"Pokoknya Mama tidak setuju kamu menikahi Nisa! Kamu tau 'kan kalau Nisa itu tidak sepadan dengan kita? Mama ingin kamu menikah dengan wanita kaya. Dari awal Mama sudah tidak setuju kalian berpacaran. Kenapa sih kamu masih terus mempertahankan wanita itu?” protes Mama Ratih.
“Ma, Reynaldi mohon sama Mama. Tolong terima Nisa menjadi calon istri Reynaldi! Reynaldi cinta sama Nisa. Dia adalah wanita satu-satunya yang bisa membantu Reynaldi melupakan Viona, membuka hati Reynaldi kembali, dan dia juga sangat mendukung karier Reynaldi," sahut Reynaldi penuh iba.
Akhirnya, Mama Ratih menyetujui pernikahan Reynaldi dengan Annisa. Namun, dengan syarat Reynaldi tetap harus tinggal di rumah orang tuanya, karena Reynaldi adalah anak satu-satunya. Mama Ratih tidak mengizinkan anaknya untuk pindah. Nisa sebagai seorang istri yang sholeh dan lemah lembut, tentu saja dirinya akan menuruti permintaan suaminya.
Nisa dan Reynaldi bekerja di satu kantor yang sama. Reynaldi adalah atasan Nisa di kantornya. Reynaldi yang pertama kali jatuh cinta pada sosok Nisa. Seorang wanita yang taat agama, lemah lembut, pintar, dan mandiri. Kehidupan yang membuat Nisa menjadi sosok wanita yang mandiri. Terlebih dirinya sejak SMA dibesarkan oleh sang bunda hingga membuat dirinya sudah terbiasa hidup sederhana dan mandiri. Nisa bisa berkuliah karena mendapatkan beasiswa.
Awalnya, Nisa sempat menolak Reynaldi dengan alasan Nisa belum mau menjalin hubungan dengan siapa pun. Saat itu, Nisa baru berusia 22 tahun. Nisa masih ingin fokus dengan kariernya karena dia baru enam bulan bekerja. Namun, Reynaldi tidak pantang menyerah. Reynaldi terus mengejar cinta Nisa hingga akhirnya menerima pria itu sebagai kekasihnya.
Setelah tiga bulan berpacaran, Reynaldi melamar Nisa untuk menjadi istrinya. Awalnya Nisa merasa ragu, tetapi Reynaldi terus meyakinkannya. Reynaldi yang membuat Nisa jatuh cinta kepadanya. Reynaldi memperlakukan Nisa sangat romantis dan spesial membuat Nisa terhanyut dengan kisah cintanya dengan Reynaldi.
Setelah dua bulan menikah, Nisa dinyatakan hamil. Menambah kebahagiaan dalam rumah tangga Reynaldi dan Nisa. Namun, Mama Ratih masih tidak suka dengan Nisa. Walaupun saat ini Nisa sedang mengandung cucunya. Untungnya Nisa bukan tipe orang yang manja, dia juga diberikan kemudahan saat mengandung. Nisa tak mengalami mual dan muntah yang berlebihan. Selain itu, dia juga tidak mengalami ngidam.
“Jangan harap karena kau saat ini sedang mengandung anak dari Reynaldi, aku sudah menerima kamu menjadi bagian di keluarga kami. Aku tak sudi menjadikan kamu menantuku," geram Mama Ratih. Nisa hanya bisa menyimpan perasaan itu dalam hatinya, dia masih terus berharap kalau suatu saat nanti mertuanya akan menerima dirinya. Nisa tak putus untuk terus berdoa.
“Yang, sebaiknya kamu berhenti bekerja saja biar kamu lebih fokus pada kehamilanmu! Aku merasa tak tega melihat kamu terus bekerja dalam keadaan perut yang sudah membuncit seperti ini. Setelah melahirkan, kamu fokus mengurus anak kita saja. Biarkan aku yang bekerja membanting tulang memberi nafkah untuk kalian berdua," ujar Rey.
Saat ini usia kandungan Nisa sudah menginjak usia 7 bulan. Perut Nisa sudah cukup besar. Menurut hasil USG, Nisa akan melahirkan bayi perempuan. Kasih dan sayang Reynaldi semakin tercurah kepada Nisa hingga membuat sang mama merasa cemburu. Nisa akhirnya menyetujui saran suaminya untuk berhenti bekerja dan akan fokus mengurus buah hatinya sendiri.
