NovelToon NovelToon

PENGGANTI ADIK TIRIKU

Chapter #1

Tampak di lorong rumah sakit terdapat sepasang suami istri yang sedang berdiri di depan pintu operasi.

"Bagaimana jika sesuatu terjadi dengan Julia?" ujar wanita paruh baya yang berada di dalam pelukan sang suami.

"Tenanglah Dorothy dia pasti akan baik-baik saja," balas sang suami sambil mengusap-usap punggung istrinya guna memberikan ketenangan.

"Kenapa dokter lama sekali di dalam?" mereka sudah menunggu lebih dari dua jam tapi belum ada satu orangpun yang keluar dari dalam sana.

"Bersabarlah, mungkin sebentar lagi," ujar Marco.

"Bagaimana dengan acara pernikahannya?" tanya Dorothy pada sang suami.

Seharusnya putri mereka sekarang sedang merasakan kebahagiaan, karna besok dia akan menikah. Tapi, dia malah mengalami hal tragis seperti ini dan untungnya mereka belum memberitahu keadaan Julia pada calon suami dan juga calon mertuanya.

"Kita tunggu dulu kondisi Julia, lalu kita akan memikirkan langkah selanjutnya," ujar Marco dengan tenang.

Marco sangat menyayangkan kejadian ini terjadi pada putrinya, walaupun Julia bukan anak kandungnya tapi dia berasal dari wanita yang sangat di cintai Marco jadi jelas Marco juga akan mencintai dan menyayangi Julia.

Dua jam kemudian seorang dokter keluar dari dalam ruang operasi di ikuti oleh dua orang asisten dokter dan juga satu orang perawat, kedua orang tersebut berdiri di belakanh dokter senior dan seorang perawat pergi meninggalkan mereka.

Dorothy dan Marco yang melihat itu berdiri dan menghampiri dokter tersebut.

"Bagaimana dengan kondisi putri kami?" tanya Marco yang masih tetap tenang.

"Sebelumnya kami minta maaf, karna kami tidak bisa menyelamatkan janin yang ada di dalam rahim putri anda, dan juga kami harus mengangkat rahimnya, karna pasien mengalami benturan yang cukup keras di perutnya dan juga mungkin sebelumnya pasien sering mengkonsumsi rokok dan juga minuman beralkohol jadi mengakibatkan rahimnya mengalami kerusakan dan tak bisa memiliki anak lagi," jelas dokter tersebut dengan menyesal.

Hal itu membuat Dorothy menjadi lemas, dan untungnya ada sang suami yang menahan tubuh istrinya.

"Dan untuk saat ini putri anda mengalami koma, kami tak bisa memprediksi kapan dia akan bangun dari komanya, dan dia sudah melewati masa kritisnya," lanjut dokter tersebut.

"Kapan kami bisa menemuinya?" tanya Marco.

"Setelah pasien di pindahkan keruang rawat inapnya," jawab dokter tersebut.

"Berikan kamar yang terbaik untuk putriku," ujar Marco, karna dia tak ingin putri kesayangannya mendapat kamar yang biasa saja.

"Baik tuan," balas dokter tersebut.

"Dan satu lagi, tolong rahasiakan kondisi putriku dari siapapun dan jangan sampai ada orang yang tahu," ucap Marco dengan tegas dan tatapan mata yang mengancam.

"Baik tuan, kami akan menjaga rahasia ini," tungkas dokter tersebut dengan patuh.

Marco untungnya tak menempatkan anaknya di rumah sakit milik calon mertuanya.

Sudah tiga puluh menit mereka menunggu akhirnya Julia sudah di pindahkan ke ruang rawat inapnya.

Dorothy terlihat sangat sedih, dia tak kuasa melihat keadaan putri kesayangannya yang seperti ini.

"Bagaimana dengan pernikahannya? Kita harus memberitahu Henry dengan kondisi Julia, dan menunda pernikahannya sampai Julia sadar," ujar Dorothy pada sang suami.

