Katanya didunia ini tidak ada yang tidak mungkin,
"Apakah ini akhir dari hidupku."ucap seorang wanita cantik yang sedang berada di jurang kematian.
Tak lama terdengar suara langkah kaki mendekat,semakin dekat.
"Kikiyo,diujung hidupmu aku akan memberitahu satu hal penting, aku tidak benar-benar mencintaimu."
"Hahahahaaha,"
Dengan ekspresi marah pria itu berbicara.
"Kenapa kamu tertawa, apa yang kamu tertawakan,Hem?."
Tidak ada jawaban dari kikiyo,pria itu menjadi lebih marah.
"Karena aku baik hati,aku akan mempercepat kematian mu."
Pria itu langsung menusukkan pedang pendek ke jantung kikiyo, membuatnya langsung mati seketika.
Saat sedang merasakan kegelapan yang menyelimuti matanya, kikiyo merasakan jantungnya berdetak kembali,dengan nafas yang naik turun,matanya terbuka secara perlahan.
"Aku ,belum mati?."dengan tangan yang masih memegang arah jantung.
Dia bangun dan duduk dengan perasaan yang tidak karuan, dilihatnya kedepan pintu kamar ada gerak langkah seseorang dari balik pintu.
Dia langsung mengambil pedang pendek yang ada disampingnya lalu menyembunyikan di belakang tubuhnya,saat orang itu masuk yang ternyata dia adalah seorang pelayan,
"Hay sampah,makan bubur ini,sudah berbaik hati kalau permaisuri masih memberikan kamu makan."
Kikiyo hanya menatap kearah pelayan itu dengan wajah gelap,sedikit teringat dikepalanya sekarang kalau pelayan ini selalu menyiksanya.
"Heh,kenapa kamu menatap aku seperti itu hah,minta aku hajar ya."
Pelayan itu berjalan menuju kikiyo dengan wajah marah,tangannya bahkan sudah siap melayang ke wajah kikiyo.
Jleb
Setelah pelayan itu sudah dekat, kikiyo yang sudah siap dengan pedang pendek yang ada ditangannya itu langsung menusuk perut sipelayan.
"Ah, kamu."
Kikiyo menarik kembali pedang pendek itu dan menusukkannya lagi,menarik dan menusukkannya lagi,begitu seterusnya sampai pelayan itu sudah tidak bersuara lagi.
Sekarang tubuh dan tangannya bersimbah darah sipelayan.
"Itu akibat dari pelayan kurang ajar."
Kikiyo berdiri dari duduknya dan berjalan menuju tempat pemandian untuk membersihkan diri,setelah selesai dia memakai kimono usang yang ada di lemarinya.
Saat bercermin.
"Gadis pemilik tubuh sebelumnya adalah seorang yang tidak memiliki bakat apapun, hah,tapi dia cantik,bahkan lebih cantik dari aku yang dulu."
Kikiyo merubah pandangannya kearah tempat yang tadi dia tertidur,disana ada pedang panjang seperti milik para samurai dan ada sebuah gelang yang terbuat dari emas berlambangkan burung Phoenix.
Saat dia mencoba dipergelangan tangannya gelang itu tampak cantik, seketika seperti bersinar sebentar lalu kemudian redup kembali.
Disuatu tempat ,dikerajaan kekaisaran tengah berada ada seorang pria yang sedang duduk memeriksa setiap gulungan yang ada dimeja kerjanya,sesaat dia melihat kalau gelang emas berukiran naga itu bercahaya walau samar.
"Hem, akhirnya."
Pria itu hanya tersenyum kecil sambil menyentuh gelang yang ada dipergelangan tangannya.
Kikiyo hanya menganggap bahwa itu hanya kebetulan saja mungkin,dia membawa pedang juga untuk pergi keluar dengan cara melompati pagar,pergi menuju hutan terlarang.
