"Kak, kapan kamu mengumumkan Eiger sebagai penerus tahta Willard?" tanya Blerim Willard, adik dari Balthis Willard.
Ada hati yang tidak rela jika putranya itu dinobatkan menjadi penerus tahta Willard. Rasa kehilangan atas putra kandungnya masih dirasakan jelas oleh Jean Claude.
Ya, Eiger Louis Willard adalah anak angkat dari Balthis Willard dan Jean Claude. Semua anggota keluarga tidak ada yang mengetahuinya lantaran mereka menutup rapat rahasia besar itu. Selama 27 tahun rahasia itu tersimpan dengan baik. Selama itu pula kesabaran Jean dan Balthis benar-benar diuji.
Sebagai saudara tertua, Balthis harus menjadikan anaknya sebagai penerus tahta Willard. Dari semua saudaranya, hanya Balthis yang menikah dan memiliki anak. Dua adiknya tidak ada yang menikah lantaran suatu sebab.
"Tidak sekarang, Blerim. Nanti ada waktunya kami akan mengumumkan," ucap Jean mengulur waktu.
"Jangan diulur lagi, Kak. Sudah seharusnya Eiger menggantikan suamimu," sahut David.
"Jangan buru-buru, Uncle. Aku belum siap," ucap Eiger disela makannya.
Menjadi anak tunggal tidaklah mudah. Eiger harus menjadi laki-laki sempurna di hadapan mama dan papanya. Namun, siapa sangka didikan orang tuanya hanyalah sebuah kedok untuk menyembunyikan rahasia besar yang tidak pernah diketahui Eiger.
Jawaban Eiger sedikit menenangkan Jean. Wanita itu bersusah payah untuk bisa bersikap manis pada putranya, tetapi hatinya selama ini hanyalah kepura-puraan semata.
"Kak, tunggu apalagi? Eiger sudah saatnya menggantikan Kakak." Blerim mengingatkan lagi.
Kekesalan Jean memuncak ketika dua adik suaminya itu memaksa untuk mengumumkan Eiger sebagai penerus tahta Willard.
"Aku tidak akan pernah mengumumkan Penerus kalau dia bukan keturunan kami," ucap Jean akhirnya.
Tidak hanya dua adik suaminya, tetapi juga suami dan anaknya itu memusatkan perhatian pada Jean. Dia sudah tidak tahan untuk mengungkapkan rahasia besar ini. Rasanya lega sekali. Walaupun pada kenyataannya akan menimbulkan masalah baru.
"Kak, apa maksud semua ini?" tanya David pada Balthis. "Apakah kalian menyembunyikan sesuatu yang tidak kami ketahui?"
Tidak hanya kedua adiknya, tetapi juga Eiger. Dia merasa kalau selama ini orang tuanya itu tidak benar-benar tulus mencintainya. Sanggupkah Eiger menerima kenyataan jika yang diucapkan mamanya itu adalah sebuah kebenaran?
Jean masih bungkam. Begitu pun dengan Balthis. Hal itu yang membuat Eiger bertanya-tanya.
"Ma, benarkah kalau aku bukan anakmu? Lalu, kenapa aku berada di tengah-tengah kalian?" tanya Eiger. Ada perasaan lain yang tumbuh di hatinya. Beberapa pertanyaan penting yang akan diajukan saat semuanya sudah kondusif.
"Iya, Kak. Saat keluarga ini akan mengangkat penerus tahta, kenapa baru diungkapkan seluruh kebohongan kalian? Lalu, di mana keponakan kami yang sebenarnya?" Blerim sangat penasaran sekali.
Ini tentunya bukan rahasia yang biasa. Eiger sudah berada di tengah mereka dalam kurun waktu 27 tahun. Lalu, di mana putra mahkota yang sebenarnya?
"Atau, jangan-jangan keponakanku sudah meninggal. Lalu, kalian menggantinya dengan bayi laki-laki yang lain?" tuding David. Dia tidak menyangka di balik kehidupan keluarga Willard tersimpan rahasia sebesar ini.
