"Mau kemana?" Tanya Daniash menatap Herra, sang istri yang sudah berpenampilan rapi dan bersiap pergi.
"Bukan urusanmu." Ketus nya, lalu tanpa kata dia pergi dari hadapan Daniash yang menatap istrinya dengan tatapan yang sulit di artikan.
Tiga tahun sudah dia memperistri Herra Angeline, seorang aktris yang karir nya sedang naik daun saat ini. Mereka menikah karena perjodohan antara dua keluarga yang membuat Daniash terpaksa menikahi Herra.
Dia berpikir, hubungan mereka akan membaik seiring berjalan nya waktu. Tapi ternyata dia salah, tiga tahun sudah mereka menikah tapi hubungan mereka tak ada kemajuan sama sekali. Herra selalu sibuk dengan syuting nya, hingga jarang pulang ke rumah. Sedangkan Daniash juga melampiaskan rasa sepi nya dengan berkutat dalam pekerjaan nya.
Danish Kim, sang ayah mewariskan perusahaan besar nya untuk dia kelola, karena dia ingin pensiun lebih awal untuk menikmati masa tua nya berdua bersama sang istri, Iriana Prameswari.
Mantan sekretaris sang ayah yang di nikahi nya, juga berawal dari sebuah kesalahan. Namun Daniash juga tak bisa menyalahkan siapapun, pada kenyataan nya dia juga mengalami hal yang sama dan sempat terpikir untuk melakukan hal yang sama. Tapi, sekretaris nya laki-laki dan tak mungkin dia jadi belok demi mengikuti jejak sang ayah? Ohh tidak mungkin, hal itu takkan pernah terjadi.
Daniash Anggara Kim, putra laki-laki pasangan Danish Kim dan Iriana Prameswari. Pria tampan dengan tinggi 180 centimeter, bertubuh tinggi besar mewarisi sang ayah.
Daniash juga memiliki adik perempuan bernama Dara Anggita Kim, mereka kembar hanya berbeda beberapa menit saja. Saat ini, Dara sudah menikah dengan pria yang dia cintai dan hidup bahagia dengan suaminya di luar negeri, karena Dara menikahi pria bule.
Daniash tersenyum kecut, dia harap pernikahan nya dengan Herra juga akan membuat nya bahagia, tapi kembali dia di pukul oleh sebuah kenyataan bahwa Herra tak pernah melihatnya sedikitpun.
Pria tampan berusia 32 tahun itu menghembuskan nafas nya dengan kasar, lalu bangkit dari sofa tempat dia duduk dan masuk ke dalam kamar nya. Selama tiga tahun menikah dengan Herra, mereka tak pernah tidur di satu kamar yang sama. Mereka tidur terpisah, maka tidak heran di usia nya yang sudah menginjak kepala tiga, Daniash masih perjakaa meskipun dia mempunyai istri. Konyol sekali.
Padahal Daniash memiliki semuanya, kekayaan, ketampanan dia miliki, tapi kenapa tak bisa membuat hati seorang Herra luluh? Entahlah, mungkin waktu yang akan menjawab nya.
Daniash memakai pakaian nya sendiri, padahal dia berharap ada yang mengurus kebutuhan nya setiap hari, di mulai dari hal-hal kecil. Seperti menyiapkan pakaian, memasangkan dasi, menyisirkan rambut nya, membawakan tas kerja nya dan menyambut nya saat pulang kerja.
Tapi sayang, itu semua tak pernah Daniash dapatkan. Nyatanya, Herra tak mau di repotkan dengan hal-hal yang menurut nya tak penting. Toh, Daniash masih bisa memakai nya sendiri. Kedua tangan nya masih berfungsi normal, tidak lumpuh atau cacat.
Hidup nya terasa kosong dan hampa, hidupnya monoton tak berwarna, hanya bekerja dan bekerja yang dia lakukan.
Tringg…
Ponsel nya berbunyi, Daniash meraihnya dan membuka pesan dari Aryo, sekretaris nya.