“Dasar wanita tak tahu diri! Pintar sekali kau merayu anakku hingga membuat dia melupakan sosok ibunya. Lihat saja kau, aku akan buat kau pisah dari anak aku satu-satunya!" umpat Mama Ratih dalam hati saat melihat Reynaldi menyuapi Nisa es krim sambil menonton TV.
“Nisa, cepat buatkan minuman dingin untuk kami!” teriak Mama Ratih.
“Jeng, bukannya itu menantu kamu ya? Kok disuruh buat minuman? Kasihan perutnya sudah gendut begitu. Jeng 'kan punya pembantu, mengapa menyuruh dia yang membuatkan minuman?” tanya Jeng Poppy.
“Biarin saja! Biar dia banyak gerak, tidak bermalas-malasan. Enak saja anak aku bekerja, dia enak-enakan santai di rumah. Ini semua karena Reynaldi terlalu memanjakannya, makanya dia menjadi pemalas," sahut Mama Ratih.
Nisa hanya bisa menghela napas panjang. Semua yang dia lakukan karena rasa taat dia kepada sang suami. Pernah suatu hari dirinya mengajak sang suami untuk hidup mandiri, Nisa menceritakan kalau sang ibu mertua selalu bersikap ketus kepadanya. Padahal selama ini Nisa selalu berusaha menjadi menantu dan istri yang baik.
Setiap hari Nisa selalu memasak, mencuci dan menyetrika pakaian suaminya dan dirinya. Dia juga selalu belanja ke pasar untuk makan satu rumah. Namun, Reynaldi hanya mengingatkan dirinya untuk bersabar.
Sebenarnya Reynaldi melarang untuk Nisa bekerja, karena Reynaldi sudah mempekerjakan ART di rumah sang mama. Itupun Reynaldi yang membayar gaji ART tersebut. Reynaldi juga sempat memperingatkan sang mama untuk tidak memperlakukan Nisa tidak baik dan menjadikan Nisa seperti seorang pembantu terlebih saat ini Nisa sedang hamil besar.
“Dasar istri tukang mengadu domba! Kamu juga Rey, terlalu percaya sama omongan istri kamu yang belum tentu benar. Mama itu hanya mengajarkan dia agar tidak menjadi pemalas, kerjanya di rumah cuma ongkang-ongkang kaki. Mengurus keperluan kamu 'kan memang kewajiban seorang istri. Jangan mentang-mentang nikah sama orang kaya dia jadi ingin hidup enak," sindir Mama Ratih.
“Ma, Nisa itu istri yang jujur tak mungkin dia berbohong. Lagi pula Rey sering melihat wajahnya yang terlihat lelah dan saat tertidur sering kali mendengkur seperti orang yang kelelahan. Nisa itu lagi hamil anak Rey Ma, tolong dong Mama jangan memperlakukan Nisa tidak baik! Rey 'kan sudah membayar gaji pembantu. Kalau Mama memperlakukan Nisa seperti ini terus, Rey akan membawa Nisa pindah dari rumah ini,” ancam Rey membuat Mama Ratih membulatkan matanya merasa tak percaya sang anak bersikap seperti itu. Tentu saja hal itu membuat Mama Ratih ketakutan.
Hari yang dinanti telah tiba. Nisa melahirkan bayi perempuan yang terlahir secara sehat dan normal tanpa kurang satu pun, melalui proses persalinan normal. Bayi yang memiliki wajah cantik seperti dirinya. Buah cinta mereka diberi nama Khanza Saputri. Kelahiran Khanza menambah kebahagiaan di pernikahan Rey dan Nisa. Membuat rasa cinta Reynaldi semakin besar kepadanya, karena telah memberikan keturunan untuk dirinya. Berbeda halnya dengan Mama Ratih yang masih saja bersikap dingin, dia tak pernah mengharapkan cucu yang terlahir dari rahim menantu yang tak diinginkannya.
Hubungan pernikahan Nisa dan Rey selalu terlihat harmonis, Rey selalu bersikap lembut dan tak pernah sekalipun bersikap kasar kepada Nisa. Nisa selalu merasa dicintai Rey, meskipun dirinya selalu mendapatkan perlakuan tidak baik dari ibu mertuanya. Namun, cinta yang besar yang diberikan Rey mampu menguatkan Nisa mempertahankan rumah tangganya.
