NovelToon NovelToon

Sekolahku Ada Hantu Tampan?

Hari Kelulusan

Hore! hore! hore!

Semua orang bersorak bahagia kepadaku, bahkan sekumpulan orang mengangkat tubuhku dan melemparnya ke atas secara berulang-ulang. Terlihat wajahku yang bahagia, dan orang lain turut berbahagia melihat ku bahagia. Apa yang sedang mereka rayakan? kenapa mereka seheboh itu? tentu saja karena ini adalah hari terakhir kami sekolah di sini.

Yang artinya kami sudah lulus dari SMP dan harus melanjutkan jenjang pendidikan kami ke SMA. Tapi apa yang membuat mereka lebih heboh lagi? itu karena aku dinyatakan sebagai lulusan murid terbaik di sekolah itu. Kalau kalian melihat banyak sekumpulan piala yang tertulis juara satu di lemari kaca sekolah yang di pajang di koridor sekolah. Itu semua adalah hasil pencapaian ku yang ku berikan kepada sekolah ini.

Ya itu semua adalah hasil kerja kerasku selama bersekolah disini. Aku adalah murid yang teladan dan pekerja keras, dan sejak menempati kelas 1 SMP sampai lulus pun aku selalu menjadi peringkat ke 1 di sekolah. Rasanya semua hal baru yang ku pelajari di sekolah tidak ada apa-apanya bagiku. Karena otakku cepat memahaminya, tanpa mempelajarinya untuk kedua kalinya.

Sampai-sampai aku sangat berharap kalau kepintaran ku ini ingin di kalahkan oleh seseorang suatu saat nanti. Harapan itu ada pada SMA yang akan ku tempati nanti, aku tak bisa berhenti membayangkan seseorang yang lebih hebat dariku akan mengalahkan aku, aku pasti akan menjadikan dia rival sejatiku di sekolah.

Seusai acara perpisahan itu terlaksanakan, aku naik ke atas Rooftop sekolahku untuk melihat-lihat sekolah ini sebelum aku benar-benar akan meninggalkan sekolah ku. Sekolah yang akan menjadikan kenangan indah bagiku ini, aku akan memuaskan diri dengan memandang lingkungan sekolah ku dari atas.

Plak! plak! Seseorang memukulku dengan cukup keras.

Tiba-tiba saja ada seseorang yang menyebalkan datang kepadaku dengan senyuman yang menjengkelkan, "Lisa apa yang kau lakukan disini? kenapa kau tidak ikut bermain air bersama kami?" ucap orang yang menyebalkan itu.

Ya, meski dia menyebalkan, dia adalah satu-satunya sahabatku yang setia menemaniku dari kecil. Namanya adalah Merie Roxy, dia tinggal bersebelahan dengan rumahku, itulah kenapa takdir membuatku dan dia menjadi sahabat sampai saat ini. Meski dia menjengkelkan, tapi dia adalah teman yang terbaik dari semua teman yang ku punya hingga saat ini.

Ah benar juga... sepertinya aku belum memperkenalkan diriku. Namaku, Lisa Martinez, aku adalah anak orang kaya yang ayahku adalah seorang pemilik perusahaan besar di kota besar. Lalu ibuku adalah seorang rumah tangga, aku hidup dalam keluarga yang damai dan tenang.

"Hei! kenapa kau diam saja!" teriak Merie di telingaku dengan sangat keras.

"Aww! kenapa kau berteriak di telingaku!" teriakku dengan wajah yang kesal.

"Apa kau tidak dengar apa yang ku katakan sebelumnya!" teriak Merie yang sikapnya semakin menjadi-jadi. Ukh, dia memang benar-benar orang yang menyebalkan, aku harus menahan diri untuk berhadapan dengan orang sepertinya.

"Memangnya apa yang kau katakan?" ucapku dengan wajah datar.

"Apa kau serius!?" ucap Merie yang akhirnya mengulang perkataannya kembali dan berniat untuk mengajakku turun ke bawah dan bermain bersama dengan yang lainnya. Memang terlihat seru bermain basah-basahan dan bersenang-senang dengan teman di hari perpisahan. Tapi bagiku di hari perpisahan yang kulakukan berbeda dengan kebanyakan orang.

Aku lebih memilih untuk tetap berdiri disini sambil mengingat semua kenangan yang pernah terjadi selama aku bersekolah disini, "Tidak, karena mungkin saja sekolahnya akan banjir. Jadi lebih baik aku berada di atas sini agar aman" ucapku dengan perkataan yang berisi omong kosong.

