NovelToon NovelToon

Pelangi Di Atas Hujan

Bab 1

“Pernikahan dibatalkan.” Isi sebuah pesan pada ponsel Nyonya Bella. “APPAAA? Miyemmmmm…” Teriak Nyonya Bella memanggil pembantunya sesaat setelah membaca pesan itu.

“Iya Nyonya?” Sahut Tumiyem dengan tergesa-gesa. Entah penyebab apa lagi yang membuat Nyonya satu ini marah besar. “Cepat panggilkan Suamiku Miyem.” Perintah Nyonya itu kepada pembantunya.

“Baik Nyonya.” Jawab pembantu itu lalu pergi meninggalkan majikannya di ruangan yang penuh pernak pernik kemewahan itu.

“Pemisi Tuan.” Miyem mendekat pada Pria baruh baya berjenggot putih itu. “Iya ada apa Miyem?” Sahut Tuan tersebut. “Tuan dipanggil sama Nyonya.” Kata pembantu itu. “Baik pergilah.” Titah Tuan Harun.

Tuan Harun salah satu keluarga bangsawan pada kota itu. Keluarga dengan latar belakang Harun adalah keluarga terkaya yang ada di provinsi tersebut hingga siapapun yang berurusan dengannya tidak akan Dia lepaskan.

“Ada apa sayangku?” Tuan Harun mendekati dan membelai lembut pundak Istrinya. “Ini Pa, Janda kaya itu membatalkan pernikahannya dengan Anak Kita. Bagaimana ini?” Kata Nyonya Bella. Dia sedang terlihat cemas, bagaimana tidak cemas, uang mahar pernikahan telah ditransfer sebesar 5 Milyar ke dalam rekening Wanita itu tiga hari yang lalu.

“Jangan begitu ditanggapi, mana tau itu gossip sayang.” Ujar Tuan Harun membalikkan badan dan melangkah maju. “Tidak sayang, ini bukan gossip. Coba kau lihat ini.” Sahut Nyonya Bella sambil melangkah mendekati Suaminya.

Langkah Tuan Harun terhenti kala menyadari Istrinya membuntut di belakang. Lekas saja Tuan yang telah berambut putih itu kembali membalikkan badannya dan berhadapan dengan Istrinya. Setelah berbalik badan, saat wajah Suaminya yang sudah berkeriput itu terlihat jelas di depannya, Nyonya Bella pun langsung memperlihatkan layar ponselnya kepada Tuan Harun.

“Ya ampun Istriku, ini bukan gossip. Ini benar dari Riyanda. Janda kaya sialan!” Umpat Tuan Harun. Ia lebih syock lagi dibandingkan dengan Istrinya. “Apa Aku bilang, Janda itu membatalkan pernikahannya terhadap Anak Kita setelah menerima uang Kita sayangku.” Ujar Nyonya Bella lirih.

Tuan Harun membulatkan matanya, rahangnya bergetar, lobang hidungnya kembang kempis akibat amarah yang ditahannya. “Miyemmmm…” Teriak Tuan Harun.

“Tadi yang berteriak Istrinya, sekarang malah Suaminya. Haduh nasib-nasib punya majikan yang suka adu suara.” Miyem menyeru dalam hati. “Iya Tuaaann…” Jawab Miyem sambil berteriak kemudian berlari mendekati majikannya.

“Ada apa Tuan?” Miyem bertanya dengan nada sopan sembari membungkuk dan menunduk. “Cepat panggilkan Mario sekarang juga. Cepat!” Bentak Tuan Harun. Sontak Tumiyem terkejut dan berlari meninggalkan ruangan itu. Dengan segera Tumiyem berusaha untuk menemukan Mario si pengawal kepercayaan Tuan Harun.

“Maaf Mas Mario, Mas Mario dipanggil Tuan sekarang juga.” Kata Tumiyem dengan lutut yang bergetar. “Ada apa Miyem, kenapa kau terlihat ketakutan?” Sahut Mario yang sedang melakukan angkat besi pada halaman belakang rumah Tuan Harun.

“Sa… Saya tidak tahu Tuan, tapi yang jelas Mas Mario dipanggil sekarang juga.” Ujar Miyem terbata. Dia masih saja ketakutan saat melihat Tuannya marah besar. “Baiklah, kau tolong bereskan peralatan olahraga ini.” Sahut Mario dan langsung mencari keberadaan Tuannya.

