NovelToon NovelToon

Terpaksa Menikahi Dokter Bucin

Putus

Malam itu pukul 8 malam Starla pulang bekerja setelah menyelesaikan sift sianganya,dia melangkah keluar dari dalam rumah sakit tempatnya bekerja saat ini bersama 3 orang temannya yaitu Jono,Mono dan Bayu menuju mesin absen dekat tangga menuju lantai atas tempat petinggi-petinggi rumah sakit.

Mereka bersenda gurau hanya Starla karyawan perempuan yang berbarengan dengan mereka gadis berambut coklat bergelombang dan berkacamata itu tertawa sesekali mendengarkan ocehan dan candaan dari teman-teman kerjanya yang rata-rata laki-laki.

"La...la...gue dulu yang absen ah...gue buru-buru"Jono menarik tangan Starla saat dia sudah berada di depan mesin absen.

Dan kedua sahabatnya pun sama mereka ingin absen duluan dan menarik tangan Starla saat dirinya sudah mengulurkan tangan untuk absen dengan cara finger print.

"Astaga lu pada mau kemana sih pada kebelet pipis apa ya gue nggak di kasih absen duluan dari tadi"Starla protes.

Mereka bertiga mentertertawakannya,tapi tiba-tiba terdengar derap langkah dari arah tangga.

Starla dan ketiga temannya langsung terdiam,mereka bertiga menganggukan kepala dan tersenyum kepada dua orang laki-laki yang baru turun dari tangga tersebut,sedangkan Starla mengambil kesempatan untuk absen.

Pip...

Mesin absen berbunyi.

"Yeay...gue udah absen gue balik duluan yaw..."Starla langsung berlari ke arah pintu keluar karyawan meninggalkan ketiga temannya yang masih terpaku di depan mesin absen karena di tatap dengan dingin oleh seorang pria tinggi,tampan,berambut hitam legam dan lurus bersama asistennya yang tak kalah tampannya dan tubuhnya pun sama tingginya hanya saja asistennya ini terlihat lebih ramah darinya.

Mereka pun berlalu dari tangga tersebut dan meninggalkan ketiga teman Starla,mereka menuju ke area parkir khusus para petinggi rumah sakit memarkirkan mobil mereka.

Jono,Mono dan Bayu mengejar Starla yang sudah ngacir duluan ke luar dari dalam rumah sakit.

"La.....gila lu ya pas ada dokter Rigel lu kabur begitu ajah"ucap Mono.

Starla terlihat bingung.

"Siapa emangnya dokter Rigel?"tanya Starla polos.

"Astaga Lala...lu nggak tahu siapa dokter Rigel?"tanya Bayu gemas.

Starla hanya menggelangkan kepala saja tanpa dosa.

"Dia itu yang punya rumah sakit ini tahu..."ucap mereka bertiga bersamaan.

"Ooh gue kira siapa"Starla menjawab santai.

Membuat teman-temannya hanya melongo tak percaya mendengar hal itu.

Starla dan ketiga kawannya berbincang sebentar di dekat pintu keluar utama,saat mereka sedang berbicang tiba-tiba suara klakson terdengar membuat ketiga pemuda itu menyingkirkan motor mereka karena menghalangi jalan mobil dokter Rigel yang akan keluar.

dokter Rigel melirik ke arah mereka berempat di liriknya seorang gadis yang berada di antara mereka.

"Mereka itu karyawan bagian mana sih Ben?"tanya dokter Rigel pada asistennya Ben yang menyupirinya.

"Sepertinya bagian dapur dok"jelas Ben.

"Hemm"dr. Rigel hanya ber hemm saja.

"Ada apa dok?"Ben merasa heran tak biasanya atasannya ini menayakan karyawan kecil seperti mereka.

Tapi Rigel diam saja tak menjawab pertanyaan Ben.

Tapi dia tidak mau ambil pusing karena atasannya ini tak mungkin memperhatikan hal kecil seperti itu.

Mobil pun melaju menembus angin malam di jalanan yang masih cukup ramai.

Sementara itu Starla di tinggalkan ke tiga temannya di halte bus,dia menunggu bus datang dia tak berbarengan dengan ketiga temannya itu karena arah rumah mereka pun berbeda dari arah rumahnya.