"Itu tidak mungkin terjadi! huh... ayolah! kita harus bersenang-senang" ucap Merie yang terus memaksaku dengan begitu keras.

"Huft... baiklah, sebentar saja" ucapku yang terpaksa menuruti keinginannya, sumpah... aku melakukan ini karena terpaksa. Karena aku sudah berpengalaman berteman dengan manusia ini. Jika dia menginginkan sesuatu maka pasti akan terkabul dan kalau tidak terkabul dia akan melakukan berbagai cara yang licik agar keinginannya terkabul.

Bisa-bisa kalau aku tak menuruti keinginannya saat ini. Dia pasti akan mempermalukan ku di depan umum seperti yang dia lakukan saat SD kelas 4. Itu adalah pengalaman ku yang terburuk saat itu karenanya. Hingga akhirnya aku trauma dan akan mengabulkan semua permintaan yang dia inginkan.

Begitu aku turun dan sudah sampai di Medan tempur perang air. Dalam sekejap mata sudah ada saja seseorang yang berani melemparkan aku balon air yang pecah di wajahku. Terdengar suara tawa jahat dari seseorang yang melemparkan ku balon air itu.

"Huwahahahaha! lihat wajahmu! haha! aku tak bisa berhenti tertawa!"

Rasanya amarahku ingin meledak dan seketika aku memiliki niat untuk membunuh orang yang sedang menertawai ku itu. Kemudian tiba-tiba saja Merie memberikan ku sebuah senjata air yang sangat besar. Air yang dihubungkan itu berasal dari keran sekolah sehingga menghasilkan dorongan air yang sangat luar biasa keluar dari senjata air itu.

"Fred Wilson! semoga kau mati dengan ini!" teriakku sambil menembaki dia dengan senjata air. Lantas Fred orang yang melempar bola air tepat di wajahku itu berlari dengan kencang. Tentu saja aku mengejarnya, karena percuma saja dia menghindar karena serangan ku akurat di tambah dengan tegangan air yang sangat besar.

Tapi... apa yang ada di belakang tubuh Fred!? kenapa dia membawa kantung hitam besar di punggungnya. Hingga akhirnya dia mengeluarkan senyuman jahat, "Kematian mu sudah tiba, nona..." ucap Fred Wilson yang mengambil balon air dari karung hitam di punggungnya dan melemparkannya ke wajahku dengan bertubi-tubi.

Cplash! plack! bum! balon air itu bukanlah sekadar balon air biasa. Entah kenapa begitu balon itu pecah di wajahku rasanya berbeda dengan serangan balon air pertama darinya. Setelah ku perhatikan sekujur tubuhku, barulah aku menyadari kalau itu bukanlah air. Akan tetapi balon itu berisi lumpur kotor dan disitulah aku menyerah.

Bruk! aku menjatuhkan diri dan menangis, "Huwaaaaaa!" tangisku dengan kencang yang membuat orang-orang kebingungan dengan apa yang terjadi. kemudian mereka menemukan ku dalam keadaan tubuh yang penuh dengan lumpur. Mereka menahan tawa dan ada juga yang merasa kasihan, lalu mengangkat tubuhku dan membantuku membersikan lumpur itu dengan senjata air yang masih ku pegang.

"Siapa yang membuatmu seperti ini?" ucap seseorang yang membantuku membersihkan lumpur ini dari tubuhku.

Lalu Merie segera menjawab dengan lantang, "Ini semua karena... eh!? sialan kau Fred Wilson!" teriak Merie setelah melihat kalau Fred melarikan diri dari kerumunan banyak orang setelah memperlakukan ku seperti ini. Semua orang menghela nafas setelah mengetahui siapa yang melakukan perbuatan seperti ini kepadaku.

Apa yang membuat mereka menghela nafas seperti itu? itu karena tingkah laku buruk Fred Wilson sudah terkenal di sekolah ini sebagai murid yang nakal dan usil. Dia adalah orang yang benar-benar ingin ku bunuh sebelum Merie karena tingkahnya yang tak kalah menyebalkan

Kemudian aku dan Merie pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku dari lumpur. Aku benar-benar tak menyangka kalau akan terjadi hal seperti ini. Ini benar-benar hari yang sangat menyebalkan. Aku benar-benar menyesal sekali karena telah menuruti permintaan Merie.