Waalaikumsalam. Iya, maaf ini dengan siapa ya?” tanya Mama Ratih.
“Ini ka-kamu?” tanya Mama Ratih saat mencoba mengingat suaranya melalui sambungan telepon. Dirinya tak menyangka, wanita di masa lalu anaknya. Yang tega meninggalkan anaknya dan membuat sang anak merasa frustasi, hari ini menghubungi rumahnya. Bahkan Mama Ratih tak mampu lagi melanjutkan kata-katanya.
“Iya Ma, aku Viona. Mantan kekasih Rey,” sahut Viona dengan percaya diri, tanpa merasa malu sedikit pun karena telah pergi meninggalkan Rey untuk menikah dengan laki-laki lain.
Entah, hal itu membuat dirinya senang atau tidak. Mama Ratih sejak dulu memang tak menyukai menantunya, mungkin ini kesempatan baginya untuk memisahkan anaknya dari Annisa. Padahal saat ini Reynaldi dan Annisa telah dikaruniai satu orang anak.
“Mau apa lagi kamu mencari anak saya? Belum puas kamu menyakiti anak saya? Bahkan, Reynaldi hampir saja gila saat kamu tinggalkan,” ungkap Mama Ratih. Tentu saja hal itu membuat Viona merasa bahagia, cintanya Reynaldi memang sangat besar pada Viona. Bahkan untuk bangkit pun rasanya begitu sulit. Annisa adalah wanita yang mampu menolongnya untuk bangkit dari keterpurukan.
Viona mengatakan kalau dirinya sudah menyadari kesalahannya. Tak ada laki-laki selain Reynaldi yang mau menuruti semua keinginannya. Reynaldi juga selalu sabar menghadapi sifatnya yang egois. Dia memutuskan untuk kembali bersama Reynaldi. Setelah 6 tahun menikah, akhirnya Viona memutusakan untuk bercerai dengan mantan suaminya. Mereka tak memiliki seorang anak di pernikahan mereka.
“Ada apa sih, Ma?” tanya Reynaldi. Dia tampak bingung. Karena saat dirinya melangkah masuk ke dalam rumah, sang mama langsung menariknya dan mengajak ke taman belakang rumah untuk duduk mengobrol.
“Tadi siang Viona telepon ke rumah, dia mencari kamu. Dia ingin kembali sama kamu,” ucap Mama Ratih. Ucap sang mama tentu saja membuat Reynaldi melongo, tidak percaya.
“Mama yakin kalau itu benar-benar Viona? Mama bicara kan sama dia hanya lewat telepon. Lagi pula, Viona itu sudah menikah Ma, tak mungkin dia mengajak aku kembali. Aku sudah menikah Ma dan sudah memiliki seorang anak. Aku tak ingin menyakiti hati Nisa,” sahut Reynaldi.
“Memang benar kamu sudah menikah, tetapi Mama yakin kalau kamu masih mencintainya. Bukannya kamu dulu terobsesi sama dia? Inilah saatnya kamu untuk kembali,” ujar Mama Ratih. Hal ini membuat Reynaldi merasa bimbang. Memilih mengejar masa lalunya atau mempertahankan hidupnya sekarang yang telah memberikan dirinya kebahagian.
“Entahlah Ma, aku juga tak mengerti tentang perasaan aku. Namun yang pasti, aku sudah sangat bahagia dengan kehidupan aku sekarang. Terlebih dengan adanya Khanza, menambah kebahagiaan di pernikahan kami,” ungkap Reynaldi. Membuat sang mama merasa kesal, selalu saja membela Annisa.
Reynaldi memutuskan untuk mengakhiri pembicaraan dengan sang mama. Dia tak ingin kalau nantinya sang istri melihatnya dan merasa curiga dengannya. Pernikahan Reynaldi dengan Annisa sudah berjalan selama 5 tahun, saat ini Khanza sudah berusia 4 tahun.
“Mas, baru pulang? Maaf, tadi aku ketiduran sewaktu menidurkan Khanza,” ucap Nisa lembut. Saat terbangun dari tidurnya, dia melihat sang suami yang baru saja selesai mandi.
“Emmm …,” ucap Reynaldi acuh. Reynaldi memilih diam dan naik ke atas ranjang untuk tidur. Hal itu membuat Annisa mengerutkan keningnya. Namun, akhirnya Annisa memilih untuk mengerti, mungkin saja suaminya sedang merasa lelah. Sebagai istri yang baik,dia harus mengerti perasaan hati suaminya. Hingga akhirnya dirinya ikut naik ke ranjang untuk melanjutkan tidurnya.
