"Jangan pergi!" teriak seorang lelaki yang kini sangat Liam benci, sedang menggegam tangan kurus Liam.
Deru mesin kendaraan yang lalu lalang, mengisi pendengaran Liam yang mulai menurun. Rasa nyeri mulai dirasakan di sekujur tubuh Liam dan matanya hampir saya tak bisa dibuka lagi. Darah segar terus mengalir dari luka-luka yang ada di tubuhnya.
Untuk kesekian kalinya, Liam melakukan percobaan bunuh diri dan selalu gagal karena tak bisa membuatnya mati.
Kali ini Liam sengaja menabrakkan diri pada sebuah mobil. Sialnya, ternyata mobil tersebut milik Alstar, yaitu Ayah kandung Liam yang tak sengaja melintas di jalan, tepat di mana Liam bersiap untuk melakukan percobaan bunuh diri yang kesekian kalinya.
Bodoh memang, tapi tak ada cara lain yang bisa Liam lakukan untuk bunuh diri, karena aksinya selalu gagal dan gagal lagi.
Namun kali ini luka yang dialami Liam cukup serius, bahkan Liam sampai memuntahkan darah dari mulutnya.
Liam masih sempat menertawakan dirinya yang tak bisa langsung mati. Mungkin karena takdir masih ingin bermain-main dengannya.
*
*
*
"Tuan Muda ..., Ayah anda meminta anda untuk datang menemuinya di ruang keluarga." Ucap seorang pria yang yang bernama Yuan, yang di percaya untuk menjaga Liam.
"Aku tidak ingin bertemu dengannya. Katakan padanya untuk membebaskan aku dan biarkan aku mati saja, daripada harus hidup berdampingan dengan seorang pria yang telah memberikan penderitaan, sampai ibuku tiada," ucap Liam.
"Tuan muda, jangan berkata begitu. Masa depan tuan masih panjang, tolong buang pikiran tuan untuk mengakhiri hidup. Baiklah akan saya sampaikan pada ayah tuan muda, kalau begitu saya permisi." Dengan sopan Yuan pun meninggalkan kamar Liam.
Liam menatap dirinya di cermin memperhatikan dirinya sendiri.
Kenapa wajah ini, Mata ini, dan juga tubuh ini harus mirip dengannya. Kenapa aku tidak mirip ibu saja seperti ibu agar aku bisa mengakui jika aku anak ini anak ibuku saja. Aku benci tubuhku, aku benci diriku. Liam pun meninju kaca hingga pecah berulang kali.
"Hentikan Liam, kenapa kamu semakin menjadi-jadi. Jika kamu tidak ingin tinggal dengan Ayah, Oke, Ayah akan membiarkan kamu pergi, tapi itu hanya selama tiga bulan. Setelah itu kamu harus pulang. Jika kamu tidak menginginkan fasilitas yang Ayah berikan, silahkan cari sendiri sesuai kemampuan yang kamu bisa, Ayah tidak akan melarang lagi. tapi dengan satu syarat, jika Ayah memintamu sewaktu-waktu pulang, maka kamu juga harus pulang." Alstar pun akhirnya menyerah, setelah mengekang Liam selama setahun, namun masih tak mampu untuk mengendalikan Liam. Kini Alstar terpaksa mengikuti saran Yuan, untuk memberi kebebasan kembali pada Liam.
Mendapat persetujuan dari Alstar, Liam pun segera meninggalkan istana yang menjadi penjara baginya. Hanya dengan membawa pakaian di badan dan sedikit uang, Liam pun terbang bebas seperti burung keluar dari sangkarnya.
"Awasi terus keberadaannya, hanya awasi dan laporkan jika dia dalam masalah!" perintah Alstar pada Yuan.
*
*
*
Liam pun segera mencari tempat kost untuk dirinya tinggal, dan mulai mencari pekerjaan sesuai kemampuan yang ia miliki untuk bertahan hidup dan membuktikan jika dirinya masih bisa hidup tanpa bantuan dari pria yang ia benci.
Setelah berkeliling dan bertanya, akhirnya Liam menemukan tempat kost yang cocok dengan uang yang ia miliki. Tempat kost itu memiliki enam pintu kost, dan tetangga kost yang ada di kanan dan kiri di tinggali oleh janda muda, sedangkan tempat kost Liam berada di antara tempat tinggal dua janda tersebut.
*
*
*
Saat hendak mandi, Liam tak sengaja tergelincir. Kepalanya terbentur ke tembok, membuat Liam pingsan dan tergeletak di lantai.
