NovelToon NovelToon

Ada apa dengan cinta?

Bab 1

Di Ujung pulau Sumatera terdapat sebuah desa yang berpenghuni, disana ada sepasang suami istri baru 6 tahun menikah, mereka tinggal di desa setelah sama-sama bertemu disaat perantauan. 

Karena saling jatuh cinta keduanya memutuskan untuk menikah, laki-laki yang akan menikah perempuan musim itu merupakan seorang mualaf.

Dia sudah lama mengenal agama yang sering disebut banyak orang dengan nama islam, tapi laki-laki itu memutuskan mualaf sejak dia bertemu dengan istrinya.

Atas pernikahan mereka keduanya dikarunia 2 orang anak, anak pertama mereka laki-laki dan anak kedua mereka seorang perempuan. 

"Mas tumben pulang cepat? Biasanya lembur terus?" tanya sang istri yang bernama Najla penasaran.  

Suaminya yang ditanya begitu tentu saja sedikit kesal, tapi dia masih bisa menahan untuk tidak marah pada istrinya.

"Maafkan aku Na, aku dipecat dari tempat kerjaku." Ucap seorang laki-laki yang baru saja pulang bekerja.

Tak biasanya laki-laki itu pulang lebih awal dari seperti ini. "Kenapa bisa dipecat mas?" 

Laki-laki yang bernama Nathan itu terlihat membuang nafas kasar. "Aku dipecat karena tidak bisa melunasi hutang-hutangku, jatuh temponya hari ini, aku sudah diberikan kelonggaran untuk 3 kalinya, sampai hari ini mas tidak bisa membayar hutang akhirnya mas dipecat."

Sebenarnya keluarga Najla dan Nathan sedari dulu sangat harmonis, bahkan tak jarang tetangga di kampung ini ingin memiliki suami seperti Nathan yang sangat menyayangi istrinya, tapi akhir-akhir ini rumah tangga Nathan dan Najla sedang goyah.

Najla tidak tahu kenapa suaminya itu bisa memiliki hutang begitu banyaknya diperusaha tempat suaminya bekerja, bahkan yang lebih parahnya lagi Najla tak tahu kemana semua uang yang Nathan pinjam dari perusahaan tempatnya bekerja. 

Ingin sekali Najla menanyakan dipakai Nathan untuk apa uang yang selama ini dia pinjam, sayang Najla tidak memiliki keberanian untuk bertanya.

Najla juga sempat pernah ditagih oleh pihak kantor Nathan tentang hutangnya itu, Najla yang tidak tahu menahu tentang hutang tersebut  tentu saja dia enggan membayarnya.  

Najla hanya diam tak tahu harus menjawab apa pada suaminya, sampai Nathan kembali bersuara.

"Aku sudah memikirkan ini sebelumnya Na, aku akan pergi ke ibukota untuk meminjam uang dengan orang tuaku." Perkataan Nathan tentu saja membuat Najla kaget.

"Tapi mas." Najla tak ingin suaminya itu pergi meninggalkan dirinya dan kedua buah hati mereka.

"Ayolah Na, biarkan aku pergi tak mungkin aku meminjam uang dengan kakakmu yang ada disini, kamu tahu sendirikan seperti apa mbak Erni itu. Aku janji sampai di ibu kota aku juga akan mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan kalian di desa."

"Aku mengerti mas." Nathan memeluk istrinya. 

"Jangan menangis Na, aku harus mencari bis sore ini juga Na, agar besok pagi-pagi sekali aku bisa langsung berangkat ke ibukota." Nathan berkata sambil melepaskan pelukannya dari Najla.

"Iya mas." 

Najla membiarkan Nathan pergi untuk mencari bis, sementara Najla akan pergi untuk menyusul Aldo anak pertamanya yang sudah pulang sekolah.

Waktu berputar begitu cepat menurut Najla, tak teras adzan subuh sudah berkumandang, dia bergegas bangung untuk menunaikan kewajiabnya sebangi seorang muslim.

Semalam Najla sudah menyiapkan pakaian yang akan Nathan bawa ke ibu kota.

Setelah selesai sholat subuh Najla membangunkan Nathan.  "Mas bangung sudah adzan subuh." Najla mengoyangkan tubub suaminya agar bangung.

"Kamu jam 6 kurang harus sudah berada di terminal loh mas." peringat Najla pada Nathan.

