NovelToon NovelToon

Gairah Ranjang Kakakku

Perasaan terlarang

Sebuah malam yang dingin bertabur bintang menghiasi suasana dalam kediaman keluarga Widjaya, malam itu terlalu dingin sampai ketulang- tulang rasanya, Vania tak kuasa menahan hasratnya memandang Pria yang sedang tertidur lelap di sampingnya, kala itu listrik dalam rumah nya nampak Padam, hanya ada satu penerangan kecil berupa lilin yang sudah setengah nyawa.

Pria berparas tampan dengan pesona yang luar biasa nampak sangat lelah setelah seharian bekerja, apalagi ia baru saja menjadi pendengar setia, cerita dari adiknya yang terus berbicara hingga tak sadar ia sudah terlelap. Vania yang mulai berhenti berbicara, karena sudah tak mendengar sahutan dari kakaknya, lantas memandang Pria yang nampak sudah terlelap, begitu sangat tenang seperti pangeran tidur, mata lentik itu menggoda jantung Vania yang sudah tak bisa berkompromi lagi karena jantung nya berdegup begitu kencang.

Gadis itu bernama Vania Larissa yang berusia 22 tahun, ia adalah seorang adik yang diam-diam menyukai kakak laki-laki nya sendiri, kesalahan itu tidak bisa ia pungkiri saat melihat wajah tampan yang begitu teduh sedang tertidur lelap.

Ia menggigit bibir bawahnya ketika melihat jakun yang menonjol dari leher kakaknya, begitu menggoda dan penuh gairah.

Pria itu bernama Randy kakak laki-laki yang terpaut 7 tahun lebih tua darinya, selama ini Vania memendam rasa suka kepada kakaknya semenjak duduk di bangku SMP.

Baru sekarang setelah dewasa, ia baru merasakan hasrat cintanya yang semakin tak terbendung kepada kakak laki-laki nya sendiri.

Malam ini Vania dengan berani mencium bibir kakak nya saat ia tertidur, ia merasakan sentuhan lembut yang membuat libido nya berdesir hebat, ia menciumi bibir merah merekah itu dengan lembut, dalam lelap tidurnya pria ia menyambut ciuman hangat itu, mereka beradu Saliva penuh hasrat.

Saat itu Vania sudah kehilangan akal sehatnya dengan melepaskan kaos yang dikenakan nya, namun tiba-tiba Randy mendorong nya seakan ia memang mengerti bahwa cinta itu tidak semestinya ia lakukan, Vania langsung tersadar saat pria yang masih terlelap itu mendorongnya, ia benar-benar kehilangan akal dengan melepaskan kaos nya hingga hanya terlihat bra yang ia kenakan.

Sedangkan dalam mimpi nya Randy, ia mencumbui seorang Gadis yang selalu ada dalam hatinya, bahkan ia ingin melanjutkan ke dalam percintaan panas yang menggetarkan hatinya, namun saat tersadar gadis itu memanggilnya dengan sebutan,

"Kakak."

Ia lantas mendorong nya, ia tersadar bahwa tidak seharusnya hal itu terjadi.

Vania yang hanya masih mengenakan bra, menutup mulut dengan kedua tangan nya karena merasakan sesak di dadanya, ia menangis karena cinta itu bertepuk sebelah tangan, bahkan cinta yang ia lakukan begitu terlarang, bisa-bisanya ia menyukai kakak nya sendiri, Vania memakai kembali baju nya dan meninggalkan kamar kakaknya.

Malam itu bahkan ia tak bisa tidur, ia benar-benar merasakan sakit di hatinya, merasakan cinta yang tak akan mungkin bisa ia gapai.

Sedangkan Randy yang masih terlelap dalam mimpinya, ia masih ingin meraih lagi gadis cantik itu namun karena ia sadar bahwa yang ia lakukan salah, perlahan gadis itu menjauh darinya yang membuat ia terjaga dan membuka matanya.

Badannya penuh keringat dan adik kecil dalam celananya ikut terbangun membuat sekujur badannya memanas, malam ini adalah kesekian kalinya ia bermimpi kotor yang tak tersalurkan, namun hanya di malam ini yang begitu terasa sangat nyata, seakan ia ingin mengulangi lagi ciuman hangat itu.

Randy beranjak dari ranjang nya dan membasahi badan nya dengan guyuran air dari shower kamar mandinya, ia memejamkan mata penuh rasa kesal. Mengapa ia bermimpi itu lagi, mimpi gila yang terus menjadi angan-angan nya.