Diingatan sebelumnya,dia pernah membaca buku tentang dimana hutan terlarang itu, sesampainya disana kikiyo mulai mencari tanaman-tanaman yang bisa dibuat racun dan juga dibuat obat.
Setelah selesai dia kembali kekediamannya, lalu mulai meracik sendiri,dia membuat obat untuk memulihkan kondisi tubuhnya dari racun yang sudah lama bersarang.
Dia juga membuat racun,salah satunya racun pelebur raga,dia langsung mencobanya kepelayan yang tadi dia bunuh, hasilnya Mayat pelayan itu sudah tidak tersisa tapi masih ada bekas darah dilantai.
"Hem,ini sudah cukup memuaskan ."
Kikiyo tersenyum kecil,saat menurutnya sudah cukup membuat racun itu dia bergegas mengambil pedang,dia dengar kalau ayah dari pemilik sebelumnya akan pulang hari ini dari perbatasan.
Kikiyo pergi menuju kearah dapur,saat didapur dia lihat banyak sekali makanan yang akan disajikan nanti saat kepulangan ayahnya.
Dia memasukan racun pelumpuh disetiap makanan yang ada, setelah semuanya selesai dia kembali kekediamannya,
Dari luar terdengar suara banyak orang yang menyambut kepulangan ayahnya yang bernama Daisuke,atau biasa disebut jendral Daisuke,didepan gubuk yang menjadi tempat tinggalnya itu kikiyo sedang menikmati secangkir teh hangat dengan beberapa camilan yang dia ambil saat didapur tadi.
Satu jam sudah berlalu ,malam yang meriah itu kini menjadi sunyi sepi, seperti tidak pernah ada yang sedang berpesta.
Kikiyo tersenyum sambil berdiri dan berjalan menuju tempat pesta diadakan yaitu dikediaman utama,
Saat dia sampai dan masuk keruangan aula utama tersebut, orang-orang yang ada didalam sana pun sedang mengalami keracunan,tubuh mereka tidak bisa digerakkan.
Racun pelumpuh yang dia buat sangat efektif,membuat orang yang terkena efeknya Langsung merasakan lemas tidak ada tenaga bahkan jika hanya menggerakkan jari sekalipun.
Kikiyo mengedarkan pandangannya kesegala arah,dan berhenti saat menatap pria yang juga sedang menatapnya dengan perasaan rumit.
"Kikiyo."
Kikiyo sekarang sedang melihat dari dalam fikirannya sendiri siapa pria yang ada didepannya ini,dan ternyata dialah jendral Daisuke ayahanda dari pemilik tubuh ini.
"Jadi kamu masih ingat nama dari pemilik tubuh ini, jendral?."
"Tentu saja bukankah kamu anakku."
"Hahahaha,anak mu?,aku sangat terharu sekali saat kamu mengatakan itu."
"Kikiyo kamu tidak terkena racun pelumpuh, syukurlah nak,jangan memakan makanan yang ada disini,ini semua beracun dan pergilah keluar untuk mencari bantuan, dan jadilah anak yang berbakti."ucap Daisuke dengan nada yang dibuat seakan sangat menyayangi kikiyo
Kikiyo tersenyum kecil sambil berjalan kearah kakak tirinya yang pertama, permaisuri dari Daisuke pun membuat tatapan membunuh ke kikiyo.
"Jangan kamu dekati putriku,dasar sampah."
"Iya ,benar kata ibunda ku ,jangan kamu sentuh adikku."ucap pria muda,dia anak laki-laki pertama dan satu-satunya dari Daisuke.
Sedangkan wanita yang dihina oleh mereka masih terus berjalan kearah anak perempuan yang hanya lebih tua satu tahun dari dirinya yang kini terlihat sangat ketakutan dengan wanita yang sedang mendekat itu.
Saat sudah sampai didekat wanita muda itu putri dari istri pertama Daisuke, kikiyo mengeluarkan pedang yang ada di pinggang rampingnya dan mengarahkan langsung ke arah leher wanita muda itu.
