Keluarga Rui belum lama ini pindah ke Binhai kota Tianjin, China dan menempat di Arriva Tianjin Binhai Apartment, kota Tianjin. Rui adalah remaja biasa yang pintar dan penurut. Ia hanya tinggal dengan ibunya dan termasuk anak yang mandiri.
Sinar matahari pagi memancar lewat celah jendela kamar Rui. Ia bangun dan merapikan tempat tidurnya. Lalu suara terdengar dari luar kamar.
“Rui... Cepat bangun sarapan sudah siap," panggil suara itu.
“Iya mah aku sudah bangun. Aku akan segera keluar,” sahut Rui yang masih merapikan tempat tidurnya.
Rui sudah berada di ruang makan. Ia menyapa ibunya yang sedang menyiapkan sarapan untuknya.
“Pagi mah," sapa Rui sambil mengucek matanya.
"Pagi juga. Cepat cuci tanganmu dulu," ujar Ibunya.
Rui yang tadinya duduk langsung beranjak untuk mencuci tangannya. Ia sudah duduk kembali dan siap untuk sarapan.
“Mah kapan aku masuk sekolah lagi?” tanyanya.
“Mamah tadi sudah menghubungi Pak Liu, ia bilang kamu bisa mulai masuk sekolah besok," jawab Ibu Rui.
"Benarkah? Akhirnya aku bisa sekolah lagi" katanya antusias. “Aku jadi tak sabar ingin bertemu teman baru," gumamnya sambil menaruh tangan dibelakang kepalanya.
“Sudah ya, ibu harus pergi”, pamitnya pada Rui.
“Ibu sudah mau pergi kah?Ibu tak sarapan?” tanyanya sambil menawarkan sarapan padanya.
“Iya. ibu ada jadwal wawancara pagi ini. Jadi, ibu harus segera berangkat dan ibu akan sarapan dijalan nanti. Cepat habiskan makananmu dan jangan lupa cuci piring mu,” ucapnya sambil berpesan.
“Baiklah aku mengerti,” ucap Rui.
“Ya sudah ibu berangkat. Kamu baik-baik dirumah ya, namun jika ingin keluar jalan-jalan maka berhati-hatilah,” pamitnya.
“Iya iya aku tahu Ibu tenang saja,” kata Rui santai.
Ibu Rui bernama He Meng. Ia adalah seorang reporter berita di Kantor Berita Xinhua. Ibu Rui sudah berangkat bekerja, tinggallah Rui sendirian. Semenjak ayah Rui meninggal, ia jadi sering ditinggal ibunya. Ibunya selalu bekerja keras demi mencukupi kebutuhan hidupnya. Sekarang Rui juga sudah selesai makan dan mencuci piringnya. Ia berniat ingin jalan-jalan keluar untuk mengenal lingkungan barunya itu.
...****************...
Rui sudah keluar rumah. Ia juga tidak lupa untuk mengunci pintu rumahnya. Saat Rui hendak masuk lift seseorang memanggilnya. Rumah Rui berada di lantai 7 yang membuat ia harus menggunakan lift jika ingin keluar apartemen.
“Tunggu....tunggu tunggu nak,” suara wanita paruh baya memanggilnya. Rui yang tadinya mau masuk jadi mundur kembali dan menunggu orang itu.
“Terimakasih nak,” ucapnya ramah. Mereka lalu masuk ke dalam lift. Selama di lift Ibu itu selalu memperhatikan Rui. Karena penasaran ibu itu bertanya “Apakah kamu anaknya He Meng?” Tanyanya sambil memperhatikan wajah Rui.
“Ibu kenal dengan mamahku?” tanya Rui sedikit bingung.
“Oh iya tentunya. Ibumu adalah teman kuliah Tante dulu,” jawabnya. “Kenalkan nama Tante Wei Peng. Kamu bisa memanggilku bibi Wei saja,” ucapnya sambil mengulurkan tangannya kepada Rui.
“Oh begitu salam kenal Bi. Namaku Rui, Fang Rui,” ucapnya ramah sambil membalas uluran tangan Bibi Wei. “Itu lembar apa Bi?” Tanyanya sambil menunjuk ke lembaran kertas yang di pegang Bibi Wei.
“Ini selembaran foto anjing bibi yang hilang, bibi berniat membagikan selebaran ini kepada penghuni disini, barangkali mereka pernah melihatnya," jawabnya. Bibi Wei merasa sangat sedih karena kehilangan anjing kesayangannya itu.
"Anjing Bibi hilang, sudah beberapa hari ia menghilang?" tanyanya ingin tahu.
"Anjing Bibi sudah tiga hari ini hilang dan tak kunjung kembali. Ini semua salah bibi yang lupa menutup pintu sehingga anjing bibi pergi begitu saja," jelasnya. “Rui kamu kemana tidak sekolah?” tanya Bibi Wei karena belum sempat bertanya.
“Oh anu..." Rui mengusap-usap rambutnya sambil tersenyum "Rui akan pergi ke sekolah besok jadi Rui sekarang ingin jalan-jalan keluar mengenal lingkungan disini,” jawabnya.
“Oh kalau begitu Bibi minta tolong Rui ya, tolong sekalian carikan anjing Bibi, Poppy namanya. Bolehkan?” Tanyanya sambil memberikan selembaran foto pada Rui.
Tanpa basa-basi Rui langsung menerima bantuannya. “Baiklah Bi, Rui akan membantu Bibi. Rui yakin pasti Poppy bisa ketemu kembali,” jawabnya yakin.
Setelah mengobrol cukup lama tak terasa lif sudah berhenti di lantai 1. Rui dan Bibi Wei keluar dan berpisah untuk urusan masing-masing.
“Maaf merepotkan mu, bibi pergi bagikan ini dulu. Terimakasih dan hati-hati dijalan,” pamitnya pada Rui.
“Tidak masalah Bi, kalau begitu sampai jumpa! Semangat!," ucap Rui sambil pergi dan melambaikan tangan dan mengepalkan kedua tangannya kebawah tanda semangat.
Bibi Wei tersenyum dan melambaikan tangan juga. Sekarang Rui berjalan mengelilingi lingkungan apartemen yang luas dan berhenti di taman dekat apartemen. Ia duduk sendirian sambil melihat pemandangan disana.
Hari mulai panas, tenggorokan menjadi kering. Rui pun beranjak dari kursi yang didudukinya dan pergi ke supermarket terdekat. Ia hendak membeli beberapa minuman dan makanan ringan untuk dirinya.
Setelah sampai di supermarket ia memilih makanan dan minuman yang diinginkannya. Rui sudah selesai memilih dan tidak lupa membayar pada kasir di depan.
“Totalnya 10 yuan” kata kasir perempuan sambil memasukkan belanjaan Rui kedalam kantong belanja.
"Ini Kak. Terimakasih,“ ucap Rui sopan sambil memberikan uang yang dibawanya kepada kasir perempuan itu.
Kasir perempuan lalu tersenyum pada Rui
"Sama-sama dek,” ucapnya.