Sikap cuek suaminya, membuat Annisa merasa sedih. Selama ini sang suami tak pernah sekalipun bersikap seperti itu kepadanya. Bahkan kini membuat dirinya meneteskan air matanya. Dadanya terasa sesak. Nisa mencoba menghapus air matanya, dia teringat kalau dirinya belum menawarkan sang suami untuk makan.
“Mas, kamu tidak makan dulu? Aku sudah memasak makanan spesial untukmu,” ujar Nisa sambil menggoyang-goyangkan tubuh suaminya. Agar sang suami terbangun.
“Aku ngantuk, tidak lapar! Sudah jangan ganggu aku, aku mau tidur,” ucap Reynaldi ketus. Bahkan dirinya enggan membuka mata, dan justru berganti posisi menjadi membelakangi sang anak. Saat itu Khanza tidur di antara ayah dan bundanya.
Reynaldi terbangun. Saat itu jam baru menunjukkan pukul 02.00 pagi WIB. Dirinya sempat melirik ke arah sang istri yang sedang tertidur pulas. Hatinya terasa gelisah, teringat ucapan sang Mama. Reynaldi terlihat termenung, kenangan bersama Viona hadir mengganggu pikirannya.
“Salahkah aku mendua? Sebenarnya aku ini cinta pada siapa? Masa iya aku masih mencintai Viona? Lalu, apa fungsinya Nisa selama ini di hidupku? Selama ini aku merasa nyaman dengannya, dia telah membuat aku bahagia. Meskipun sampai saat ini Mama tak pernah merestui hubungan kami, bahkan hadirnya Khanza tak mampu merubah keputusannya.” Reynaldi bermonolog dalam hatinya.
Setan merasuk ke relung hati Reynaldi, menggoda dirinya untuk menghubungi Viona. Seharusnya dia menyadari kalau apa yang dilakukan adalah sebuah kesalahan besar. Kini dia telah memiliki kehidupan yang baru bersama Annisa dan Khanza, putrinya.
“Ma, aku salah ya kalau sampai aku menghubungi Viona kemudian kami bertemu?” tanya Reynaldi kepada sang mama. Wajahnya terlihat bingung.
“Tentu tidak dong, Sayang. Justru kamu itu berjodoh. Meskipun awalnya Viona sempat menikah dengan laki-laki lain, tetapi pada akhirnya dia bercerai dan dia menyadari kalau yang dia cintai adalah kamu. Sama halnya dengan kamu, jika kamu akhirnya kembali lagi dengannya. Berarti Annisa itu bukan jodoh yang baik untuk kamu, hati kamu dibuat bimbang dan mungkin saja perasaan kamu saat ini kepada Viona masih sama. Anggap saja Annisa adalah hanya selingan, bukan jodoh untuk kamu!" jelas Mama Ratih. Reynaldi terlihat menyimak dan mencoba berpikir tentang ucapan sang mama.
“Tetapi Ma, Reynaldi tak tega menyakiti hati Nisa. Masa iya, Reynaldi yang membuat dia untuk membuka hatinya untuk Reynaldi. Reynaldi juga yang akan menggoreskan luka di hatinya,” ungkap Reynaldi.
“Reynaldi akui, perasaan Reynaldi kepada Viona masih ada. Tetapi, Reynaldi tak mungkin menyakiti hati Nisa. Ibu dari anak Rey,” ungkap Reynaldi membuat seutas senyuman hadir di sudut bibir Mama Ratih. Sepertinya rencana untuk memisahkan sang anak dari menantu yang tidak diinginkannya akan berhasil.
“Kamu bisa merahasiakan hubungan kamu dengan Viona! Kalau tidak, suruh saja Nisa menerima madunya. Tak masalah kok kamu memiliki dua istri sekaligus, kalau Nisa tak mau berpisah dengan kamu. Nisa tak boleh egois, kalau dia cinta sama kamu ya terima saja keputusan kamu untuk menikah,” rayu Mama Ratih.
Rasanya tak tega, jika dirinya melakukan hal ini. Kepada wanita yang selama ini selalu menjalankan tugasnya sebagai istri dengan baik, memberikan keturunan untuknya, dan menunjukkan perasaan cinta dan sayangnya.
Ma ….”