"Tentu saja aku adalah seorang anak yang berbakti kepada orang tua,tentu saja,tapi memiliki orang tua seperti mu ,hanya membuat ku tidak ingin mengakuinya."
kikiyo langsung menebas leher wanita muda itu,di depan semua orang.
Teriakan dan tangisan semua orang yang ada disana pun langsung pecah,lalu dia berjalan menuju pria muda tadi , sekarang pemuda itu sedang memakinya,tapi kikiyo tidak perduli dan tetap melanjutkan langkahnya.
Sesampainya dia disamping pemuda itu, kikiyo langsung menebas lehernya juga seperti adiknya, sekarang giliran ibu mereka , kikiyo sama sekali tidak memiliki rasa kasihan sedikitpun.
______________________________________________
bersambung
(^∆^)
Setelah membunuh ibu dan saudara tiri nya , kikiyo berjalan menghampiri Daisuke, sang ayah dari sipemilik tubuh terdahulu hanya bisa menangis , meratapi kematian keluarganya.
"Kenapa kamu melakukan ini semua kepada keluarga kamu sendiri kikiyo?."
"Hem,kenapa ya?,mungkin karena aku sudah bosan dengan perlakuan kalian yang semena-mena terhadap aku,kalian tidak membuangku atau membunuh ku,tapi kalian membuat aku mati secara perlahan, kamu harus sadar jendral,aku lebih mempunyai belas kasih karena aku menghukum mati mereka,dan untuk kamu tentu saja aku mempunyai hukuman sendiri untuk kamu."
Kikiyo menyeret Daisuke menggunakan tangan kosong,lalu membawanya ke gubuk yang menjadi tempat tinggalnya selama ini.
"Tinggal lah disini sampai kamu menemui ajal,ini adalah bukti bakti ku sebagai anak, apa yang kamu tanam pasti akan kamu tuai, jendral.
Tanpa kikiyo menyumpal mulut Daisuke pun ,pria paruh baya itu tidak punya kekuatan untuk berteriak bahkan letak gubuk itu sangat jauh dari melintasnya pelayan dan pengawal.
Kikiyo kembali ke aula pertemuan untuk menyelesaikan pekerjaannya,dia menuangkan beberapa tetes racun pelebur raga kesetiap mayat yang ada, setelah selesai, kikiyo memanggil para pelayan yang tersisa untuk membersihkan kekacauan yang ada.
"Untuk kalian yang masih ingin tetap bekerja disini harus mengikuti semua apa perintah dari ku, kalau tidak kalian bisa pergi karena aku membebaskan kalian untuk memilih."
Para pelayan langsung melirik kearah satu sama lain tidak wanita ataupun pria, para pelayan sepakat untuk mengikuti kikiyo mulai sekarang, kikiyo meminta untuk menutup mulut rapat-rapat dari siapapun yang bertanya kecuali kikiyo sendiri,bagi yang melanggarnya akan diberikan hukuman mati.
Setelah lelah sudah memenuhi tubuhnya ,dia langsung menuju kamar yang dipakai Daisuke beserta keluarga yang lainnya hanya untuk mengambil semua jenis koin,ditimbun jadi satu disebuah kamar yang besar,kamar itu dulunya tempat ibu dari sipemilik tubuh ini.
Dia mati oleh pria yang sangatlah dicintainya itu tidak lain dan tidak bukan pria itu adalah Daisuke.
"Ibu pemilik tubuh ini mati ditangan orang yang dia cintai,sama tragisnya dengan kisah ku didunia sana,sungguh menjijikan mereka itu."
Kikiyo lekas meminta kepala pelayan untuk menemuinya.
"Saya sudah menghadap nona muda."
"Kamu mulai hari ini menjadi orang kepercayaan saya,apapun yang terjadi dikediaman ini semua menjadi tanggung jawab kamu mulai sekarang."