                        

                                      ----***----

Pagi harinya Orang tua mereka pulang, Bu Sandra dan Pak Rahardian Widjaya memarkirkan mobil mereka tepat pukul 7 pagi di halaman rumahnya.

Bi Anum yang sedang menyiapkan sarapan pagi lantas menyambut kedatangan majikannya yang baru pulang dari kampung halaman karena ada sanak saudara yang meninggal.

" Vania dan Randy belum bangun bi..?," Ucap Bu Sandra kepada Art nya.

" Tadi Den Randy sudah turun bantuin saya membuka tirai nyonya, kalau Nona Vania masih tidur sepertinya," Ucap bi Anum kepada Bu Sandra.

Pak Rahardian nampak masih sibuk membaca koran paginya menunggu kedua anaknya turun dan bergabung dalam sarapan pagi itu.

Tepat pukul 8 pagi, Randy turun sambil mengancingkan lipatan kemeja di tangannya.

" Wah, harum banget nasi goreng nya bi Anum," Ucap Randy dengan sumringah.

Bi Anum tersenyum lebar saat Pria itu melemparkan senyum padanya.

" Haduh, bibi jadi meleleh melihat senyum Den Randy yang ganteng banget," Ucap bi Anum menggoda Randy, keduanya malah asyik tertawa yang membuat kedua orang tuanya ikut menimbrung tertawa.

Sedangkan Vania turun dengan mata panda nya dan terlihat lesu.

" Haduh-haduh anak perempuan kok kaya gitu lusuh, mana mata nya ada lingkaran hitam, kamu begadang semalam Vania..?," Tanya Ayahnya kepada anak perempuan semata wayangnya.

Namun Vania hanya menggeleng, ia lantas melanjutkan lagi melahap nasi goreng yang ia ambil baru saja.

Randy yang hapal betul kesukaan Vania lantas mengambilkan telor ceplok favoritnya, namun Vania menolak, gadis itu masih mengingat penolakan kakaknya semalam yang kalau di ingat-ingat membuatnya kesal.

Randy yang kebingungan atas sikap adiknya hanya terdiam lantas ikut duduk sarapan bersama.

Pak Rahardian hanya menggelengkan kepalanya merasakan kelakuan putri nya.

Pagi itu seperti biasa, Pak Rahardian berangkat ke kantor, begitu pula dengan Randy, namun sebelum ia berangkat kerja, terlebih dahulu ia akan mengantar Vania ke kampus.

Tak seperti biasanya, Vania hanya diam sama sekali tak mengajak Randy berbicara, padahal ia adalah gadis yang sangat cerewet, tidak akan berhenti berbicara sebelum sampai ke kampus nya. Randy yang nampak khawatir lantas menanyai adik kesayangannya itu.

" Van, kamu sakit, muka kamu lesu sekali hari ini," Ucap Randy yang langsung menyentuh kening Vania, namun gadis itu langsung menangkis tangan kakak nya dengan masih menunjukkan tampang kesal nya.

" Apa kamu marah sama kakak..?," Ucap Randy sesekali menatap Vania, dengan membagi fokus nya menyetir. Namun sama sekali tak ada sahutan dari adiknya.

Randy begitu gelisah atas sikap dingin adiknya yang begitu mendadak.

" Kalau kakak salah, maafin kakak ya Van," Ucap Randy yang sedang memarkirkan mobilnya di parkiran kampus tempat Vania kuliah.

Namun gadis itu tetap membisu, ia membuka pintu mobil dan menutupnya dengan membanting sangat keras, Randy Sampai kaget dan kebingungan di buatnya.

Ia terus berpikir tentang kejadian semalam, apakah ia melakukan kesalahan sampai Vania marah padanya, apakah semalam ia mendengkur, atau ngiler atau tidak sengaja menendang Vania.

Ia ingat betul malam itu Vania berlari ke kamar kakaknya karena listrik padam dan hanya ada satu lilin kecil sebagai penerangan, malam itu mereka hanya berdua karena orang tua mereka menginap di kampung selama tiga hari, karena adik nenek meninggal dunia, sedangkan bi Anum hari itu ijin pulang ke rumah anaknya dan menginap.

Sepertinya Randy memang tidak ingat, tapi kalau ciumannya masih teringat sepertinya 😚

Terimakasih atas dukungan teman-teman semuanya, ini adalah salah satu novel baru ku semoga teman readers bersedia memberi kritikan yang membangun dan like..