'Maaf tuan, apa anda akan ke kantor hari ini? Saya hanya mengingatkan, ada meeting penting bersama klien dari luar negeri.' Isi pesan yang membuat suasana hati Daniash berubah seketika.
Dia meraih dasi dan memakai nya dengan cepat, menyambar jam tangan mahal nya dan pergi dengan tergesa-gesa. Dengan kecepatan tinggi, dia mengendarai mobil mewah nya ke perusahaan milik sang ayah yang kini beralih menjadi miliknya.
Daniash punya perusahaan besar dengan penghasilan yang sangat fantastis, bisa di pastikan wanita yang menikah dengan pria kaya raya itu takkan pernah merasakan pusing nya memikirkan kreditan panci yang sudah jatuh tempo. Bahkan bisa membeli pabrik panci nya sekalian dengan uang dan kekuasaan yang dimiliki Daniash.
Tapi, hal itu benar-benar tak berlaku bagi Herra. Dia tetap mengejar karir nya dari pada menjadi istri yang baik dan mencoba membuka hati, berdamai dengan keadaan dan menerima Daniash sebagai suaminya. Atau seperti kebanyakan wanita matre kebanyakan, diam di rumah, tinggal ongkang-ongkang kaki menikmati uang suami.
Hanya butuh setengah jam saja, Daniash sampai di perusahaan yang berdiri kokoh, besar dan megah dengan segala fasilitas juga royalti bagi para karyawan. Perusahaan milik Daniash sangat mensejahterakan karyawan, selain gaji yang besar, tiap bulan nya juga selalu ada tips atau bonus bagi karyawan dengan kinerja bagus.
Daniash melangkah dengan tegap, punggung kokoh yang membuat semua wanita berharap bisa bersandar di punggung itu, atau bahkan memeluk nya.
"Selamat pagi, Pak.."
"Hmmm.." Daniash hanya berdehem sebagai jawaban, hal itu sudah biasa bagi para karyawan. Daniash terkenal dengan sikap dingin nya, jarang bicara jika tidak terlalu penting.
Aryo mengikuti langkah Daniash ke ruangan nya, sebagai sekretaris yang sudah lama bekerja bersama Daniash, tentunya pria berusia 29 tahun itu tau kalau suasana hati tuan nya selalu tak baik setiap hari. Entah kapan, Daniash akan datang ke perusahaan dengan suasana hati yang bagus, mungkin hanya harapan yang takkan pernah terjadi.
"Jadi, selain meeting dengan klien dari luar negeri itu, ada pekerjaan lain?" Tanya Daniash menatap Aryo, sang sekretaris dengan tatapan datar nya.
"Hanya itu saja, kalau berkenan tuan di undang makan malam oleh keluarga Nyonya Herra malam ini."
"Dalam rangka apa?" Tanya Daniash.
"Ulang tahun pernikahan, Tuan."
"Ya, aku akan datang." Jawab Daniash, masih dengan suara datar nya. Aryo menggaruk tengkuknya, dia tak tau harus mengajak bicara dengan topik apa lagi.
"Tunggu apa lagi? Kau akan berdiri disitu sampai jam pulang, atau mulai bekerja?" Tanya Daniash yang membuat Aryo terkejut, lalu segera undur diri.
Aryo menutup pintu ruangan CEO dan memulai pekerjaan nya, begitu juga dengan Daniash. Karena meeting baru akan di lakukan setelah waktu makan siang nanti.
Singkatnya, waktu terasa cepat berlalu jika Daniash sudah berkutat dalam pekerjaan yang seolah tiada habisnya. Aryo kembali masuk ke ruangan CEO, dia mengingatkan tentang meeting bersama klien dari Jepang.
"Maaf tuan, tapi sudah saatnya."
"Ya, sekalian makan siang. Aku lapar,"
"Baik tuan." Jawab Aryo, dia mengekor di belakang Daniash dengan langkah tegap nya. Kedua pria yang sama-sama tampan itu berjalan beriringan dengan tatapan yang sama-sama datar.