"Baik nona muda."
"Aku akan pergi berkelana,kalau ada orang yang bertanya tentang keluarga ini kamu bilang saja tunggu nona muda datang, tutup rapat-rapat kediaman ini sampai aku kembali,ini ada uang untuk kalian semua bagi rata kalau tidak kamu akan tahu akibatnya."
"Baik nona muda."
Kikiyo bergegas pergi dari kediaman keluarga Daisuke.dengan membawa Sedikit perbekalan,dia memakai baju kimono yukata milik saudara tiri nya yang belum sempat wanita itu pakai.
Kikiyo menaiki kuda yang sudah disiapkan oleh pelayan,kuda berwarna hitam arang itu pun sangat gagah , kikiyo mengelus dan mengagumi keindahan kuda itu baru memukul tanda untuk sang kuda untuk jalan.
Setelah kikiyo keluar dari gerbang kediamannya, pintu gerbang langsung ditutup rapat-rapat dari dalam dan tidak ada penjaga yang ditaruh diluar seperti biasa,kini mereka diperintahkan kikiyo untuk menjaga dari dalam saja untuk menghindari pertanyaan orang luar.
Saat sudah berjarak cukup jauh dari kediamannya, kikiyo melewati pasar banyak tatapan mata yang mengarah kepadanya, dia tidak perduli dan tetap melanjutkan perjalanan.
Banyak orang yang bertanya siapa wanita cantik yang sedang duduk manis di punggung kuda tersebut, dari tali pengikat kudanya sudah jelas kalau ada tanda pengenal dari keluarga jendral Daisuke.
Apakah wanita itu salah satu dari keluarga sang jendral?.fikir mereka serempak
Kikiyo menghentikan kudanya disebuah toko yang menjual berbagai macam jenis pisau kecil , kikiyo dengan teliti memilih pisau kecil yang pas untuk dirinya.
"Nona,apa kamu sudah menemukan pisau yang kamu cari?."ucap sipelayan.
"Ya."
Kikiyo hanya menjawab singkat sambil menyerahkan beberapa pisau kecil yang sudah dia pilih tadi.
"Anda memang wanita yang pintar memilih barang bagus,pisau bermata dua ini sangat tajam kalaupun tidak kena ujung yang pertama,anda masih memiliki kesempatan sisi lainnya."
"Ya apalagi kalau sampai dilumuri racun, itu menambah keefektifannya bukan.",
"Ya tentu saja,tapi apa racun itu tidak akan melukaimu nona."
"Tentu tidak."
Kikiyo tidak mempubrisnya lagi,dia bergegas pergi meninggalkan sipelayan tadi,
"Tunggu nona,selamat berburu dan semoga nona muda dari kediaman jendral Daisuke mendapatkan buruan yang bagus."
"Apa kamu tahu dimana aku bisa mendapatkan budak."
"Kalau nona mau membeli budak,nona hanya harus kekota nagara lalu setelah melewati kota itu ,nona akan menemukan wilayah nah ditempat itu banyak sekali penjual budak."
"Baiklah terimakasih banyak."
Kikiyo tidak perduli saat pelayan tadi mengetahui identitasnya entah mengapa sepertinya dia sangat terkenal,walau hanya seorang sampah.
Kikiyo terus memacu kudanya,sesaat saat ditengah perjalanan dia beristirahat setelah itu dia mulai melanjutkan perjalanan.
Tibalah dia dikota nagara,masih dibawah kekaisaran yang sama dengan kediamannya kekaisaran selatan.
Kikiyo berhenti disebuah penginapan,dia turun lalu melangkah menuju kedalam penginapan.
"Satu kamar."
"Baik,ini nona silahkan."ucap pelayan sambil memberikan konci
"Terimakasih."
Kikiyo tersenyum sambil berjalan pergi menuju kamar yang dia pesan.
"Nona apa masih ada yang anda perlukan?."