Rui sudah keluar dari supermarket dan langsung menenggak minuman yang dibelinya tadi. “Ah segarnya" katanya lega.
Saat Rui hendak berjalan pulang, tiba-tiba seekor anjing jenis puppy warna putih namun sedikit coklat mungkin karena kotor menghampiri dirinya. Rui pun langsung jongkok dan mengelus-elus bulu lembut anjing itu.
Rui mengingat perkataan Bibi Wei tentang anjingnya yang hilang itu. ”Apakah mungkin ini anjing bibi Wei yang hilang,“ pikirnya sambil terus mengelus-elus bulu anjing puppy itu. Lalu ia memastikan dengan gambar foto yang diberikan bibi Wei padanya tadi.
"Benar ini anjing bibi Wei, tapi agar sedikit berbeda," gumam Rui ragu. Kenapa bisa disini?“ tanyanya dalam hati. "Apakah kamu Poppy?" tanyanya pada anjing itu. Anjing tersebut hanya membalas dengan suaranya yang lemah.
"Apakah kamu lapar?" tanyanya lagi pada anjing itu barangkali ia kelaparan. Lagi-lagi anjing tersebut hanya menggonggong kecil kepada Rui. Ia lalu menyuapinya roti yang dibelinya pada anjing itu. Anjing tersebut terlihat senang karena makanannya.
Namun disaat Rui sedang memberi makan anjing kecil, seorang anak laki-laki dan perempuan datang menghampiri Rui dengan tatapan tak suka. Salah satu anak itu menegur Rui karena memberikan makanan secara sembarangan pada anjing yang dipikir miliknya itu.
Kedua anak itu terlihat seperti seumuran dengannya. Satu anak laki-laki yang sedikit tampan dan terlihat jenius karena kacamata yang dipakainya. Serta satu anak gadis dengan kuncir satu yang membuatnya kelihatan cantik dan terlihat sangat energik.
Mereka sepertinya baru saja pulang sekolah dan dilihat dari seragamnya mereka berasal dari sekolah yang sama dengan Rui nanti yakni SMP N 08 Binhai, kota Tianjin, China.
Kedua anak itu berdiri didepan Rui yang sedang berjongkok. Ia pun melihat ke atas dan berdiri sambil menggendong anjing tersebut.
"Hei! Apa yang kau lakukan dengan anjingku tadi" teriaknya marah sambil menunjuk anjing yang dikira miliknya itu.
"Aku hanya memberikan makan saja lagipula kulihat anjing ini kelaparan tadi," jelasnya pelan. "Benar, kenapa aku harus takut?", pikirnya dalam hati. "Emang Kamu siapa?" tanyanya dengan nada sedikit kesal.
“Aku Bao Shan pemilik anjing ini, cepat kembalikan padaku”, katanya sombong.
“Lalu apa buktinya?” tanya Rui lagi.
“I...itu kalung yang aku pakaikan saat aku baru membelinya dulu” jelasnya sambil menunjuk kalung yang dikenakan anjing tersebut.
“Memang yang punya kalung seperti ini anjingmu saja” ucapnya lagi.
Mendengar ucapan Rui, Bao Shan jadi mulai merasa kesal. “Kamu....kamu sungguh menyebalkan,” katanya sedikit menahan emosi.
“Sudahlah Xiao Shan mungkin dia benar” bela gadis ber kuncir satu.
Rui hendak pergi mengantarkan anjing tersebut pada bibi Wei. Namun lagi-lagi ia dicegat oleh anak laki-laki berkacamata bernama Bao Shan itu.
“Kamu mau kemana? Kembalikan dulu anjing itu padaku” kata Bao Shan dengan mengarahkan satu kakinya ke depan kaki Rui.
“Minggir, aku akan mengantar anjing ini pada pemiliknya, sudahlah aku pergi dulu,” pamitnya sambil menghindari halangan kaki Bao Shan.
“Sudahlah Xiao Shan, hentikan ini, biarlah dia pergi,” bela gadis yang bersamanya itu.
“Tapi...tapi” ucapnya tak terima. “Sudah sudah, ayo kita cepat pulang, kakekku pasti sudah menungguku” ajaknya sambil menarik anak laki-laki bernama Bao Shan itu.
Rui pergi meninggalkan mereka berdua dan pulang ke apartemen. Sekalian pulang ke rumah sekalian juga Rui mengantarkan Poppy kepada bibi Wei. Barangkali itu memang benar-benar anjing miliknya yang hilang tiga hari lalu.
Di depan apartemen, Rui kebetulan sekali melihat bibi Wei yang masih sibuk memberikan selembaran pada orang-orang. Rui pun berniat mengejutkan dirinya dan menurunkan Poppy agar ia sendiri yang menghampirinya.
Guk.....guk...guk...., sebuah suara tiba-tiba saja mengejutkan bibi Wei. Ia pun menoleh tersenyum bahagia.
“Poppy.....,” panggilnya senang. Saat anjing bibi Wei tiba kepadanya, ia dengan senang dan terharu langsung menggendong dan memeluk anjing kesayangannya itu. “Kemana saja kamu selama ini mama mencari mu?”, ucap bibi Wei dengan rasa rindu sambil menatap mata Poppy.
Poppy menggonggong kembali kearah Rui yang berdiri tidak jauh dari bibi Wei. Bibi Wei melihat Rui dan tersenyum ceria. Rui juga ikut tersenyum melihat bibi Wei. Ia lalu berjalan menghampirinya.
“Kamu menemukan Poppy dimana?” tanyanya.
“Jadi benar ini memang Poppy,” ucapnya senang. “Secara kebetulan Poppy lah yang menghampiriku duluan,”jelasnya sambil mengelus bulu halus Poppy lagi.
...****************...
“Xiao Shan kenapa kamu diam saja? Mungkinkah kau masih kesal karena kejadian tadi?” tebak teman gadisnya.
Bao Shan mengabaikan ucapan temannya itu dan berjalan cepat mendahuluinya.
“Em siapa ya anak tadi? Apa mungkin dia penghuni baru disini?” tebaknya. “Jika benar, kita bisa berkenalan, barangkali saja kita bisa berteman dengannya”, ucapnya senang.
“Huh.. teman baru apanya?” gumam Bao Shan kesal.
“Xiao Shan. Aku bicara padamu. Aku tahu kamu kesal tapi tolong jangan abaikan aku”, keluh teman gadisnya.
Bao Shan berhenti dan berbalik menghampiri temannya “Fei...FeiFei...”, ucapnya gemas sambil mencubit pipi temannya.
“Aduh.. aduh sakit Shan. Jangan lampiaskan padaku jika kamu kesal. Cepat lepaskan! Sakit tahu," protesnya sambil mencoba melepaskan cubitan Bao Shan.
Saat temannya sedang berusaha melepaskan cubitan Bao Shan, ia melihat ibu Bao Shan sedang bersama anak laki-laki yang baru saja ia temui di depan supermarket tadi.
“Heh Bao Shan lihat siapa yang sedang bersama mamamu itu?” ucapnya sambil memberikan kode agar ia menengok kebelakang.