Marco tak setuju jika pernikahan itu harus di tunda, entah kapan putrinya akan bangun dari komanya dan dia tak mau mengambil resiko itu, bisnisnya harus tetap berjalan.

"Tidak, kita akan tetap melakukan pernikahan itu," tegas Marco.

"Apa kau gila? Putriku sedang seperti ini bagaimana bisa dia menikah," marah Dorothy pada suaminya.

Dia tak habis pikir dengan jalan pikiran suaminya ini.

"Bukankah aku masih memiliki putri yang lain?" ujar Marco dan itu semakin membuat Dorothy menatap nyalang pada suaminya.

Dorothy tahu jika suaminya punya anak lain dari hasil pernikahan sebelumnya dan Dorothy tak suka itu.

"Aku tak akan membiarkanmu membawa anak wanita itu kesini, kau tahukan jika Julia sangat mencintai Henry? Bagaimana kalau Julia tahu? Aku tak setuju," tolak Dorothy.

"Kau tak bisa membantahku Dorothy, pernikahan itu harus tetap berlanjut, Rietta hanya menggantikan Julia sampai Julia sadar, setelah itu kita akan membereskan sisanya," jelas Marco.

"Tapi kau akan menyakiti perasaan putri kita Marco," ujar Dorothy.

"Julia tak perlu tahu tentang masalah ini Dorothy, lagi pula Henry pasti sangat mencintai anak kita buktinya mereka berdua sampai memiliki anak," tungkas Marco.

Ya, Marco sangat yakin jika putrinya itu mengandung anak Henry, walau pada akhirnya anak itu tak bisa bertahan karna kecerebohan putrinya sendiri.

"Tapi aku tetap tak setuju jika Henry menikah dengan anak itu," ujar Dorothy.

Dorothy sangat membenci anak dari istri pertama suaminya, walau mereka sudah bercerai tapi karna wanita itulah dulu Dorothy tak bisa menikah dengan Marco dan malah berakhir menikah dengan pria lain sampai memiliki Julia. Tapi Dorothy bersyukur pernikahan nya tidak bertahan lama dan bisa menikah dengan Marco secara diam-diam dari istri pertama Marco saat Julia baru berusia satu tahun.

Sedangkan Marco dia sama sekali tak menyayangi anak kandungnya itu, dia lahir karna sebuah kesalahan yang di lakukan oleh Marco. Tapi, seluruh anggota keluarga Marco malah menyalahkan wanita tersebut karna sengajak naik keranjang Marco untuk mendapat kekayaan dan hidup mewah dari Marco.

"Kau tenang saja ini hanya sementara sampai Julia sadar, kau tahukan kalau aku sangat menyayangi Julia lebih dari apapun?" ujar Marco meyakinkan istrinya.

Dorothy menganggukan kepalanya, tentu dia tahu betapa sayangnya Marco pada Julia walau Julia bukan anak kandung Marco dan seluruh keluarga Marco juga sangat menyayangi Julia.

Bahkan Marco menyembunyikan identitas asli Julia yang hanya anak tiri Marco dari publik, semua orang hanya tahu jika Julia adalah anak kandung dan hanya anao satu-satunya Marco bersama Dorothy, tak ada yang tahu jika Marco sebelumnya sudah pernah menikah apalagi memiliki anak.

Keberadaan Henrietta beserta ibunya benar-benar di sembunyikan dari semua orang.

"Tapi aku tak akan tinggal diam jika anak dari wanita itu berani menyakiti anakku, apalagi berniat untuk mengambil Henry dari Julia," ujar Dorothy menahan kesal.

"Hmm, aku akan mengawasinya agar dia tak berbuat macam-macam," tungkas Marco.

Dengan sangat terpaksa Dorothy menyetujui perkataan suaminya, dia yakin Henry tak akan semudah itu berpaling dari putrinya karna dia sangat mencintai Julia.

"Dan jangan memberitahu siapapun jika Julia kehilangan anaknya, dan jika keluarga Walter bertanya biar aku yang akan mengurusnya," ujar Marco dan di angguki oleh Dorothy.