Dengan lengan yang kekar, keringat yang bercucuran disekujur tubuhnya, dan singlet hitam ketat yang dikenakannya, ia datang menemui Tuannya. Tak peduli lagi dengan apa yang dikenakannya, ia datang apa adanya mengingat ketakutan Tumiyem saat memanggilnya. Hal itu menandakan bahwa ada hal penting yang harus ia selesaikan.

“Ada apa Tuanku? Apa yang membuat Tuan memanggilku?” Tanya Mario sembari menunduk hormat kepada Tuannya. “Apa Kau mengingat Riyanda?” Tanya Tuan Harun. “Iya Tuan Aku mengingatnya.” Jawab Mario. “Tugasmu sekarang, temukan Riyanda secepat mungkin. Lebih cepat Kau temukan lebih bagus. Jika Kau berhasil menemukannya, akan ku naikkan gajimu tiga kali lipat.” Terang Tuan Harun masih dengan rahang yang bergetar marah.

“Ahhh… kesempatan emas apa ini?” Gumam Mario dalam hati. “Baik Tuan, serahkan semuanya padaku.” Dengan percaya diri Mario menerima perintah dari Tuannya itu. Baginya, untuk menangkap tiga orang pejahat saja sangat muda. Apalagi untuk menangkat seorang Janda seperti Riyanda.

“Sekarang pergilah!” Tuan Harun menghempas tangannya seraya mengusir. Kemudian Mario pergi dan mulai mempersiapkan segala peralatannya untuk menculik Riyanda.

Peralatan yang Mario siapkan seperti tas kulit yang berukuran besar yang dapat menampung satu orang dewasa. Peralatan lainnya seperti tali, pisau, borgol, lakban dan lain sebagainya.

“Jangan kuatir sayang, Kita akan menemukan Riyanda secepat mungkin.” Tuan Harun membelai rambut Istrinya dan memeluknya. “Sudah kuperingatkan sebelumnya, ada yang tidak beres kepada Riyanda.” Sahut Nyonya Bella di dalam pelukan Suaminya.

Flashback on

Di hotel berbintang lima, empat orang sosialita sedang mengambil kamar presidential room untuk melangsungkan kegiatan arisan rutin mereka.

“Hai Bella, ada apa? Mengapa kau telat kali ini. Biasanya kau yang datang lebih awal.” Kata seorang teman yang bernama Ralinsyah. Ralinsyah adalah Istri dari pengusaha batu bara yang sedang naik sahamnya saat ini.

“Aku tadi kesalon dulu cinnn.. coba lihat ini kuku tanganku cantikkan.” Bella memamerkan kuku yang berwarna merah terang dihiasi beberapa mutiara kecil di atasnya.

“Wow cantik sekali, apa ini mutiara asli Bella?” Tanya temannya yang lain yang bernama Gigi Slapinu. Ia berasal dari keluarga Slapinu yang kekayaannya tidak habis tujuh turunan. Keluarga Slpinu adalah raja property yang perusahaannya tersebar di seluruh penjuru negeri.

“Oh tentu, satu kuku ini dihargai dengan dengan sepuluh juta. Jadi bisa dipastikan dengan sepuluh jemari cantikku Aku telah menghabiskan seratus juta.” Ujar Bella bangga dengan kaki yang digoyang-goyang.

“Itu biasa Bella, coba kau lihat ini.” Teman yang lain menunjukkan gigi barunya. Ia bernama Rihanna. Anak dari pengusaha tambang emas terbesar yang pernah ada. Untuk memamerkan kekayaannya ia bahkan mencabut semua giginya dan menggantinya menjadi gigi palsu yang terbuat dari emas.

“Wow…” Ujar Bella, Gigi, Ralinsyah bersamaan. Gigi emas dari Rihanna memancarkan cahayanya, hingga semua anggota sosialita itu serentak mengenakan kacamata hitam yang telah mereka bawa tiap hari.

“Kalau boleh tau, berapa jumlah uang yang kau habiskan untuk gigi emasmu itu Rihanna?” Tanya Ralinsyah kepada temannya itu tak percaya. “Satu gigi emasku ini seharga seratus juta. Kalian tinggal mengalikannya dengan berapa jumlah gigiku ini.” Sahut Rihanna dengan percaya diri.

Sontak keitiga orang itu menghitung gigi temannya dengan seksama. “Ada dua puluh empat gigi, berarti harganya 2,4 Milyar.” Kata Bella tak percaya. Dua orang lainnya terperanga dan terkejut. “Wow, pada pertemuan Kita kali yang mendapatkan rekor muri sudah dipastikan kau Rihanna.” Terang Gigi.