Bao Shan akhirnya melepaskan cubitannya juga. Temannya pun jadi merasa lega, ia mengusap-usap pipinya yang sakit karena cubitan tadi. Bao Shan dengan perasaan tak suka langsung pergi menghampiri ibunya.
“Mamahhhh”, panggil Bao Shan manja sambil berjalan dengan muka cemberut.
“ShanShan kamu sudah pulang?” tanya bibi Wei pada Bao Shan. Anak laki-laki berkacamata tadi namanya adalah Bao Shan. Ia adalah anak dari bibi Wei.
“Siang bibi Wei” sapa teman gadisnya sopan sambil menundukkan kepala.
“Mah mama kenal dia,” ucap Bao Shan tak suka sambil menunjuk kearah Rui.
“Oh ini, ini adalah anak Bibi He, teman mama. Namanya Fang Rui. Ia tinggal di gedung ini dan merupakan tetangga baru kita disini” jelasnya.
“Rui kenalkan, ini anak Bibi namanya Bao Shan dan anak gadis itu namanya Liang Fei,” ucapnya memperkenalkan anaknya dan temannya itu pada Rui.
Bao Shan dan Liang Fei sudah berteman sejak kecil dan kini mereka mendapat teman baru lagi. Liang Fei sangat senang karena mendapat teman selain Bao Shan di apartemen itu. Tapi, bagaimana dengan Bao Shan yang sepertinya tidak menerima keberadaan Rui.
“Hai” sapa Liang Fei pada Rui.
“Hai” balas Rui sambil tersenyum padanya.
“Rui kebetulan baru tinggal disini dan masih belum kenal siapa-siapa, makanya Bibi kenalkan Rui pada kalian. Siapa tahu kalian akan menjadi teman baik nantinya,” tambah bibi Wei.
"Tunggu tunggu teman baik kata mama, tak mungkin," ucap Bao Shan menolak ucapan mamanya.
"Jangan bicara sembarangan" bisik Bibi Wei sambil mencubit kecil lengan Bao Shan. Bibi Wei tersenyum kembali ke Rui.
"Ini bukannya....." pikir Bao Shan."Mah ini benar Poppy, dimana mama menemukannya?” tanyanya tiba-tiba.
“Bukan mama yang menemukannya tapi Rui sebab mama juga tadi minta bantuan padanya. Rui memang anak yang baik,” puji bibi Wei tersenyum pada Rui.
Bao Shan yang melihatnya jadi tak tahan. “Ayo pulang mah!” ajak Bao Shan sambil menarik tangan mamanya.
“Tunggu Bao Shan. Kita harus berterimakasih pada Rui karena telah menemukan Poppy,”cegatnya. Bao Shan hanya bisa menahan kesal dengan menghela nafas.
“Rui kamu belum makan kan?” tanya Bibi Wei padanya.
“Belum Bi” jawab Rui sopan.
(Menepuk tangannya) “Baguslah, Ayo makan dirumah Bibi. Kamu juga Liang Fei” ajak bibi Wei pada Rui dan teman Bao Shan.
“Tak usah Bi, FeiFei akan pulang saja. Kasihan kakek sendirian dirumah,” tolak Liang Fei ramah.
“Maaf Bi, Rui sepertinya juga tak bisa. Rui akan makan bersama ibu saja dirumah. Mungkin lain kali Bi,” tolak Rui juga.
“Ayo mah mereka tak mau. Kita pulang saja,” ajak Bao Shan lagi. “Aku sudah lapar” tambahnya.
“Ya sudahlah, tak apa” ucapnya pasrah. “Bibi pulang duluan ya sampai jumpa lagi!” pamit bibi Wei pada Rui dan Liang Fei.
“Bibi akan menunggu kalian untuk makan dirumah bibi kapan-kapan,” pesannya.
Rui dan Liang Fei mengangguk bersama. Bibi Wei dan Bao Shan pulang ke rumah meninggalkan mereka berdua.
Mungkin pertemuan Rui dan kedua temannya kurang baik sekarang. Mungkin saja nanti mereka benar-benar akan menjadi teman baik Rui seperti yang bibi Wei bilang tadi.
Bersambung.........
Hari Rui masuk ke sekolah barunya telah tiba. Pagi-pagi sekali ia sudah pergi ke sekolah dengan diantar Ibunya. SMP N 08 Binhai adalah sekolah yang menurut Ibunya paling dekat dengan apartemen. Sekolah tersebut juga termasuk sekolah unggulan dan yang terbaik. Jarak apartemen dengan sekolah hanya berjarak beberapa kilo saja, naik sepeda atau naik bus juga cepat sampai. Jika naik bus juga tidak repot karena SMP N 08 Binhai terletak dipinggir jalan.
Rui diantar Ibunya ke ruang kepala sekolah untuk mengurus data pindah sekolahnya. Kepada sekolah Rui bernama Liu Zhang dan merupakan seseorang yang Ibunya kenal. Lalu kepala sekolah memperkenalkan Ibu Rui kepada Pak Han. Ia adalah wali kelas dari kelas 8B yang akan menjadi wali kelas Rui juga.
Umur Rui 14 tahun dan ia sekarang sudah kelas 8. Ia pindah karena alasan pekerjaan ibunya. Ayahnya sudah lama meninggal dan merupakan mantan ketua detektif di unit kepolisian pusat kota Tianjin.
“Ini adalah Pak Han, ia yang akan menjadi Guru pembimbing Rui selama sekolah disini,” kata Pak Liu sambil memperkenalkan Ibu Rui pada Pak Han
“Salam kenal Pak Han, saya He Meng Ibu Rui. Tolong jaga anak saya selama disini," pesannya.
"Ibu Rui tenang saja Pak Han adalah guru terbaik disini jadi Rui akan aman bersamanya," ucap Pak Liu sambil memuji Pak Han.
Pak Han tersenyum mengangguk. Karena terasa sudah cukup beres, Ibu Rui pergi meninggalkan Rui. Ia sebelumnya sudah berpamitan pada Rui dan Pak Liu serta Pak Han juga.
"Ayo Rui, ikut bapak ke kelas," ajak Pak Han kepada Rui.
"Baik Pak," jawab Rui sopan.
Pak Han dan Rui pergi ke kelas 8B. Kelas itu adalah kelas unggulan disekolah 08 ini. Sambil berjalan Pak Han bertanya-tanya sedikit tentang Rui. Tak terasa mereka sudah berada di depan pintu kelas. Pak Han masuk duluan sedangkan Rui menunggu diluar untuk dipanggil.
Dikelas 8B yang ternyata juga adalah kelas Bao Shan dan juga Liang Fei tempati. Mereka memang benar-benar sekelas dengan Rui. Sambil menunggu wali kelas mereka masuk, Bao Shan yang duduk di baris tengah seperti biasa sedang membaca bukunya. Sedangkan Liang Fei yang duduk tak jauh dari Bao Shan yaitu baris sebelahnya, masih bercanda dengan teman sebangkunya dan teman dibelakangnya.