"Ada,,,,apa aku bisa meminta tolong?."
"Tentu saja nona,bisa."
"Tolong belikan aku topi bambu yang memiliki penutup wajah,ini uangnya ."
Kikiyo memberikan beberapa koin emas kepada si pelayan
"Baiklah nona saya akan pergi membelinya."
"Apakah uang itu cukup?."
"Iya, cukup nona."
Pelayan itu pergi meninggalkan kikiyo sendiri diruangan,
Kikiyo menunggu dengan sabar sambi meminum teh hijau dan kue didalam kamar sambil memandangi orang yang sedang lalu lalang.
Tiga puluh menit kemudian pelayan tadi sudah datang kembali dengan sebuah penutup kepala berwarna hitam, kikiyo menerima penutup wajah itu lalu kembali menutup pintu kamar.
Setelah selesai memakai pakaiannya, kikiyo bergegas pergi,dia masih memakai kimono yukata, hanya yang berbeda penutup kepalanya saja.
Setelah keluar Langsung menaiki kudanya, kikiyo bergegas pergi menuju desa yang berada di perbatasan kota nagara.
Sesampainya dia di desa sunyi, kikiyo melihat ada tempat seperti rumah,tapi itu lebih bisa dibilang penjara karena disana adalah tempat penjualan budak.
"Selamat datang nona."
"Aku mencari budak laki-laki."
"Silahkan sebelah sini nona."
Pemilik tempat ini mengajak kikiyo untuk pergi melihat-lihat koleksi rumah budak itu, saat melewati lorong kikiyo mendengar suara nafas seorang pria dari penjara yang sangat gelap.
"Siapa yang ada diujung ruangan sana."
"Dia dulu terkenal dengan kegilaannya nona bahkan dia membunuh pamannya sendiri hanya karena pamannya itu mau menikahi seorang wanita dan diasingkan lalu dijual oleh keluarganya sendiri disini."
"Aku ingin melihatnya."ucap kikiyo sambil tersenyum tipis
"Dia sudah gila dan depresi nona jangan mendekat."
Kikiyo tidak perduli dengan ucapan pemilik tempat itu, kikiyo malah semakin mendekati ruangan yang memiliki pintu jeruji besi itu.
"Buka pintunya."
"Tapi nona."
"Cepat buka,aku ingin melihat seberapa besar kegilaannya."
"Baiklah nona."
______________________________________________
bersambung
(^∆^)
Pemilik tempat itu pun menurutinya, setelah pintu jeruji terbuka kikiyo melangkahkan kakinya untuk masuk.
"Siapa namamu?."
"Aku tidak punya nama."
Tiba-tiba pemuda itu langsung menyerang kikiyo, dengan refleks gerakan cepat kikiyo menangkis dan menendang pemuda itu sampai dia tersungkur ketanah.
"Lemah,,,aku tidak tertarik lagi."
"Tunggu, aku lemah karena sedang terluka."
Saat mendapatkan serangan balasan dari kikiyo,pemuda itu berfikir kalau nona yang ada didepannya ini bukanlah orang sembarangan,jadi dia berubah pikiran.
"Seberapa besar dendam yang kamu miliki untuk orang-orang yang telah membuat kamu menjadi seperti ini."
"Dendam yang aku miliki sudah sampai di darah daging hingga ketulang tubuh ini.
"Pelayan."
"Ya nona."
"Berapa harga pemuda ini."
"Lima puluh koin emas nona."
"Terjual."
Setelah kesepakatan dibuat , kikiyo membayar biaya yang sudah disepakati, dia menerima surat budak itu dan sekarang sudah ada ditangannya.
Setelah keluar dari rumah budak itu,
"Ini surat budak yang aku terima tadi , kamu bebas sekarang."
"Tapi nona bukankah anda sudah membeli saya dan itu berarti saya harus menjadi pelayan nona."
"Kamu tidak ingin mengikuti siapapun bukan?,jadi pergilah aku membebaskan kamu."