“Tunggu…” tiba-tiba seorang lagi masuk. Seorang yang tak pernah ditemui Bella sebelumnya. Dia masuk dengan langkah bak super model. Dengan mengenakan kacamata bermerk Gucci, pakaian bermerk Channel dari baju hingga celana, kalung dan gelang emas asli. Juga sepatu dari Gucci.

“WHAT?!” Sontak Rihanna berdiri tak percaya. Dengan sigap Dia mendekati perempuan yang baru saja datang itu. “Ini kan sepatu Gucci berbahan emas seharga 28 Milyar.” Jelas Rihanna.

Kedua temannya seketika berdiri dan mendekat. Semuanya duduk jongkok mengikuti Rihanna memandangi sepatu dari perempuan tersebut. Rihanna pun berdiri dan memperbaiki rambut serta bajunya.

“Hai perkenalkan Aku Rihanna, perusahaan emasku ada banyak dipenjuru negeri ini. Jadi Aku sudah tau bahwa sepatu yang kau pakai itu adalah original.” Sapanya lalu berjabat tangan dengan perempuan tersebut.

“Hai namaku adalah Riyanda.”

Flashback off

Bab 2

“Sayang, bagaimana Kita akan menjelaskan kepada Tama?” Nyonya Bella cemas. Ia takut Anaknya akan kecewa dengan batalnya perjodohan dari putra sulungnya itu. “Biarkan saja, tunggu saja Mario sampai tengah malam nanti. Aku yakin Dia akan membawakan Kita Janda sialan itu.” Sahut Tuan Harun.

“Tapi sayang, apa Mario bisa membawanya secepatnya itu? Acara pernikahannya kan besok pagi sayang.” Kata Nyonya Bella. Istri dari Tuan Harun itu sangat cemas, ia bahkan mengepal dan membuka telapak tangannya berkali-kali.

“Sayang, bisakah kau tenang saja. Lihat lah, besok pagi Riyanda akan meringkus di depanmu dan memohon ampun kepadamu.” Tuan Harun mencoba menenangkan Istrinya. Sambil mengeggam kedua tangan Istrinya, Tuan Harun berdoa dalam hati “Ya Tuhan, jangan biarkan gangguan kecemasan Istriku kambuh lagi”.

“Baiklah kalau begitu Aku akan tidur lebih dulu.” Ujar Nyonya Bella meninggalkan Suaminya yang terduduk sendiri pada sofa di kamar mewah tersebut.

Di dalam kamar Tuan dan Nyonya itu terdapat sofa beserta dengan mejanya seperti di ruang tamu pada rumah biasa. Ada TV berukuran 393 inch yang menempel di dinding. TV itu hampir memenuhi dinding kamar karena ukurannya yang sangat besar. Ada lemari kaca transparan untuk pakaian untuk penghuni kamar itu dengan masing-masing dari mereka memiliki lemari yang berbeda. Tak lupa lemari untuk sandal sepatu yang berbeda pula.

Kamar itu dipenuh dengan cermin di atas tempat tidur. Tempat tidur ala princes bergaya klasik seperti europian design membuatnya terlihat mewah. Dan segala pernak pernik perhiasan dengan design interior yang kebanyak di import dari luar negeri.

Nyonya itu mengambil satu pil pada botol kecil miliknya. Pil itu adalah obat tidur, agar tidurnya malam ini bisa nyenyak dan tak menghiraukan lagi masalah pernikahan yang dibatalkan.

Tuan Harun duduk termenung di sofa tersebut sambil memikirkan keberadaan Riyanda.

Flashback on

“Ibu...” Tama memeluk erat Ibunya dari belakang. “Ada apa sayang? Kalau sudah memeluk seperti ini pasti ada maunya nih.” Sahut Nyonya Bella.

“Ibu, Aku ingin mengatakan sesuatu. Tapi Ibu harus janji jangan marah ya. Dan Ibu, ini hanya di antara Kita berdua saja yang tau.” Tama membalikkan Ibunya perlahan hingga Ibunya dapat melihat wajah tampan nan dewasa dari putra sulungnya.

“Iya ada apa sayang? Apa itu hal yang sangat serius?” Tanya Nyonya Bella. Tak bisa dipungkiri, dengan Tama bersikap seperti itu, batinnya semakin penasaran, hal apa yang bisa membuat Tama ingin berbicara dengannya dengan empat mata.