Liam terbangun di alam bawah sadarnya, dan ia berada di sebuah ruangan kosong.
Tiba-tiba kepalanya terasa sangat sakit, hingga ia harus memegang kelapanya dengan kedua tangannya, sambil berteriak.
Aaahhhhh......
TING
[Penyatuan Sistem dengan host ... 10% ... 25% ... 50% ... 78% ... 89% ... 100% penyatuan selesai.]
Rasa sakit kepala Liam tiba-tiba menghilang, namun ia di kejutkan dengan suara tanpa wujud.
TING
[Selamat host, anda terpilih mendapatkan sistem, setelah lolos menjalani seleksi ujian hidup yang menyedihkan.]
Liam berputar mencari sumber suara yang berbicara dengannya. "Siapa kamu? cepat keluar tujukan wujudmu!" teriak Liam
TING
[ Sistem tidak memiliki wujud, sistem telah menyatu dengan jiwa host. Saya Bukan sistem kekayaan, melainkan sistem permainan Takdir, yang akan membantu host, memecahkan misteri yang belum terpecahkan, tentunya dengan sebuah misi]
"Apa di kepalaku ada sistem? Hah, jangan bercanda. Cepat keluar! yang aku tahu sistem itu hanya ada di dunia novel bukan di dunia nyata." sangkal Liam yang masih tak percaya.
[TING]
[ Hologram di aktifkan, Memperbaharui status Host. 5 ... 4 ... 3 ... 2 ... 1]
[TING]
Nama : Casper Liam
Usia : 19 tahun
Gender : pria
Kesehatan Mental : 70%
kecerdasan : 65%
ketampanan : 80%
Kekuatan : 65%
Skill : 50%
Tabungan : 350.000
Level : 3 / 10
poin : +1000.000
Toko : Terkunci
Misi : Belum di mulai.
Liam terperangah tak percaya dengan apa yang di lihatnya, berkali-kali ia mengucek matanya, namun hologram itu masih saja muncul.
[TING]
[ Apa host sudah percaya sekarang?"]
"Iya... aku percaya! lalu apa kau ingin memberiku kekayaan?"
[TING]
[Sistem bertugas untuk membantu host menyelesaikan misi permainan Takdir, bukan memberi kekayaan, jadi host tidak akan mendapatkan kekayaan dari sistem. Tapi host bisa mendapatkan uang dari bonus misi berhasil.]
"Yah, terserah, aku juga tidak butuh Kekayaan, aku bisa cari uang sendiri dengan bekerja. Sekarang jelaskan, permainan Takdir apa yang sedang kamu rencanakan, Oci, sepertinya aku akan memanggilmu Oci."
[TING]
[Sedang senang hati, Sistem menerima di panggil Oci oleh host]
"Jangan panggil aku host, panggil saja aku Liam. Itu lebih baik Oci."
[TING]
[ Siap, Oci akan panggil host dengan panggilan Liam.]
"Nah gitu kan bagus."
[TING]
[Oci akan menjelaskan peraturan, sistem permainan Takdir.
Liam harus mengumpulkan poin agar bisa di tukarkan dengan amplop yang ada di toko untuk mendapatkan informasi yang diinginkan.
Setiap misi yang Liam selesaikan akan mendapatkan poin yang nanti bisa ditukarkan dengan amplop Rahasia kehidupan.
level 3
Berhasil : + 300.000 poin
gagal : - 500.000 poin
Level 4
berhasil : + 400.000 poin
gagal : - 700.000 poin
level 5
Berhasil : + 500.000 poin
gagal : - 800.000 poin
level 6
Berhasil : + 600.000 poin
gagal : - 1000.000poin
level 7
Berhasil : + 700.000 poin
gagal : - 1.050.000poin
level 8
Berhasil : + 800.000 poin
gagal : - 1.200.000poin
level 9
Berhasil : + 900.000 poin
gagal : - 1.250.000 poin
level 10
Berhasil : + 1.000.000 poin
gagal : - 1.300.000 poin
Oci sudah jelaskan mengenai poin]
"Tunggu dulu, Kenapa harus pakai level, dan kenapa pengurangan poinnya lebih banyak dari pada pendapatan?"
[TING]
[Level akan menentukan misi, semakin tinggi levelnya maka akan semakin sulit misinya dan bonus pun akan semakin banyak. untuk masalah poin, Sistem Oci juga tidak mau rugi]
"Ah dasar, sistem aneh, bukannya menguntungkan pemilik, ini malah merugikan." gerutu Liam.