"Aku akan menghubungi Rietta dulu," Marco mengeluarkan ponselnya dan mulai menghubungi putri kandungnya.

Sudah lama Marco tak menghubungi putrinya dan sekarang dia menghubunginya karna membutuhkannya, tak sulit untuk mendapatkan nomer telpon putrinya walaupun dia sering bergonta-ganti nomer untuk menghindari Marco.

Chapter #2

Terlihat seorang wanita cantik berambut coklat gelap yang menjutai indah dengan mata biru sebiru air laut yang jernih dan tenang, wanita itu baru saja keluar dari area bandara, terlihat wanita itu sedang menunggu seseorang yang akan menjemputnya.

Bahkan beberapa orang yang ada di sana juga sesekali melihat kearah wanita tersebut, wanita itu menyadari jika orang-orang yang ada di sana memperhatikannya, dia mengalihkan kepalanya kesamping dan melihat anak kecil berusia sekitar empat tahunan yang terus saja melihat kearahnya, wanita tersebut menyunggingkan senyum manisnya pada bocah laki-laki tersebut.

Sebuah mobil mewah berwarna hitam metalik berhenti tepat di depan wanita cantik tersebut.

Terlihat pria tampan keluar dari dalam mobil tersebut dan menghampiri wanita itu.

"Nona Henrietta?" tanya pria tersebut karna dia takut salah mengenali orang.

Merasa namanya di panggil pun wanita tersebut menatap pria yang berdiri tepat di depannya.

"Ya?" jawab wanita yang bernama Henrietta itu.

"Perkenalkan saya Julius, saya di suruh oleh tuan Marco untuk menjemput anda," pria tersebut memperkenalkan dirinya dengan sopan.

Henrietta menatap lekat pada Julius, dia memperhatikan Julius dari atas sampai bawah dan itu membuat Julius sangat gugup.

"Mari nona, saya akan mengantar anda untuk bertemu dengan tuan," ujar Julius setelah menormalkan kegugupannya.

Henrietta masuk kedalam mobil yang pintunya sudah di buka oleh Julius, sedangkan Julius membuka bagasi untuk menaruh koper milik Henrietta.

Julius masuk kedalam mobil dan duduk di balik kemudi, dia mulai menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang.

Di sepanjang perjalanan tak ada pembicaraan apapun antara Henrietta dan Julius, fokus Henrietta hanya pada jalanan kota New York yang ramai.

Dia baru pertama kali kesini, niat hati hanya ingin mengunjungi sahabat lamanya karna sudah lama tak bertemu, tapi malah tak di sangka ayahnya yang sudah membuangnya malah menghubunginya kembali setelah sekian lama.

Henrietta baru sampai di New York pukul enam pagi setelah melakukan penerbangan lebih dari sembilan jam dan itu membuatnya lelah, di tambah dengan waktu yang berbeda antara Swiss dan New York.

"Sudah berapa lama kau bekerja dengannya?" tanya Henrietta yang akhirnya membuka suaranya.

"Baru tiga bulan nona," jawab Julius.

Sebenarnya Julius bertanya-tanya ada hubungan apa antara bos-nya dengan wanita ini, tapi dia tak berani bertanya karna dia hanya seorang pegawai.

"Kau bekerja di perusahaannya?" tanya Henrietta.

"Iya nona," jawab Julius.

Sudah tiga puluh menit Henrietta menghabiskan di dalam mobil dan itu sangat membosankan.

"Apakah masih lama?" tanya Henrietta.

"Sebentar lagi nona," jawan Julius.

Dan benar saja lima menit kemudian mereka sampai di sebuah hotel mewah berbintang milik keluarga Sergei, keluarga ayah Henrietta yang selama ini menyukai dirinya ataupun ibunya.

"Mari nona," ujar Julius setelah membukakan pintu untuk Henrietta.

Henrietta keluar dari dalam mobil dan berjalan mengikuti Julius yang ada di depannya.