Tama mengajak Ibunya untuk duduk di halaman belakang rumahnya. Di belakang rumah itu terdapat hamparan rumput yang sangat luas. Ada beberapa gazebo yang memiliki kubah kecil di masing-masing atapnya. Pondok itu berwarna putih bersih, dengan tiang yang berwarna putih pula yang meniru gaya eropa.

Pada Gazebo yang paling sudut, Tama telah duduk bersama Ibunya. “Katakan sayang, hal serius apa yang ingin kau sampaikan?” Tanya Nyonya Bella penasaran. “Begini Ibu, Aku adalah Pria dewasa. Saat ini entah mengapa…” Kalimat Tama terhenti.

“Kenapa sayang, lanjutkan perkataanmu.” Sahut Ibunya. “Emmm.. ini menyangkut harga diri seorang pria juga sih Bu.” Tama terlihat ragu untuk memberitahukan masalah pribadinya kepada Nyonya Bella.

“Kalau begitu sampaikan saja pada Ayahmu.” Kata Nyonya Bella, ia cemberut dan membelakangi Anaknya. “Ibu jangan mengambek. Baiklah akan ku katakan.” Tama menghela nafas kasarnya.

“Ibu, apa boleh Aku menikah dengan Wanita yang lebih tua?” Tanya Tama kepada Ibunya. “Apa? Yang lebih tua?” Nyonya Bella kaget mendengar perkataan putra sulungnya. Dengan wajah Ibunya yang kaget, Tama terlihat sedih. Karena melihat putra sulungnya sedih, lekas Nyonya Bella tersenyum manis dan kembali bertanya kepada Anaknya.

“Siapa Wanita beruntung itu sayang?” Tanya Nyonya Bella dengan senyum yang terpaksa. “Namanya Melly Bu, Dia gadis yang berumur 40 tahun. Ini fotonya..” Sahut Tama sembari memperlihatkan foto wanitanya kepada Nyonya Bella.

Seketika Nyonya Bella membuka mulutnya lebar, ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya barusan. Dengan cepat Dia menutup mulutnya dengan kedua tangan dan melirik Anaknya sendiri. Tampak wajah bahagia terpancar dari ekspresi Tama. “Tama…” Nyonya Bella menggenggam erat tangan putranya.

“Apa benar kau mengidap penyakit Oedipus Complex seperti yang orang-orang bicarakan?” Nyonya Bella menatap tajam kepada putranya. Tama hanya bisa tertunduk malu.

“Tidak apa sayang, jika memang kau terkena penyakit itu maka tidak masalah kau menyukai Wanita yang lebih tua, hanya saja Wanita yang kau sebut Melly itu tidak begitu cantik dan Ibu tidak tahu Dia dari keluarga mana sayang.” Terang Nyonya Bella.

Mendengar perkataan dari Ibunya, Tama merasa lega dengan penyakit yang dideritanya. “Melly itu seorang guru SD Bu, Dia juga dari keluarga sederhana. Kenapa Saya tertarik padanya karena Dia terlihat lebih dewasa dan baik.” Jelas Tama.

“Apa kau sudah menjalin hubungan dengannya sayang?” Nyonya Bella ingin memastikan lagi. “Tidak Ibu, Aku hanya tertarik padanya dan mengobrol sesekali di Facebook.” Sahut Tama. “OK, bagus kalau seperti itu. Jika Ibu yang mencarikanmu jodoh, apa kau tidak masalah? Akan kucarikan yang lebih tua dan lebih cantik dari Melly. Bagaimana sayang?” Kata Nyonya Bella yang masih menatap tajam putra sulungnya.

“Baiklah Ibu, Aku tidak masalah.” Sahut Tama singkat. “Ehem-ehem, ada percakapan rahasia apa ini?” Ujar Tuan Harun yang mendekat secara tiba-tiba. “Tidak ada Ayah, Aku hanya sedang rindu kepada Ibu. Emmm.. Aku masuk dulu Ayah, Aku masih harus mengerjakan sesuatu.” Tama berdiri dan meninggalkan kedua orang tuanya pada Gazebo itu.

“Apa yang membuat Tama begitu serius memanggilmu untuk mengobrol sayang?” Tuan Harun terduduk di samping Istrinya. Suami dari Nyonya Bella itu merangkul mesra Nyonya Bella.

“Sayang, ternyata benar apa yang orang-orang katakan, Tama mengidap penyakit Oedipus Complex.” Terang Nyonya Bella, wajahnya terlihat murung. Nyonya mulai mengedipkan matanya sesering mungkin, mengepalkan telapak tangan berulang dan cepat.

