NovelToon NovelToon

Kenalan Dulu Baru Sayang

Curahan Hati bersama Sahabat

"Aku masih belum bisa menerima segala ucapan ibu tiga hari yang lalu. Ini membuatku terganggu dan aku menjadi terus memikirkannya"

Mika termenung sendiri saat dua sahabatnya sedang asik menonton anime Spy x Family di kamarnya yang lagi seru-serunya. Seorang sahabatnya pun menyadarkan lamunannya.

"Hei Mika? Whats wrong about you? Kamu kok tampak gak kayak biasanya. Ada yang mengganggu pikiranmu?", tanya Fanya.

"Huff", Mika hanya terus menghela nafas, pasrah. Belum ingin membalas pertanyaan Fanya. Beberapa kali, beberapa kali.

"Iih.. Curhat aja kali, barangkali kita bisa bantu. Iya gak, Astha?", ucap Fanya sekali lagi sambil mencubit pipi Mika.

"Aduh! Sakit!", balas Mika seketika.

Sedangkan, Astha hanya terus mengangguk sambil mengunyah keripik kentang di pangkuannya.

"Gals, gue disuruh ibu gue untuk nikah nih."

"Apa? Nikah?!", Sahut Fanya dan Astha terkejut. Astha pun terbatuk karena hampir tersedak oleh keripik kentangnya sendiri.

"Huff..."

Gadis yang dipanggil Mika, Zahira Amika adalah putri dari seorang ibu rumah tangga dan ayah pekerja bangunan. Usianya 20 tahun. Mika masih belum bekerja maupun meneruskan kuliahnya, kegiatannya hanya menganggur dan bermain dengan kedua sahabatnya, Fanya Anatasya dan Astha Sadiqa.

Namun, dia dan kedua sahabatnya adalah anggota dari suatu komunitas jejepangan. Hobinya suka menonton anime, menggambar dan bernyanyi.

Mendapat ucapan dari Sang Ibu, Mika benar-benar syok karena Mika sendiri secara sembunyi-sembunyi sudah mempunyai pacar, pacarnya seusia dengannya dan sedang berkuliah. Tapi, mereka berdua jarang sekali bertemu. Mereka hanya melakukan komunikasi lewat handphone saja.

Mika sadar diri, bahwa dirinya hanya seorang perempuan. Jika orang tua sudah bertindak, orang tua akan mudah sekali menyuruh anak gadisnya untuk menikah, bahkan berani mencarikan jodoh.

Namun, Pacarnya sendiri juga belum berani untuk datang ke rumah memperkenalkan diri kepada kedua orang tuanya. Meski Mika meragukannya, dia tetap membiarkan hubungannya berjalan apa adanya.

“Haa ah, ini membuatku pusing”, keluhnya.

“Kok bisa ibu kamu maksa banget buat nikah sih? This is so absurd, ya gak Astha?"

"Alasannya kenapa, Mika?", Astha malah semakin penasaran.

"Orangnya seperti apa?", tanya Fanya berbarengan pertanyaan Astha.

"Aku.. Gak tau Astha!! Iih.. Kamu tuh kok malah excited banget ngepoin gue. Males deh gue!!", Gerutu Mika dan menyalahkan Astha.

"Bukan gue! Fanya tu, Fanya!!", Astha kesal.

"Iya Kali aja ibu kamu gak hanya maksa nikah tapi juga merayu-rayu atau membujukmu atau menyogokmu supaya kamu luluh dan mau nurutin beliau dengan iming-imingan pria itu ganteng, kaya dan sangat mapan, gitu.. hihihi", sahut Fanya tidak merasa bersalah.

"Mika, kasih tau kami, kenapa kamu bisa dipaksa nikah gitu? Kita jadi ikut sedih hlo kalo kamu gak mau curhat sama kita"

"Hm.. Ini.. Gara-gara ayah!! Keluargaku jatuh miskin karena beliau memaksakan diri mencalonkan jadi lurah dan akhirnya kalah. Seketika ayah bangkrut, uang menipis, hutang dimana-mana dan gue.. Dan gue.. Gue jadi dipaksa nikah", lanjut Mika mulai menangis.

Ayah Mika adalah seorang pria yang aktif ikut kegiatan apapun di masyarakat kampung. Kebaikan dan toleransinya sangat tinggi sehingga para warga sangat menghormatinya.

Namun, beliau adalah seorang pria ambisius yang ingin sekali menjadi pemimpin masyarakat, mengabdikan diri di lingkungan masyarakat. Ambisinya tersebut membawanya pada bujuk rayu salah satu temannya untuk mencalonkan diri sebagai lurah.