Di tengah perjalanan menuju lift dia bertemu dengan adik dari ayahnya, Henrietta masih mengingat jelas wajah wanita itu, wanita yang selalu menghina ibunya.

Wanita itu menatap Henrietta dengan mata melotot karna terkejut, Henrietta tak menanggapinya dan berjalan masuk kedalam lift yang di dalamnya sudah ada Julius.

TING ...

Pintu lift terbuka dan Julius kembali menyuruh Henrietta untuk mengikuti dengan sopan.

Dan mereka sudah sampai di depan pintu besar, Julius membuka pintu tersebut dan di sana Henrietta dapat melihat pria paruh baya yang baru saja selesai menerima panggilan telponnya.

"Tuan, nona Henrietta sudah tiba," ucap Julius dengan nada suara sesopan mungkin.

Marco langsung mengalihkan atensinya pada wanita cantik yang berdiri di belakang Julius.

"Kau boleh pergi Julius," ucap Marco.

"Baik tuan,"

Julius pun meninggalkan Henrietta yang masih berdiri di belakangnya.

"Masuklah," ujar Marco dingin.

Dengan sangat terpaksa Henrietta masuk kedalam dan mendudukkan dirinya di sofa yang ada di ruangan itu setelah Marco menyuruhnya untuk duduk.

Marco menuangkan teh kedalam cangkir kecil yang ada di depan Henrietta dan menaruhnya kembali tempat semula.

Henrietta meminum teh tersebut, dia tak perduli jika teh itu beracun atau tidak.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Marco.

"Sangat baik, sebelum kau menghubungiku," jawab Henrietta.

Marco tersenyum miring mendengar jawaban putrinya.

"Jadi kau langsung kesini setelah aku menghubungimu?" sekali lagi Marco bertanya.

"Tidak juga, tanpa kau hubungi pun aku memang akan kesini, aku kesini bukan untuk bertemu denganmu," sinis Henrietta.

Dia sama sekali tak harus menjaga kesopanan-nya di depan pria yang sudah menghina dan membuang ibunya.

Hidupnya sudah bahagia selama 13 tahun ini, tapi pria ini malah menghubunginya lagi.

"Sepertinya kau hidup dengan nyaman walau aku tak mengirimi-mu uang, ibumu bahkan bisa membuka restoran," ujar Marco yang masih tetap tenang.

Henrietta melihat wajah Marco yang masih saja bisa bersikap setenang itu dan tak ada penyesalan sama sekali, dia sangat muak dengan wajah-wajah seperti itu.

Dulu saat ibu Henrietta mengetahui jika suaminya telah berselingkuh di belakangnya dan bahkan mereka sampai menikah, ibu Henrietta langsung keluar dari rumah yang sepertu neraka itu, dia membawa Henrietta ikut bersamanya dan menggugat cerai Marco.

Marco bahkan tak memberikan uang sepersen-pun untuk biaya hidup Henrietta yang merupakan anak kandungnya sendiri.

Waktu itu Henrietta sudah cukup umur untuk mengetahui semuanya, dan dia sangat membenci pria yang ada di depannya ini, dia bahkan lebih menyayangi anak tirinya di banding anak kandungnya sendiri.

Setelah kepindahan Henrietta dan ibunya ke Swiss Henrietta selalu melihat berita berita yang menampilkan Marco, dimana dia selalu memperkenalkan dan membanggakan Julia sebagai anak kandungnya.

Tapi saat usia Henrietta menginjak 18 tahun dia sudah tak ingin lagi mengetahui segala hal tentang keluarga ayahnya, dia bahkan sering menggonta ganti nomer telponnya.

"Itu karna di bekerja keras untuk menghidupiku," balas Henrietta.

"Kau bahkan semakin mirip dengannya," ujar Marco yang melihat wajah Henrietta yang lebih mirip mantan istrinya.

"Langsung saja ke intinya, jangan terlalu berbasa-basi, kita tak seakrab itu untuk mengobrol sesuatu yang tak penting," ucap Henrietta yang terlalu muak mendengar perkataan pria yang ada di depannya.