"Cukup! Jangan tuduh kami melakukan hal yang tidak ingin kami lakukan. Aku sudah cukup sabar tinggal dalam kepura-puraan untuk merawat anak orang lain daripada anakku sendiri. Kalian pikir aku tidak terguncang setelah mendapati kehidupan Eiger yang seperti ini. Sedangkan anakku di luaran sana hidup terlunta-lunta." Ungkapan seorang mama tidak pernah salah.
"Ma, lalu aku anak siapa?" tanya Eiger.
Kehidupannya yang mapan telah membuat guncangan yang hebat saat rahasia besar itu terungkap. Rasanya masih seperti mimpi berada di tengah keluarga kaya raya seperti ini. Eiger diperlukan bak pangeran oleh semua orang.
Saat semuanya terungkap, pandangan mata orang lain tentunya berbeda. Mengingat Eiger bukanlah tuan mudanya. Sebaik apa pun sikap Eiger, tanggapannya pasti sudah berbeda.
"Aku tidak tahu kamu anak siapa. Yang pasti, kami mengadopsi kamu sejak kelahiran bayiku yang sudah—"
"Jean, cukup! Tidak perlu kamu jelaskan lagi. Lebih baik kita bicarakan nanti," tegur Balthis. Sejak tadi dia mencoba mengatur irama jantungnya yang mulai tidak terkontrol.
Kejujuran istrinya membuat Balthis bingung harus menyiapkan penjelasan seperti apa pada adik-adiknya. Haruskah dia mengakui kejadian yang sebenarnya? Kesalahan masa silam yang membuat Balthis harus rela menyerahkan putranya untuk orang lain.
Kabar menyakitkan itu membuat nafsu makan Eiger menghilang. Dia merasa tinggal dengan keluarga asing yang tidak pernah dikenalnya sama sekali. Lalu, sebenarnya siapa dia? Puluhan tahun tinggal di sini, difasilitasi, dan mendapatkan perlakuan istimewa.
Eiger berdiri. Dia terduduk ke lantai di hadapan mamanya yang ternyata hanya orang lain baginya.
"Ma, bisakah kamu jelaskan siapa aku? Mengapa kamu memberikan aku tempat selayak ini jika aku hanyalah orang asing?"
Eiger memohon dan bersimpuh di hadapan kaki mamanya. Rasanya tidak adil untuk dirinya sendiri saat tahu kebenarannya. Menyakitkan dan menyayat hati. Ke mana lagi Eiger akan mencari keluarga kandungnya?
"Maafkan aku, Eiger. Aku tidak bisa menjelaskan siapa sebenarnya kamu. Kami hanya mencoba berdamai dengan keadaan saat kami kehilangan sosok bayi mungil Elov Willard," jelas Jean.
"Jadi, nama anak itu sebenarnya Elov, Kak?" tanya David.
Balthis dan Jean mengangguk. Sebelum kepergian putranya, mereka sempat memberikan nama padanya.
"Tunggu! Rahasia apalagi yang kalian sembunyikan?" tuding Blerim.
"Eiger, berdiri! Jangan bersimpuh di hadapan wanita yang bukan orang tuamu!" Suara bariton Balthis mengejutkan.
Selama ini pria yang dianggapnya papa malah sama sekali tidak memberikan penjelasan. Ini sangat membingungkan bagi Eiger. Ternyata bukan hanya mamanya yang mulai menjaga jarak dengannya, papanya pun melakukan hal yang sama.
Eiger berdiri dengan wajah kebingungan. Haruskah dia keluar dari mansion saat ini juga?
"Eiger, selesaikan makanmu! Setelah itu datanglah ke ruang kerja Uncle. Kita bicara di sana," ucap Blerim.
Eiger tidak mampu menelan makanannya lagi. Tenggorokannya kering, tercekat, dan merasa ada sesuatu yang mengganjal. Yaitu hatinya yang kini memendam rasa kecewa.