Terimakasih ❤️

Rumor

Vania Larissa Widjaya berusia 22 tahun, anak kedua dari Bapak Rahardian Widjaya pemilik saham utama Firma Grup.

Seorang Asisten memimpin rapat memperlihatkan nama Vania serta paras nya yang cantik dipampang di layar proyektor dalam rapat tahunan yang diselenggarakan oleh perusahaan multinasional itu.

Sang pemilik menyebutkan anak keduanya sebagai penerus perusahaan nya, mengingat studi Vania yang tinggal sebentar lagi.

Banyak sekali riuh tepuk tangan atas pengenalan itu, namun juga banyak yang membicarakan bahwa rumor sang anak pertama Randy Pratama Widjaya yang kini berusia 29 tahun adalah anak adopsi, rumor itu semakin di perkuat karena dirinya hanya menduduki jabatan manager saja di perusahaan orangtuanya sendiri.

Meskipun rapat telah usai, namun masih saja para karyawan terus bergosip tentang rapat yang sedikit pro kontra tadi, mengapa tidak memberikan saja jabatan CEO kepada anak pertamanya yang sudah sangat terbukti berkompeten, malah memberikan jabatan CEO kepada anak kedua yang baru lulus dan akan menjajaki dunia kerja, anggapan yang tak lain dan tak bukan adalah karena sang kakak hanyalah anak adopsi, namun pak Rahardian sendiri terus menangkis rumor itu dengan membuat persepsi nya sendiri.

Randy duduk di kursi ruangannya sembari melamun memikirkan Vania, kenapa hari ini sikapnya sangat dingin padanya, ia tiba-tiba memejamkan matanya kuat dengan pemikiran yang tiba-tiba terlintas di otaknya.

" Apa aku menendang p@yudara nya, pasti sangat sakit sekali," Randy meringiskan wajahnya membayangkan rasa ngilu itu.

Ia lantas meraih handphone nya dan mengirimi pesan singkat kepada adiknya.

My Sister : Vania, kakak minta maaf ya, kalau misalnya ada yang sakit bilang sama kakak, biar kakak bawa kamu ke dokter.

Randy mengirim pesan itu ke Vania, namun hingga berjam-jam lamanya tak ada balasan sama sekali dari adiknya, bahkan tanda pesan itu tidak kunjung berubah menjadi biru.

Disela kesibukannya, ia masih terus memandangi handphone nya namun sama sekali tak kunjung mendapat balasan, hingga sore menjelang, tepat ia sudah pulang dari kerjaan nya ia langsung melaju ke kampus untuk menjemput Vania.

Sesampainya disana ia nampak celingukan mencari-cari keberadaan adiknya yang tak kunjung ia temukan.

Banyak sekali mata yang memandang kagum padanya, bagaimana tidak, wajah nya begitu tampan dengan tinggi menjulang 185cm, serta badan bidang yang atletis menambah kemaskulinannya.

Randy yang masih mengenakan kemeja kantor sedang sibuk menghubungi adiknya, ia terus saja menelpon nya karena sama sekali tak ada sahutan dari pemilik nomor.

Sekali lagi ia masih saja menjadi sorotan siapa saja yang melihatnya, bahkan ia seakan menjadi model iklan mobil sport yang sedang ia parkir kan.

Vania yang melihat kakak nya sebagai pusat perhatian lantas menghampirinya bersama sahabat dekatnya Hana.

" Astaga, kakak kamu semakin bersinar saja, sumpah ganteng banget Van, terimalah aku sebagai kakak ipar mu," Ucap Hana memohon kepada Vania yang langsung di toyor kepala nya biar sadar.

Sahabatnya hanya manyun dengan terus mengikuti Vania yang berjalan menghampiri kakak nya.

" Kenapa kesini," Ucap Vania kecut.

Randy yang melihat adiknya menghampirinya langsung menghela nafas lega.

" Ya jemput kamu lah adikku sayang," Ucap Randy sambil mengusap-usap rambut Vania, gadis itu terus menangkis tangan Randy, ia masih kesal setiap melihat wajah tampan kakak nya.

" Halo kak Randy," Sapa Hana pada Randy yang masih sibuk mengusap rambut adiknya.

" Halo juga, Hana kan ya," jawab Randy yang membuat sahabat Vania itu langsung meleleh.