Mendengar ucapan Najla, Nathan langsung membuka matanya. "Iya Na." sahutnya dengan suara khas bangun tidur.

Setelah membangunkan Nathan Najla segera menuju dapur hendak memasak bekal untuk suaminya di perjalanan. 

"Ibu, bapak mau kemana?" tanya Aldo saat melihat Nathan sudah membawa kopernya.

"Bapak mau pergi sebentar nak, buat cari jajan kalian nanti kalau bapak sudah dapat uang jajan kalian, bapak akan pulang lagi." Najla memberi pengertian pada kedua anaknya.

"Ayo kita antar bapak ke terminal." ajak Najla.

Ibu dan kedua anaknya itu melepas kepergian Nathan di terminal. "Bapak berangkat ya, buat Aldo selama bapak tidak di rumah tolong jaga ibu dan adik kamu Kayla." pesan Nathan pada anak pertamanya.

"Iya pak, Aldo bakal jagain mereka." 

****

Tak terasa bagi Najla waktu 7 bulan sudah berlalu dengan begitu lambat, tapi Nathan tak kunjung pulang untuk menemui dirinya dan kedua buah hati mereka.

Selama Nathan tidak ada Najla benar-benar menjadi seorang single mom yang harus mengurus kedua anaknya yang masih kecil.

Najla juga harus membanting tulang sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka di desa.

Untuk itu Najla membuka warung makan, karena uang yang Nathan kirim selama 4 bulan ini tidaklah cukup untuk kebutuhan mereka, maka dari itu Najla tetap mencari kerja sampingan. Hasil dagan Najla Alhamdulillah bisa untuk dia tabung separuhnya. 

Rasa rindu pada Nathan tentu saja melekat pada diri Najla dan kedua anaknya. Najla tidak tahun kenapa sudah 3 bulan ini Nathan tak pernah memberi kabar lagi pada mereka. Bahkan sejak 4 bulan lalu, biasanya Nathan aku rutin mengirimkan uang untuk dirinya dan kedua buah hatinya, sudah 3 bulan ini tidak pernah lagi, tentu saja hal ini membuat Najla meras risau akan suaminya, hingga akhirnya Najla memutuskan untuk menyusul Nathan ke ibu kota.

Disinilah saat ini Najla dan kedua anaknya, mereka sedang berada di terminal. "Kak kami berangkat ya, Najla titip rumah." Ujar Najla pada kakaknya Erni yang tinggal di desa  sama dengan dirinya.

"Iya, hati-hati dijalan kalau sampai kota jangan lupa kabar kita yang disini, jangan nanti mentang-mentang sudah di kota lupa sama kita yang tinggal di desa." Sahut Erni dengan ketus.

"Insyaallah kakak." Jawab Najla seadanya, Najla sudah biasa menghadapi sikap kakak keduanya yang begitu ketus pada dirinya.

"Assalamualaikum kak."

Najla pamit sambil membantu kedua anaknya menaiki bis dengan hati-hati. "Wa'alaikumsalam." Jawab Erni tetap dengan nada ketus.

Najla terpaksa membawa kedua anaknya ke ibu kota, sebenarnya Najla ingin sekali menitipkan Aldo pada kakaknya Erni, agar Aldo tidak tertinggal pelajarannya sekolahnya.

Tapi mengingat sifat Erni yang begitu tidak menyukai dirinya membuat Najla mengurungkan niatnya, dia tetap membawa Aldo bersamanya ke ibu kota, setidaknya Najla sudah mengizinkan Aldo di sekolahnya jika dia tidak masuk untuk 1 minggu kedepan, untung pihak sekolah memberikan izin untuk Aldo.

"Ibu kita akan bertemu bapak kan?" tanya Aldo dan Kayla di dalam bis, mereka bertanya dengan Najla begitu antusias.

Najla tersenyum pada kedua anaknya, sambil dia mengusap pucuk kepala Kayla. "Iya nak kita akan bertemu dengan bapak, kita juga akan bertemu tante Siti disana." Kata Najla.

"Asyik." Najla dapat melihat Aldo dan Kayla begitu senang saat mendengar mereka akan bertemu dengan Nathan bapak mereka, yang begitu mereka rindukan.

Sebelumnya Najla sudah menghubungi kakaknya yang menetap di ibu kota jika dia dan kedua anaknya akan ke ibu kota, Najla bersyukur karena kakaknya mau menerima mereka bertiga disana nanti.