"Terima kasih, Uncle. Aku akan ke sana setelah semuanya jelas," ucap Eiger.
"Kak, kami semua menunggu penjelasan darimu. Jangan buat Eiger merasa bersalah dalam hal ini," tegur Blerim.
David lebih banyak diam. Dia mencoba mencerna semuanya. Lain halnya dengan Blerim. Dia sudah memiliki solusi lain.
Eiger berdiri. Dia hendak menemui kekasihnya, tetapi dicegah oleh papanya.
"Eiger, kamu mau ke mana? Tidak seharusnya kamu lari dari kenyataan seperti ini!" tegur Balthis.
Keluarga besar Willard sangatlah baik kepadanya. Setelah tahu kenyataannya, Eiger harus mengambil sikap. Dia memang tidak bisa menanganinya sendiri. Dia butuh orang lain. Ya, kekasihnya, Biana Calantha yang akan membantu menyelesaikan semua masalahnya.
"Aku hanya ingin bertemu dengan Biana, Pa," jawabnya.
Gadis muda itu akan menjadi orang pertama yang menjadi penasihat semua masalahnya. Biana harus menjadi orang pertama yang akan mendengar seluruh keluh kesahnya itu. Setelah itu, solusi apa yang akan didapatkan dari Biana, itulah yang akan dijalankan oleh Eiger.
Eiger tidak bermaksud mengabaikan uncle-nya, Blerim. Lebih baik dia bertemu dulu dengan Biana supaya tahu kabar gadis yang dicintainya itu. Eiger mengirimkan pesan padanya untuk bertemu di tempat favoritnya, Kafe. Gadis itu pun lekas menjawabnya hingga saat ini keduanya berada di tempat yang sama.
"Amore Mio. Apa kabarmu?" sapa Biana.
Panggilan sayang ini selalu diucapkan saat bertemu dengan Eiger. Artinya adalah cintaku. Namun, Eiger memiliki panggilan yang lain untuk kekasihnya itu.
"Bee, aku baik. Bagaimana denganmu?" Pertanyaan ini sebenarnya hanya untuk menutupi rasa gugup Eiger pada Biana.
"Aku baik, Eiger. Tumben kamu mengajak aku bertemu di sini? Ehm, maksudku tidak bisakah kita bicara di mansion seperti biasanya?"
"Tidak, Bee! Aku ada masalah serius."
"Pelayan, kemarilah!" panggil Biana.
Sebelum pembicaraan berlanjut, lebih baik Biana memanggil pelayan untuk memesan dua minuman favorit mereka. Dua gelas jus sengaja dipesan Biana. Setelah pelayan itu pergi, mereka melanjutkan obrolan yang sempat tertunda.
"Ada apa? Apakah ini tentang hubungan kita?"
Tak lama, pelayan datang membawa dua gelas minuman yang dibawanya dengan nampan. Setelah diletakkan di depan masing-masing, pelayan itu kembali. Biana mengambil satu gelas jus kemudian meminumnya. Tersisa setengahnya kemudian dikembalikan lagi.
"Lebih dari itu, Bee. Setelah masalah ini kamu dengar, aku tidak tahu apa keputusanmu selanjutnya?"
Biana memasang wajah serius. Tidak biasa kekasihnya itu berbincang serius seperti saat ini. Eiger sesekali memandang ke sana kemari seolah ucapannya sebentar lagi akan membuat Biana syok.
Irama jantung dan napas yang memburu. Eiger berkeringat dingin seakan siap menerima hukuman mati dari kekasihnya. Ketakutan ini jelas beralasan seperti senja berganti petang. Perlahan, namun Biana pasti akan meninggalkannya. Biana merupakan gadis yang terlahir dari keluarga kaya raya. Jika disandingkan dengan Eiger sebelum tahu rahasia besar kehidupannya, mereka merupakan pasangan yang sejajar.