[Ting]
[ Oci tahu apa yang sedang Liam gerutu dan karena Liam membicarakan Oci, maka poin di kurangi dan misi dimulai]
[ Hologram di aktifkan. pembaharuan status, pengurangan poin. ]
Nama : Casper Liam
Level 3
pengurangan poin : - 500.000
Sisa poin : + 500.000
Dibutuhkan : +9.500.000 poin, untuk penukaran amplop pertama.
Misi : Dimulai
[ Pembaharuan selesai.]
Liam lagi-lagi terperangah, memiliki sistem yang sensitif dan sangat cerewet.
To be continued ☺️☺️☺️
Berhari-hari Liam berusaha mencari pekerjaan, namun tak satu lamaran pun yang di terima. Liam lagi-lagi hampir putus asa, tak tau lagi kemana harus mencari pekerjaan untuk menyambung hidup.
"Kamu kenapa Liam? melamun sendirian di situ?" tanya Sofi yang baru keluar dari kostnya dan mendapati Liam sedang duduk di teras.
"Eh, mbak Sofi. Enggak papa mbak, lagi bingung nyari kerjaan." Jawab Liam sambil membenarkan posisi duduknya.
"Emang belum dapat kerjaan? tanya Sofi lagi dan berjalan menghampiri Liam. Sofi pun duduk di sebelah Liam.
"Belum mbak, ternyata nyari pekerjaan itu susah, Apalagi cuma lulusan SMA."
"Ya, sekarang ini banyak perusahaan yang hanya menerima Lulusan sarjana, tapi yang sarjana saja masih banyak yang nganggur. Oiya. Aku hampir lupa. Di perusahaan tempat aku bekerja sedang butuh pegawai keamanan. Kalau kamu mau, aku bisa bantu kamu masuk disana."
"Yang benar mbak. Kerja apa saja gak Masalah mbak yang penting aku bisa bekerja." Jawab Liam dengan girang.
"Kalau begitu, siapkan berkas lamaran kerjanya, besok pagi biar aku bawa sekalian berangkat. Nanti kalau sudah di terima aku pasti kabari."
"Terimakasih banyak mbak sudah mau membantuku, aku janji nanti kalau di terima bekerja di sana. Aku bakal traktir Mbak Sofi."
"Ada yang ngomongin traktiran nie." Saut Alia ikut nimbrung.
"Eh mbak Alia. Iya aku janji sama mbak Sofi mau traktir, kalau nanti keterima kerja di perusahaannya mbak Sofi bekerja." Jelas Liam yang di hampiri dua wanita yang usianya terpaut beberapa tahun dengannya.
"Oohhh. Oya aku tadi aku keluar mau tanya sama kamu. Besok kamu pergi kemana?" tanya Alia pada Liam.
"Aku gak kemana-mana kok mbak. Kenapa emangnya?"
"Tolong besok jemput 'kan Aris di sekolah, mbak Ada acara besok jadi gak sempat jemput." pinta Alia.
"Oh, ia mbak. Biar besok saya jemput." Setelah mendapatkan jawaban Liam, Alia pun segera kembali masuk. Begitu juga dengan Sofi, juga segera kembali kedalam rumah kost.
****
Keesokan harinya, Liam menunggu Aris di luar gerbang sekolah. Saat sedang sendirian memperhatikan orang-orang yang lalu-lalang.
[Ting]
[Misi Di aktifkan]
[Misi level 3. Berhasil + 300.000 poin akan ditambahkan, jika gagal pengurangan poin -500.000. Poin yang dimiliki saat ini adalah +500.000.]
[Misi, Menolong orang yang sedang membutuhkan uang, dan berikan nominal yang dimiliki yang paling besar]
[Penjelasan Selesai]
"Apa, Siapa yang harus aku tolong? Dan aku hanya punya uang lima puluh ribu yang tersisa dan itu akan aku gunakan untuk bayar angkot"Jawab Liam
[Ini adalah Misi, Jika Liam gagal, poin yang Liam miliki akan di kurangi.]
"Astaga, ya baiklah. Aku masih bisa jalan kaki nanti, dan Aris masih bisa aku gendong dan sekarang masalahnya siapa yang butuh bantuan?" Ucap Liam seorang diri. Beberapa orang yang memperhatikan Liam nampak heran dengan Liam.
[Ting.]