"Aku minta maaf soal itu, hehe" ucap Merie dari luar kamar mandi yang memegang baju ganti untukku yang ia dapatkan dari meminjam ke ruang BK.

"Aawaargh!" teriakku karena sudah tidak bisa berkata-kata lagi untuk melampiaskan amarahku saat ini sambil menghajar pintu kamar mandinya dari dalam.

"Sepertinya dia benar-benar marah" gumam Merie sambil menggaruk-garuk kepalanya.

Setelah membersihkan diri aku di bawa ke UKS karena bersin-bersin setelah mandi. Aku harus berbaring sementara di sini sampai sore hari, itu adalah waktu pulang sekolah. Tapi saat ini masih siang hari, matahari tepat berada di atas. Sepertinya aku harus menghabiskan waktu yang membosankan disini sampai sore hari.

"Baiklah karena kau sudah minum obat, kau harus tidur disini. Aku masih ingin bermain air bersama yang lainnya dan kau tidak perlu khawatir kalau kau akan tertidur nyenyak disini. Karena aku akan datang membangunkan mu setelah waktunya pulang sekolah" ucap Merie yang terlihat tidak sabar ingin membuat orang lain basah, kemudian dia pergi meninggalkan ku disini sendirian.

Hah... rasanya sangat membosankan sekali, sepertinya aku tidak bisa tidur dengan tenang karena amarahku masih belum reda. Tapi mau tidak mau aku harus segera tidur setelah minum obat, karena sepertinya obat ini mengandung kantuk. Krieet... kemudian terdengar seseorang yang masuk ke dalam UKS.

Aku tak mempedulikannya dan tetap memejamkan mataku. sampai akhirnya orang yang masuk itu duduk di pinggir kasur kakiku dan mataku seketika langsung terbuka karena aku tahu siapa orang itu. Tentu saja... dia adalah Fred Wilson, dia duduk sambil memandangku dengan wajah datar. Mungkin akan terjadi sesuatu yang tidak ku sukai lagi, aku benar-benar ingin cepat pulang.

Ketiduran

Aku benar-benar sudah muak dengan tingkah lakunya sejak dulu. Kalau tidak salah pertemuan ku pertama dengan orang menyebalkan itu di mulai sejak dua tahun lalu, saat aku masih kelas 1 SMP. Saat itu aku dan Merie sedang pergi ke kantin untuk membeli makan siang. Hingga akhirnya datang seseorang dengan wajah yang menyeramkan. Di wajahnya penuh dengan memar seperti habis berkelahi, dan tangannya penuh dengan luka dan ditutup dengan plaster luka.

"Minggir!" ucap orang itu yang menabrak ku dengan cukup kencang. Saat itu aku sedang membawa makanan di tanganku dan semua makanan itu tumpah semua karena orang yang menyebalkan yang lagi-lagi mengganggu hari damaiku.

"Lisa! hei kau berani-beraninya berbuat seperti itu kepada temanku!" bentak Merie dengan wajah kesal, kemudian begitu wajah orang itu menoleh Merie. Seketika rasa percaya diri dan keberanian Merie memudar, karena wajah orang ini tampak seperti wajah-wajah kriminal.

"Apa kau bilang!?..." ucap orang itu dengan geram dan seketika amarahnya berhenti setelah melihatku yang tergeletak dengan wajah sedih tak berdaya. Padahal saat itu yang kurasakan adalah amarah yang luar biasa sampai-sampai aku tak bisa berkata-kata dan berdiri. Kemudian setelahnya orang itu tak melakukan apapun padaku dan pergi.

Setelahnya Merie segera membantuku berdiri dan membereskan makan siang ku yang terjatuh. Kemudian Merie membelikan ku makan siang lagi untukku karena uang jajan ku sudah habis. Merie juga yang menggantikan piring yang pecah karena perbuatan orang menyebalkan itu. Namun untunglah tidak ada makanan yang mengotori seragam sekolah ku, sehingga aku tak perlu repot-repot ke ruang BK untuk mengambil baju ganti yang di sediakan.

"Orang itu benar-benar sangat menyebalkan, kita harus membalasnya kalau bertemu dengannya lagi" ucap Merie dengan wajah yang penuh dengan dendam.

"Tapi bukankah kau ketakutan tadi?" ucapku dengan datar kepada Merie yang membuat dia tersedak.