“Hentikan kecemasanmu itu Bella, biarkan saja. Memangnya kenapa kalau Anak Kita mengidap penyakit itu? Tinggal Kita carikan saja Wanita yang lebih tua bukan?” Tegas Tuan Harun. “Ahhh.. iya benar sayang. Tapi siapa Wanita yang lebih tua yang bisa Kita jodohkan kepada Anak Kita sayang?” Nyonya Bella sedang menopang dagu sekarang.

“Bukankah kau punya teman yang bernama Riyanda sayang. Katamu Dia Janda yang cantik keturunan Eropa, Belanda, dan Indonesia. Paras cantiknya tidak kalah dengan kekayaannya. Dengan begitu harta Kita bisa bertambah jika kau menjodohkan Riyanda bersama putra Kita sayang.” Tuan Harun mengecup lembut rambut Istrinya.

“Ahhh… benar! Kau memang cerdas Suamiku.” Seketika Nyonya Bella mengecup pipi Suaminya. “Jika Tama menikah dengannya Aku tidak masalah sayang. Kau tau Riyanda itu sangat kaya, bahkan sepatunya saja seharga 28 Milyar.” Jelas Nyoya Bella kegirangan.

“Benarkah? Berarti Dia itu bukan sembarang orang sayang.” Sahut Tuan Harun. “Benar sayang, selama Dia bergabung dengan kelompok arisan kami, Dia selalu membayar tagihan yang Kami habiskan selama melangsungkan arisan rutin. Uangnya seakan tak ada habisnya sayangg…” Terang Nyonya Bella.

“Dan kau tahu sayang, yang membuatku paling mengaguminya selain kecantikannya, Riyanda menguasai lima bahasa sekaligus. Bahasa Indonesia karena Dia memang WNI, bahasa Prancis karena Ibunya memang orang Prancis, bahasa Belanda karena memang Kakek dari Ayahnya adalah orang Belanda, bahasa Inggris karena itu bahasa sehari-harinya selain bahasa Indonesia, dan bahasa Rusia karena Dia bilang pernah tinggal di rusia selama dua tahun.” Tambah Nyonya Bella.

“Luar biasa Riyanda itu. Kalau begitu cepat temui Dia besok sayang. Jika kau ingin bertemu dengannya jangan lupa mengajakku. Aku ingin melihat calon menantuku.” Senyuman senang terpancar dari Tuan Harun. Sedangkan Nyonya Bella melupakan kecemasannya.

Flashback off

Tuan Harun masih terduduk di sofa di dalam kamarnya. Dia melihat jam pada ponsel miliknya yang berada di atas meja. Sudah jam dua malam, Mario masih belum datang. Tak lama kemudian ponsel milik Tuan Harun bergetar. Ia melirik ponsel itu melihat panggilan masuk pada layar ponselnya. Terdapat nama kontak Mario yang sedang memanggil. Dengan cepat Tuan Harun menggapai ponsel itu dan menganggkat panggilan suara itu.

Bab 3

“Halo selamat malam Tuan, maaf mengganggu malam Tuan. Saya sudah menangkap Wanita itu Tuan. Saya masih dalam perajalanan pulang. Saya akan sampai dalam tiga jam Tuan.” Suara berat dari Mario menenangkan hati Tuan Harun.

“Ok. Jangan tergesa-gesa, cukup pastikan kau jangan membuatnya kabur dan bawa kemari hidup-hidup.” “Tututu..” Tuan Harun menutup panggilan itu. Ia meletakkan kembali ponselnya di atas meja dan merebahkan badan di sofa tersebut.

“Akan kubuat kau kali ini bertekuk lutut padaku Riyanda.” Tuan Harun berbicara sendiri. Tak lama setelah itu ia memejamkan matanya berharap bisa tidur.

Flashback on

“Sayaanggg...” Panggilan lembut Nyonya Bella memanggil Suaminya. Tuan Harun tengah menyisir klimis rambutnya. Rambut yang didominasi dengan warna putih itu terlihat mengkilap dan rapi.

“Ada apa Sayang?” Sahut Tuan Harun tanpa membalikkan badannya. “Bukankah katamu kau akan ikut jika Aku mengajak Riyanda untuk bertemu. Kita akan membicarakan tentang Tama padanya bukan?” Nyonya Bella memeluk Suaminya dari belakang.

“Ahhh.. iya Aku lupa dengan itu. Tapi bisakah kau pergi saja sendiri sayang?” Tuan Harun meletakkan sisirnya. “Sendiri? Memangnya kau mau pergi ke mana?” Nyonya Bella melepaskan pelukannya.