Singkatnya, kedua pria itu masuk ke dalam cafe. Namun, entah karena kesalahan siapa, seseorang menabrak nya, namun bukan nya Daniash yang terjungkal, justru yang menabrak nya lah yang terjungkal.
"Aaawwhhhsss.." Ringis seorang gadis bertubuh mungil memegang lutut nya yang berdarah karena tergores.
"You okay?"
"Yeah, i'm okey." Jawabnya, suaranya terdengar lembut.
"Kau bisa berdiri?"
"Tentu saja, memang nya aku lumpuh?" Sewot nya, dia membersihkan rok nya dengan menepuk-nepuk nya pelan. Gadis itu mendongak menatap seorang pria yang tinggi menjulang di depan nya.
"Tinggi bener om, kayak tiang listrik." Cetus nya membuat Daniash mengernyit.
"Aku tak punya waktu untuk berbasa-basi dengan mu, gadis kecil."
"Dihh, so cool banget om-om." Cibir gadis kecil itu dengan bibir mencebik.
"Sudahlah, aku ada rapat penting."
"Idih, gaje banget." Ucapnya pelan, namun masih bisa terdengar oleh telinga Daniash.
"Gadis kecil yang aneh."
.......
🌻🌻🌻🌻
Daniash meeting dengan klien dari luar negeri di temani Aryo, pria itu selalu berada di belakang sang tuan, kemana pun, dimana pun dan kapan pun. Maka jangan heran, kalau ada Daniash sudah pasti ada Aryo.
"Aahh ya tuan Daniash, mungkin pembahasan ini sedikit melenceng dari topik meeting. Apa anda sudah menikah?" Tanya nya, kebetulan Daniash meeting dengan klien perempuan yang berasal dari Jepang.
"Ya, saya sudah menikah."
"Aahh saya kira anda masih sendiri, tadinya saya ingin mengenalkan anda pada putri saya." Ucap nya sambil terkekeh, sedangkan Danish hanya memasang wajah datar nya.
"Baiklah, saya pamit dulu. Terimakasih atas kerja sama nya."
"Ya." Jawab Daniash singkat, menanyakan hal semacam ini berdampak buruk pada mood Daniash. Ya, dia beristri tapi serasa masih menjadi pria lajang.
Jangankan kebutuhan batin, kebutuhan lahir pun tak dia dapat dari istrinya. Herra terlalu sibuk dengan pekerjaan, atau mungkin karena alasan lain kenapa dia tak mau membuka hati untuknya, padahal sudah tiga tahun status mereka suami istri.
Tapi pernikahan itu hanya sebatas status belaka, hanya status di atas kertas yang tak berguna. Untuk apa punya istri tapi tak bisa menyentuh nya? Sama juga bohong, lalu apa bedanya dirinya dengan laki-laki lajang di luar sana? Setidaknya mereka bebas, tidak terikat status.
"Ar, pesankan kopi dan steak seperti biasa. Bicara dengan wanita tua itu sangat menguras tenaga."
"Baik tuan." Jawab Aryo, dia segera memesan makanan pesanan sang tuan dengan cepat.
'Kenapa hidupku begini, Pa? Astaga, aku sangat menderita. Di usia kepala tiga, aku masih perjaka, padahal aku punya istri yang katanya cantik dan baik.' Batin Daniash, ingin sekali dia mengutuk keputusan sang ayah karena menikahkan nya dengan Herra, tapi dia tak mau di cap sebagai anak pembangkang. Terlebih sang papa dan mama nya yang begitu antusias saat menjodohkan nya dengan Herra dulu.
Tak lama kemudian, makanan pesanan Daniash datang dan pria itu langsung memakan nya dengan tenang. Begitu juga Aryo, dia juga menikmati makan siang nya. Menu yang sama, steak Wagyu medium rare yang di sajikan dengan mash potato dan sayuran sebagai pelengkap.
"Tuan, bukankah itu gadis kecil yang tadi?" Tanya Aryo sambil menunjuk ke meja dengan gadis kecil cerewet yang tengah asik menikmati makan siang nya, semangkuk mie dengan kuah yang sangat merah.