Wali kelas mereka, yakni Pak Han sudah masuk, sementara Rui menunggu diluar. Yang tadinya ribut kini berubah hening. Ketua kelas mereka adalah Bao Shan, ia berdiri dan memberi salam.
"Berdiri …… Beri salam," seru Bao Shan.
"Selamat pagi Pak!," sapa semua murid lantang.
"Selamat pagi anak-anak. Duduklah. Bapak ada kabar baik untuk kalian," ucap Pak Han antusias.
"Kabar baik apa Pak?" tanya salah satu murid sambil mengangkat tangannya.
"Bapak langsung saja. Kelas kita kedatangan anggota baru dan mungkin diantara kalian juga ada yang sudah kenal dengannya," tebak Pak Han sambil melirik ke arah Bao Shan dan Liang Fei.
Sebelumnya Pak Han sudah diberi tahu Rui bahwa anak dari tetangganya juga sekolah disini dan tak disangka-sangka Pak Han tahu maksud Rui. Makanya Pak Han berbicara seperti itu.
"Memang siapa Pak?" tanya murid yang duduk sebangku dengan Liang Fei.
"Baiklah bapak tak ingin membuat kalian penasaran, jadi langsung saja bapak sambut anggota baru kita Ruuiiii………," ujar Pak Han semangat.
Rui masuk ke kelas dengan perasaan senang. Rui agak terkejut karena ternyata ia sekelas juga dengan Liang Fei dan Bao Shan.
"Rui silakan perkenalkan dirimu pada yang lain," suruh Pak Han.
Rui mengangguk "Hallo semua! namaku Fang Rui. Kalian bisa panggil aku Rui. Aku pindahan dari SMP N 02 kota Jilin dan pindah ke kota Tianjin karena alasan pekerjaan ibuku. Sekarang aku tinggal di Arriva Tianjin Binhai Apartment," jelasnya memperkenalkan diri.
"Semoga kalian bisa berteman baik denganku" tambahnya.
Saat Rui sedang memperkenalkan dirinya, teman sebangku Liang Fei terkejut mendengar tempat yang ditinggali Rui sekarang. Ia pun berbicara pada Liang Fei.
"Bukankah itu nama apartemen yang sama seperti kamu dan Bao Shan tinggal," duganya.
Liang Fei mengangguk dan membuat temannya sedikit terkejut karena responnya.
"Berarti kalian tetanggaan", tebaknya lagi.
Lagi-lagi Liang Fei mengangguk yang membuat temannya makin tak percaya.
"Wah senangnya jadi dirimu, setiap hari bisa berjumpa dengannya, ucapnya karena merasa iri pada Liang Fei.
"Silahkan kamu duduk disebelah Deng Yīn," ucap Pak Han pada Rui sambil menunjuk bangku yang dimaksudnya.
Rui mengangguk, ia lalu pergi menuju bangku yang dimaksud Pak Han. Anak yang akan menjadi teman sebangku Rui tersenyum ceria menyambutnya. Rui juga melewati tempat duduk Bao Shan dan tersenyum padanya. Namun Rui terkejut dengan reaksi Bao Shan yang diam acuh tak acuh.
Rui duduk dan menyapa Liang Fei yang dikenalnya dan beberapa teman lain di dekatnya dengan mengatakan hai. Rui merasa tak percaya karena ia akan disambut dengan begitu hangat oleh teman barunya.
"Hallo, namaku Deng Yīn. Panggil saja aku Yīn Yīn," sapanya sambil mengangkat tangannya dan tersenyum.
"Hai salam kenal namaku Rui," balas Rui sambil tersenyum balik padanya. Rui tampak terlihat tampan dan sumringah dengan senyumnya itu.
Teman sebangku Liang Fei menengok kebelakang dan melihat senyuman Rui yang mempesona. Melihat itu, ia jadi tak tahan ingin berkenalan dengannya.
"Hai, namaku Mu Xioxi. Panggil saja Xixi," sapanya senang sambil senyum-senyum kecil pada Rui.
"Hai juga," balasnya. Rui membalas sapaan Mu Xioxi dengan tersenyum padanya. Mu Xioxi jadi tersipu malu.
"Liang Fei kamu dikelas ini juga, tak disangka kita bertemu kembali," ucap Rui senang.
"Kalian sudah mengenal satu sama lain," ucap Mu Xioxi sedikit terkejut.
Liang Fei menjawab dengan mengangguk. Bao Shan yang penasaran, ia lalu menengok ke belakang dengan perasaan tak suka.
"Sudah-sudah ngobrolnya lanjut nanti saja, kita mulai pelajaran dulu keburu bel loh nanti," tegur Pak Han pada mereka. Mereka langsung patuh dan diam sambil tertawa kecil pada Pak Han.
"Sekarang kita mulai dengan pelajaran sastra China. Buka halaman 108 kita bahas tentang makna puisi itu," ucapnya tegas.
"Rui kamu bisa bergabung dengan Deng Yīn dulu. Nanti sepulang sekolah kamu boleh ambil bukunya di perpustakaan," suruhnya
"Baik Pak, Terimakasih," ucapnya ramah.
Pak Han memulai membahas makna puisi yang ada dibuku dengan pelan dan sabar. Tak terasa bel sudah berbunyi saja. Pak Han terpaksa mengakhiri pelajaran nya dan akan disambung lagi Minggu depan.
"Kita sampai disini dulu sampai ketemu di pelajaran berikutnya" katanya.
"Baik Pak. Terimakasih," ucap semua murid sambil membungkukkan badannya.
"Iya selamat istirahat. Sampai jumpa" ucapnya dan lalu pergi meninggalkan kelas.
Waktu istirahat tiba juga. Rui diajak Mu Xioxi untuk ikut bergabung bersama pergi ke kantin .
"Ayo Xixi kita ke kantin," ajak Liang Fei.
"Sebentar FeiFei, kita ajak Rui sekalian untuk bergabung," saran Xixi.
"Boleh. Kamu ajaklah Rui, aku akan ke sana sebentar," ujarnya.
Liang Fei lalu pergi menghampiri Bao Shan yang masih melanjutkan membaca bukunya.
"Shan Shan kamu ikut tidak ke kantin bersama, ada Rui juga" ajaknya.
Bao Shan sebenarnya senang karena diajak Liang Fei dan langsung menutupnya. Namun mendengar Rui juga ikut, Bao Shan jadi tidak mood lagi.
(Membuka bukunya kembali) "Tidak kalian saja yang pergi. Aku masih ingin membaca," tolak Bao Shan terpaksa.
"Ya sudahlah. kita saja yang pergi," ucapnya pasrah. Liang Fei pergi kembali menghampiri XiXi dan lainnya.
"Bagaimana? Ayo kita pergi!" ajak Liang Fei pada lainnya sambil bertanya memastikan.
"Ayo! Rui juga setuju aku juga mengajak Deng Yīn sekalian untuk bergabung juga," lapornya pad Liang Fei.