[Tuan punya mata, punya telinga, punya Otak dan juga punya kaki. Gunakan untuk mencarinya, jika Oci yang memberitahu itu bukan misi namanya tuan Liam. Ha...Ha...]
"Yah, malah di kacangin. Kalau aku bisa mengeluarkan kamu dari pikiranku, Sudah aku tarik paksa kamu." Ucap Liam kesal
[Ting]
[Sistem Oci tidak mudah disingkirkan dari pikiran. Yang perlu di singkirkan dari otak tuan itu rasa benci dan kebiasaan ingin bunuh diri
Ha... ha...]
"Apa? Kamu menasehati atau menyindir. Dasar sistem sensitif."
"Om Liam..." Panggil Aris yang baru keluar dari sekolah dan berlari menghampiri.
"Halo Aris, hari ini om yang jemput, atas perintah mama kamu."
"Iya Om. Mama sudah bilang tadi pagi. Ayo om kita pulang." Ajak Aris. Namun Liam masih teringat dengan misi yang belum ia selesaikan.
"Aris mau gak, kalau kita pulangnya jalan kaki. Om mau jalan kaki, sambil lihat-lihat mobil-mobil yang lewat." Ajak Liam.
"Tapi Om, kan jauh kalau harus jalan kaki. Aris nanti capek."
"Biar Om yang gendong Aris tapi syaratnya Aris sambil bernyanyi." Ajak Liam dan Aris pun menyetujuinya.
Liam akhirnya harus menggendong Aris yang memiliki berat badan berlebih, sambil mencari-cari orang yang membutuhkan pertolongan darinya.
Setelah berjalan cukup lama, Aris tiba-tiba menunjuk ke arah penjual balon.
"Om, aku mau balon." pinta Liam, membuat Liam semakin bingung. Jika Liam belikan balon uang akan berkurang dan misi gagal, tapi jika tidak di belikan, Artinya Liam mengingkari janji dengan Alia mamanya Aris.
Dengan terpaksa Liam pun membawa Aris ke penjual balon untuk membeli balon.
"Berapa pak balonnya?" tanya Liam sambil memilih salah satu balon untuk Aris.
"Sepuluh ribu nak." Jawabnya. Sekilas Liam memperhatikan pria tua tersebut jarang sekali berkedip dan Liam pun mencoba memastikan jika tebakannya salah.
Liam memberikan uangnya namun pria tua itu tidak merespon.
"Maaf pak, apa bapak tidak bisa lihat?" tanya Liam yang penasaran, namun pria itu hanya terkekeh.
"Iya nak. Bapak buta."
"Kalau bapak gak bisa lihat, bagaimana bapak bisa berjualan? nanti kalau di tipu pembeli bagaimana?"
Pria tua itu kembali terkekeh, " Itu artinya belum rezeki bapak. Walaupun bapak gak bisa lihat dan sering di tipu pembeli, bapak gak merasa rugi, karena nanti pasti akan ada gantinya yang jauh lebih besar dari yang hilang." Jawab pria tua itu membuat Liam sadar. Jika apa yang dia takutkan selama ini malah membuatnya semakin tercekik dengan masalah, Mungkin dengan memilih ikhlas dan menjalaninya, akan ada kehidupan yang lebih indah di kemudian hari.
Liam pun memberikan uang yang ada dia miliki satu-satunya itu kepada bapak tua itu.
"Ini pak."
"Kembali berapa nak?"
"Gak pak. Itu uangnya pas." Liam pun pergi meninggalkan Pria tua itu dengan tersenyum, begitu juga dengan Aris yang mendapatkan satu balon untuknya.
Liam pun melanjutkan perjalanan hingga sampai ke kost dengan Aris yang tertidur di punggungnya dan segera mengembalikannya kepada mamanya.
"Terimakasih Liam, sudah mau mbak repotkan."
"Sama-sama mbak. Maaf pulangnya agak lambat, soalnya tadi jalan kaki"
"Apa, jalan kaki? Ya ampun Liam. Mbak minta maaf banget ya gara-gara aku sampai kamu rela jalan kaki dan mengendong aris yang berat ini."
"Gak papa mbak, kalau gitu aku ke dalam Dulu ya mbak mau istirahat."
Liam pun masuk kedalam rumah.
[Ting]
[Misi selesai. Host mendapatkan tambahan poin +300.000. Host berhasil belajar ikhlas, tambahan poin +
300.000, Bersikap rendah diri di depan orang lain tambahan poin +300.000. Total +900.000 poin akan di akumulasi dan sekarang poin yang dimiliki host + 1400.000. Masih membutuhkan +8.600.000 poin lagi.]