"Biarkan saja, aku tak peduli. Selesaikan makan mu dengan cepat, lalu antar aku ke mall untuk membeli hadiah anniversary mertua ku."
"Baik tuan." Jawab Aryo, namun Daniash terlihat curi-curi pandang ke arah gadis kecil yang anteng dengan makanan nya, lalu tak lama kemudian, seseorang datang dan duduk di dekat gadis itu, mereka terlibat obrolan santai, yang membuat gadis itu tertawa lirih.
Deg..
Senyum yang manis, hingga membuat hati Daniash berdebar tak karuan, jantung nya pun seolah berhenti berdetak. Kenapa ada gadis dengan senyuman semanis itu?
'Aahh, aku pasti gila karena terpesona dengan senyuman gadis kecil itu.'
"Tuan, apa sudah selesai? Kalau sudah, mari kita pergi untuk mencari hadiah."
"Ya." Jawab Daniash singkat, Aryo bangkit dari duduknya dan membayar makanan yang mereka makan dengan menggunakan kartu sakti miliknya. Meski belum berwarna hitam, tapi setidaknya warna kartunya sudah berwarna gold dengan saldo yang cukup banyak.
Sekedar informasi, Aryo juga masih betah melajang. Menurut nya, pernikahan itu cukup satu kali seumur hidup, maka dari itu dia sangat pilih-pilih dalam mencari wanita. Karena pengalaman nya yang cukup buruk di masa lalu, beberapa kali dia di selingkuhi oleh kekasihnya.
Alasan nya, karena dulu Aryo orang miskin. Meskipun wajah nya tampan, tapi dengan tak punya uang maka orang yang dia kasihi pun akan pergi. Uang lebih berkuasa dari pada ketulusan.
Setelah selesai, kedua pria dewasa itu pun pergi dari restoran tempat mereka meeting. Tujuan nya saat ini adalah pergi ke mall untuk membelikan hadiah anniversary mertua nya.
Malam harinya, Daniash sudah bersiap dengan kemeja berwarna merah maroon yang di lipat hingga ke siku. Pria matang itu menyisir rambutnya, mengoleskan sedikit gel rambut. Setelah di rasa cukup, Daniash pun pergi sendiri.
Dia pikir, Herra sudah berada di rumah orang tua nya, karena hari ini adalah hari paling bersejarah bagi kedua orang tua nya. Daniash tak berusaha menghubungi nya, karena dia rasa percuma juga karena wanita berstatus istrinya itu tak pernah sekalipun mau mengangkat telpon dari nya.
Daniash keluar dari rumah mewahnya, mengendarai mobilnya sendiri dengan kecepatan sedang. Masih ada waktu dua jam lagi sebelum acara nya di mulai, tapi karena jarak yang cukup jauh, akhirnya Daniash memutuskan berangkat lebih awal.
Setelah hampir satu jam mengendarai kendaraan nya, akhirnya Daniash sampai di rumah mertua nya. Dia di sambut dengan ramah dan hangat oleh keduanya, yang mereka tau bahwa hubungan Herra dan Daniash baik-baik saja, normal seperti pasangan suami istri lain nya.
"Selamat malam, Ma, Pa. Selamat ulang tahun pernikahan, ini hadiah kecil dari menantu yang paling tampan." Ucap Daniash, membuat kedua paruh baya itu tersenyum.
"Terimakasih, Daniash. Dimana Herra, kamu datang sendiri?" Tanya Laurent, ibu nya Herra. Wanita yang melahirkan istrinya itu nampak mengernyitkan kening nya keheranan saat tak melihat tanda-tanda keberadaan Herra di belakang Daniash.
"Aaa itu, anu.."
"Anu apa?" Tanya Joseph, papa nya Herra. Pria yang masih terlihat sangat tampan dan bugar, meski usia nya sudah menginjak kepala enam.
"Herra ada pekerjaan yang tak bisa di tunda, Ma, Pa." Jawab Daniash beralasan, jadi wanita itu tidak disini? Lalu kemana sebenarnya dia pergi?