Bus yang di tunggu Starla pun akhirnya datang,dia segera menaiki bus tersebut dan duduk di bangku yang kosong dekat jendela,angin yang masuk dari celah jendela yang di geser sedikit olehnya menyapu beberapa bagian rambutnya yang dia ikat dengan asal.

Bus berhenti di sebuah lampu merah,beberapa kendaraan pun berhenti disana memberikan jalan bergiliran kepada mobil dan kendaraan yang lain,suara klakson terdengar saat lampu menunjukan lampu hijau.

Rigel yang sedang menatap keramain kota malam hari dari kaca mobilnya,menangkap sosok gadis berkacamata duduk terdiam di dalam sebuah bus yang berhenti di sebelah mobilnya yang dia tumpangi.

Entah apa yang ada di fikiran Rigel,saat meihat gadis itu yang sepertinya tak menoleh ke arah kanan maupun kirinya,terlihat peluh menetes di wajahnya karena panasnya bus yang dia naiki.

Mobil mewah dr. Rigel pun menembus keramain lampu merah saat lampu berubah menjadi hijau dan langsung meninggalkan bus yang di tumpangi Starla.

Entah kenapa kepala Rigel sepertinya tak bisa di ajak kompromi kapalanya terus menoleh ke arah bus tersebut,hingga mobil berbelok ke arah berbeda dan dia tak dapat melihat bus itu lagi.

Ben yang melihat bosnya aneh langsung menegurnya.

"Kenapa dok?apa anda ingin mampir ke suatu tempat?"tanya Ben.

"Oh...tidak"hanya itu yang dia jawab.

Mobil dr. Rigel pun sudah memasuki daerah perumahan mewah tempat dirinya tinggal sendirian.

Sementara itu Starla turun di sebuah halte bus,saat dirinya mendaratkan kaki di tanah ponselnya berdering tanda pesan masuk.

*La...dimana?

Aku baru turun bus masih di halte,jemput dong*...

Balas Starla.

Oke.

Pesan itu pun berakhir dan Starla pun menunggu jemputan yang akan menjemputnya,karena dia masih harus naik mobil kecil lagi menuju kerumahnya yang cukup jauh.

Orang yang di tunggu Starla pun tiba dengan motor maticnya,Starla langsung naik di belakang boncengan motor tersebut.

"La....kita mampir makan nasi goreng dulu ya"ucap Prima pacar Starla.

"Oo boleh"ucap Starla.

Prima pun membawa motornya ke sebuah kedai nasi goreng langganan mereka,dia pun memarkirkan motornya,lalu mereka memesan dua porsi nasi goreng.

"Bang...biasa ya dua yang pedes"ucap Prima.

"Oke...mas..."ucap tukang nasi goreng tersebut dan langsung memasukan bumbu kedalam wajan dan mengaduknya dengan nasi yang dia masukan setelah bumbu masuk.

Mereka pun makan seperti biasa,hingga nasi di piring itu pun habis,Prima lalu mengajak Starla berbicara serius.

"La...ada yang mau aku bicarain sama kamu"nada Prima serius.

"Hemmm mau ngomong apa?"tanya Starla sehabis meminum segelas teh tawar hangat yang tersedia disana.

Prima menarik nafas dalam sebelum berbicara,Starla membaca gelagat tidak beres dengan pacarnya ini,dia pun akhirnya terdiam dan mulai mendengarkan pacarnya berbicara.

"La...aku mau kita putus"ucap Prima akhirnya.

Starla terdiam sejenak dan menghela nafanya lagi.

"Ooo ya udah kalo itu mau mu"ucap Starla santai.

"Udah itu ajah yang mau kamu omongin?"tanya Starla.

Meski hatinya sakit bagai di sayat sembilu tapi dia tak mau cengeng mengemis cinta pada orang yang sudah tak menginginkannya.

Prima mengangguk dia merasa bersalah pada pacarnya karena menyakiti hatinya.

"Ya udah kita pulang yuk udah malam juga,kasihan bapak ku pasti ngarepin aku pulang"Starla berdiri dari kursinya.

"Ooo iya jangan lupa bayar nasi gorengnya aku naik mobil ajah pulangnya,aku nggak enak sama kamu"Starla pun langsung memberhetikan mobil kecil yang sedang melintas di depan jalan tersebut.