"Amore Mio, aku menunggumu. Apa yang ingin kamu katakan padaku? Aku sudah siap mendengarnya."
"Bee, seandainya aku bukan bagian dari keluarga Willard, apakah kamu masih mau menerimaku?"
Justru tujuan Biana untuk mendapatkan Eiger adalah karena dia penerus tahta keluarga Willard yang terkenal kaya raya. Pebisnis handal nomor satu di negaranya. Apalagi Balthis itu pebisnis yang sukses mengarahkan adik-adiknya yang terjun langsung ke perusahaan. Satu perusahaan dijalankan oleh satu orang pemimpin, dan dua lainnya adalah pengawas dan pelaksana yang handal.
"Eiger, jangan berbelit-belit. Katakan apa yang terjadi? Apa kamu diusir dari keluarga Willard? Atau, kamu ada masalah yang sangat penting?"
"Lebih dari itu, Bee. Aku bukan penerus tahta keluarga Willard."
Netra Biana membulat sempurna. Tangannya semula berada di atas meja sambil memutar sedotan, kemudian diturunkan lantaran rasa terkejutnya.
"Kamu pasti bercanda. Itu tidak mungkin. Kamulah satu-satunya anak dari uncle Balthis dan aunty Jean. Mana mungkin kamu adalah orang lain. Wajahmu saja ada kemiripan dengan keluarga besar Willard. Terutama uncle Balthis, papamu sendiri. Ini pasti bohong. Apakah kamu sudah mengetahui kebenarannya dari bukti-bukti yang ada?"
Eiger tidak memerlukan semua itu. Sikap kedua orang tuanya sudah menjawab semuanya. Namun, agaknya penjelasan Eiger pada Biana tidak bisa diterima gadis itu secara langsung.
"Aku sudah mendapatkan buktinya, Bee."
Haruskah Biana lari meninggalkan Eiger sekarang? Saat cintanya pada pria itu sedang tumbuh dan berkembang pesat, tiba-tiba mendapatkan kabar seperti ini. Rasanya Biana ingin menenggelamkan wajahnya ke dasar kolam yang paling dalam. Baru saja mendapatkan kebahagiaan dengan hubungannya, sekarang dipatahkan dengan kejutan yang tidak biasa ini.
"Jadi, kamu bukan anak uncle Balthis?"
"Bukan, Bee."
Biana yang berasal dari keluarga kaya merasa tidak pantas bersanding dengan Eiger. Dia bukan lagi bagian keluarga Willard. Maka dari itu, keputusan sepihak ini pasti akan membuat Eiger sakit hati.
"Eiger, kamu mungkin sudah tahu siapa aku? Aku adalah anak dari pengusaha kaya. Jadi, aku tidak mungkin melanjutkan hubungan dengan kamu yang statusnya tidak jelas. Aku minta maaf."
Biana meninggalkan Eiger begitu saja. Dia bahkan tidak peduli lagi dengan kondisi Eiger saat ini. Dia terima atau tidak, ini mutlak keputusan Biana.
Dugaan Eiger benar. Biana hanya mencintainya karena Eiger adalah penerus tahta Willard. Namun, setelah tahu semuanya, gadis itu meninggalkan Eiger secara sepihak.
Eiger terdiam di tempat duduknya. Dia memandang jauh ke depan. Tidak boleh ada kata menyerah karena kehidupan belum berakhir.
Tersisa satu gelas minuman yang belum disentuhnya sejak tadi. Diambilnya gelas itu kemudian diminum perlahan. Eiger mengalami nasib tragis dalam satu waktu. Dia kehilangan orang tua, keluarga, dan juga kekasihnya. Sebentar lagi keluarga besar Willard pasti akan mengambil seluruh fasilitas yang sudah didapatkan selama ini.
Setelah menghabiskan minumannya, Eiger membayar bill yang diminta dari pelayan. Tak lupa dia selalu menyertakan tips untuk pelayan yang mengambilnya.