Kikiyo merobek kertas kepemilikan budak itu menjadi serpihan kecil,membuat pemuda itu tertegun sejenak, setelah sadar dari keterkejutannya dia langsung bersujud dan memohon kepada kikiyo.
"Nona,aku memang lemah sekarang tapi saat aku sudah sembuh,aku bisa lebih kuat dan ahli dalam ilmu beladiri pedang, tolong nona pertimbangkan saya untuk mengikuti setiap langkah nona."
"Kamu jangan merasa berhutang Budi kepada ku."
"Saya benar-benar tidak memiliki tujuan hidup nona."
Dengan beberapa pertimbangan
"Baiklah ,kalau itu mau kamu dan berdirilah."ucap kikiyo sambil merentangkan tangan kanannya
"Terimakasih nona."
"Siapa namamu."
"Mohon nona memberikan saya nama baru saja,karena saya akan memulai lembaran baru dikehidupan saya ini.
"Hugo, bagaimana menurutmu?."
"Terimakasih nona,Hugo berjanji setia."
Didesa sunyi kikiyo menyewa sebuah rumah kecil untuk menginap ,dia juga menyembuhkan Hugo sampai benar-benar sembuh.
Tak terasa kikiyo sudah dua Minggu lebih dia berada didesa sunyi,saat sedang menatap matahari yang baru saja terbit dari langit ada elang pembawa pesan.
Surat itu dari kepala pelayan,
"Nona,ada utusan dari kerajaan,dari gulungan yang dibacakan oleh Kasim istana, meminta perwakilan dari kediaman jendral Daisuke untuk menghadap."
Kikiyo langsung mengirim surat balasannya.
"Tunggu aku pulang ,aku yang akan menjelaskan situasi didalam kediaman jendral kepada kaisar langsung."
Setelah selesai menulis surat,dan elang pembawa pesan itu juga sudah makan daging segar, elang pembawa pesan langsung terbang ke langit.
"Nona ,kita sudah siap berangkat."
Dari belakang terdengar suara bariton pria muda dengan nada tegas.
"Ya Hugo,,ayo kita berangkat ."
Kali ini kikiyo pergi melanjutkan perjalanan dengan menggunakan kereta kuda, Hugo yang berada diposisi kusir.
"Nona,apa tujuan kita sekarang adalah pergi ke kediaman nona."
"Tidak,kita akan pergi kearah kekaisaran barat, untuk menagih hutang."
"Baiklah nona."ucap Hugo dengan senyum tipisnya.
Mereka melanjutkan perjalanan menuju kekaisaran barat melewati kota perbatasan antara kekaisaran selatan dengan kekaisaran barat.
Setelah menempuh perjalanan panjang, akhirnya mereka sampai disalah satu kota terbesar kedua dikekaisaran barat.
"Nona,kita sudah sampai dikota ."
"Cari penginapan."
"Baik."
Setelah menemukan penginapan,Hugo turun dan langsung membukakan pintu kereta, setelah kikiyo turun Hugo langsung memesan dua kamar.
Kikiyo mengedarkan pandangannya kesegala arah.
"Nona, silahkan."
"Ya ayo."
Mereka masuk kedalam kamar masing-masing, setelah matahari terbenam.
"Nona,apa mau saya bawakan makan malam."
Kikiyo keluar dari kamar.
"Kita pergi kerumah makan saja,Hugo."
"Baik, nona."
Mereka pun bergegas pergi kesebuah tempat makan yang lumayan ramai.
"Kursi untuk dua orang."
"Baik tuan silahkan lewat sini."
Mereka pun mengikuti sang pelayan.
"Silahkan ini mejanya tuan dan ini menu hidangan yang ada disini."
"Nona,mau makan apa?."
"Apa saja."
Hugo memilihkan makanan untuk dirinya dan juga kikiyo, sedang menikmati makanan ada seseorang yang berjalan mendekat kearah meja makan mereka.