"Uhuk! uhuk!... ehem... apa? ketakutan? aku? aku tidak pernah takut dengan siapapun!" ucap Merie yang mendapatkan kembali keberaniannya dan rasa percaya dirinya. Sebenarnya dari mana semua keberanian dan percaya dirinya yang begitu tinggi berasal.

Hah sudahlah, tidak ada gunanya aku memikirkan hal itu sekarang. Yang terpenting aku harus belajar dengan giat dan segera lulus dari sini dan melanjutkan jenjang pendidikan ku di SMA yang ku inginkan suatu saat nanti. Kalau aku mendapatkan nilai sempurna dalam semua mata pelajaran, pasti orang tuaku akan menyekolahkan aku di SMA yang aku inginkan.

Aku sudah mencari-cari di internet tentang SMA yang ku idamkan. Akhirnya aku menemukan SMA yang aku idamkan, tapi letaknya sangat jauh dari rumah, tepatnya di luar kota. Aku sudah tidak sabar untuk lulus dari sini dan pergi dari semua penderitaan yang ku alami selama disini.

Setelah makan bel pelajaran berbunyi yang menandakan untuk semua siswa-siswi segera kembali ke kelasnya masing-masing. Aku dan Merie segera kembali ke kelas dan begitu aku tiba di kelas. Aku melihat sebuah kertas yang tertempel dengan selotip di tengah mejaku. Kerja itu bertuliskan sebuah permintaan maaf dari seseorang yang sangat singkat, "Maaf" lalu di sudut kertas itu terdapat nama seseorang yang tidak ku kenali. Nama pengirim kertas itu bertuliskan, "Fred Wilson".

Itulah pertemuan pertamaku dengan orang yang sangat menyebalkan itu yang bernama Fred Wilson. Lalu... saat ini... aku sedang bersamanya di UKS, saat ini dia sedang menatapku dengan tatapan yang membuatku kesal. Aku menghadiri kontak mata dengannya karena aku sedang kesal dan menutup kepalaku dengan bantal.

Kemudian tiba-tiba saja dia mengambil bantalku dan aku segera terbangun dan seketika wajahnya ada di depanku. Wajahnya benar-benar terlalu dekat denganku, sampai-sampai aku tak bisa bergerak. Kemudian setelah kami saling menatap, Fred mengatakan sesuatu padaku.

"Aku minta maaf, sekarang aku sudah mengerti kenapa aku terus mengganggu mu sejak saat itu" ucap Fred yang pergi keluar dari ruang UKS setelah mengatakan perkataan yang tak bisa ku mengerti.

Mengerti apanya! mengerti tentang mengapa kau terus mengganggu ku! sungguh dia berkata seperti itu! itu pasti karena dia membenciku atau menganggap ku seperti mainan atau iri denganku yang pintar ini atau... atau... ah sudahlah! aku sudah tidak peduli lagi padanya!.

Deg! deg! deg! tapi... mengapa jantungku berdegup dengan kencang sedari tadi?. Aku benar-benar tak mengerti, lalu dari pada aku memikirkan semua hal yang menggangguku untuk beristirahat. Lebih baik aku tidur untuk memulihkan keadaanku karena besok adalah libur panjang sebelum aku melanjutkan jenjang pendidikan ku di SMA impianku.

Aku tertidur begitu pulas, mungkin ini karena aku sedang tidak enak badan. Lalu seperti yang dikatakan oleh Merie kalau dia akan membangunkan ku. Aku terbangun olehnya saat di mimpi, dia pergi menghampiriku dan membangunkan ku, seketika aku benar-benar terbangun setelah mimpi Merie yang membangunkan ku.

Aku mengusap-usap mataku yang masih terkantuk-kantuk dan kemudian mengambil ponsel di meja. Begitu aku melihat jam di ponsel itu aku terkejut membeku setengah mati kalau sekarang sudah jam 8 malam. Padahal aku baru saja bangun, kenapa aku harus terus merasa kesal kepada seseorang.

Tak! tak! tak! terdengar suara langkah kaki, krieet! dan seseorang membuka pintu UKS dengan nafas yang tersengal-sengal. Dia segera menghampiri ku dan menggenggam kedua tanganku dengan wajah yang penuh dengan rasa bersalah. Kemudian dia berkata, "Maafkan aku!" ucapnya.

Setelahnya kami pulang bersama, dan karena dia merasa bersalah akhirnya Merie memutuskan untuk menginap di rumahku untuk merawat ku yang masih tidak enak badan. Padahal dia tidak perlu repot-repot begini dan aku sama sekali tak membutuhkan bantuannya karena aku bisa mengurus diriku sendiri yang sedang sakit.