Keluar dari Kafe membuat Eiger enggan pulang ke mansion. Beberapa panggilan telepon dari uncle Blerim diabaikan.
"Maaf, Uncle. Aku belum bisa bicara lagi denganmu. Aku butuh waktu untuk menenangkan diri. Sebenarnya aku merasa kecewa sekali. Kenapa aku baru tahu hari ini?" ucap batin Eiger saat berada di dalam mobilnya. Dia ingin menuju ke suatu tempat untuk meluapkan kekecewaannya.
Perlahan mobil meninggalkan tempat parkir. Tujuannya saat ini mengarah ke puncak yang letaknya lumayan jauh dari mansionnya. Sampai di sana malam hari, sehingga Eiger langsung memarkirkan kendaraannya.
Sebuah danau yang ditengahnya terdapat pulau kecil dan bangunan kuno. Beberapa tempat bisa jadi penginapan yang nyaman untuk ditinggali. Hari sudah malam sehingga Eiger hanya bisa menikmati suasana tepi danau yang mulai sepi.
"Haruskah aku kembali ke mansion untuk memperbaiki keadaan?"
Pertanyaan itu seperti sebuah ujian yang sebenarnya sudah diketahui jawabannya. Tidak kembali pun bukan masalah besar bagi keluarga Willard. Ponselnya terus saja berdering lantaran Blerim terus menghubunginya.
"Halo, Uncle." Eiger memutuskan untuk menjawab teleponnya.
"Ah, syukurlah. Akhirnya kamu mau menjawab panggilan Uncle. Kamu di mana? Kenapa tidak pulang? Uncle ingin bicara serius denganmu."
Eiger terdiam. Sebenarnya salah juga kalau harus lari dari masalah. Setidaknya kalau mereka duduk bersama akan menemukan solusi yang tepat untuk nasib Eiger selanjutnya.
"Aku di danau, Uncle. Apakah aku masih bisa pulang ke mansion?"
Pertanyaan yang lucu, bukan? Biasanya Eiger selalu menampilkan kharismanya di hadapan semua orang. Hari ini, terlihat sekali bahwa power dari harta kekayaan sangat mendominasi sekali. Saat tahu dirinya bukan siapa-siapa, nyali Eiger menciut.
"Eiger, dengarkan Uncle! Kamu masih bagian dari keluarga besar Willard. Pulanglah! Ada yang ingin Uncle bicarakan denganmu. Ingat, kamu masih bagian dari keluarga Willard. Sampai kapanpun akan terus seperti itu. Semua orang juga tahu bahwa kamu, Eiger Louis Willard adalah penerus tahta Willard."
Adik papanya itu seakan melambungkan dirinya lebih tinggi, tetapi melihat kenyataan yang ada, Eiger harus siap terhempas ke dasar jurang terdalam.
Eiger memutuskan untuk tidak pulang malam ini. Dia sudah memberikan kabar pada Blerim untuk tidak mengkhawatirkannya. Papa dan mamanya yang menjadi orang terdekat malah tidak ada yang menghubunginya sama sekali. Mungkin saja setelah terbongkar bahwa Eiger bukan anaknya, bagi mereka sudah tidak penting lagi.
Eiger memutuskan untuk tidur di dalam mobil. Sebenarnya dia bisa saja menyewa penginapan, tetapi dia ingin menikmati keadaannya saat ini. Tertidur di dalam mobil bukan menjadi masalah. Biasanya Eiger tidur di kamarnya yang luas, empuk, dan nyaman itu. Perlahan Eiger harus membiasakan dirinya untuk tidak menikmati semua kemewahan itu.
Keesokan harinya, Eiger merasa kelelahan yang luar biasa. Tidak terbiasa tidur di dalam mobil membuatnya merasa badannya sakit sekali. Cepat atau lambat, Eiger pasti didepak dari keluarga besar Willard.
Pandangannya tertuju pada seseorang yang sedang berada di tepi danau. Seperti terlihat hendak mengakhiri hidupnya karena wanita itu terlihat merentangkan tangannya dan siap untuk terjun ke dalam danau.