"Ya sudah ayo pergi! Tunggu apalagi," ajaknya pada yang lain.
"Ayo…Ayo…Ayo" seru Deng Yīn senang karena dibolehkan ikut.
Mereka semua pergi menuju kantin meninggalkan Bao Shan sendirian di kelas. Sepertinya Bao Shan masih merasa kurang nyaman dengan keberadaan Rui.
...****************...
Di Familia Kafe. Ibu Rui sedang minum kopi bersama sahabatnya Wei Peng yang tidak lain adalah Ibu dari Bao Shan. Mereka berdua belum sempat bertemu sejak Ibu Rui pindah. Itu juga karena Ibu Rui yang tidak mempunyai banyak waktu karena sibuk akan jadwal kerjanya yang padat.
"He Meng, aku sangat senang kamu mengajakku minum kopi bersama," ucap Bibi Wei senang.
"Iya aku juga Wei Peng. Rasanya kita sudah lama tidak berkumpul seperti ini," kata He Meng. Sepertinya ia merasakan kerinduan akan suasana harmonis didalam hatinya.
"He Meng bagaimana pekerjaan mu? Apakah lancar?" tanyanya sambil menyeruput kopinya.
"Ya seperti inilah. Aku sedikit sibuk dengan jadwal wawancara ku," jawabnya.
"Tapi aku salut denganmu senamun kau sibuk tapi kau bisa mendidik Rui dengan baik," puji Bibi Wei.
(Meminum kopinya) "Kau sudah bertemu dengannya," tebaknya kaget.
"Iya, kebetulan kemarin anakmu sempat membantuku menemukan si Poppy anjingku yang hilang," ucapnya. "Selain baik ia juga sangat ramah padaku walau baru pertama kali bertemu," puji Bibi Wei pada anak sahabatnya.
"Benarkah, Rui memang seperti itu dari kecil. Aku sangat bersyukur bisa memiliki Rui di hidupku," ucapnya bangga.
Mereka berdua kembali menyeruput kopinya bersama. Sebari mengobrol mereka berdua sesekali bercanda juga untuk memecah suasana.
...****************...
Rui dan lainnya sudah kembali ke kelas untuk pelajaran selanjutnya. Namun Guru yang mengajar tidak datang hari ini. Karena jam kosong, sehingga mereka disuruh untuk belajar sendiri.
Tak terasa bel pulang sekolah berdering. Murid kelas 8B satu persatu meninggalkan kelas. Saat ingin pulang, Rui mendadak diajak Liang Fei untuk pulang bersamanya bareng Bao Shan juga.
"Fei Fei ayo pulang!" ajak Bao Shan padanya.
Liang Fei tidak langsung menyetujuinya. Ia malah beralih mengajak Rui untuk pulang bersama.
"Kita pulang bareng yuk," ajak Liang Fei pada Rui.
"Maaf Fei, aku mau ke perpustakaan untuk mengambil buku. Jadi kita tak bisa pulang bersama hari ini," tolaknya menyesal.
Rui harus segera mengambil bukunya di perpustakaan. Ia tak mau terus-terusan merepotkan Deng Yīn dengan berbagi buku dengannya setiap hari.
"Mau aku temani," tawar Liang Fei antusias ingin menemani Rui.
"Tidak usah aku sendirian saja," tolak Rui lagi.
"Kamu pulang saja bersama Bao Shan. Kasihan ia sepertinya sudah menunggumu," ujarnya.
"Ayo Fei! Rui juga tak mau," ajak Bao Shan tak sabar.
"Ya sudah Rui tak apa kamu hati-hati. Aku pulang duluan. Dah sampai besok," pamit Liang Fei padanya sambil melambaikan tangan.
"Dah sampai jumpa!" balas Rui sambil melambaikan tangan juga tanda berpisah.
Rui sudah pergi ke perpustakaan dan sudah mengambil buku yang dimaksud Pak Han. Di perjalanan pulang, Rui tak sengaja melihat Deng Yīn teman sebangkunya sedang sendirian bermain basket di lapangan sekolah. Rui pun menghampiri Deng Yīn dan menyapanya.
"Deng Yīn," panggil Rui keras.
Deng Yīn lalu mendengar suara Rui dan berhenti bermain.
"Eh Rui, kamu baru pulang?" tanya Deng Yīn dengan terengah-engah karena lelah.
"Iya aku baru dari perpustakaan mengambil bukuku," jawabnya.
"Oh begitu," ucap Deng Yīn sambil membuka botol minum lalu meminumnya untuk menghilangkan rasa haus.
"Kamu juga kenapa belum pulang? Malah main basket sendirian disini," tanya Rui padanya.
"Aku memang sebelum pulang biasa mampir disini untuk main basket sebentar," jawabnya.
"Oh begitu. Ya sudah ayo pulang hari sudah mau gelap, mainnya sambung besok lagi, ujarnya sambil mengajak temannya itu.
"Ayo, aku juga sudah lelah. Lain kali kita harus main bersama," ajaknya juga.
"Baik-baik ayo kita cepat pulang!" ajak Rui kembali sambil merangkul Deng Yīn. Sepertinya mereka sudah cukup akrab, padahal baru pertama kali kenal dengannya.
...****************...
Malam hari tiba. Rui juga sudah ada di rumah dan sedang belajar di kamarnya. Tiba-tiba ibu Rui masuk mengantarkan susu untuk Rui dan bertanya sedikit pada Rui tentang kabar sekolah nya hari ini.
"Rui ibu mau tanya. Bagaimana sekolahmu hari ini?," tanyanya sebari duduk di kasur Rui.
Rui lalu menghentikan kegiatan belajarnya dan berbalik menghadap Ibunya.
"Aku sangat senang. Bahkan aku mendapat banyak teman baru disana selain Liang Fei," jawabnya sambil memegang gelas susu yang hendak diminumnya.
"Siapa Liang Fei?" tanya Ibu Rui penasaran.
"Anak penghuni sini juga. Kalau tidak salah ia tinggal di lantai 3. Ia juga teman dekatnya Bao Shan anaknya Bibi Wei," jelasnya.
"Oh begitu. Ibu sangat senang kamu mendapat banyak teman akhirnya, ucapnya lega.
"Apa kamu dekat juga dengan anaknya bibi Wei?" tanyanya penasaran.
"Kalau Bao Shan…… Mungkin aku tidak terlalu dekat dengannya. Sepertinya ia tidak terlalu menyukaiku," pikirnya.
"Kamu jangan begitu mungkin ia belum terbiasa saja denganmu," ucapnya sambil mengelus rambut Rui.
"Mungkin," katanya singkat sambil mengangkat bahunya.
"Kamu juga katanya kemarin membantu bibi Wei menemukan Poppy" ucapnya lagi.
"Iya kebetulan aku bertemu dengannya kemarin" jelas Rui.
"Ya sudahlah mama tidur dulu. Kamu juga jangan kemalaman. Cepat tidur," pesannya.
Rui mengangguk "Iya Mah," ucapnya patuh.
"Selamat malam" pamitnya sambil tersenyum.