Setelah pulang dari sekolah yang rasanya seharian hanya berbaring. Aku juga harus terus berbaring di tempat tidurku saat ini, benar-benar hari yang sangat buruk. Ini tak layak untuk dijadikan kenangan, ini benar-benar mimpi buruk bagiku!.

Ckelk! Merie datang dengan membawa sup hangat yang dia buat sendiri menggunakan bahan-bahan dapur di rumahku. Meski dia orang yang seperti ini, kalau soal masakan dia adalah yang ahlinya. Bahkan terkadang setiap pagi sebelum berangkat dia selalu memasakkan makanan untuk keluargaku. Dia sudah seperti saudariku sendiri, dan keluarga kami sangat menyukainya.

"Tara! aku masak sup hangat yang lucu" ucapnya sambil menunjukkan sup masakannya kepadaku yang bergambar beruang yang terbuat dari sayur.

"Itu terlihat tidak enak dimakan jika kau menghias makanan yang salah" ucapku yang jadi tidak enak untuk makan sup itu.

"Kau tidak perlu mempedulikan apa yang kau lihat. Kau hanya perlu merasakan hidangan ku saja" ucap Merie yang mengambil sendok dan menyuapi ku.

"Aku bisa makan sendiri tahu!" ucapku yang merasa jengkel karena diperlakukan seperti anak kecil oleh orang sepertinya.

"Ayolah sekali saja... kumohon!" ucap Merie dengan wajah memohon, seakan-akan aku tak bisa menolak permintaannya.

"Baiklah... aaa... nyam nyam" supnya benar-benar sangat enak hingga aku lupa kalau aku tidak ingin di suapi olehnya. Jadi dia memanfaatkan momen itu untuk terus menyuapi ku sampai sup itu habis. Setelahnya Merie pergi untuk meletakan mangkuk sup itu di wastafel dan kembali lagi ke kamarku.

brug! dia membaringkan tubuhnya ke kasurku tepat di sebelah ku dan menarik selimut yang sedang ku pakai untuk di pakai bersama. Tingkahnya memang benar-benar tidak sopan, tapi aku sudah membiasakan diri untuk menghadapi tingkahnya ini sehingga sudah terbiasa bagiku. Lagi pula ini bukan pertama kalinya dia menginap di rumahku, sepertinya sudah lebih dari ratusan malam.

Kemudian aku ikut untuk tidur agar besoknya semoga aku bisa segera sembuh. Dengan begitu aku bisa membicarakan tentang SMA yang ingin ku tempati kepada kedua orang tuaku. Semoga saja orang tuaku menyetujui tempat SMA yang ku idamkan meski jaraknya jauh dari rumah dan... semoga aku bisa memiliki hidup damai untuk ke depannya.

Cerita Sekolah Hantu

Di pagi hari yang cerah... aku terbangun layaknya seorang tuan putri yang baru saja bangun dari ranjang yang mewah. Meregangkan tubuhku yang kecapekan setelah seharian sakit. Membuka jendela kamarku dan melihat halaman luar rumah di balik jendela sambil bersenandung.

Brak! aku terjatuh saat hendak keluar dari kamarku karena terselandung sesuatu di kakiku. Hah... padahal aku ingin melakukan kegiatan yang menyenangkan, baru bangun saja sudah seperti ini, pasti ke depannya akan lebih buruk lagi seperti biasanya. Begitu aku menengok ke belakang benda apa yang membuatku terjatuh.

Ternyata itu adalah badan Merie yang sedang tidur di lantai. Aku baru ingat kalau dia tidur di kamarku malam ini setelah memasakkan ku sebuah sup yang enak. Tapi apakah sikapnya harus sampai seperti ini? sebelumnya dia tidur di kasur dan sekarang dia tidur di lantai. Orang ini benar-benar tidak bisa tenang sedikit pun bahkan saat tidur, dasar anak pecicilan.

"Hmm... hoaaaam... kau sudah bangun Lisa?" ucap Merie yang terbangun karena aku jatuh.

"Sudah... ayo cepat pulang ke rumahmu" ucapku yang berniat mengusirnya, karena mengusirnya sama saja menghilangkan satu masalah hari ini.