Tuan Harun membalikkan badannya. Memegang kedua pipi Istrinya dengan kedua tangan. “Hari ini Aku ada janji dengan gubernur sayang. Ini pertemuan penting, bisakah kau pergi sendiri?” Tuan Harun meraih jas putih yang tergantung di sampingnya kemudian mengenakannya.

“Tidak, Aku tidak ingin pergi sendiri. Aku tidak mau disalahkan nanti jika ada sesuatu di dalam rumah tangganya Tama. Kau akan pergi dan menemuinya bersamaku, jadi Riyanda menjadi pilihan dari kita berdua.” Tegas Nyonya Bella kepada Suaminya.

“Baiklah, setelah Aku menemui gubernur pagi ini, kita akan pergi bersama menemuinya.” Tuan Harun sudah rapi dengan setelan jas yang serba putih. “Baiklah kalau begitu.” Nyonya Bella mengulas senyum di bibirnya kemudian melangkah pergi meninggalkan Suaminya.

“Bella…” Panggil Tuan Harun. “Iya ada apa sayang?” Nyonya Bella mendekati lagi Suaminya. “Tidakkah kau ingin memasangkan dasi ini untukku sayang?” Tuan Harun mengangkat sebuah dasi yang belum terbentuk itu di depan wajahnya. “Ahhh benar sayang, maafkan Istrimu ini tidak melayanimu dengan becus.” Nyonya Bella melipat dasi itu kemudian memasangkannya kepada Tuan Harun.

“Ada perlu apa kau pergi menemui Pak gubernur pagi ini sayang?” Nyonya Bella akhirnya merasa penasaran dengan urusan dari Tuan Harun. “Tidakkah kau ingin punya Suami seorang gubernur sayang?” Tuan Harun tersenyum tipis.

“Apa kau bisa menjadi gubernur sayangku? Usiamu bisa saja tidak memenuhi syarat.” Terang Nyonya Bella dengan alis yang terangkat. “Umurku belum tua sayang, hanya rambutku saja yang tua hahaha…” Tuan Harun tertawa lebar.

Nyonya Bella menyelesaikan memasang dasi itu dengan sangat rapi. “Mengesankan! Hanya kau yang bisa melipat dasi seperti ini.” Kata Tuan Harun mengencangkan dasi pada lehernya. “Baiklah, Aku akan pergi sekarang. Sampaikan pada Riyanda Kita bertemu dengannya di Restaurant Harbour.” Pesan Tuan Harun. Kemudian Bapak tua itu pergi meninggalkan Istrinya.

Nyonya Bella sedang duduk di ruang pribadi miliknya. Ruangan itu adalah ruang rahasia miliknya. Ruang yang berada di belakang lemari bajunya itu adalah satu-satu ruangan rahasia yang khusus dibuatkan untuknya. Hanya dirinya dan Tuan Harun yang mengetahui ruang itu.

Istri dari Tuan Harun itu sedang meneguk minuman beralkohol Whiskey. Gelas kecil bening nan mewah itu ia letakkan di atas meja kecil pada ruangan itu. Lalu Nyonya Bella menyentuh layar ponselnya dan melakukan panggilan suara kepada teman arisannya, Riyanda.

“Halo... apa kau sedang sibuk Riyanda?” Nyonya Bella kembali meraih gelas kecil berisi minuman beralkohol itu dan meneguknya. “Ada apa Bella? Aku sedang ada pertemuan dengan rekan bisnisku.” Sahut Riyanda pada panggilan suara itu.

“Apa Aku mengganggumu? Ada hal penting yang harus ku bicarakan padamu.” Ujar Nyonya Bella dengan tangan kiri yang masih memegang gelas itu. Isinya tinggal setengah, Nyonya Bella menggoyang-goyangkan perlahan gelas itu hingga jelas terlihat gelombang kecil pada air yang hampir mirip dengan air teh yang kurang celupan teh itu. Gelombang kecil yang naik dan turun tercipta pada gelas tersebut.

“Untuk sekarang iya, Aku sedang ada pekerjaan Bella.” Sahut Riyanda dengan nada yang sedikit tergesa-gesa. “Baiklah, bagaimana jika kita bertemu siang ini di Restaurant Harbour. Aku yang akan memesankan tempat.” Balas Nyonya Bella.

“Baiklah, sampai ketemu di sana.” Jawab Riyanda singkat dan memutuskan panggilan itu. Nyonya Bella tidak terkejut sama sekali dengan hal itu. Ia hanya melanjutkan meminum Whiskey itu sampai habis lalu merebahkan pungung pada sofa yang ia duduki. Nyonya Bella memejamkan mata dan rehat sejenak.