"Hay,tuan ,anda tidak boleh membawa wanita berpenyakit makan disini, nanti orang yang makan disini merasa jijik dengan penyakit diwajahnya itu."
Kikiyo sebenarnya tidak mau perduli dengan ucapan pemuda itu,tapi dia tidak mau repot dengan harus membunuh mereka disini.
Kikiyo berdiri dengan tangan yang siap untuk membuka tudung wajahnya, sedangkan Hugo sangat penasaran,dari pertama dia bertemu dengan kikiyo belum pernah sekalipun dia melihat wajah asli nonanya ini.
Setelah kikiyo memperlihatkan wajahnya pada semua orang ,hanya ada keheningan dan setelah melihat reaksi mereka, kikiyo hanya memakai penutup kepalanya lagi.
Dia hendak bergegas pergi,Hugo masih tertegun,tapi dia langsung kembali sadar untuk mengejar kikiyo yang sudah ada didepan pintu masuk rumah makan itu.
Semua orang termasuk pemuda tadi masih tertegun.
"Pengawal."
"Ya tuan."
"Apa wanita tadi seorang Dewi."
"Sepertinya begitu tuan."
"Hah,dia,,,mana dia,dimana Dewi tadi."
"Sudah pergi tuan."
"Ah sialan ,kalian kenapa diam saja,cepat kejar."
"Baik tuan."
Sedangkan wanita yang sedang mereka cari-cari, sudah berada didalam kereta,dia sudah melanjutkan perjalanan menuju kediaman keluarga Hugo.
"Nona."ucap Hugo dari kursi kusir
",,,,,,,,,,(-_-)
"Nona."
"Ya."
"Apa nona baik-baik saja."
"Ya."
"(-_-)
Setelah memasuki kawasan hutan kereta kuda dihadang lima orang berjubah hitam.
"Mau apa kalian."
"Kami ingin wanita yang ada didalam kereta."
"Kalau aku tidak mau."
"Kamu mati."
Kelima orang itu langsung turun dari kuda mereka, begitu pun juga Hugo mereka bertarung dengan begitu sengit, lima lawan satu ini tidak adil.
Kikiyo yang melihat Hugo sedang dikeroyok oleh orang berbaju hitam itu,hanya duduk santai didalam kereta.
"Hugo,apa kamu butuh bantuan."ucap kikiyo dari dalam kereta
"Tidak perlu nona,aku hanya sedang pemanasan."
"Baiklah,jangan mengecewakan."
"Baik nona percaya sama saya."
Sudah hampir satu jam Hugo masih belum bisa menumbangkan 1 orang pun, karena masih ingin menjadikan mereka sebagai bahan latihan.
"Hugo." Teriak kikiyo dari dalam kereta dengan nada kesal
Mendengar teriakan kikiyo kali ini membuat dia, harus membunuh mereka semua,tanpa perlu waktu lagi Hugo memenggal kepala mereka semua.
Hugo langsung berlari kecil kearah kereta,
"Hehehe,maaf nona saya keasikan mempermainkan mereka."
"Tuangkan ini pada mayat mereka, jangan meninggalkan satu jejak pun."
"Ini apa nona."
"Nanti kamu tahu sendiri."
Hugo langsung pergi mendekat kearah mayat yang tadi dia bunuh,matanya membulat ketika cairan yang dia tuang itu bisa melenyapkan semua bagian tubuh.
Sudah selesai membersihkan sisa pertarungannya,Hugo kembali menyerahkan cairan itu ke kikiyo.
"Nona,apa itu racun pelebur raga?."
"Ya,hayo jalan."
"Baik,nona."
Hugo yang sudah duduk didepan.
Racun pelebur yang sangat mengerikan, tidak aku sangka nona bisa memiliki racun jenis itu.fikir Hugo yang masih bergidik ngeri
______________________________________________
bersambung
(^∆^)
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!