"Baiklah jika itu mau-mu," tungkas Marco.

"Aku ingin kau menggantikan Julia menikah dengan kekasihnya," ujar Marco dengan entengnya.

Henrietta hampir tersedak air liurnya sendiri setelah mendengar itu. 'Apa pria tua ini gila?' pikir Henrietta.

Henrietta jelas tahu siapa kekasih Julia, pria kaya berpengaruh dalam dunia bisnis, bahkan pertunangan mereka berdua saja beritakan di hampir seluruh negara.

Walaupun Henrietta tak lagi melihat berita keluarga Sergei, tapi berita tentang pertunangan pewaris Walter dia mengetahuinya, karna pria itu adalah pria yang sangat diminati oleh para wanita di belahan bumi.

"Kenapa harus aku? Nikahkan saja dengan anakmu, bukankah dia kekasihnya?" tolak Henrietta.

"Kau tak bisa menolaknya Henrietta, lagi pula pernikahan ini hanya sementara sampai Julia bangun dari komanya," ujar Marco.

'Ahh ... Jadi anak pria ini sedang sekarat dan dia mengorbankan aku? Dasar tamak,' batin Henrietta.

"Ingat Rietta ibumu masih memiliki hutang nyawa padaku," Marco memberi peringatan pada putrinya.

Bisa-bisanya dia mengancam-nya dengan menggunakan nama mendiang ibunya.

Henrietta mengepalkan tangan dengan menahan amarahnya.

"Jangan pernah membawa-bawa nama ibuku di pembicaraan ini," ujar Henrietta.

"Aku tak akan mengungkitnya jika kau mengikuti kemauanku, kau tak lupakan bahwa aku pernah mendonorkan salah satu ginjalku untuk menyelamatkan ibumu. Ya, walau pada akhirnya ibumu juga tak bertahan lama," ucap Marco.

"CUKUP!!" teriak Henrietta.

"Aku akan mengikuti kemauanmu," pasrah Henrietta, dia tak ingin pria ini selalu mengungkit hutang ibunya padanya.

"Dengan satu syarat," lanjutnya.

"Apa itu?" tanya Marco.

"Dengan aku melakukan ini kuharap kau tak mengungkitnya lagi dan anggap itu lunas, aku dan ibuku tak ada hutang apapun lagi padamu, dan setelah anakmu sadar jangan pernah menemui ataupun menghubungiku lagi, ini adalah kali pertama dan terkahir aku membantumu," ucap Henrietta.

"Baik, itu hal yang mudah," tungkas Marco menyanggupi permintaan Henrietta.

"Sepertinya pembicaraan ini sudah selesai, bersiaplah kita harus segera berangkat,"

Marco berdiri dari duduknya dan meninggalkan Henrietta sendirian di dalam ruangan itu tanpa mengatakan apapun lagi.

Henrietta melakukan ini tanpa ada penyesalan sama sekali, dia melakukannya demi sang ibu.

Saat Marco sudah pergi masuklah dua orang wanita yang akan membantu Henrietta untuk bersiap.

Chapter #3

"Anda sangat cantik nona," ujar seorang wanita yang membantu Henrietta merias dirinya.

"Iya benar, anda sangat cantik," tungkas wanita yang satunya lagi.

"Terima kasih," balas Henrietta dengan tersenyum.

Saat dua orang itu sedang merapikan peralatan make-up nya tiba-tiba ada yang membuka pintu kamar yang Henrietta tempati.

"Apakah sudah selesai?" tanya Marco yang baru saja masuk.

"Sudah tuan," jawab kedua wanita itu dengan bersamaan.

"Kalian boleh pergi," ujar Marco

Dan kedua wanita itupun pergi meninggalkan Henrietta berdua dengan Marco setelah mereka membereskan barang-barangnya.

"Ayo! kita harus cepat, mereka sudah menunggu terlalu lama," ujar Marco.

Henrietta berjalan mengikuti sang ayah keluar dari kamar itu.