Bab 2

Hampir 10 jam Najla dan kedua anaknya berada di perjalanan menuju ibukota akhirnya mereka sampai juga di rumah kakaknya.

"Assalamualaikum mbak." Sapa Najla ketika sudah sampai di depan rumah kakaknya yang bernama Siti.

"Wa'alaikumsalam ayo masuk Na." Ajak Siti, Siti dan suaminya membantu membawakan barang Najla.

Setelah beristirahat sejenak Siti menyuruh Najla untuk membersihkan diri,  setelah itu mereka akan makan bersama.

"Mandi dulu Na, ajak Aldo sama kayla abis itu kita makan, pasti kalian lapar lama di perjalanan." 

"Iya kakak." Kata Najla sambil membawa Kayla dan mengajak Aldo untuk membersihkan diri terlebih dahulu.

"Kamar kamu ada di belakang ya Na, dekat dapur, sebelah kamar Andri." Instruksi Siti pada adiknya itu.

"Iya kakak." Sahut Najla lagi sedaanya, Najla maklum jika kakaknya memberikan kamar yang paling belakang, karena Najla sadar diri dia hanya menumpang, lagipula rumah kakaknya tidak terlalu besar.

"Habis selesai mandi kita makan dulu Na, kakak sudah masak banyak." Najla mengangguk tanda menyetujui ucapan kakaknya.

Sudah biasa bagi orang-orang seberang untuk memasak yang enak jika ada keluarga atau teman yang lama tidak berkunjung, akhirnya mereka berkunjung kembali.

Setelah berbincang sebentar dengan Siti Najla segera membersihkan diri, tak lupa dia juga memandikan Kayla, semenatar Aldo sudah biasa mandi sendiri.

"Ibu, tante Siti baik ya nggak kayak tante Erni." Ujar Aldo saat masih mandi.

"Seet, Aldo nggak boleh ngomong gitu." Tegur Najla.

"Hehehe, iya ibu Aldo minta maaf." Sesalnya.

"Sudah tidak papa jangan ulangi lagi." Najla berkata sambil membantu Aldo mengenakan handuk.

"Salinnya di kamar yang tadi ya Al." kata Najla sebelum Aldo beranjak dari kamar mandi.

"Iya bu."

Setelah selesai mengurusi Aldo, Najla kembali membersihkan dirinya dan Kayla, tak lama mereka juga menyusul Aldo yang sudah lebih dulu selesai mandi.

Saat Najla dan kedua buah hatinya sudah selesai membersihkan diri, Siti mengajak mereka untuk makan bersama seperti apa yang Siti katakan sebelumnya pada Najla.

Mereka makan sambil berbincang-bincang. "Jadi kapan kamu akan menemui Nathan Na?" tanya Siti disela-sela makannya.

Najla yang masih menyuapi Kayla makan, pergerakannya berhenti sebentar sebelum menjawab pertanyaan yang Siti lemparkan pada dirinya. Najla berpikir sejenak sampai akhirnya dia menjawab pertanyaan Siti. "Besok Insya Allah Najla akan langsung menemui mas Nathan mbak."

"Mbak terserah sama kamu aja Na, kalau besok biar Andri antar kamu kesana, Kayla sama Aldo jangan dibawa dulu, biarkan dengan kakak disini."

"Iya mbak, terima makasih banyak." Ucap Najla sungkan pada Siti, kakak pertama  Najla ini memang baik sekali, sifatnya berbanding terbalik dengan kakak  Najla yang berada di desa. 

Siti memang sudah mengetahui masalah adiknya itua, Siti tahu jika Nathan sudah lama berada di ibu kota dari Erni, karena Erni suka cerita sana-sini jika rumah tangga adiknya itu bermasalah.

Najla sendiri sudah biasa jika orang-orang tahu tentang rumah tangganya pasti Najla sudah dapat menebak, kakaknya Erni lah yang menyebar luaskan semua itu.

"Tadinya Najla mau cerita, masalah rumah tangga Najla dengan mbak Siti, tapi sepertinya mbak Siti sudah tahu dari mbak Erni masalah rumah tangga Najla sekarang seperti apa." 

"Sudah Na tidak papa, kamu tahu sendirikan seperti apa mbakmu itu."

"Iya mbak, Najla juga sudah maklum, mungkin sifat mbak Erni memang seperti itu." 