[Ting]
[Hadiah tambahan di kirimkan, silahkan di cek.]
Tak lama ponsel Liam pun mendapatkan notifikasi pesan dari bank ABC saldo bertambah lima juta.
Liam mengucek matanya berkali-kali, dan berulang kali membaca dan isinya tetap sama jika dirinya mendapatkan tambahan saldo lima juta.
To Be continued ☺️☺️☺️
Setelah menunggu beberapa hari, Sofi akhirnya memberi kabar jika Liam di terima bekerja di perusahaan Alstar.
Mendengar nama Alstar, perasaan Liam mulai tidak enak, namun ia segera menepisnya, karena dia butuh pekerjaan itu.
Bonus uang yang diberikan sistem sebagai imbalan dari uang lima puluh ribu yang dia ikhlaskan untuk penjual balon itu, akan dia gunakan jika keadaan terdesak saja.
*
*
*
Liam pun mulai bekerja setiap hari berangkat pagi dan pulang saat jam kerja usai. Liam selalu berangkat bersama dengan Sofi setiap hari.
Setelah bekerja Beberapa Minggu, Masalah demi masalah mulai muncul menghampiri Liam dari orang-orang yang ingin menyingkirkan Liam dari perusahaan. Walaupun pekerjaan Liam hanyalah seorang petugas kemanan yang sering mondar-mandir di lobby. Liam punya satu rahasia yang membuat beberapa pejabat penting perusahaan merasa terancam. Jika Liam buka suara, maka mereka akan tamat.
"Liam kemarilah!" Panggil pak Anton yang merupakan manager pemasaran yang saat ini posisinya sedang terancam karena Liam.
Liam bergegas menghampiri pak Anton yang nampak sedang cemas.
"Ada apa pak?" tanya Liam.
"Ini, ambil uang ini dan kamu berhenti bekerja." Anton memberikan segepok uang untuk menyogok Liam agar mau keluar dari pekerjaannya.
"Maaf pak, saya tidak butuh uang sogokan dari bapak, karena saya masih bisa mencari uang dengan cara bekerja." jawab Liam dengan tenang.
"Alah, jadi orang jangan belagu kamu, kamu pasti butuh ini kan. Orang miskin kaya kamu itu terlalu munafik jika tidak mau mengambilnya. Cepat ambil uang ini dan segera berhenti dari pekerjaan ini." Anton tetap menyodorkan Amplop yang berisi uang.
"Sudah saya katakan, saya tidak akan keluar dari pekerjaan ini. Terimakasih atas sogokannya tapi say tidak bisa terima, lebih baik uang bapak ini bapak bagi-bagi kepada orang yang lebih membutuhkan itu lebih baik. Oya... hampir lupa dengan maksud bapak, tenang saja pak, saya tidak akan mengatakan apapun pada siapapun, asalkan bapak tidak mengulanginya lagi. Ini bukan perusahaan bapak, Jadi jangan buat rugi orang lain."
Pak Anton menarik kerah baju Liam dengan kuat, " Jika kamu berani buka mulut, aku pastikan kamu akan menyesal." Ancam Anton lalu melepas kerah Liam dengan kasar, Anton pun segera meninggalkan Anton, sebelum orang lain melihatnya.
Liam hanya geleng kepala, merasa heran dengan orang-orang berkuasa yang menggunakan berbagai cara curang untuk mendapatkan apa yang di inginkannya. Liam tak perduli dengan hal itu, yang terpenting dia masih bisa bekerja dan menghasilkan uang itu sudah lebih dari cukup.
Liam pun kembali bekerja, karena hari ini bos besar perusahaan akan datang ke kantor. Dan tak lama kemudian, beberapa mobil mewah berhenti tepat di depan perusahaan dan keluarlah sosok yang sangat ia benci yaitu Alstar, ayah kandung Liam bersama dengan Yuan.
Tanpa sengaja, Yuan melihat Liam di antara para security yang tengah berjajar dan belum sempat mengenakan masker.
'Bukankah itu tuan Liam. Ternyata dia bekerja di kantor ayahnya sendiri. Apa tuan muda tidak tau sebelumnya jika perusahaan ini milik ayahnya. Ah, aku rasa tidak. Jika tuan Liam Taku, aku yakin dia tidak akan bekerja di sini.' Gumam Yuan lalu tersenyum ke arah Liam.