Saat mereka berjalan menuju lift, Henrietta tak melihat siapapun di lantai yang di tempatinya saat ini.

Marco membawa Henrietta masuk kedalam lift.

TING ...

Pintu lift terbuka dan mereka sudah berada di basement hotel milik Marco.

Marco menyuruh Henrietta untuk masuk kedalam mobil, dan Marco akan menyetir mobilnya sendiri, dia tak ingin orang-orang tahu tentang Henrietta.

"Kemana kau akan membawaku?" tanya Henrietta setelah Marco menjalankan mobilnya.

"Kau akan tahu nanti," jawab Marco.

"Dan jangan mengatakan apapun nanti," ujar Marco yang sepeti ancaman untuknya.

Henrietta memandang sinis pada Marco. "Aku jadi meragukan jika kau adalah ayah kandungku,"

"Aku juga begitu, awalnya aku ragu jika kau adalah anak kandungku, dengan sialnya hasil tes DNA itu menunjukan jika kau adalah anakku," timpal Marco tak kalah sinisnya.

"Bukankah anak sialmu sekarang ini berguna untukmu? Buktinya kau membutuhkanku sekarang," ujar Henrietta.

"Bagaimana jika aku juga merebut milik anak tirimu?" tantang Henrietta.

"Jangan macam-macam denganku Henrietta," geram Marco kesal mendengar perkataan Henrietta.

"Ckk ... Kau mencampakkan ibuku demi wanita itu, dan kau tak tahu apapun tentang ibuku," ujar Henrietta.

Setelah mengatakan itu tak ada pembicaraan lagi di antara mereka berdua, Marco tak menanggapi perkataan Henrietta yang menurutnya tidak penting.

Sudah lebih dari satu jam mereka berkendara dan akhirnya mereka sampai di sebuah gereja yang berada di pinggir pantai.

Sebenarnya bukan ini tempat pernikahan Julia dan Henry, tapi saat Marco memberitahu Henry dan orang tuanya jika Julia mengalami kecelakaan dan koma dan tanpa di sangka Marco pikir mereka akan menunda pernikahan itu karna kondisi Julia, tapi siapa yang tahu jika ternyata mereka juga ingin melanjutkan pernikahan ini dan akhirnya Marco menyarankan pengantin pengganti untuk menggantikan Julia.

Dan disinilah dia berada, disebuah gereja di pinggiran kota yang tak ada siapapun dan itu merupakan keberuntungan bagi Marco.

Marco berjalan bersama Henrietta dan membuka pintu besar itu.

Henrietta dapat melihat empat orang termasuk seorang pastur yang berdiri menatap kearahnya, Marco menuntun Henrietta untuk berjalan kearah mereka.

Henrietta dapat melihat dengan jelas wajah pria yang berdiri di depan altar, wajah tegas nan tampan, bertubuh tinggi dan tegap sedang menatap kearahnya.

"Perkenalkan dia adalah Henrietta keponakan-ku," Marco memperkenalkan Henrietta pada tiga orang itu.

Henrietta berdecih dalam hati. 'Bahkan sampai saat ini pun pria itu tak mau mengakuinya sebagai anak,'

"Segera mulai pernikahannya," ujar Henry yang akhirnya mengeluarkan suaranya.

Marco menyuruh Henrietta untuk menghampiri Henry dan berdiri di sampingnya.

Mereka berdua mulai mengucapkan janji suci pernikahan di hadapan pastur dan di saksikan oleh kedua orang tua Henry dan juga Marco.

Tak ada pesta pernikahan atau apapun itu, status Henrietta sebagai istri pengganti bagi Henry benar-benar di rahasiakan dari semua orang.

Setelah mereka mengucapkan ikrar pernikahan, mereka berdua mulai menyematkan cincin pernikahan di jari pasangan masing-masing.

Hingga tiba saatnya dimana Henry akan mencium Henrietta, Henrietta malah memalingkan wajahnya menghadap pastur dan alhasil Henry hanya mencium pipi Henrietta, Henry tersenyum miring dibalik ciumannya pada Henrietta.