"Kamu menyembunyikan sesuatu dari mama sama papa, Nak?" Tanya Laurent.
"Tidak, tentu tidak Ma. Hubungan Daniash sama Herra baik-baik saja kok." Jawab Daniash sambil tersenyum semanis mungkin agar kedua mertua nya percaya kalau dia tak berbohong.
"Baiklah, ayo masuk. Papa mu juga sudah datang."
"Iya Ma." Jawab Daniash, lalu pergi dari hadapan kedua mertua nya.
'Herra sudah keterlaluan, bahkan dia tidak datang di hari yang paling bersejarah bagi orang tua nya.' Batin Daniash merutuki wanita yang sayang nya berstatus sebagai istrinya itu.
Daniash duduk di samping sang papa, sama seperti yang Laurent lakukan, Riana juga melakukan hal yang sama terhadap sang putra.
"Mana istrimu, sayang?" Tanya Riana, menatap putra nya dengan khawatir.
"Sibuk, Mom. Jadi dia tak datang kemari." Jawab Daniash sambil menyesap minuman yang tersedia di meja.
"Apa kalian punya masalah?" Kali ini, Danish yang bertanya pada putra nya.
"Tidak lah, Dad. Kami baik-baik saja," jawab Daniash.
"Jangan menyembunyikan apapun dari kami, boy."
"Sudahlah Dad, aku tak tertarik untuk bicara omong kosong. Mana Dara?" Tanya Daniash.
"Dara sudah kembali ke London kemarin, dia kesal karena kamu tak datang untuk mengantarkan nya ke bandara."
"Aahhh ya, aku melupakan adik kecilku yang cerewet itu. Pekerjaan di kantor seolah tiada habisnya, aku kewalahan. Ternyata jadi CEO tak semenyenangkan itu." Keluh Daniash membuat papa nya terkekeh.
"Daddy yakin kamu bisa, boy. Karena kamu anak Daddy."
"Ya ya, terserah Daddy saja. Ingat, selama pensiun jangan coba-coba untuk membuat adik lagi, aku tak mau. Cukup punya adik seperti Dara saja sangat menjengkelkan."
"Haha, Daddy tak janji ya boy." Kekeh Danish membuat putranya cemberut.
.....
🌻🌻🌻🌻🌻
"Kau sudah mau pulang, Dan?" Tanya Joseph pada Daniash saat pria tampan itu berpamitan akan pulang.
"Iya Pa, besok ada pekerjaan penting yang harus Dani selesai kan."
"Kenapa tidak menginap saja, berangkat dari sini?" Tanya Laurent, dia terlihat sangat menyayangi Daniash.
"Tidak perlu Ma, Dani pulang dulu." Kedua paruh baya yang tengah berbahagia itu pun menyaksikan kepulangan menantu mereka. Dalam hati, mereka bertanya-tanya, meskipun Daniash sangat pandai mengontrol ekspresi nya, tapi keduanya adalah orang tua. Mereka tau kalau ada sesuatu hal yang di sembunyikan oleh Daniash.
Daniash melajukan mobil sedan hitam mengkilat nya pulang ke rumah dengan kecepatan sedang. Di jalan, Daniash beberapa kali berdecak kesal saat mengingat kenapa Herra tak datang di pesta orang tua nya sendiri. Memang nya pekerjaan apa yang sangat penting hingga melupakan hari istimewa kedua orang tua nya?
Singkatnya, Daniash memarkir mobil nya di parkiran rumah nya. Dia memicing saat melihat ada mobil lain di dekat halaman rumah, kira-kira mobil siapa? Terlihat sangat asing.
Daniash melangkah dengan tergesa-gesa, dia membulatkan mata nya saat melihat pemandangan yang sangat menyakitkan baginya. Dia melihat Herra, istrinya tengah berciuman mesra dengan seorang pria. Wanita itu duduk di pangkuan pria itu, dan pria itu memeluk pinggang Herra dengan posesif.
Hati Daniash terasa terbakar, tapi apa dia berhak marah? Bukankah sejak awal dia dan Herra sudah menolak pernikahan ini?