"Hoaaaam... aku masih mengantuk, nanti saja aku pulang" ucap Merie yang masih terkantuk-kantuk dan pergi ke kasur ku untuk melanjutkan tidur pagi. Aku benar-benar sudah tidak tahan, ini adalah hari libur, aku harus menikmati hari liburku!.

Kemudian aku menghampirinya dan menyeretnya dengan paksa, "Cepat pulang ke rumahmu! kau bisa tidur di rumahmu yang bersebelahan dengan rumahku!" ucapku sambil menarik kedua tangan Merie turun dari ranjangku.

"Kalau aku pulang nanti rasa kantuknya hilang, mumpung aku sedang ngantuk seharusnya kau biarkan aku tidur" ucap Merie yang sedang di seret olehku keluar dari kamar dan dia malah menikmatinya saat sedang di seret olehku.

Prang! seseorang menjatuhkan piring dan membuatnya pecah, "Astaga! apa yang terjadi pada Merie!? dia tampak tidak sehat" ucap ibuku yang khawatir dan segera menghampiri Merie.

"Tidak Bu, ibu hanya salah paham..." ucapku yang seketika ibu langsung menggendong Merie kembali ke kamarku untuk menidurkannya kembali. Benar-benar hari yang sangat menyebalkan sekali, rasanya aku ingin berteriak sekencang-kencangnya hingga membuatku gila.

Benarkan apa yang ku katakan, apa yang di ingin kan oleh Merie pasti terkabul, sialan. Hah... lebih baik aku menyerah saja, dan ada hal yang harus kulakukan pagi ini. Kemudian aku menghampiri ayahku yang sedang duduk di teras sambil menikmati teh hangat yang ibu buat dan membaca sebuah buku.

Aku datang menghampiri ayahku untuk membicarakan tentang kemana SMA yang akan ku tempati nanti. Aku tersenyum-senyum sendiri saat menghampiri ayah, memikirkan saat ayahku setuju dengan SMA pilihanku. Rasanya semua beban yang melelahkan yang baru saja terjadi hilang di pikiran ku.

"Ayah..." ucapku dengan sopan dan meletakan tanganku di belakang.

"Ya ada apa nak?" ucap ayahku tanpa menoleh sedikitpun kepadaku dan tetap fokus membaca buku yang ia pegang. Seperti inilah sikap ayahku saat sedang fokus terhadap sesuatu, pandangannya pasti akan tertuju kepada apa yang sedang dia lakukan.

"Tentang SMA..." ucapku yang seketika ayah langsung memotong pembicaraanku.

"Oh SMA mu? tenang saja, ayah dan ibumu sudah mendaftarkan kamu lebih dulu di SMA yang dekat dengan rumah kita. Selamat ya anakku! kau sudah lulus SMP dan sudah waktunya untuk menempuh pendidikan barumu di SMA barumu nanti!" ucap ayahku yang membuatku syok sampai tak bisa berkata-kata dan diam membeku.

"A-ayah... apa boleh kalau Lisa sendiri yang milih mau lanjut SMA dimana?" ucapku sambil menunjukkan wajah cemberut agar ayahku terpancing meski ini adalah perbuatan yang sangat licik.

"Memangnya kamu mau sekolah di SMA mana? lagi pula ayah dan ibumu sudah mendaftarkan kamu di sekolah dekat rumah" ucap ayahku yang sama sekali tak terpengaruh oleh wajah cemberut ku. Padahal jika ibu yang melakukannya, pasti akan berubah pikiran, tapi kenapa saat aku yang melakukannya tidak terjadi!?.

"Ta-tapi ayah... Lisa mau sekolah di..." ucapku yang lagi-lagi pembicaraan ku di potong oleh ayahku.

"Sudahlah nak, kamu sekolah di SMA dekat rumah saja. Lagi pula hanya SMA itu yang satu-satunya dekat rumah kita dan hanya ada disini. Ayah tidak ingin kamu jauh dari ayah..." ucap ayahku yang membalas serangan ku dengan menunjukkan wajah sedih jika aku pergi ke SMA yang jauh dari rumah, yang artinya aku harus menginap di kos-kosan.

Aku benar-benar kesal sekali karena ayah tak memperbolehkan aku sekolah di SMA yang ku inginkan. Lagi pula kenapa ayah dan ibu langsung mendaftarkan aku di sekolah itu tanpa memberitahu ku lebih dulu. Argh! aku benar-benar ingin berteriak dan memaksa ayahku untuk menyekolahkan ku di sekolah yang ku inginkan.