Rui tersenyum balik "Selamat malam" balasnya.
Itulah kehidupan Rui disekolah barunya. Ia sekarang akhirnya memiliki banyak teman karena sifatnya yang ramah dan mudah bergaul.
Bersambung....………
Pagi yang cerah di kota Tianjin. Rui sudah siap berangkat sekolah. Di bukanya pintu rumah oleh Rui. Ia ternyata keluar bersama ibunya. Ibu Rui bermaksud untuk mengantar anaknya sampai ke depan lift. Saat menuju ke lift, Ibu Rui melihat Bibi Wei sedang berdiri didepan lift bersama anaknya. Bibi Wei yang hendak menekan pintu lift jadi tak jadi karena dipanggil oleh Ibu Rui.
"Wei Peng heyy" panggil Ibu Rui.
Bibi Wei menengok ke sumber suara "Eh He Meng kamu antar Rui juga?," tanyanya.
"Iya kamu juga, kebetulan sekali" jawabnya.
"Iya begitulah seperti biasa, tugas Ibu-Ibu" ucapnya sambil tertawa kecil.
"Ngomong-ngomong itu anakmu," tebaknya sambil menunjuk Bao Shan.
"Hayya, Xiao Shan berhenti baca bukumu, cepat sapa Bibi He" tegur Bibi Wei.
Bao Shan langsung berhenti membaca karena ditegur ibunya.
"Hallo Bi!" sapanya sambil membungkukkan badan.
Ibu Rui membalas dengan senyuman.
"Selamat pagi!" sapa Rui juga pada Bibi Wei dan Bao Shan.
"Eh Rui, pagi juga" balas Bibi Wei sambil tertawa kecil.
Karena merasa kelamaan, Bao Shan jadi berinisiatif membuka pintu lift sendiri. Tanpa adanya sopan santun ia langsung masuk. Sambil berjalan, sambil juga ia berpamitan.
"Ma aku berangkat," pamitnya dingin.
Bibi Wei yang sedang mengobrol langsung berhenti.
"Hayya, anak itu," ucapnya sambil menahan amarah.
"Mah kalau begitu aku juga berangkat," pamit Rui pada Ibunya sambil mencium tangan.
"Hayya, mama lupa. Ya sudah hati-hati" pesannya.
"Woi mau masuk tidak," teriak Bao Shan tiba-tiba.
"Iya iya, selamat tinggal Bi," jawab Rui sambil berpamitan pada Bibi Wei.
Pintu lift lalu tertutup.
"Hayya, anak itu tidak sopan sekali. Dia sepertinya butuh pelajaran dariku," ucap Bibi Wei kesal. "He Meng maaf ya" tambahnya meminta maaf padanya.
"Sudah-sudah tak apa, lebih baik kita pulang saja," bela He Meng.
"Hayya, pusing aku" gumamnya sambil berjalan.
...****************...
Didalam lift, mereka berdua masih diam membisu karena canggung. Rui pada akhirnya membuka suara duluan.
"Bao Shan, aku minta maaf ya soal Poppy kemarin. Aku sudah salah mengira padamu," ucap Rui menyesal.
"Itu tak masalah, lagi pula aku sudah lupa" katanya sambil membuka buku dan membacanya.
"Syukurlah aku senang" ucap Rui lega.
Tiba-tiba lift berhenti dilantai 3. Rupanya itu Liang Fei yang masuk. Ia sedikit terkejut melihat Rui bersama Bao Shan.
"Hai Rui, selamat pagi" sapa Liang Fei sedikit heran.
(Tersenyum) "Pagi juga" balasnya.
Liang Fei lalu pergi ke sebelah Bao Shan dan bertanya apa yang terjadi.
"Tumben kamu bersamanya, sepertinya kamu sudah akrab," godanya sambil berbisik.
"Diam kamu ini hanya kebetulan saja," katanya pelan.
Rui lalu melirik pada mereka. Liang Fei yang sadar sedang diperhatikan olehnya langsung salah tingkah.
"Oh kebetulan, kebetulan sekali ya" katanya gugup.
Rui langsung tersenyum dan menganggap itu bukan apa-apa.
Pintu lift berhenti dan terbuka. Saat sudah terbuka, Bao Shan langsung berjalan duluan tanpa menunggu.
"Hey Xiao Shan tunggu kami," teriak Liang Fei.
"Ayo Rui cepat," suruhnya pada Rui.
"Oh iya iya," ucapnya mengangguk sambil berjalan menyusul.
...****************...
Di SMP N 08 Binhai tercinta. Murid-murid sedang berlarian ke arah koridor sekolah letak Mading ditempel. Sepertinya ada pengumuman baru yang tertempel disana. Rui, Bao Shan dan Liang Fei sudah tiba disekolah. Mereka bertiga terlihat heran dengan murid-murid yang berlarian.
"Ada apa ini?" tanya Liang Fei penasaran.
"Aku juga tak tahu," kata Rui bingung.
"Sepertinya itu jawabannya," tebaknya sambil menunjuk ke arah kerumunan.
"Ayo kesana," ajak Liang Fei.
Rui dan Bao Shan mengikuti Liang Fei.
"Wah pengumuman baru," ucap Liang Fei terkejut.
"Rui, Bao Shan sini lihat," ajaknya pada mereka berdua.
"Bao Shan lihat pengumuman," kata Rui sambil menyenggol Bao Shan.
"Aku tahu," ucapnya dingin.
"Pengumuman tentang apa Fei?" tanya Rui penasaran.
"Disitu tertulis Klub sekolah, kita disuruh memilih" jawabnya setelah melihat sekilas bagian pengumuman. Liang Fei tak bisa membaca keseluruhan pengumuman jadi ia hanya membaca intinya saja.
"Oh begitu," ucap Rui.
Bel masuk berdering. Murid yang tadi berkumpul langsung pergi menuju ke kelas masing-masing.
"Sudah bel, ayo cepat kelas" ajak Bao Shan.
"Tunggu aku belum baca semua," tunda Liang Fei.
"Fei Fei ayo," ajak Rui juga.
"Sudahlah nanti juga tau," ucapnya pasrah.
Dikelas mereka bertiga langsung menuju tempat duduk masing-masing. Rui menarik kursinya sambil menyapa Deng Yīn teman sebangkunya.
"Pagi" sapanya.
"Apakah kamu sudah lihat papan pengumuman?" tanya Deng Yīn padanya.
"Sudah aku sudah lihat tadi," jawabnya.
"Bagaimana tanggapanmu?" tanyanya lagi.
Rui tidak sempat menjawab karena Pak Han keburu masuk ke kelas. Pak Han masuk sambil membawa tumpukan kertas ditangannya.
"Selamat pagi!" sapanya pada para murid.
"Pagi Pak!" seru para murid.
"Bao Shan kesini sebentar," panggil Pak Han.
Bao Shan beranjak dari tempat duduknya lalu menghampiri Pak Han.
"Tolong bagikan kertas ini," pintanya
"Baik Pak," ucapnya.