Starla menaiki mobil tersebut,dia tahu alasan Prima memutuskannya karena apa,dia hanya bisa pasrah karena putus cinta malam ini.

Bersambung.

Terngiang-ngiang

Malam itu setelah pulang darri rumah sakit Rigel langsung membersihkan dirinya di kamar mandi,setelah itu ia memakai pakaian tidurnya,namum sebelum itu seperti biasa dia selalu membaca buku sebelum dirinya tidur.

Tapi saat dia membuka lembaran-lembaran buku tersebut tiba-tiba terbersit bayangan seorang gadis yang wajahnya berkeringat saat di jendela bus tadi.

"Akh...kenapa aku jadi ingat gadis itu sih?"

Rigel jadi gusar mengingat gadis berkaca mata itu,gadis yang tak menghiarukan keberadaanya saat di depan mesin absen tadi.

"dia itu tadi sadar apa nggak sih ya...ada aku disana?"Rigel jadi penasaran dengan gadis berkaca mata,berambut coklat bergelombang itu.

"Ck untuk apa aku memikirkannya,buang-buang waktu saja"gumamnya kesal sendiri.

Di sisi lain.

Starla masuk kedalam rumahnya bapaknya sudah menunggunya di ruang tivi duduk di kursi rodanya.

"Bapak..."Starla menyalimi tangan bapaknya.

"Macet ?"tanya bapaknya.

Starla hanya tersenyum dan mengangguk.

"Lala ke kamar dulu ya pak ganti baju,oia mas Arif sudah pulang?"tanya Starla.

Mas Arif adalah orang yang merawat bapak bila Starla berkerja,dia membantu Starla merawat bapak yang sakit-sakitan karena sudah tua.

Starla adalah anak bungsu dari lima bersaudara,semua kakaknya tinggal di luar kota dan sudah berumah tangga,hingga kini Starla lah yang mengurus bapaknya yang sakit,dia membayar jasa mas Arif untuk menjaga bapaknya bila dia sedang bekerja.

Waktu Starla memang tak banyak di habiskan untuk bersenang-senang seperti kebanyakan orang di usianya,walau usianya masih cukup muda 20 tahun tapi beban di pundaknya untuk mengurus bapaknya tidak lah ringan,oleh karena itu dia mengerti Prima memutuskan hubungan mereka karena alasan apa,karena Starla tak punya waktu untuknya berjalan bersamanya bersenang-senang layaknya pasangan pada umumnya.

Starla masuk kedalam kamarnya mandi dan berganti pakaian,setelah itu membantu bapaknya untuk tidur di kamar bapaknya,Starla sudah tidak memiliki ibu,ibunya telah tiada saat usianya tiga tahun,dan selama itu bapak dan kakak-kakaknya lah yang mengurus semua keperluannya,dari sekolah hingga ia lulus SMA.

Meski ada terbersit keinginan untuk kuliah,tapi tak bisa di lakukannya karena tiga tahun lalu bapaknya jatuh sakit dan lumpuh,hingga dia tidak bisa membagi waktu dan juga biaya untuk kuliah,berobat bapaknya dan keperluan sehari-hari dengan gaji yang hanya standar upah minimum pegawai.walau kakak-kakaknya kadang mengirimi nya uang untuk berobat bapaknya tapi itu pun tak banyak karena mereka pun susah dan Starla pun faham itu dan tidak mau membebani kakak-kakanya.hingga dia tak pernah menuntut mereka karena saat sekolah dulu Starla di juga sudah cukup membebani mereka.

Setelah membantu bapaknya tidur di tempat tidur,Starla masuk kedalam kamarnya,dia sempat melihat-lihat foto kenangan bersama Prima,seorang pria hitam manis,tinggi semampai,walau masih status mahasiswa.

Starla menghapus semua foto di ponselnya,dia lalu mulai membuka aplikasi novel kesukaannya,dia tertawa sendiri bila membaca novel dengan cerita lucu,untuk menyegarkan fikirannya yang saat ini sedang tak baik.