Kemudian ibuku datang dan menghampiri kami yang sedang serius mengobrol, "Kalian sedang membicarakan apa? kenapa serius sekali?" ucap ibuku yang baru saja datang. Seketika aku langsung melihat secercah harapan untuk membujuk ayahku.

Jadi aku harus memanfaatkan momen ini, aku segera menjawab pertanyaan ibu sebelum ayah yang menjawabnya terlebih dahulu, "Ibu, bolehkan aku melanjutkan sekolah ku di SMA yang ku inginkan" ucapku dengan tersenyum.

"Tapi ayah dan ibu sudah mendaftarkan kamu di sekolah yang dekat rumah, Lisa. Lagi pula lebih baik kamu sekolah saja di SMA itu, tempatnya bagus kok." ucap ibuku yang seketika secercah harapan itu menghilang dan membuatku terbengong.

"Benar Lisa, lagi pula kenapa kamu tidak mau sekolah disitu? Padahal sekolahnya bagus sekali loh" ucap ayahku yang memberiku dorongan agar menerima kenyataan.

"Tapi ayah, ibu... kata orang-orang sini, sekolah itu angker sampai-sampai ada yang melihat hantu yang berkeliaran disekolah yang menggunakan seragam sekolah" ucapku yang mendengar cerita seram itu dari teman-teman komplek ku walaupun aku sendiri belum pernah melihatnya. Tapi mendengarnya saja sudah membuatku merinding ketakutan.

Ini semua salah paman Davich yang selalu menceritakan cerita seram sewaktu aku kecil setiap kali ia berkunjung ke rumahku. Karena hal itu sampai sekarang pun aku jadi penakut, bahkan kalau mau berkeliaran di rumah pada malam hari aku harus membangunkan ibuku.

"Ada-ada saja anak ayah yang satu ini, masa anak hebat sepintar kamu percaya sama yang namanya hantu" ucap ayahku sambil tertawa kecil di depanku.

"Tapi cerita itu sepertinya tidak dibuat-buat ayah" ucapku yang memperjelas tentang sekolah yang katanya berhantu itu.

"Jangan mengada-ngada Lisa, pokoknya kamu harus sekolah disitu titik" ucap ibuku yang kembali masuk ke dalam untuk memasakkan kami sarapan pagi.

Sepertinya aku sudah menemukan jalan buntu untuk keluar dari SMA pilihan ayah dan ibuku. Aku benar-benar sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi untuk membujuk mereka agar menuruti kemauan ku. Hingga akhirnya aku kembali ke kamarku dan menyerahkan diri tentang SMA impianku kepada tuhan.

Kemudian aku membuka ponselku untuk mencari-cari buku pelajaran yang lengkap di internet. Aku harus mempersiapkan diri untuk memahami materi di SMA lebih dulu sebelum aku masuk, jadi aku menggunakan waktu liburku untuk belajar. Ini adalah hal yang biasa aku lakukan ketika hari libur sekolah tiba, tak ada hal lain yang ku lakukan selain mempersiapkan diri untuk memahami materinya lebih dulu.

"Ada apa dengan wajahmu? kenapa kau terlihat cemberut?" ucap Merie yang sedari tadi memperhatikan ku.

"Akh! bikin kaget saja... huft... aku ingin membeli buku-buku ini di toko buku yang ada di dekat rumah" ucapku yang kemudian pergi mengambil pakaian di lemari pakaian ku.

"Aku ikut!" teriak Merie yang langsung loncat dari ranjangku dan semangatnya tiba-tiba muncul begitu saja.

"Baiklah, tapi jangan mengacau" ucapku sambil mengenakan pakaian yang formal.

"Baiklah aku akan cuci muka dulu" ucap Merie yang berlari ke arah dapur.

Setelah semuanya sudah siap berpakaian, kami pamit dan pergi ke toko buku yang jaraknya tidak jauh dari rumah kami. Aku sudah membawa uang yang cukup banyak untuk membeli beberapa buku di dompetku. Semoga saja buku yang ku lihat di internet tersedia di toko buku itu.

Tapi... astaga aku lupa kalau jalan untuk pergi ke toko buku itu harus melewati gang yang berada tepat di samping sekolah itu. Gangnya tidak menyeramkan akan tetapi suasana di sampingnya itu membuatku ketakutan. Tapi syukurlah aku membawa alat yang berguna (Merie) agar aku tidak ketakutan saat melewati gang ini. Karena biasanya juga kalau aku ingin melewati gang ini aku harus mengajak seseorang untuk menemaniku sepanjang perjalanan di gang ini.

