merasa khawatir akan keselamatan istrinya.

" Dinda Sayang, sebaiknya dinda masuk saja ke dalam istana. Di sini keadaan sangat berbahaya.!!" kata Pangeran Hasyeem dengan lembut.

Dia memang tak pernah bisa berkata atau pun berbuat kasar kepada sang Ratu meski bagaimana pun keadaannya.

Asmi menggeleng seraya berkata, "Tidak..! Aku tak mau.. Aku ingin di sisimu, Pangeran."

" Tapi, sayang... kamu tidak tahu apa yang ada di luar sana. Di luar sana ada pasukan Iblis yang di pimpin oleh Raja Iblis dari neraka ke tujuh. Aku minta kamu untuk di dalam saja bersama para Pengawal dan Putri Humaira."

Putri Humaira yang berada di belakang sang bunda langsung protes. Dia sama tak terimanya dengan sang ibu saat mendengar perintah sang ayahanda untuk masuk dan menunggu di dalam.

" Tidak, Ayah.. Biar ibunda Ratu saja yang di dalam. istana. Aku ingin di sini bersama ayah.. " jawab Putri Humaira.

Dia sudah bersiap - siap dari semenjak tadi.. Semenjak pertama ledakan tadi berbunyi.

" Huh,.. apa di dalam sana Pangeran bisa menjamin bahwa aku akan selamat dari kejaran pasukan Si Raja Iblis Neraka? " Kata Asmi kesal.

Terakhir saat melahirkan si kembar, dia harus menghadapi para penyihir yang ingin membunuhnya. Padahal saat itu dia berada di dalam istana.

Pangeran Hasyeem berpikir bahwa perkataan Asmi ada benarnya juga. Jika di dalam, dia tak bisa melihat bagaimana keadaan ratunya itu. Tapi dia takut, bahwa Jika Raja Iblis akan mencelakakan istri manusianya itu.

" Lebih bagus jika ibu Ratu mendengar perkataan ayahanda. Ayahanda sangat mengkhawatirkan keselamatan ibu Ratu. " kata Pangeran Alyan yang tiba - tiba sudah berada di sebelah Asmi bersama Aluna, Sang Istri.

Tampak pula Pangeran Arkana hadir setelahnya. Dia langsung mencari - cari keberadaan Pangeran Khalied di antara kumpulan orang - orang yang hadir di istana itu.

" Aku hanya ingin bersama ayahandamu saja, Pangeran Alyan. Jika di dalam, aku khawatir dan juga takut jika pada akhirnya tertangkap oleh pasukan Raja Iblis yang akan menerobos masuk ke dalam istana. " jawaban Asmi membuat Pangeran Alyan tak bisa lagi membantah Sang Ratu Penguasa Bukit Malaikat.

Sekelebat cahaya kembali hadir memasuki istana pangeran Hasyeem.

" Ayahanda Raja Haizzar dan Ibunda Ratu Kalina." Seru Pangeran Hasyeem.

Pangeran Hasyeem bersama Asmi dan semua yang mereka hadir di istana itu serentak menghaturkan sembah kepada raja jin penguasa Gunung Khayangan tersebut.

" Aku datang kemari karena dalam penglihatan mata Bathinku, istanamu di serang oleh Raja Iblis dari neraka ke tujuh. Aku ingin bergabung dan membantumu, Putraku" kata Raja Haizzar.

Pangeran Hasyeem sangat terharu oleh perhatian sang ayah, Raja Haizzar.

Berturut-turut setelah itu, hadir pula pangeran Anggada yang datang bersamaan dengan pangeran Hamish, adik Aluna. Tak berselang lama setelah itu , datanglah Andros dan Putri Aryyan beserta anak - anak mereka.

Dan yang paling terakhir adalah keluarga Pangeran Azzura Dan Putri Ambika. Raja penguasa Hutan Alas Purwo itu hadir lengkap bersama Putri - Putrinya dan juga pasukan kerajaannya yang terdiri dari pasukan Siluman Serigala Dan juga pasukan. siluman Harimau.

Kini, istana Malaikat dipenuhi oleh kedatangan para Sekutu mereka yang ingin membantu Pangeran Hasyeem menghadapi Raja Iblis dari neraka ke tujuh dan para Sekutu - sekutunya.

Mereka semua sudah siap sedia dengan senjata masing-masing, Siap menghadapi gempuran musuh.

Lantas, kemanakah Pangeran Khalied berada?

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!