Eiger bergegas mendekat. Jangan sampai karena keberadaannya di sini akan menjadi saksi kematian seseorang yang ternyata bunuh diri di depan matanya.
"Hei, kalau ada masalah itu bukan seperti itu cara menyelesaikannya! Apa kamu mau mati sia-sia?" tanya Eiger.
Ucapannya barusan sebenarnya merupakan cerminan dari dirinya sendiri. Nyatanya Eiger kabur dari masalah yang dihadapinya saat ini.
Wanita itu menoleh. Terlihat masih muda sekali dan sangat sederhana. Pandangan mata Eiger tertuju padanya. Begitu pun sebaliknya dengan wanita muda itu.
"Hah? Aku? Bunuh diri?" Wanita itu menunjuk dirinya sendiri. "Ck, kamu tidak lihat kalau aku sedang olahraga?"
Pikirannya yang sangat kacau sehingga tidak menyadari apa yang sedang dikerjakan wanita itu. Wanita itu sedang melakukan stretching untuk memulai olahraga paginya. Namun, kedatangan Eiger telah mengganggu aktivitasnya.
"Maaf, aku kira kamu sedang mengalami banyak masalah. Lalu, kamu mengambil inisiatif yang sangat buruk, yaitu terjun ke dalam danau. Aku minta maaf, ya."
"Maaf, aku tidak sebodoh itu, Tuan. Walaupun aku bukan orang kaya, tetapi aku tidak mengambil alternatif yang menyakiti diri sendiri ataupun orang lain. Maksudku, kalau aku bunuh diri akan banyak orang yang merasa kehilangan aku. Keluarga, sahabat, teman-teman, dan lingkungan sekitarku."
Terdengar bijak dan menampar keras Eiger. Dia yang tidak memiliki siapa pun saat ini merasa ingin pergi sejauh mungkin. Hampir sama dengan apa yang diucapkan pada wanita muda itu. Bunuh diri.
Setelah mendengar penuturan gamblang, Eiger jadi tahu satu hal. Setidaknya kalau hidupnya terpuruk seperti ini, dia masih bisa bermanfaat untuk orang lain. Uncle Blerim benar, dia harus kembali dan menghadapi apa pun yang akan terjadi.
"Maaf, ucapanmu barusan terasa menampar jiwaku," ucap Eiger lirih.
"Wow, atau jangan-jangan yang ingin bunuh diri itu kamu, bukan aku! Tuan, hidup itu kesempatan terbaik yang diberikan Tuhan pada kita. Maka, jangan sia-siakan hidup hanya dengan menyalahi takdirnya. Siapa tahu saat ini Anda tidak beruntung atau mengalami masalah hidup. Namun, esok hari siapa tahu kehidupan Anda berubah menjadi lebih baik."
Eiger seperti mendengarkan orang tua yang menasihati anaknya. Kebenaran yang menyakitkan ternyata membuat seorang Eiger berubah drastis. Dari pria yang semula ramah, kini lebih banyak menjaga sikap. Bukan karena takut akan kehilangan Willard sepenuhnya, tetapi dia takut kalau tidak ada orang yang mau menerimanya.
"Maaf, Anda sudah mengganggu olahraga pagiku. Aku harus lekas kembali," pamitnya.
Justru Eiger malah tertarik padanya. Kata-kata yang menentramkan jiwa itu berhasil membuka lebar mata hatinya. Bahwa keputusasaan bukanlah cara terbaik untuk menghadapi suatu masalah.
"Tunggu! Siapa namamu?"
Wanita muda itu sudah melangkahkan kaki menjauh, tetapi ketika pria itu menanyakan namanya, dia sempat berbalik arah sejenak kemudian menjawab pertanyaan.
"Zoe. Namaku Zoe!" teriaknya.
"Hai. Aku Eiger!" balasnya dengan berteriak.