Mereka bertiga bercengkerama sebentar, lalu melajukan mobilnya begitu Hana juga dijemput oleh Ayahnya.

" Vania... Kamu masih marah sama kakak," Ucap Randy bernada bicara sangat lembut.

Namun gadis itu memilih diam seribu bahasa seperti pagi tadi, Randy yang sudah tidak tahan di diamkan Vania lalu menepikan mobilnya.

" Van, kakak minta maaf banget sama kamu, coba ngomong sama kakak, kakak salah apa, apa kakak nyakitin kamu biar kakak bawa kamu ke klinik, apa yang sakit," Ucap Randy menatap Vania dengan nada memelas.

Vania menatap wajah tampan nan teduh itu, sangat indah bila di pandang, namun sayangnya yang sakit adalah hatinya yang sudah tergores luka yang tak bisa sembuh.

" Apa kakak menendang p@yudara kamu, apakah sakit sekali," Ucap Randy yang langsung memperhatikan buah dada Vania.

Gadis itu langsung melotot dengan tanpa sadar menampar wajah kakak nya hingga berbekas merah.

" Auh, Van kok malah nampar kakak," Randy memegang pipinya yang terasa sakit. Vania yang kelepasan langsung panik ikut memegang wajah kakaknya.

" Kak Randy, maafin Vania, sumpah aku nggak sengaja kak," Ucap Vania yang panik.

Randy yang akhirnya bisa mendengar suara Vania malah tersenyum.

" Akhirnya adik ku tercinta bicara, kakak nggak apa-apa kok, kalau nampar kakak bisa bikin Vania maafin kakak, sini tampar lagi sebelah sini," Ucap Randy menawarkan pipi kanannya yang masih mulus.

" Apa sih kak, aku tadi cuma khilaf, habisnya kakak melihat dada aku begitu banget, risih tahu," Vania ngedumel yang membuat Randy semakin mengembangkan senyumannya.

" Iya maafin kakak, habis nya Vania ngediemin kakak seharian, kakak nggak bisa di diemin adik kakak tercinta ini," Randy terus memandangi Vania yang masih memanyunkan bibirnya.

" Apa semalam kakak bikin kamu marah, misalnya kakak mendengkur, ngiler atau menendang kamu," Ucap Randy yang ingin tahu kesalahan nya semalam.

" Kakak semalam mendorongku," Ucap Vania tanpa sadar berucap.

Randy yang mendengar jawaban adiknya langsung melongo.

"Apa kakak mendorong kamu, Sakit tidak...?maafin kakak ya, tapi kamu tidak apa-apa kan Vania," Randy memperhatikan adiknya.

Vania malah menangis mengingat kejadian semalam, ia sedang tidak baik-baik saja hatinya terluka karena cinta yang mendiami di hatinya tidak akan pernah terjadi.

Randy langsung kaget saat gadis itu malah menangis, namun gadis itu menggelengkan kepalanya.

" Aku tidak apa-apa, Ayo pulang," Vania mengencangkan sabuk pengaman dan bersandar menatap ke luar kaca mobil.

Randy dibuat bingung lagi olehnya, Vania malah murung lagi, yang tadi sempat ceria.

Sesampainya di rumah, Vania langsung menaiki anak tangga dan membanting pintu kamarnya.

Ibunya Bu Sandra nampak juga kebingungan atas sikap aneh anaknya hari ini.

" Kenapa Ran, Vania murung terus," Ucap Bu Sandra yang hendak menghampiri anaknya namun dicegah oleh Randy.

" Biarkan saja Mah, mungkin Vania lagi ingin sendiri dulu," Randy memegang lengan Bu Sandra.

Wanita yang sudah berkepala lima namun masih cantik itu mengangguk menyetujui pendapat anak pertamanya.

                        ----****----

Saat malam menjelang, Pak Rahardian Widjaya pulang, hari ini ia sangat sibuk bertemu client di luar kantor hingga tak terasa sudah menjelang malam.

Semuanya sudah menunggunya di meja makan untuk bersiap makan malam, lagi-lagi Ayahnya itu menatap anak perempuan nya dengan murung, Ia menghembuskan nafasnya dengan kasar sambil menggelengkan kepalanya.

Kira-kira benar tidak ya rumor itu...? 🤔

Terimakasih banyak atas dukungannya ya sahabat reader, boleh kasih kritik yang membangun ya.. ❤️

Kenyataan

Pak Rahardian begitu malas menatap raut wajah Vania yang seakan tak memiliki semangat.