*

*

Sebuah restaurant mewah yang ada di tengah Kota menjadi pilihan tempat bertemunya Tuan Harun beserta Istri dengan Riyanda. Di sana telah terlihat dua orang dewasa dan satu lansia duduk di satu meja dengan sajian istimewa dari restaurant tersebut.

“Wow, pesananmu OK juga Bella.” Puji Riyanda kepada teman sosialitanya tersebut. “Iya karena ku tahu kau tak akan memakan makanan sembarangan.” Sahut Nyonya Bella. Riyanda tersenyum tipis mendengarnya. “Mari silahkan makan.” Ucap Nyonya Bella.

Ketiga orang itu menyantap makan siangnya perlahan. “Bagaimana sayang, apa tidak langsung saja kita memberitahunya tujuan kita ke sini?” Kata Tuan Harun membuka pembicaraan. “Ahh hiya benar sayang.” Nyonya Bella meletakkan sendok dan garpunya pada piring.

“Tidak, ku rasa jangan menganggu makan siang ini. Lebih baik makan dahulu, setelah itu kita bisa berbincang di taman itu.” Sahut Riyanda yang tak ingin menyudahi makan istimewanya. “Baiklah kalau begitu.” Jawab Nyonya Bella sedikit heran. Namun cepat ia tepis rasa herannya. Ia kembali mengambil sendok garpu miliknya dan melanjutkan memakan makanan yang belum ia habiskan.

Tuan Harun hanya tersenyum kala melihat Istrinya yang memakan dua kali makanannya. Karena hal itu sangatlah jarang terjadi, Dia tahu karakter Istrinya itu. Pakaian sehari-hari yang ia kenakan pun tak pernah ia pakai dua kali. Semua barang yang ia pakai hanya satu kali dan langsung dibuang. Kecuali barang-barang tertentu yang ia sukai.

Lima belas menit berlalu. Ketiga orang itu makan dengan senyap tanpa adanya percakapan sama sekali. Nyonya Bella terlihat lesu menyantap makanannya. Tuan Harun agak kesulitan menyantap makanannya karena gigi palsu yang ia kenakan. Sedangkan Riyanda terlihat begitu lahap menyantap makanan mahal tersebut.

“Okay, sekarang mari kita ke taman itu.” Riyanda menyudahi makan siangnya, ia mengakhiri makan siang itu dengan mengelap perlahan bibir merahnya. Dengan semangat Nyonya Bella pun meletakkan kembali sendok dan garpu lalu meneguk jus orange yang ia pesan, Istri dari Tuan Harun itu menyudahi makan siangnya.

Tuan Harun sendiri juga menyudahi makan siangnya. Dengan meneguk segelas air putih, ia mengkhirinya dengan mengelap bibir keriputnya dengan tissue. “Mariii…” Ajak Riyanda. Kemudian orang itu berjalan ke taman.

Taman itu adalah salah satu area dari restaurant tersebut. Pada teman itu terdapat bunga-bunga yang indah. Danau buatan dengan jembatan yang membelahnya, di isi dengan beberapa jenis ikan seperti ikan koi, dan ikan yang hampir berjenis sama. Serta pohon-pohon rindang dengan kursi di bawahnya. Ada satu gazebo di sana, ketiga orang ini pun melanjutkan langkahnya hingga duduk di gazebo itu.

“Kau tahu Riyanda, di rumahku ada banyak gazebo seperti ini. Restaurant ini memang mewah, tapi sayang gazebonya cuma satu.” Kata Nyonya Bella sambil mengibaskan kipas lipatnya. “Oh ya, ternyata seperti itu.” Jawab Riyanda santai. Mau banyak atau sedikit gazebo di rumah Bella tidak ada untung baginya.

“Begini, langsung saja ya Riyanda, biar Saya yang akan memulainya. Yang Saya tahu, kau itu adalah single parent, apa benar Riyanda?” Tuan Harun memulainya, sudah cukup lama ia menunggu hingga topik inti dari tujuannya disampaikan jua.

“Iya benar Pak--” Perkataan Riyanda terhenti lalu di potong oleh Bella. “Pak Harun.” Nyonya Bella tersenyum tipis. “Oh iya Pak Harun, ada apa dengan statusku itu? Apa itu yang menganggumu hingga kalian berdua mengundangku makan siang?” Riyanda mulai menerka-nerka sendiri.