"Ehemm.." Daniash berdehem, membuat ciuman mereka terlepas. Keduanya menatap ke arah sumber suara.
"Ohh, kau sudah pulang Mas?" Tanya Herra seolah tak terjadi apa-apa, lalu turun dari pangkuan pria itu sambil merapikan dress nya.
"Jadi, begini kelakuan mu? Sampai-sampai melupakan hari istimewa orang tua mu sendiri, Herra?" Tanya Daniash tenang, dia tak boleh emosi pada kedua orang di depan nya. Meski sebenarnya dia sangat ingin menghajar pria yang masih duduk santai di sofa karena sudah mengotori rumahnya.
"Memang nya hari istimewa semacam apa?"
"Kau lupa? Hari ini hari anniversary pernikahan orang tua mu."
"Ohh hanya itu? Aku tak peduli, lagipun itu tak terlalu penting bagiku." Jawab Herra sambil terkekeh.
"Aku tak mengerti jalan pikiran mu, Herra."
"Memang nya siapa yang meminta di mengerti? Aku tidak pernah meminta nya, jadi jangan coba mengerti aku, Dani." Ucap Herra datar, membuat Daniash mendengus. Haruskah dia meledakan amarah nya sekarang?
"Lalu, maksudmu membawa pria lain ke rumah untuk apa?"
"Simpel, untuk menunjukan kalau aku punya kekasih."
"Kalau ingin berbuat mesuum, jangan di rumah ku. Kalian terlalu menjijikan untuk menginjakan kaki di rumah ku." Ucap Daniash.
"Ckkk, tak usah sok berkuasa. Aku juga berhak atas rumah ini, Dani sayang."
"Cihh.." Daniash berdecih ke samping.
"Jika kau tak suka aku membawa laki-laki lain ke rumah, sebaiknya kau juga melakukan hal yang sama, itu pun kalau kau bisa!"
"Aku tak semurahan dirimu, Herra. Aku pria terhormat yang menjunjung tinggi nilai dan norma dalam pernikahan, meskipun kau tak pernah melihat aku, tapi status ku cukup untuk melarang mu." Tegas Daniash membuat Herra tertawa.
"Aku takkan pernah bisa di larang, silahkan saja menunggu. Sampai kapanpun aku takkan bisa mencintaimu, karena aku sudah punya orang lain. Ingat, usia mu sudah tua, kau takkan selamanya menjadi perjaka kan?" Cibir Herra tersenyum meremehkan.
"Kita pergi Babe!" Ajak Herra pada pria yang Daniash tau adalah kekasih istrinya.
"See you soon." Ucap Herra, sebelum keluar dari istana besar milik Daniash.
Daniash menatap kepergian wanita berstatus istrinya itu dengan nanar, sebenarnya apa kekurangan dirinya hingga Herra tak bisa membuka hati untuknya?
Padahal, banyak wanita yang mengantri ingin menjadi pendamping nya. Tapi kenapa hal itu tak berlaku bagi Herra? Itulah yang kenapa Daniash tak habis pikir dengan wanita itu dan kini dia berani membawa pria lain ke rumah?
Daniash menjatuhkan tubuhnya di sofa, mengusap kepala nya dengan kasar, beberapa kali dia menghembuskan nafas pertanda keputus asaan.
"Aku ingin minum." Gumam Daniash, lalu pergi ke dapur dan mengambil satu botol minuman beralkohol dengan kadar cukup tinggi.
Daniash membawa botol minuman itu ke ruang tamu dengan satu buah gelas kecil di tangan nya. Pria itu kembali duduk dan menuang minuman berwarna kecoklatan itu ke dalam gelas, lalu menenggak nya hingga tandas.
Sensasi panas membakar tenggorokan tak membuat Daniash berhenti minum, dia memang biasa minum saat dirinya kelelahan bekerja atau punya masalah seperti saat ini. Jadi, bagi maid yang bekerja di rumah besar ini, bukanlah hal baru melihat tuan mereka mabuk-mabukan.