Rasanya tempat ini akan menjadi paling favorit dari segala tempat di muka bumi ini. Tidak dengan tempatnya yang menyimpan daya tarik, melainkan sebuah nama yang membuatnya menarik.
Keesokan harinya, beberapa anggota keluarga mansion menyalahkan Balthis dan Jean saat mengetahui Eiger tidak pulang. Seharusnya Jean bisa merangkul putranya yang sedang terpuruk itu.
"Kak, semalam Eiger tidak pulang," ucap David.
"Biarlah. Dia bukan anakku!" jawab Jean tegas.
"Kak, bagaimanapun dia tetap anakmu. Sejak bayi kalian merawatnya. Kalau memang ada rahasia besar, tidak seharusnya diumbar seperti kemarin. Kalau sudah seperti ini, bagaimana kalau banyak orang yang tahu kondisi keluarga kita? Akan dimanfaatkan banyak orang untuk mengambil keuntungan di balik kejadian ini," ucap Blerim menjelaskan.
"Blerim, kamu pikir kakakmu tidak bertarung dengan hatinya saat merawat Eiger dari kecil. Sejujurnya setiap hari Jean merasa tertekan karena kehilangan bayinya. Walaupun Eiger menjadi pengganti, tetapi itu belum cukup membuat kami bisa menerima keadaan ini. Bayangkan! Selama 27 tahun kami berperang batin," tegas Balthis.
Mereka kembali lagi pada aktivitas paginya. Balthis akan ke kantor, sedangkan Jean menyiapkan sarapan pagi semua orang. Jean tidak sendirian, melainkan dibantu beberapa pelayan mansion. Mengenai kejadian kemarin, tak banyak yang boleh diinformasikan pada orang luar. Walaupun mereka semua tahu kalau Eiger bukan tuan mudanya, tetapi mereka merasa kasihan padanya. Sikap Eiger bahkan jauh lebih baik daripada kedua orang tuanya.
"Sebenarnya, ke mana bayi kalian?" tanya Blerim.
Balthis dan Jean berpandangan. Ini pertanyaan yang sulit sekali dijawab. Lantaran bayi mereka itu sebenarnya tidak hilang, melainkan ada suatu hal yang menyebabkan mereka harus merelakan bayinya.
"Blerim benar, Kak. Ke mana bayi kalian?" Pertanyaan yang sama diulang oleh David.
"Aku sebaiknya ke kantor sekarang," pamit Balthis.
"Sayang, kamu harus sarapan dulu. Aku sudah menyiapkannya." Suara Jean sedikit meninggi, pasalnya suaminya itu kabur dari kenyataan pahit yang disembunyikan selama ini.
"Kak, kalian tidak boleh lari dari kenyataan ini. Kalaupun ada hal yang kalian sembunyikan, setidaknya beritahu kami supaya bisa mencari jalan keluarnya," ucap Blerim.
"Blerim, selesaikan sarapan pagimu! Aku tidak mau membahas masalah ini lagi," tegur Jean.
Jean ingin melupakan semua masalahnya, tetapi itu tidak akan mungkin lantaran Eiger akan terus berada di mansion ini sampai kapan pun.
Suasana sarapan pagi terasa hambar karena ketidakhadiran Eiger di sana. Piring yang biasa digunakan olehnya juga disiapkan pelayan. Namun, kekosongan itu membuat Blerim merasa hawa mansion banyak berubah setelah kejadian kemarin.
"Kak, aku akan membawa Eiger kembali," pamit Blerim.
Jean tidak menyahut. Setelah kepergian suaminya dan Blerim, tersisa David dan Jean di sana.
"Kak, kalau kamu tidak mau bercerita masa lalu itu, maka ceritakan padaku cara untuk menemukan Elov."
David sebenarnya memberikan angin segar. Sepertinya hanya David yang bisa mengerti kondisinya. Berbeda dengan Blerim yang selalu menyayangi Eiger sebagai keponakan tunggalnya itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!