“Tidak-tidak! Bukan seperti itu.” Tuan Harun merasa tidak enak sendiri dengan pertanyaan tadi. “Kami mengundangmu makan siang malah karena menganggapmu istimewa.” Tambah Tuan Harun.

“Istimewaa?” Riyanda menaikkan sebelah alisnya. Perkataan Bapak tua itu terdengar aneh di telinganya. “Iya kau sangat istimewa, sangking istimewanya dirimu, mau kah kau menikah dengan putra kami?” Tuan Harun to the point.

“Hahaha…” Riyanda tertawa sambil menutup mulutnya dengan telapak tangan, tawanya yang seperti itu semakin membuatnya terlihat anggun. Tuan Harun membuang pandangannya dari Janda itu. Ia takut jatuh hati kepada calon menantunya sendiri.

“Apa kalian berdua sedang tidak sehat ?” Ucap Riyanda sedikit mengejek. “Tidak Riyanda, justru kami berdua sedang sangat sehat. Maka dari itu kami berdua ingin menikahkan anak kami denganmu dibandingkan dengan perawan tua guru SD yang jelek dan miskin.” Jelas Nyonya Bella.

“Perawan tua guru SD, maksudmu bagaimana Bella?” Tanya Riyanda tidak mengerti dari ucapan teman arisannya itu. “Begini Riyanda, anak kami mengidap penyakit Oedipus Complex. Itu adalah penyakit di mana seseorang akan menyukai orang yang lebih tua. Anak kami adalah seorang pria muda yang bernama Tama, umurnya masih 25 tahun. Ia menyukai seorang guru SD yang berumur 40 tahun. Sangat memprihatinkan bukan?” Terang Tuan Harun.

Riyanda mengangguk mengerti lalu Tuan Harun melanjutkan kalimatnya “Oleh karena itu, dari pada anak kami yang sangat kami sayangi itu menikah dengan guru tersebut. Mendengar kau adalah single parent jadi kami berdua berniat menjodohkanmu dengannya. Kami berdua sangat berharap kau menerimanya Riyanda”.

“Boleh ku lihat foto anakmu itu?” Riyanda ingin memastikan seperti apa wajah dari calon jodohnya itu. Nyonya Bella memberikan ponsel miliknya, tak lupa ia sudah membuka foto wajah anaknya agar dapat dilihat oleh Riyanda.

“Cukup tampan. Baiklah Aku bersedia menikah dengannya.” Kata Riyanda tanpa berpikir banyak. “Benarkah Riyanda?” Tanya Nyonya Bella tak percaya. “Benar.” Sahut Riyanda singkat.

Sepasang Suami Istri tersebut kegirangan. Mereka saling menatap satu sama lain dan tersenyum lebar. “Baiklah, acara pernikahan akan kita laksanakan bulan depan.” Pungkas Tuan Harun.

Riyanda berdiri, ia merasa cukup untuk hari ini bergaul dengan kedua orang kaya itu. Pada akhirnya, ia akan menjadi salah satu dari keluarga mereka. Namun, Riyanda menunjukkan ekspresi biasa dan tidak senang sama sekali. “Kalau begitu Saya akan pergi lebih dulu, masih banyak pekerjaan yang harus Saya urus.” Riyanda berpamitan lalu pergi meninggalkan pasutri itu.

Pasutri itu masih duduk bersama di bawah gazebo restaurant. Tuan Harun bergeser ke kiri agar bisa lebih dekat duduk dengan Istrinya kemudian merangkulnya. Nyonya Bella memperhatikan seksama dengan badan langsing dari Riyanda.

“Ada yang aneh dengannya hari ini. Walaupun ia tetap terlihat cantik, tetapi hari ini ia tidak mengenakan barang branded satupun.” Gumam Nyonya Bella. Ia melihat dengan seksama badan Riyanda dari atas sampai bawah yang telah berjalan menjauh darinya.

Flashback off

Waktu menunjukkan pukul lima, sudah tiga jam Tuan Harun menunggu dan tak tidur. Ia sangat menantikan kedatangan pengawal pribadi andalannya.

“Tok..tok..tok..” Suara ketukan pintu terdengar jelas pada pintu kamar Tuan Harun. Nyonya Bella pun terbangun dari tidurnya saat mendengar ketukan itu. “Buka pintu itu sayang.” Dengan wajah yang sembab karena baru saja terbangun ia langsung membukakan pintu itu untuk Suaminya.

“Marioooo…” Ucap Nyonya Bella senang.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!