Dan saat itu liam baru sadar jika perusahaan tempatnya bekerja adalah milik ayahnya. Jika tau dari awal, mungkin Liam akan mencari pekerjaan yang lain.
'Ternyata dugaan ku benar, jika perusahaan ini miliknya. Kenapa aku bisa terjebak di perusahaan milik orang yang aku benci. Dia tidak boleh tau aku bekerja di sini.' Gumam Liam.
Namun Liam tetap malakukan pekerjaannya, walaupun harus menutupi wajahnya dengan masker untuk menyambut dan juga menjaga keamanan selama bos besar di berada di kantor.
Setelah Alstar masuk, Liam bergegas menuju wastafel yang ada di toilet untuk membasuh wajahnya dari terasa tegang.
Liam menatap wajahnya di cermin, dan hatinya menertawakan dirinya sendiri yang ternyata memiliki seorang ayah yang merupakan bos besar, tapi dirinya malah hanya menjadi petugas keamanan di kantor ayahnya dan lebih buruknya lagi, dirinya di rendahkan oleh karyawan kantor.
'Kenapa, aku tidak bisa pergi menjauh darinya, seberapa kerasnya aku berusaha, dia selalu saja muncul di hadapanku. Apa memang sudah takdirnya jika orang yang kita benci akan selalu ada di sekitar kita?' tanya Liam dalam hati.
[Ting]
[Sistem datang memberi Misi]
"Kenapa kamu muncul disaat yang tidak tepat Oci, Aku sedang tidak ingin mengerjakan misi yang kamu berikan. Apa kamu tidak tau perasaanku sedang tidak baik-baik saja." Jawab Liam dengan kesal.
[Ting]
[Misi kelulusan. Liam Melakukan satu permohonan.
Jika Liam berhasil menyelesaikan misi akan mendapatkan bonus tambahan dan kenaikan level.]
"Kenapa misi yang diberikan selalu saja menyuruhku untuk berfikir sendiri. Kenapa tidak melakukan ini atau itu langsung pada intinya, tanpa aku harus memutar otak untuk mengetahui misi sebenarnya." protes Liam
[Ting]
[ Hologram di aktifkan]
Tiba-tiba layar hologram muncul di depan laptop liam, membuatnya terkejut, karena berada di temani umum, bukan di rumah.
[Jika Liam berhasil menjalankan misi, skill, kekuatan, Ketampanan akan bertambah dan juga Toko akan terbuka untuk pembelian amplop tabir masa lalu yang pertama. Apakah Liam tidak tertarik? Jika misi gagal Liam harus mengulang dari awal untuk mengumpulkan poin dan kesempatan untuk membuka amplop akan kembali terkunci.]
"Apakah aku akan berhasil melakukan ini. Baiklah aku kan mencobanya." Jawab Liam menyetujuinya.
[Misi Di mulai.]
Liam pun keluar dari toilet dan tiba-tiba saja seorang wanita menghampiri dan menghambur kepelukan Liam. Ya itu Sofi, yang sedang menangis kerena ia di pecat dari perusahaan tempatnya bekerja selama beberapa tahun.
"Kamu kenapa Sofi?" tanya Liam seraya menenangkannya.
"Aku dan beberapa karyawan di pecat. Pak Anton dan pak Riza menuduh tim ku melakukan penggelapan barang, padahal aku dan dan timku tidak pernah melakukan itu dan tidak ada bukti kuat. Kami di jebak Liam, hiks... hiks..." Sofi sangat kecewa dengan keputusan perusahaan yang memecat timnya padahal mereka sudah bekerja keras untuk perusahaan.
Setelah cukup puas melampiaskan kekecewaannya. Sofi pun pergi untuk membersihkan barang-barang pribadinya yang masih ada di meja kantor.
"Kamu keterlaluan Anton, kenapa kamu semakin licik untuk mempertahankan posisimu itu." ucap Liam dengan geram.
Tak ada yang bisa Liam lakukan untuk membantu Sofi. Liam percaya bahwa Sofi tidak akan melakukan kecurangan seperti yang di tuduhkan. Jalan satu-satunya yang Liam miliki hanya menemui Alstar. Karena hanya dia yang memiliki kuasa besar untuk mengembalikan posisi Sofi.
"Tak ada jalan lain. Aku harus membantu mbak Sofi tetap bertahan di perusahaan agar tidak jadi di pecat, aku akan terima konsekuensinya jika aku nanti yang jadinya di pecat."
To be continued ☺️☺️☺️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!