" Vania kamu sebentar lagi lulus kuliah, bagaimana sudah mencari fakultas lanjutan untuk studi S2 kamu," Ucap Pak Rahardian sambil memasukkan makanan ke mulutnya.

Namun gadis itu malah menjawab dengan jawaban enteng.

" Vania mau istirahat dulu yah," Ucap Vania yang juga sembari memasukkan makanan ke mulutnya.

" Yang semangat dikit dong, contoh kakak kamu Randy lulus dengan gelar Cumlaude sekarang sudah jadi Manager di perusahaan," Ucap Pak Rahardian yang membuat anak keduanya itu membanting sendok dan naik ke atas tangga dengan kasar, suasana dalam makan malam itu menjadi hening.

" Biar Randy saja yah yang menemui Vania," Ucap Randy yang langsung menyudahi makannya menyusul adik perempuan nya.

Randy mengetuk pintu kamar Vania mencoba menenangkannya, ia mendengar Isak tangis Vania yang membukakan pintu untuknya.

Randy duduk di pinggir kasur sambil mengusap lembut rambut halus Vania.

" Ayah tuh nggak sayang Vania, dia cuma sayang kak Randy, apa-apa kak Randy yang jadi panutan nya, anak kebanggaan banget, sebenarnya Vania anak mereka bukan sih..?," Ucap Vania yang masih menitikkan air matanya.

" Vania... Ayah itu pengen yang terbaik buat kamu, makanya selalu berbicara seperti itu buat memotivasi kamu, biar kamu kelak bisa meneruskan perusahaan," Ucap Randy yang masih mengusap rambut Vania.

" Memangnya kakak tidak bisa, apalagi kak Randy S2 lulus gelar Cumlaude lagi, kakak saja yang menjadi pewaris perusahaan," Ucap Vania sambil menggerutu.

Randy malah tersenyum sembari menyentil hidung Vania.

" Kamu juga harus bisa, kan kamu juga anak kandung Ayah," Ucap Randy yang sebenarnya memiliki makna yang begitu dalam.

Vania menyandarkan kepalanya di bahu Randy, ia adalah adik yang selalu manja dengan kakak laki-lakinya.

" Kak, Seandainya kita bukan saudara, apa kakak tetap sayang kepadaku," Ucap Vania yang masih menyender kan kepala nya di bahu Randy.

" Tentu, kakak selalu sayang kamu," Ucap Randy meneguhkan Vania.

Mereka berbincang-bincang lagi seperti sediakala, ternyata ketahanan diam nya Vania hanya kuat satu hari.

Kadang gelak tawa menghiasi cerita mereka, karena Randy adalah sosok yang humoris dan selalu mengalah pada adiknya.

                        ----***----

Malam itu sudah sangat larut, yang membuat seisi rumah beranjak tidur, Vania yang terbangun karena kehausan mengambil air di dapur, ia nampak kebingungan melihat lampu ruang tamu yang nampak masih menyala.

Setelah ia berhasil menenggak segelas air, ia mengintip ke arah ruang tamu yang masih nampak terang, ia melihat  Ayah nya dan kakak laki-laki nya yang masih terjaga sedang berbicara dengan pembicaraan yang nampak serius, arah pembicaraan itu hanya mengenai pekerjaan saja, namun tiba-tiba terucap kata " Adopsi " yang tersemat dalam ucapan Ayahnya.

" Ayah dan ibu memutuskan mengadopsi kamu selain karena sudah menyayangimu juga untuk menjaga Vania, Ayah hanya takut jika kami tidak berumur panjang, kami benar-benar menaruh harapan besar padamu, Ayah titip Vania ya Randy," Pria itu tersenyum dan mengangguk.

" Vania sudah Randy anggap adik sendiri yah, apapun yang terjadi Randy akan terus menjaga Vania," Tutur Randy dengan teguh yang membuat gadis yang menguping pembicaraan mereka menutup mulutnya karena terkejut.

Ia mengingat sebuah ingatan dimana ia sering di bilang tidak mirip dengan kakak laki-lakinya, kadang ia juga berpikir demikian, Vania memiliki wajah Chindo karena Ayah nya orang Jawa sedangkan ibunya orang Tionghoa asli, sedangkan wajah Randy lebih ke blasteran Eropa, ia sama sekali tak memiliki mata sipit, bahkan bola matanya berwarna coklat terang yang sangat cantik.