Satu botol habis sudah, Daniash meneguk tetesan terakhir minuman dalam botol itu hingga tak bersisa. Daniash tumbang, pandangan nya mengabur dan akhirnya dia tak sadarkan diri.
"Kasihan ya tuan muda, nyonya Herra kok begitu ya." Gumam salah satu maid yang prihatin melihat keadaan tuan muda mereka.
"Iya, padahal kurang nya tuan muda itu hampir gak ada. Tuan muda pria yang nyaris sempurna, tapi kenapa nyonya Herra malah memilih berhianat bahkan secara terang-terangan?" Ucap maid yang lain, dia menatap iba pada Daniash yang terkapar di sofa ruang tamu, terlihat sangat putus asa.
"Masalah nya ada pada hati, kalau pada dasarnya selalu merasa kurang, meskipun pasangan kita adalah pangeran berkuda putih, pasti akan tetap mencari yang lebih padahal malah sebaliknya. Sama seperti membuang berlian demi secuil kotoran." Ucap yang lain.
Bukan pertama kali mereka mendengar perdebatan kecil antara Daniash dan Herra, namun biasanya tuan muda itu memilih tak peduli dan akan mengurung diri di kamar. Sedangkan Herra akan pergi entah kemana, mungkin datang pada kekasihnya.
Tapi kali ini, seperti nya pria itu cukup tertekan hingga memutuskan untuk minum hingga mabuk berat. Belum lagi masalah pekerjaan di kantor yang menunggu untuk di selesaikan, Daniash malah di hadapkan dengan kenyataan. Fakta yang membuat hatinya terasa sakit, istrinya menghianati nya secara terang-terangan.
Pagi harinya, Aryo datang ke mansion bermaksud untuk menjemput atasan nya itu, tapi dia di buat melotot saat melihat Daniash masih belum sadarkan diri. Botol minuman menjadi bukti kalau pria itu habis mabuk-mabukan semalam.
'Masalah lagi? Seberat apa beban yang anda pikul, tuan? Hingga mabuk-mabukan seperti ini menjadi jalan keluar.' Batin Aryo sambil menyelimuti Daniash.
"Tuan, anda baik-baik saja?"
"Aryo?" Lirih Daniash masih dengan mata terpejam.
"Iya tuan.."
"Gantikan aku, hari ini aku kurang enak badan."
"Baik tuan, apa mau di periksa dokter?" Tanya Aryo.
"Tak perlu, bantu aku ke kamar. Disini dingin, Ar."
"Mari tuan." Aryo membawa tubuh besar Daniash ke kamar dengan cara membopong nya. Sedangkan, wanita tak tau malu berstatus istri atasan nya itu melenggang bebas tanpa beban. Dia berjalan santai sambil memperhatikan kuku tangan nya yang lentik, di balut oleh kutek berwarna merah.
"Pagi nyonya."
"Pagi." Jawab nya singkat, lalu pergi dari rumah tanpa mempedulikan keadaan suaminya yang sedang sakit.
'Sebenarnya pernikahan macam apa yang anda jalani, Tuan?'
Selama bekerja dengan Daniash, tak pernah sekalipun pria itu menceritakan tentang kondisi rumah tangga nya, dia sangat menjaga rahasia dan aib istrinya. Istri tak tau malu nya, padahal dia bisa sesukses sekarang ini menjadi aktris karena ada embel-embel nama Daniash di belakang nama nya.
Jadi, Aryo hanya tau kalau Daniash dan Herra menikah atas dasar cinta. Rumah tangga yang harmonis, tapi ternyata tak seperti itu. Apalagi setelah dia melihat sendiri ketidak pedulian Herra pada suaminya sendiri.
Semua orang tau kalau Herra Yuliana adalah istri Daniash Anggara Kim, putra sulung dari pasangan Danish Kim dan Iriana Prameswari. Itulah yang membuat namanya melejit dalam industri hiburan, harusnya Herra berterimakasih pada Daniash, tapi dia malah memberikan racun pada pria tampan itu.
.....
🌻🌻🌻🌻🌻
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!