"Sudah ayo teruskan makan." Suruh Siti, lalu mereka meneruskan makan yang belum usai.

***

Pagi-pagi sekali Najla sudah bersiap untuk berkunjung ke rumah mertuanya mau bertemu dengan suaminya yang sudah 7 bulan tidak berjumpa.

Najla berangkat diantar oleh Andri anak dari kakaknya. "Mbak Najla sudah siapa?" tanya keponakannya memastikan.

"Sebentar Dri." Sahut Najla.

"Iya mbak, Andri tunggu di depan ya." Najla mengangguk setelah Andri menunggu diluar, Najla mendekati kakaknya Siti.

"Mbak titip Kayla sama Aldo dulu ya." Ujar Najla.

"Iya Na, tak usah sungkan dengan mbak." Ujar Siti sambil menggendong Kayla agar ikut dengan nya, sementara Aldo sudah pergi bermain dengan anak tetangga Siti, anak pertama Najla itu memang cepat akrab dengan orang baru.

 "Aku berangkat kak, Assalamualaikum." Pamit Najla.

"Waalaikumsalam Na, bilang sama Andri, hati-hati gitu bawa motornya jangan ngebut." Pesan Siti.

"Insya Allah mbak, Najla berangkat ya."

50 menit Najla lalui bersama Andri keponakannya, akhirnya mereka sampai di rumah mertua Najla.

Najla disambut baik oleh kedua mertuanya. "Kenapa tidak bilang Na, kalau mau main kesini." Ucap Ketlin ibu dari Nathan, mereka berbincang-bincang seperti biasanya.

"Iya ma, maaf soalnya aku sudah tidak memiliki nomor mama dan papa, nomor mas Nathan juga sudah lama tidak aktif." Najla menjelaskan kronologi kenapa dia sudah lama tak menghubungi mertuanya itu.

Ketlin mengerutkan dahinya mendengar ucapan Najla. "Bukan Nathan sudah memberitahumu jika dia sudah menikah lagi, jadi dia sudah lama mengganti nomornya."

Deg….deg…deg…!

Nafas Najla teras berhenti saat mertuanya mengatakan jika suaminya itu sudah menikah lagi, dadanya terasa sesak, bahkan mulutnya seolah keluh untuk berbicara. Mendengar apa yang mertuanya katakan membuat Najla merasa sudah dikhianati oleh suaminya itu.

Padahal selama ini Najla tahu betul sifat suaminya yang setia, tapi kenapa tiba-tiba saja tak  ada angin, tak ada hujan suaminya menikah lagi dengan perempuan lain, tanpa sepengetahuannya.

"Apa ma, m-e-n-i-k-a-h l-a-g-i?" ucap Najla terbata.

"Kenapa kamu kaget begitu Na, bukankah kamu dan Nathan sudah bercerai?" tanya Dika bingung saat melihat wajah menantunya yang seperti orang syok.

"Bercerai?" Najla mengulangi kata-kata mertuanya.

Najla seakan tak percaya, bagaimana bisa suaminya mengatakan dengan mertuanya jika mereka sudah bercerai, Najla sangat ingat sekali kejadian 7 bulan lalu, kenapa suaminya harus kembali ke Jakarta, karena berniat meminjam uang pada mertuanya untuk melunasi semua hutang-hutang suaminya yang terus menumpuk setiap harinya.

"Kenapa Na, benar bukan kalian sudah bercerai?" sahut Ketlin dengan ekspresi yang tak bisa diartikan.

Air mata Najla luluh begitu saja, dia tak sanggup berkata apa-apa dengan pertanyan mama mertuanya, sakan dia tak sanggup mengatakan apapun. 

"Bahkan aku dan mas Nathan tak pernah bercerai ma, jangankan bercerai bahkan mas Nathan sekalipun tak pernah mentalak ku." Najla sudah tak kuasa untuk bicara.

"Mama dan papa tak tau menahu masalah itu Na, jika Nathan sudah mengatakan kalian bercerai kami bisa apa." Sahut Dika dengan enteng.

"Boleh aku tau mas Nathan tinggal dimana?" tanya Najla dengan penuh harapan.

Ketlin memberikan alamat rumah Nathan dengan istri barunya, lebih tepat istri kedua Nathan, tak lama setelah itu Najla bersama Andri pamit pulang. Tak disangka  hanya kecewa yang Najla dapat kabar tentang suaminya.