Brak! tiba-tiba saja ada suara yang muncul dari balik tembok sekolah yang menghalangi pandangan kami dari gang ini. Temboknya sangat tinggi sampai kami tidak tahu suara apa yang baru saja terdengar itu. Aku langsung ketakutan dan berjongkok sambil menundukkan kepalaku ke bawah.

"Su-suara apa itu!?" ucapku sambil ketakutan.

"Sudahlah jangan takut, sepertinya itu hanya suara kucing yang terjatuh dari pohon" ucap Merie yang membujukku agar tidak takut. Merie membantuku berdiri dan membuatku merasa aman di dekatnya. Dia benar-benar orang yang dapat di andalkan, tapi... brak! suara itu terjadi dua kali!.

Lantas aku segera berlari dengan kencang meninggalkan Merie di belakang ku yang sedang menyusul ku. Merie berteriak memanggil namaku tapi aku tak mendengarnya karena aku sudah sangat ketakutan. Aku terus berlari hingga akhirnya kami berdua selamat dari suara aneh itu setelah keluar gang dan melihat teriknya panas matahari.

Syukurlah! aku selamat dan berhasil keluar dari jalur neraka itu! aku benar-benar merasa lega. Tapi begitu keadaan kembali tenang, tiba-tiba saja aku merasa kelelahan yang amat luar biasa. Padahal sebelumnya aku tak merasakan kecapekan, tapi sekarang rasanya kakiku lemas. Mungkin itulah yang di sebut adrenalin, saat ketakutan dan berlari dengan kencang hormon adrenalin ku muncul dan membuat tubuhku tak bisa merasa kelelahan ataupun sakit untuk sementara waktu sampai kesadaran ku kembali normal.

Hal ini biasanya terjadi pada orang-orang yang sudah mencapai ambang kematian. Saat itulah adrenalin muncul dan membangkitkan 100 persen kekuatan yang dimiliki tubuh untuk keluar dari zona bahaya. Karena saking takutnya aku terhadap hantu, jadi hal ini juga berlaku.

"Penjelasannya singkat saja" ucap Merie yang dirinya juga kelelahan karena mengejar ku.

"Maaf, karena aku meninggalkan mu" ucapku yang merasa bersalah.

"Sudahlah tidak apa... kalau begitu ayo kita menyebrang untuk sampai di toko buku yang ada di depan kita" ucap Merie.

"Tunggu!" ucapku sambil menarik tangan Merie yang ingin menyebrang.

"Kenapa?"

"Lebih baik... kita beristirahat dulu di bangku itu" ucapku yang masih kecapekan. Kemudian akhirnya kami beristirahat sebentar di situ untuk melepas penat. Setelah beberapa menit beristirahat akhirnya kami pergi menyebrang dan masuk ke toko buku yang ada di sebrang jalan itu.

"Aku akan menunggumu di luar, aku ingin membeli minum di sana" ucap Merie.

Kemudian akhirnya aku masuk dan pergi melihat lihat rak yang di penuhi dengan buku-buku yang masih baru. Aku berjalan mondar-mandir sambil memegang ponselku untuk mencari buku yang sama persis seperti yang kulihat di ponselku. Daftar buku yang ingin ku beli hari ini sekitar lima buku dulu, untuk buku lainnya mungkin nanti saja.

karena aku tak membawa uang lebih.

Kemudian akhirnya aku menemukan buku pertama dari daftar buku yang ingin ku beli. Yaitu buku fisika, aku menemukan bukunya karena berada di paling depan dari buku lain dan sampulnya terlihat sangat menarik jika dibandingkan dengan buku yang lainnya yang di pajang sejajar dengan buku-buku di sampingnya.

"Oke satu sudah di dapatkan, waktunya beralih untuk mencari buku lainnya" gumamku yang merasa bersemangat sendiri.

Setelah mengitari rak buku yang ada di balik buku fisika yang kutemukan tadi. Akhirnya aku menemukan buku kimia yang termasuk dalam daftar buku yang ingin ku beli hari ini. Aku segera mengambil buku itu, namun di saat yang bersamaan ada seseorang yang ingin mengambil buku itu juga. Hingga akhirnya tangan kami bersentuhan, orang yang ingin mengambil buku itu, entah kenapa aku merasakan aura yang tidak asing sebelum melihat wajahnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!