“Sudah, tak perlu banyak berpikir! Yang ada nanti kamu kehilangan dia lagi untuk kedua kalinya. Lebih baik kamu ketemu saja dulu sama dia,” ucap Mama Ratih, memotong ucapan sang anak.
Semenjak Rey mengetahui Viona hadir kembali, hatinya menjadi gundah gulana. Dia lebih senang duduk santai di teras rumahnya sambil menikmati secangkir kopi dan juga rokok. Pikirannya melayang akan kenangannya dulu bersama mantan kekasihnya.
Sejak tadi dirinya terlihat gelisah, membolak-balikkan ponselnya. Berpikir atas apa yang akan dia lakukan. Namun, perasaannya masih terasa berat untuk kepada sosok istrinya.
“Hai, apa kabar? Aku Rey.” Tulis Reynaldi di chat yang dia kirim ke Viona.
Pandangannya mengarah terus ke layar ponselnya. Menunggu mantan kekasih membalas pesan darinya. Membuat dirinya lupa akan sosok istri yang dia cintai.
“Hai juga. Kabar kamu gimana?” balas Viona.
Seberkas senyuman terbit di sudut bibir Reynaldi. Dia merasa bahagia, karena gayung bersambut. Seperti seorang anak muda yang mendapatkan balasan dari wanita yang dia cintai. Tentu saja hatinya saat itu berbunga-bunga. Bunga-bunga cinta hadir kembali di hati Rey, setelah sekian lama mati.
Obrolan mereka rupanya semakin asyik. Dalam sekejap Rey tertambat hatinya kembali pada sang mantan kekasih. Rona bahagia terpancar dari wajahnya.
“Mas, Mas sedang berkomunikasi dengan siapa? Aku cari-cari, ternyata Mas di sini,” ucap Annisa yang datang secara tiba-tiba menghampiri Rey yang sedang asyik chat dengan Viona.
“Kamu ini bikin kaget saja. Aku ingin santai dulu di sini. Sudah sana, tunggu aku saja di kamar. Aku habiskan dulu kopinya,” ujar Rey ketus. Tanpa sadar dirinya sedikit membentak istrinya. Hal itu tentu saja membuat sang istri merasa kaget. Karena selama ini Rey tak pernah seperti ini. Dia justru kerap mengajak Annisa untuk menemani dirinya mengobrol.
Annisa memilih untuk tidak memperpanjang, dia langsung mengikuti perintah suaminya untuk menunggunya di kamar. Walaupun hatinya kecewa, dirinya masih saja menghormati suaminya. Pamit untuk masuk lebih dulu ke kamar, dan Rey hanya menganggukkan kepala dan fokus kepada ponselnya.
“Tak biasanya Mas Reynaldi seperti ini. Entah mengapa aku merasa ada hal yang berbeda dengan sikap Mas Reynaldi kepadaku. Sebenarnya ada apa ya? Apa yang terjadi dengan Mas Reynaldi? Mengapa akhir-akhir ini sukanya berubah tak seperti biasanya,” gumam Annisa dalam hati.
Annisa terdiam saat melihat sang suami memasuki kamar mereka dan langsung naik ke ranjang, tanpa sepatah kata pun terlontar dari bibirnya. Hingga akhirnya Annisa memberanikan diri untuk bicara, menanyakan atas apa yang terjadi dengan suaminya.
“Mas, maaf Mas aku ingin bicara sebentar sama kamu,” ucap Annisa yang memilih membangunkan suaminya.
“Kamu ini apa-apaan, sih? Aku ngantuk, besok saja! Lebih baik kamu tidur dari pada mengganggu aku,” bentak sang suami, membuat tubuh Annisa bergetar. Karena dirinya kaget. Bahkan bagi Annisa, wajah suaminya begitu menakutkan.
Suara azan telah berkumandang, jam alarm pun telah berbunyi. Tanda waktunya Annisa harus membuka matanya untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslimah, yaitu menjalankan salat subuh. Annisa menatap wajah suaminya yang masih tertidur pulas. Tak biasanya sang suami belum juga bangun.
“Mas, bangun yuk! Sudah azan subuh, ayo kita salat berjamaah,” ucap Annisa lembut.
“Aku masih ngantuk! Kamu salat duluan saja,” ujar Reynaldi, bahkan dirinya enggan membuka matanya.