Bahkan bertemu saja tidak, padahal Najla sedari rumah Siti, sudah berapa akan disambut bahagia oleh suaminya, karena dia datang memberikan kejutan, tapi dialah yang terkejut.

"Kami pulang ma, pa terima kasih untuk semuanya." mungkin ini terakhir kalinya Najla mau bertemu dengan mertuanya.

Bab 3

Najla pulang ke rumah kakaknya dengan perasaan hancur, dia merasa seakan dirinya tak sanggup lagi untuk menerima semua kenyataan ini. Najla merasa takdir sedang bermain-main pada dirinya. 

Najla tidak tahu seperti apa setelah ini nasibnya dan kedua buah hatinya, jika Nathan sudah benar-benar menikah lagi. Ingin tidak percaya jika Nathan sudah menikah lagi, tapi yang mengatakan secara langsung mertuanya sendiri, orang tua dari suaminya.

"Mbak Na, mau berhenti dulu?" tanya Andri memastikan, dia tau mbak nya itu sedang menangis tanpa suara. 

"Tak usah Dri, jalan saja terus, mbak mau cepat ketemu sama Kayla, rasanya baru beberapa jam mbak sudah merindukan dirinya." Sahut Najla. Dia berusaha menutupi kesedihannya dari keponakannya.

"Baiklah mbak." Andri terus melajukan motornya agar cepat sampai ke rumah.

"Maaf mbak Na, Andri tak bisa bantu apa-apa." Ucap Andri lagi, Andri merasa dirinya tak berguna.

"Ini bukan salah kamu Dri, yang penting nanti kalau kamu sudah berumah tangga, mbak pesen sama kamu jangan pernah menyakiti hati istri kamu, bahkan jika kamu belum berumah tangga pun jangan pernah menyakiti perasaan perempuan." Pesan Najla pada Andri.

"InsyaAllah mbak, Andri akan selalu mengingat pesan mbak Najla." 

"Bapak juga selalu bilang sama Andri, kalau laki-laki yang menyakiti seorang wanita itu, adalah laki-laki pengecut, maka dari itu Andri tak pernah sekalipun melihat bapak membentak ibu, ataupun menyakiti ibu." Ceritanya pada Najla.

Hati Najla menghangat saat mendengar cerita kakak nya dengan kakak iparnya, dari anak mereka sendiri, tapi Najla hanya manusia biasa ada rasa iri pada dirinya saat dia mendengar cerita kakaknya dari Andri.

"Padahal dulu mas Nathan selalu baik padaku, bahkan aku bisa melihat cintanya pada diriku sangatlah besar, tapi kenapa sekarang dia tega meninggalkan aku dan anak-anak?" Najla kembali merasakan sesak di dadanya.

Lama Najla larut dalam pikirannya sendiri, sampai dia tidak sadar jika Andri sudah memberhentikan motornya, karena sudah sampai di depan rumah.  

"Sudah sampai rupanya Dri." Kata Najla yang baru sadar dari melamunnya.

"Iya mbak." Sahut Andri.

Najla segera turun dari motor, tapi setelah dia turun Andri kembali menyalakan mesin motornya, tentu hal itu membuat Najla penasaran ingin bertanya. "Mau kemana lagi Dri?" tanya Najla memastikan.

"Main mbak sama temen, sudah janji." Najla mengganguk, dia membiarkan Andri pergi, semenatar dirinya masuk ke dalam rumah.

"Assalamualaikum." Najla mengucapkan salam sambil masuk, karena belum ada yang menjawab salamnya.

"Wa'alaikumsalam Na, kirain siapa." Sahut Siti.

"Astagfirullah mbak, mbak ngagetin aja." 

"Heheh, Maaf Na, aku nggak tau kalau itu kamu."

"Iya mbak nggak papa, oh iya, Kayla sama Aldo dimana kakak?" Najla celingukan mencari keberadaan kedua anaknya.

"Kayla sudah tidur Na, Aldo main tuh sama tentang depan rumah."

Siti menjawab sambil memeletkan jemuran yang sudah dia angkat tadi.

Lalu Siti kembali melihat pada Najla. "Gimana Na, sudah ketemu sama Nathan?" tanya Siti penasaran, dia menyuruh adiknya itu untuk duduk disebelahnya.