Starla pun mulai menulis kerjaan sampingannya sebagai penulis selain menyalurkan hobi dia pun bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari menulis novel online,setiap malam dia habiskan waktu untuk menulis beberapa bab hingga rasa kantuk mendera dan dia pun meletakan ponselnya sebelum dia tertidur.

Ke esokan paginya Rigel bangun tidur setelah mendengar alarm ponselnya berdering di atas nakas,di lihatnya dengan matanya yang masih berat di lihatnya pukul 06 pagi dan dia pun beranjak menuju kamar mandi di kamarnya,dia lalu membasahi dirinya dengan air hangat di pagi ini,selesai mandi dia pun mempersiapkan dirinya mengenakan pakaian formal kantornya tapi dia tak memakai dasi dan jas hanya kemeja saja dan celana kerjanya.

Tiba-tiba dia teringat ucapan ibunya.

"Kapan kau menikah Rigel,usia mu sudah 30 tahun,bila kau menikah kan ada yang mengurus segala kebutuhan mu,seperti menyiapkan baju dan menyiapakan makanan untuk mu"oceh ibunya.

Rigel terngiang ucapan ibunya pagi ini,entah kenapa.

"Huft...menikah ya..."gumamnya.

Rigel bukannya tidak ingin menikah hanya saja ya itu dia sangat pemilih dan sampai saat ini belum ada yang mengusik hati ya karena dia selalu sibuk belajar dan bekerja hingga tak ada waktu meladeni teman-teman wanitanya yang selalu mendekatinya.

Bahkan beberapa dokter wanita dan perawat di rumah sakitnya pun suka curi-curi pandang padanya mereka menganggumi sosok Rigel yang tampan tapi dingin,sikapnya selalu cuek tak menghiraukan siapa pun yang mencari perhatian padanya terlebih itu wanita.

Dia hanya mengenal sosok wanita di dunia ini hanya dua orang ibunya dan adik perempuannya yang umurnya pun berbeda jauh dengannya perbedaan umur mereka 12 tahun dan kini adiknya pun masih kuliah kedokteran juga.

Setelah dia bersiap dan sudah berpakaian lengkap dirinya keluar kamar dan menuruni tangga menuju meja makan,disana sudah tersedia sarapan yang sudah di persiapkan oleh asisten rumah tangganya.

"Tanpa menikah pun aku bisa kok hanya memakai pakaian saja masa iya harus di bantu ck...ibu ada-ada saja"gerutunya.

Tiba-tiba terngiang lagi suara ibunya saat dirinya menyuap roti lapis.

"Memangnya kamu tidak ingin punya keturunan?nanti siapa yang akan mewarisi rumah sakit bila kamu tidak punya pewaris Rigel"

"Heeehhh ibu...kenapa cerewet sekali ya..."keluhnya.

Bagaimana tidak cerewet setiap ibunya ingin memperkenalkannya pada anak gadis temannya atau rekan bisnis ayahnya Rigel pasti menolak,dan tak akan datang bila pertemuan sudah di atur,bahkan ibunya sempat menjebaknya untuk bertemu dengan perempuan tapi Rigel masih tak tergerak hatinya.

"Rigellll kamu ini kenapa sih nak...apa kamu nggak suka perempauan?atau kamu pernah patah hati?"ucapan ibunya terngiang lagi.

Rigel itu laki-laki normal tapi dia belum pernah patah hati karena bagaimana mau patah hati jatuh cinta saja belum pernah.

Rigel menghabiskan roti lapisnya dan meneguk jus alpukat dengan madu,tak lama Ben datang dan langsung duduk di depannya.

"Nanti ada oprasi dok jam 10 pagi ini"ucap Ben mengingatkan.

"Hemmm operasi usus buntu anak kemarin kan?"ucap Rigel setelah menghabiskan jusnya.

"Iya dok"

"Baiklah cepatlah habiskan sarapan mu setelah itu kita berangkat"

Begitulah Rigel dia tipe orang yang serius,tak banyak bicara walau begitu sebenarnya dia pria yang sangat hangat hatinya,tapi entah kenapa bila belum mengenalnya orang menganggapnya pria yang dingin sedingin salju.

Ben telah selesai sarapan kini dirinya siap mengantarkan bosnya ke rumah sakit,Ben bukan seorang dokter hanya saja dia pintar managemen bisnis oleh karena itu Ben menjadi asisten Rigel agar dia bisa membantu Rigel dalam mengelola bisnis rumah sakit ayahnya itu,bukan asisten sebagai seorang dokter.