Karna pernikahan sudah selesai Marco memutuskan untuk segera pergi dari sana, dia masih memiliki urusan yang sangat penting dari pada harus menunggui Henrietta.

Emma, ibu Henry menghampiri Henrietta dan memeluknya. "Selamat datang di keluarga Walter," ucapnya dengan suara lembut.

Henrietta membalas pelukan itu tanpa mengatakan apapun lagi.

"Kalian akan kemana setelah ini?" tanya Elijah, ayah Henry.

"Aku akan langsung kembali ke mansion," ujar Henry.

"Baiklah, daddy dan mommy akan berada disini sampai besok setelah itu kita akan langsung kembali ke California," tungkas Elijah dan di angguki oleh Henry.

Sedangkan Henrietta hanya diam saja tanpa ada niat untuk bergabung dalam pembicaraan itu.

"Ayo," ajak Henry pada Henrietta.

Henrietta melihat kearah Emma dan Emma hanya mengangguk saja agar Henrietta mengikuti Henry.

Henrietta sama sekali tak memikirkan ayahnya, dia tak perduli pria itu mau pergi atau tetap disini.

Setelah berpamitan dengan orang tua Henry, Henrietta pun mengikuti Henry dari belakang.

"Pakai lagi veil-mu," ujar Henry.

Henrietta yang merasa bingung pun hanya mengikuti perintah Henry untuk memakai veil nya lagi.

Saat mereka sudah diluar disana sudah ada mobil yang menunggu mereka tepat di depan gereja.

"Masuklah," ujar Henry dingin.

Tanpa mengatakan apapun Henrietta pun masuk kedalam mobil dan disusul oleh Henry yang duduk di sampingnya.

Mobil melaju dengan kecepatan penuh membelah jalanan yang di lalui oleh mereka.

Hingga tak sampai tiga puluh menit mereka sampai, pintu pagar berwarna hitam yang menjulang tinggi seperti benteng terbuka dengan sendirinya, mobil yang di naiki Henrietta terus melaju lebih dalam hingga terlihat sebuah bangunan mewah dan besar.

Henrietta melihat mansion itu lewat jendela mobil milik Henry, mansion yang bahkan lebih besar dari milik ayahnya.

Mobil berhenti tepat di depan mansion besar itu, Henry keluar lebih lebih dulu baru setelah itu membukakan pintu mobil untuk Henrietta.

Henrietta sedikit kaget saat Henry membukakan pintu mobilnya, dia menatap lekat pria di depannya.

"Kau tak ingin keluar?" ujar Henry masih dengan suara dinginnya.

Henrietta yang tersadar pun langsung keluar dari dalam mobil.

Dia berjalan mengikuti Henry masuk kedalam mansion besar itu. Henrietta mengedarkan pandangannya ke seisi penjuru mansion, dia melihat banyak foto-foto Henry bersama keluarga dan juga orang tuanya, tapi dia tak melihat foto pertunangannya bersama Julia satu pun padahal pertunangan mereka di adakan besar-besaran.

"Tunggu," ujar Henrietta menghentikan langkah Henry.

Henry melihat kearah Henrietta dengan menaikan alisnya.

"Koperku masih ada di hotel milik keluarga Sergei," cicit Henrietta.

"Anak buahku sedang mengambilnya," tungkas Henry.

Henrietta hanya menganggukkan kepalanya saja.

Tadi saat bersama ayahnya dia sangat berani tapi sekarang nyali-nya malah menciut.

Henry tak mengatakan apapun hingga mereka sudah berada di lantai dua.

"Ini kamarmu," tunjuk Henry dengan dagunya.

"Terima kasih," ucap Henrietta

Setelah itu dia langsung masuk kedalam kamarnya dan mengunci pintunya.

Setelah Henrietta masuk kedalam kamarnya Henry juga masuk kedalam kamarnya yang ada di sebelah kamar Henrietta.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!