Najla kembali merasakan sesak di dadanya. Tanpa permisi dia langsung memeluk sang kakak, tangisnya pecah dipelukan Siti, walaupun sudah berumah tangga Najla tetaplah si bungsu yang selalu butuh kasih sayang dari keluarganya.

Siti tak tau apa yang sudah terjadi pada adiknya itu, tapi dia membiarkan Najla untuk menangis disisinya, sampai Najla puas. 

"Menangislah Na, nanti kalau sudah sedikit lega setelah menangis, cerita dengan kakakmu ini apa yang sudah terjadi." Ucap Siti, dia mengelus punggung adiknya yang bergetar hebat.  

Siti yakin, jika ada sesuatu yang besar sudah terjadi menimpa Najla. "Aku harap kau baik-baik saja dik." Batin Siti.

"Aku harap kamu bisa melewati ujian dalam rumah tanggamu." Siti kembali membatin dia terus mengelus punggung Najla.

"Apa salah Najla mbak? Apa salah Najla?" ulnagnya sampai dua kali, Siti tak menjawab dia membiarkan adiknya itu yang hendak bercerita.

Siti tahu sekali bagaimana Najla, jika dia sedang bercerita harus didengarkan terlebih dahulu, jika Najla sudah selesai bercerita barulau Siti akan memberikan masukan pada Najla.

"Kenapa mbak? Apa salah Najla pada mas Nathan sehingga dia tega mengatakan dengan mertua Najla, jika kami sudah bercerai, dan lebih parahnya lagi mas Nathan sudah menikahi wanita lain. Padahal tak pernah sekalipun mas Nathan menggugat cerai padaku, aku merasa ditipu oleh mas Nathan."

"Najla tak terima mbak, semalam ini Najla tak pernah membuat mas Nathan marah ataupun apa, tapi kenapa dia pergi meninggalkan Najla, dengan alasan untuk membayar hutang, nyatanya dia malah menikah lagi dengan perempuan lain." Rancu Najla.  

Siti merasakan apa yang dirasakan adiknya, dadanya terasa sesak, kakak mana yang dapat melihat adiknya dikhianati oleh laki-laki, bahkan laki-laki itu suami adiknya sendiri.

"Astagfirullah Nathan, kau tega meninggalkan anak dan istrimu hanya demi perempuan lain." Siti tak percaya sama sekali dengan ucapan Najla, tapi melihat adiknya yang begitu histeris membuat dirinya yakin jika apa yang dialami sang adik benarlah terjadi. 

"Na, kamu istirahat dulu setelah ini, nanti  kalau sudah merasa baikan baru cerita dengan kakak apa yang sebenarnya sudah terjadi, Insyaallah semua ada jalan keluarnya Na." Ucap Siti yang melihat Najla sudah berhenti menangis.

"Iya kakak." Jawab Najla dengan suara seraknya.

"Ingat Na, Allah memberikanmu cobaan seperti ini, Allah maha tahu, Dia tahu kalau kamu wanita kuat, Allah tau kamu bisa melewati semua ini." Nasihat Siti.

"Jadi sekarang istirahatlah dulu." Suruh Siti.

Siti menuntun Najla masuk ke dalam kamar, Siti tahu jika adiknya itu sudah tak mampu menahan tubuhnya sendiri.

"Istirahat Na, jangan pikirkan yang lain dulu." pesan Siti sekali lagi.

"Iya kak, terima kasih banyak" Siti  menangguk, dia membiarkan Najla berbaring di sebelah Kayla yang masih tertidur pulas.

Setelah memastikan Najla sudah memejamkan matanya, dia pergi meninggalkan Najla, saat ini hanya ada Najla dan Kayla di kamar.

Dia peluk tubuh Kayla. "Maafkan ibu nak, ibu tak bisa bertemu dengan bapak kalian." ucap Najla mencium anaknya itu.

"Bukan ibu yang paling merasakan kehilangan, tapi kalian ibu tahu itu." Tak terasa air mata Najla kembali menetes membasahi pipinya yang belum kering, akibat air mata pula.

"Kuatkan hamba Ya Allah." Batin Najla, dia sadar jika dirinya masih memiliki Allah, yang dapat membantu semuanya, Najla sadar jika semua ini sudah ada yang mengatur, tapi menerima kenyataan secepat ini Najla seperti belum sanggup.

"Permudah urusan hamba Ya Allah." Batinnya Najla lagi, kemudian dia tidak sadar jika dirinya sudah terlelap di sebeh Kayla putrinya itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!