Rigel dan Ben pun berangkat merayap di keramain kota.karena mereka berangkat bersamaan dengan jam orang berangkat bekerja maka kemacetan sudah di pastikan menyambut mereka.

Bersambung.

Pagi Yang Apes

Pagi ini Starla berangkat menuju rumah sakit tempatnya berkerja,seperti biasa Starla hanya menaiki kendaraan umum menuju tempat kerjanya.

Saat di halte bus Starla menangkap pemandangan yang sungguh tidak enak di pandang pagi ini. Dia melihat Prima sedang berboncengan dengan mesra dengan seseorang yang sangat dia kenal itu adalah sahabatnya Tina.

"Astaga Prim...teganya kamu...kenapa harus Tina sih?"ucapnya pelan dan lirih.

Air matanya hampir saja menetes tapi,tidak dia tidak boleh menangis hanya karena di khiayanati seperti ini.

Prima dan Tina memang sekampus mungkin karena itu mereka jadi lebih dekat di bandingkan dengannya yang bekerja dan tidak ngampus seperti mereka.

Starla dan Prima menjalin hubungan cukup lama 2 tahun setelah Starla lulus sekolah,dia bertemu Prima saat dirinya ingin melamar kerja di sebuah perusahaan hanya sebagai office girl bukan sebagai staff karena ijazahnya hanya lulusan SMA hanya posisi itu yang bisa dia dapat.

Mereka bertemu ya di halte bus ini halte bus yang menjadi saksi pertemuan mereka,saat itu Starla sedang menunggu bus begitu pun Prima dia saat itu masih menggunakan angkutan umum untuk menuju kampusnya.

Kerena seringnya mereka bertemu membuat mereka menjadi dekat dan akhirnya berpacaran Prima tertarik dengan Starla karena Starla itu manis,dia tidak cantik tapi tidak bosan untuk di pandang di tambah lagi Starla sangat baik itu yang membuat Prima menyukainya.

Bus yang di tunggu Starla pun muncul,Starla langsung menaiki bus tersebut,hatinya sedang tidak baik saat ini,rasa kecewa dan di khiyanati bercampur menjadi satu.

Bus tiba di halte tepat di depan rumah sakit,Starla pun turun dan berjalan ke dalam rumah sakit perasaan yang kacau bercampur kesal membuatnya hilang akal,dia menendang-nendang udara yang berhembus di bawah kakinya hingga tak sengaja dia menendang sesuatu dan melayang di udara dan....

Bletak....

Tuk...

"Akh..."Seorang pria tampan yang baru saja keluar dari dalam mobilnya mendapatkan sambutan sebuah kaleng minuman yang mendarat di kepalanya.

"Siapa yang melakukan ini"teriaknya di lihat kesekeliling area parkir tak ada seorang pun disana.

Krek...bunyi suara kaleng di remas kuat hingga kaleng itu berbentuk tak karuan dan di lemparnya dengan sembarangan karena kesal.

"Lihat saja bila aku menemukan pelakunya habis lah kau"gumamnya kesal.

dr.Rigel seorang dokter spesialis bedah melangkah kesal menuju kedalam kantornya,Saat dr. Rigel masuk tiba-tiba seorang gadis muncul dari semak-semak pohon dialah pelaku yang menendang kaleng minuman tersebut secara tidak sengaja.

"Huft....selamet..."Starla mengelus dadanya.

Dia tahu benar bahwa orang yang terkena kaleng minuman yang dia tendang itu adalah orang penting di rumah sakit ini karena dia memarkir mobilnya di tempat khusus petinggi rumah sakit.

Starla lalu berlari ke arah pintu masuk karyawan dan langsung berjalan cepat ke arah bagian paling belakang rumah sakit yaitu bagian dapur.

Rigel yang kesal dengan kejadian di area parkir tadi langsung menyuruh Ben melihat rekaman cctv di area tersebut,Ben tak tahu kalau Rigel terkena sial di area parkir tadi karena Ben turun dan masuk lebih dahulu ke dalam kantor karena saat di area parkir Rigel telah menerima telpon dari ibunya,yang menanyakan perihal dirinya kapan menikah,hingga Rigel menyuruh asistennya ke kantor lebih dahulu.