Warna kulit Randy juga sangat berbeda dengan nya, Vania lebih ke putih susu sedangkan Randy memiliki warna putih Langsat. Sudah pasti bahwa mereka bukan lah saudara kandung.

Tiba-tiba seakan ada yang bermekaran di hati Vania, apakah cinta yang ia anggap terlarang itu tidak bertepuk sebelah tangan.

Vania sudah tidak bisa menahannya lagi, ia menunggui kakak nya memberi penjelasan.

" Lho Vania, kamu belum tidur," Ucap Randy yang kaget melihat Vania yang tiba-tiba di kamarnya.

Vania tersenyum menggoda, ia berjalan ke arah Randy, mendekatkan badannya ke pelukan Randy, ia mengalungkan tangannya ke leher pria yang hanya memakai kaos putih polos.

" Kakak, tadi kamu bilang tetap akan menyayangi ku jika kita bukan saudara," Ucap Vania yang tiba-tiba menatap Randy berhasrat.

" Ahh, iya Van, kakak tetap sayang sama kamu," Ucap Randy yang kikuk dibuat nya.

" Aku nggak mau jadi kakak adik, Aku ingin memiliki kamu kak Randy," Vania mendekatkan bibirnya ke arah bibir pria di depannya.

Randy yang terkejut, dengan cepat mendorong tubuh Vania dan melepaskan rangkulan itu. Vania tertawa sinis

" Dorong saja terus sampai kamu puas," Ucap Vania membuang muka nya.

Randy langsung terperangah mendengar ucapan Vania barusan.

" Apa semalam terjadi sesuatu antara kita," Ucap Randy memandang lekat mata Vania.

" Kamu mendorongku setelah kita berciuman," Ucap Vania yang juga menatap fokus mata Randy.

Pria itu mengkerut kan keningnya mengingat mimpi basah nya semalam.

" Jadi kita benar-benar berciuman," Ucap Randy yang merasa bersalah.

" Memang nya kenapa, kita kan bukan saudara kandung, kita juga sudah dewasa, apa salahnya jika kita melakukan itu," Ucap Vania yang memeluk tubuh Randy yang begitu bidang dan hangat.

" Kak Randy aku menyukai mu sudah lama, saat kamu datang sebagai waliku karena aku bertengkar dengan Martha." Ucap Vania mengingat kenangan delapan tahun silam, saat ia duduk di bangku SMP.

Randy membuang nafas nya perlahan.

" Bukankah itu saat kamu masih SMP," Ucap Randy yang juga mengingat kenangan itu.

Vania mengangguk dalam pelukannya.

" Bisakah Cinta ku ini tidak bertepuk sebelah tangan," Vania meneteskan air matanya membasahi kaos yang di kenakan kakaknya.

Tepat tengah malam, Randy yang mendengar curahan hati Vania langsung mencium bibir gadis itu dengan panas, bahkan mereka bertukar Saliva dan menyatu dalam kehangatan.

Keduanya merasakan desiran hasrat yang terpendam begitu lama, saat Randy hendak menindih badan Vania tiba-tiba gadis itu memanggil nya dengan mesra

" Kakak", entah kenapa ia langsung tersadar dan mengurungkan niatnya.

Ia langsung tersadar bahwa yang ia lakukan salah, padahal baru saja ia mengucapkan janji untuk menjaga Vania dalam keadaan apapun.

Tapi yang ia lakukan malah akan merusak gadis itu. Ia memejamkan matanya begitu dalam, lalu mengatur nafasnya yang terengah-engah.

" Maafkan kakak Vania, kakak janji tidak akan melakukan hal itu lagi," Ucap Randy yang nampak keluar keringat dingin.

Namun Vania tetap memeluk Pria itu dan menyandarkan bahunya di dada nya yang begitu bidang.

" Aku tahu, ini tidak akan mudah kak, tapi aku begitu mencintaimu, setelah tahu kalau kamu bukanlah kakak kandung ku aku begitu bahagia, karena aku bisa mencintaimu tanpa takut hubungan yang terlarang," Vania menitikkan air mata bahagianya.

sebuah keberuntungan, ternyata kakak ganteng ku bukan saudara kandungku, mana ganteng nya bisa nyaingin Jungkook BTS lagi 🤭

Terima kasih banyak para reader atas dukungannya, sehat selalu ya biar bisa baca cerita Vania & Randy.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!