Annisa beristighfar dan mengelus dadanya agar dirinya bersabar. Hingga akhirnya Annisa memilih untuk salat subuh sendiri. Jam sudah menunjukkan pukul 05.15 WIB, sang suami masih saja tidur.
“Ya Allah sebenarnya ada apa dengan suamiku? Mengapa aku merasa seperti tak mengenal dirinya,” ucap Annisa lirih.
Annisa mencoba membangunkan suaminya kembali, mengingatkan untuk salat dan juga bersiap-siap berangkat ke kantor. Pagi ini, Reynaldi membuat sang istri meneteskan air matanya.
“Sudah, jangan cengeng! Aku hanya bentak sedikit saja sudah menangis, apalagi aku berbuat lainnya,” sindir Reynaldi.
“Kamu bilang aku cengeng? Kamu benar-benar berubah, Mas. Selama ini kamu tak pernah berkata demikian, di saat aku menangis karena bersedih, kamulah orang yang selalu menguatkan aku, menghapus air mataku, dan sebagai pundak untuk aku bersandar. Namun, beberapa hari ini aku seperti tak mengenal suamiku. Aku merasakan hilangnya cinta suamiku,” ungkap Annisa.
“Memangnya apa yang ingin kamu lakukan lagi untuk aku? Jawab Mas, jangan diam! Aku ingin dengar perkataan dari bibir suamiku!”
Reynaldi memilih untuk tidak menjawab, dirinya memilih untuk pergi meninggalkan Annisa yang masih meneteskan air matanya. Bahkan saat ini air matanya mengalir lebih deras. Demi menghindari sang istri, Reynaldi pergi tanpa sarapan lebih dulu. Dia pun pergi tanpa berpamitan dengan istrinya, seperti biasanya. Memberikan kecupan di kening, dan sang istri mencium tangannya.
“Kamu kenapa, Mas? Mengapa sikap kamu tiba-tiba berubah padaku? Apa salah aku padamu? Kemana cinta kamu selama ini kepadaku,” ucap Annisa diiringi isak tangis.
“Bunda kenapa? Mengapa Bunda menangis,” ucap Khanza yang saat itu terbangun dan menghampiri sang bunda yang sedang termenung dengan air mata yang sudah membasahi wajah cantik sang bunda.
“Tidak, Nak! Bunda tak menangis, mata Bunda hanya terkena debu. Anak Bunda sudah bangun, sini Bunda cium,” ujar Annisa sambil. Menghapus air mata di pipinya. Kemudian membawa tubuh mungil sang anak ke dalam pelukannya.
“Demi kamu, Bunda akan berusaha kuat! Doakan Ayah, semoga Ayah selalu menyayangi kita,” ucap Annisa dalam hati. Seakan dirinya berbicara kepada sang anak.
Reynaldi baru saja sampai di kantor, wajahnya terlihat tersenyum bahagia saat melakukan panggilan video dengan Viona. Mereka berjanji akan bertemu selepas pulang kerja.
“Ok, sampai ketemu nanti! Selamat bekerja Sayang, Miss You,” ucap Viona manja. Membuat Reynaldi semakin menggila, tak ingat bahwa dirinya telah menyakiti hati istrinya.
Waktu yang dinanti telah tiba, Reynaldi telah sampai di sebuah kafe tempat dirinya berjanjian dengan Viona. Viona telah sampai lebih dulu di sana. Menyambutnya dengan senyuman manisnya. Kini mereka sudah duduk dengan posisi saling berhadapan.
“Hai, akhirnya takdir mempertemukan kita lagi. Apa kabar?” tanya Viona membuka obrolan.
“Hai juga. Sepertinya kita memang berjodoh, ke mana pun kamu pergi akhirnya berlabuh di hati aku. Perasaan aku ke kamu tak pernah berubah,” ungkap Reynaldi, membuat Viona merasa bahagia.
Bagaimana tidak? Hatinya begitu bahagia, karena ternyata perasaan Reynaldi kepada tak berpaling. Walaupun dia telah menikah dengan wanita lain, dan bahkan telah memiliki anak di pernikahan mereka.
“Gombal! Kalau kamu cinta, tak mungkin kamu menikah dengan wanita itu,” sahut Viona.
Tanpa basa basi, Reynaldi langsung meraih tangan Viona, dan menggenggamnya dengan mesra. Kedua mata mereka saling memandang, tatapan mata mereka menunjukkan bahwa mereka saling mencintai. Meskipun kini statusnya telah berbeda.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!