Sambil Bao Shan membagi sambil juga pak Han memberi tahu tentang kertas tersebut.
"Itu formulir tentang klub sekolah. Silakan isi sesuai minat kalian," jelasnya.
Bao Shan sudah duduk kembali. Ia melihat lembar tersebut sebentar sebelum ditaruh ke laci mejanya.
"Kalian sudah dapat semua?" tanya Pak Han pada para muridnya.
"Sudah Pak!," seru mereka berdua.
"Jangan lupa diisi ya, isi saja sesuai keinginan kalian," pesannya dan lalu pamit pergi.
"Bagaimana Rui kamu mau pilih yang mana?" tanya Deng Yīn penasaran.
"Aku belum tahu. Aku akan memikirkannya nanti," jawabnya.
"Kalau kamu sudah tahu apa yang kamu pilih, tolong beritahu aku ya," pintanya
Rui mengangguk "Baiklah," ucapnya.
"Liang Fei kamu ikut klub taekwondo saja," saran Mu Xioxi padanya.
"Boleh juga," katanya.
Liang Fei menengok kebelakang dan bertanya pada Rui.
"Kamu pilih apa Rui?" tanyanya.
"Dia masih bingung," jawab Deng Yīn mewakilinya.
"Oh begitu," ucapnya.
Liang Fei berbalik dan menaruh kertas formulir kedalam laci mejanya juga. Ia pun membuka buku dan mulai mengerjakan beberapa soal.
Di Kantin sekolah Rui dan temannya sedang makan bersama. Bao Shan juga ada disana duduk disebelah Liang Fei. Mereka semua memesan Mie daging yang ada disana.
Pesanan mereka tiba. Bao Shan melihat di dalam mienya terdapat banyak daun bawang. Ia pun langsung memisahkan karena tak suka dengan daun bawang. Liang Fei yang melihatnya langsung menyuruhnya menaruh daun bawangnya ke mangkuk miliknya.
"Hayya kamu ini, sudah jangan dipisahkan lagi. Taruh saja disini," suruhnya karena tak tahan. Liang Fei lalu mendekatkan mangkuk miliknya.
"Baiklah, terimakasih" katanya sambil menaruh daun bawang miliknya ke mangkuk milik Liang Fei.
"Wah tak sangka kalian sangat dekat ya," ucap Rui terkesan pada mereka berdua.
"Rui, mereka memang selalu begitu" kata Deng Yīn sambil menguyah.
Rui sekarang mengerti. Ia lalu kembali memakan mienya.
"Hem enak Deng Yīn, aku jadi pengin nambah" canda Mu Xioxi.
"Tambah lah aku yang traktir," suruhnya.
"Wah terimakasih," ucapnya senang.
Mereka berlima menikmati makanannya dengan gembira apalagi gratis karena ditraktir oleh Deng Yīn. Sembari makan sesekali mereka juga bercanda. Rui merasa bahagia bisa bertemu dengan mereka semua. Dengan ditambah lagi Bao Shan yang sepertinya juga sudah memaafkan Rui dan menerima kehadirannya.
Waktu pulang sekolah adalah waktu yang paling dinantikan para murid. Rui hari ini pula bersama Bao Shan dan Liang Fei. Mereka bertiga sudah ada didalam bis dan hendak turun karena sudah sampai di apartemen. Mereka bertiga lalu berjalan bersama.
"Panas ya kita beli minum yuk," ajak Liang Fei.
"Boleh Fei aku juga haus," kata Rui.
"Kamu ikut tidak?" tanyanya pada Bao Shan.
"Hem aku titip saja," ucapnya. "Aku tunggu di taman" tambahnya.
"Belikan aku teh susu Boba seperti biasa," pintanya.
"Aku tahu, aku pergi dulu" pamit Liang Fei.
"Ayo Rui," ajaknya.
Mereka berdua pergi ke kedai sedangkan Bao Shan menunggu di taman. Biar tak bosan menunggu ia membuka bukunya dan mulai membaca. Tak sampai beberapa menit mereka sudah kembali lagi.
"Nah minuman mu," ucap Liang Fei sambil memberikan minuman pesanan Bao Shan.
"Rasa matcha kan?" tanyanya memastikan pesanannya itu benar.
"Iya, kan kamu suka rasa itu," jawabnya memastikan.
Bao mengacungkan jempolnya "Terimakasih kasih, Eh kok cepat sudah balik. Bukannya kedai itu sangat ramai," ucapnya heran.
Teryata itu alasan Bao Shan tak ikut ke kedai. Ia tidak suka jika berdesakan atau mengantri menunggu berjam-jam.
"Iya, berkat bantuan Rui" pujinya pada Rui.
Tadi di kedai.…
Kedai susu Boba sedang ramai. Mereka berdua akhirnya terpaksa mengantri. Namun ternyata ada salah satu pegawai mengenal Rui. Pegawai itu adalah teman tantenya yang bekerja sebagai pelayan disitu. Pegawai itu menepuk pundak Rui sehingga membuatnya sedikit terkejut.
"Rui, ini kamu kah?" tanyanya menebak.
Rui menengok "Siapa ya?" tanyanya sedikit bingung.
"Aku Jingjing teman Fang Ling, Tantemu," katanya.
"Kakak tau aku dari mana?" tanyanya lagi.
Rui jelas bingung karena ia belum pernah bertemu tapi pelayan itu tahu Rui dengan jelas.
"Tantemu menunjukkan fotomu padaku. Karena kamu terlihat tampan, Kakak jadi langsung tahu," jelasnya sambil memuji Rui.
Liang Fei tertawa kecil "Hem fans baru nih" godanya pada Rui pelan.
"Kalian mau pesan minum," tebaknya.
Rui dan Liang Fei mengangguk.
Kakak pelayan tertawa "Ya sudah Kakak pesankan" tawarnya. "Kalian mau beli yang mana?" tanyanya lagi.
Mereka tersenyum senang "Tolong pesankan teh susu Boba 2 ya Kak" pesannya.
"Tadi Bao Shan mau minum yang apa?" tanyanya pada Liang Fei.
"Satu teh susu Boba rasa matcha katanya," jawab Liang Fei.
"Nah itu Kak," celetuknya.
"Ok Kakak mengerti, tunggu sebentar ya" ucapnya.
Tak menunggu lama Kakak pelayan sudah datang dan memberikan pesanan mereka.
"Terimakasih Kak," ucap mereka berdua.
Mereka bertiga sudah berjalan menuju pintu apartemen sambil menyedot minum masing-masing. Saat mau masuk kebetulan sekali mereka berjumpa dengan kakeknya Liang Fei. Kakeknya bernama Liang Fu dan pemilik balai perguruan taekwondo dilantai bawah. Di sanalah Liang Fei belajar beladiri.
"Kalian baru pulang?" tanyanya pada mereka.
"Iya, kakek dari mana?" tanya cucunya balik.
"Kakek habis dari supermarket beli bahan untuk pangsit. Kakek mau buat pangsit untukmu," jelasnya.