Di dalam kantornya Rigel sangat terlihat kesal karena kejadian di area parkir tadi,dia memegangi kepalanya yang terkena kaleng minuman kosong itu.

Tok...tok...

"Masuk"ucap Rigel.

Muncul lah Ben dari balik pintu yang membawakan hasil rekaman cctv dan memperlihatkannya pada Rigel.

Ben melihat ekspresi bosnya yang berubah-ubah dan sulit si artikan apa dia marah atau tidak.

"Panggil gadis ini ke ruangan ku"ucap Rigel dingin.

"Baik dok"ucap Ben.

Ben pun pergi kebagian dapur,saat dirinya sampai di dapur semua orang yang mengetahui status jabatannya langsung menunduk hormat,dan Starla pun ikut seperti teman-temannya.

"Kau ikut saya"tunjuk Ben pada Starla.

Starla yang tidak sadar dirinya di tunjuk Ben sadar saat Mono menyenggol bahunya.

"La...elu suruh ikut dia tuh"bisik Mono.

Starla langsung menegakan kepalanya yang tertunduk tadi melihat ke arah Ben dan menunjuk dirinya sendiri.

"Saya pak?" tanya Starla takut.

"Iya kamu ikut saya"ucap Ben.

Ada apa ya?

Fikir Starla.

"Sementara gantikan pekerjaan dia"perintah Ben pada semua anggota dapur yang sedang bertugas di pagi ini.

"Baik pak"ucap mereka semua.

Starla pun pergi mengikuti Ben dia bahkan lupa melepaskan appron dan topi penyaji.sedangkan semua yang ada di dapaur pun bertanya-tanya kenapa Starla di panggil ke atas,sedangkan Starla itu tergolong masih anak baru dia baru tiga bulan bekerja di rumah sakit oleh karena itu dia tak mengenal petinggi-petinggi rumah sakit.

Saat berjalan di belakang Ben Starla pun penasaran dan berfikir untuk apa Ben memanggilnya dan membawanya ke lantai para petinggi rumah sakit.

Siapa orang yang berjalan di hadapannya ini dia pun belum mengetahui dan mengenalnya.

Ben mengetuk pintu dan tersengar suara dari dalam menyuruhnya masuk,Ben pun masuk ke dalam bersama Starla.

Rigel yang melihat pakaian Starla yang masih lengkap dengan appron dan topi khas penyaji itu hampir saja tertawa,dia fikir Starla lucu dengan penampilan begitu.

Ben berdiri di sisi Rigel yang duduk di kursi kerjanya.

"Kau tahu kenapa kau di panggil kesini?"tanya Rigel ketus.

Starla hanya menggeleng polos.

Deg....

Entah kenapa dada Rigel seperti ada yang memukul saat dia melihat wajah polos Starla.

Tapi Rigel masih berusaha berwibawa di hadapan bawahannya.

"Ben kasih lihat dan tunjukan apa kesalahannya"perintah Rigel.

Ben pun menunjukan rekaman cctv dari ponselnya yang di tunjukan pada Starla,mata Starla serasa ingin keluar saat melihat itu dia juga spontan menutup mulutnya yang spontan terbuka.

Rekaman cctv yang menunjukan bahwa dia menendang kaleng kosong dan mengenai kepala Rigel.

"Kamu fikir dengan kamu bersembunyi kamu bisa lolos?"Rigel mulai tegas.

Starla hanya menundukan kepalanya dalam.

"Jawab!"bentak Rigel.

"Ma...maaf pak dokter saya tidak sengaja"ucap Starla pelan.

"Apa kamu bilang apa?saya tidak dengar"Rigel tetap ketus.

"Sss saya minta maaf pak dokter,saya tidak sengaja"Starla gugup setengah mati bahkan meski begitu dia masih belum tahu kalau yang duduk di hadapannya ini adalah pemilik rumah sakit ini,yang dia tahu Rigel adalah seorang dokter karena Rigel memakai jas putih ciri khas dokter.

Lala...lala...pagi-pagi udah kenapa apes.

Keluhnya dalam hati.

Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!