"Oh begitu, Kakek kenalkan ini Rui teman baru Fei Fei" katanya sambil memperkenalkan Rui.
"Hallo hallo," sapa Kakek Liang.
Rui membungkukkan badannya untuk membalas sapaannya.
"Bao Shan bagaimana kabar Ibumu?" tanyanya tiba-tiba.
"Kabar Ibu baik kek," jawab Bao Shan.
"Baguslah bagus hehehehe" ucapnya sambil tertawa.
"Kalian mampir yuk ke rumah kita makan pangsit bersama," ajak kakek liang.
"Iya kalian harus mencoba pangsit buatan Kakek, pasti kalian ketagihan" katanya bangga.
"Boleh," seru mereka berdua.
"Mari mari," pinta Kakek Liang.
"Sini Kek kami bantu," tawar Rui dan Bao Shan.
"Boleh boleh terimakasih kalian memang anak baik," ucapnya sambil memuji.
Mereka berjalan masuk ke lift menuju lantai 3 tempat Liang Fei dan kakeknya tinggal. Liang Fei selama ini tinggal bersama kakeknya semenjak orang tuanya pergi. Kakek Liang membesarkan Liang Fei sendirian. Kakaknya yang bernama Liang Jun jarang pulang karena sibuk bekerja di kepolisian.
Sekarang mereka bertiga sedang menunggu pangsit yang sedang dimasak oleh kakek Liang. Mereka bertiga duduk dan menunggu dimeja makan. Tidak perlu menunggu lama, pangsit sudah matang dan siap dihidangkan.
"Pangsit datang," seru Kakek Liang sambil membawa pangsit dan dihidangkan kepada mereka.
"Silahkan coba," suruh Liang Fei mempersilahkan.
"Bagaimana enak?" tanya Kakek Liang memastikan.
"Enak kek ini enak sekali," kata Rui setelah memasukkan beberapa pangsit kedalam mulutnya.
Bao Shan juga mulai menyendok kuahnya dan siap menyicipi.
"Wah enak Kek, Kakek hebat" puji Bao Shan sambil terus menyendok kuahnya.
"Tentu saja pangsit buatan kakek memang yang terbaik," ucap Liang Fei bangga.
"Ayo habiskan kalau enak," suruh Kakek Liang pada semuanya.
Kakek Liang merasa terharu sekaligus senang karena mereka menyukai pangsit buatannya. Mereka semua makan pangsit dengan perasaan penuh kehangatan serta kebahagiaan.
...****************...
Keesokkan harinya Rui sudah disekolah dan sedang duduk melamun sendirian di bangku penonton yang ada di lapangan sekolah. Deng Yīn tiba-tiba datang tanpa suara dan mengagetkannya. Lamunan Rui seketika buyar karenanya.
"RU…UU…I," gentak Deng Yīn sambil menepuk pundaknya.
Rui kaget "Kamu rupanya," katanya.
Deng Yīn lalu duduk disebelah Rui "Ada apa?" tanyanya.
"Aku sedang bingung, aku tak suka dengan pilihan klub di sekolah ini. Aku tak ada minat untuk ikut salah satu dari mereka," jelasnya.
"Aku sudah memilih untuk masuk klub basket, kamu ikut saja temani aku," tawarnya.
"Aku kan sudah bilang aku tak ada niatan sama sekali," jelasnya lagi.
"Iya juga ya," celetuknya.
Mereka berdua jadi menghela nafas bersama. Tiba-tiba Rui seketika mendapat ide.
"Bagaimana kalau aku menginginkan klub ku sendiri?" tanyanya bimbang.
"Klub sendiri sepertinya bagus," ucap Deng Yīn menyetujui.
"Benarkah, tapi apakah boleh?" tanyanya.
"Aku juga tak tahu coba kamu tanya kak Dan. Dia ketua OSIS disini. Program ini kan dibuat olehnya," sarannya.
"Kamu kenal dengannya," tebak Rui.
"Tentu saja di tetanggaku, Tapi…" katanya namun berhenti.
"Tapi apa?" tanyanya.
"Aku tak begitu mengenalnya, tapi aku tahu dia ada dimana sekarang," katanya lagi.
Rui tak bertanya lagi ia sudah tahu maksud Deng Yīn, yaitu ruang OSIS. Kan Dan yang dimaksud temannya itu pasti ada disana. Rui pun bergegas menuju ke ruang OSIS untuk mengutarakan idenya itu.
Ia sudah sampai didepan pintu ruang OSIS. Namun Rui ragu untuk membukanya. Seseorang dari belakang tiba-tiba mengejutkan dirinya.
"Apa yang kamu cari?" tanyanya.
"Aku sedang mencari ketua OSIS disini, kalau tidak salah namanya Xia Dan," jelasnya sopan.
"Oh kamu mencari ku," ucapnya.
"Kak Xia Dan," tebaknya.
"Ya itu aku," katanya mengangguk.
"Syukurlah," ucapnya lirih.
"Ada apa?" tanyanya. "Ayo masuk," ajaknya juga.
Rui duduk dan mulai berbicara soal idenya itu.
"Begini Kak aku ingin usul apa boleh aku memilih untuk membuat klub ku sendiri," katanya sedikit tak yakin.
"Tentu saja. Malahan itu usul yang bagus," ucapnya setuju.
Rui kaget karena idenya disetujui begitu saja tanpa pertimbangan apa pun.
"Benarkah. Syukurlah" ucapnya lega.
"Jika kamu ingin ruangan klub, aku bisa membantumu menyiapkannya," tawarnya tiba-tiba.
"Apakah boleh?" tanyanya memastikan.
"Tentu saja ide bagus begini jangan diabaikan kan," pujinya sambil tersenyum kecil.
"Ngomong-ngomong kamu ingin membuka klub apa?" tanyanya karena lupa bertanya tadi.
"Oh iya aku lupa," celetuk Rui pelan. "Aku ingin membuka Klub Detektif, Bagaimana menurut kakak?" kayanya sambil menanyakan pendapat pada kak Xia Dan.
"Klub detektif ya sepertinya seru," celetuknya.
"Itu bagus, tapi kamu perlu anggota" sarannya.
"Kalau itu, aku akan berusaha mencarinya" ucapnya yakin.
"Baiklah. Semangat!," katanya sambil menyemangati usaha Rui itu.
"Terimakasih kak," ucapnya senang.
"Kalau begitu aku pergi dulu," pamitnya.
Rui berjalan keluar namun dibelakang Kak Xia Dan sepertinya sedang tersenyum sinis dengan raut muka yang berbeda dengan tadi.
Rui keluar dengan perasaan senang. Namun ia masih heran kenapa Kak Xia Dan setuju begitu saja ditambah lagi ia ingin membantunya. Mungkinkah Kak Xia Dan itu kenalannya dulu atau mungkin juga itu karena ide Rui yang terlalu bagus.
Akhirnya Rui telah berhasil mengutarakan idenya dan merasa lega. Sekarang ia hanya perlu mencari anggotanya saja untuk ikut bergabung di Klub Detektif miliknya itu.
Bersambung...…
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!