Keterbatasan ilmu dan sumber dana tersebut membuatnya percaya kepada alur yang diberikan oleh temannya tersebut, hingga tak tanggung-tanggung ayah berani pinjam uang bank untuk mewujudkannya.

Beliau kemudian ikut kegiatan sana sini dan membuat rapat-rapat penting untuk mencari pendukung. Ibu sampai tidak habis pikir, suaminya yang hanya seorang pekerja bangunan memiliki ambisi untuk menjadi seorang lurah.

Waktu terus berjalan hingga keyakinan ayah semakin bulat dan mantap. Usahanya yang telah dia lakukannya yakin akan membuahkan hasil.

Tapi, kebaikannya terhadap masyarakat kalah begitu saja hanya dengan serangan fajar dari calon lurah lain. Masyarakat yang beliau percayai akhirnya membelot dan hanya segelintir saja yang memilih dirinya.

Rasa kecewa yang tinggi menyisakan goresan-goresan luka di dalam hati ayah. Ibu hampir saja stress dan berani membeli sebotol minuman keras untuk melampiaskan kesedihannya.

Teman ayah yang dia percayai langsung mengkhianatinya. Segala uang pinjaman yang dia lakukan dengan mengatas namakan ayah membuat ayah semakin syok. Ayah ditagih oleh para penagih sana-sini yang tidak diketahui asal-usulnya.

Semakin terpuruk mental ayah dan juga ibu. Mereka berdua tidak habis pikir bahwa kepercayaan masyarakat kepadanya pun kalah hanya dengan serangan fajar dan iming-imingan yang tak kasat mata.

Dunia langsung terbalik dan membuat keluarga Mika jatuh terpuruk dan tidak berdaya.

Lalu, suatu hari, ayah yang sedang termenung di proyek kerjanya didatangi oleh seorang pria berstelan jas yang sangat rapi. Mereka saling mengobrol dan ayah mau berbagi cerita.

Ayah mengatakan bahwa keluarganya sekarang sedang terpuruk dan beliau bingung bagaimana caranya untuk mencari uang sebanyak-banyaknya untuk menutup masalah kegagalannya menjadi lurah.

Pria itu sungguh baik, namun ada kelicikan yang dia sembunyikan. Pria kaya yang baik hati berkenan membantu perekonomian ayah dan melunaskan segala hutang-hutangnya tapi dengan syarat anak gadisnya harus mau menikah dengan pria itu.

Ayah hampir saja tercengang, bukan karena putrinya akan menikah tapi ada orang yang sebaik itu hendak membantu keuangan ayah. Ayah tidak memikirkan nasib anak gadisnya melainkan keinginan untuk segera keluar dari kemiskinan.

Diskusi pun mereka lakukan, yaitu ayah, ibu, kakak laki-laki Mika dan pria yang baik hati itu. Syarat yang pria itu berikan juga tidak muluk-muluk, hanya kerelaan dari orang tua untuk melepas anak gadisnya dan menikah dengannya.

Kebaikan pria itu membuat ayah sekali lagi percaya dengan sangat mudah. Dia memutuskan, akan segera menikahkan Mika dengan pria yang baik hati itu, demi hutang yang segera lunas.

"Cup cup cup. Keluargamu benar-benar sedang diuji Mika", ucap Astha seraya memeluk Mika dan mengelus pundaknya.

"Bener-bener keterlaluan ayah dan ibumu Mika! Kamu seperti anak yang sedang dijual!!", Ejek Fanya.

"Apa?" Mika pun kaget. Tidak mengerti maksud Fanya.

Memang benar apa yang diucapkan Fanya, bahwa Mika seperti anak yang sedang dijual. Orang tua Mika menikahkannya untuk menjadi jaminan demi lunasnya hutang dan kembalinya perekonomian keluarganya. Namun, Mika belum mengerti alasan tersebut.

Masa depan memang sangat menakutkan baginya, karena masa depan seumur hidup adalah berumah tangga. Membina rumah tangga hingga bertahun-tahun lamanya.

Mika benar-benar sangat takut. Tapi, Mika berusaha untuk tetap tenang. Berusaha memasrahkan segala urusan hidupnya ini kepada Yang Maha Kuasa, Tuhan semesta alam. Segala apa yang sudah digariskanNya untuknya pasti itulah yang terbaik. Meski, dia tetap meragukannya.

Waktunya Pisah dengan Keluarga

"Tok tok tok"

"Mika.."

Ibu mengetuk pintu kamar Mika, Mika pun membukakan pintu untuk Sang Ibu.

"Belum tidur Nak?"

"Belum kok, ada apa Ibu?"

"Maaf ya kalo Ibu mengganggu"

"Tidak apa-apa"

Ibu sangat ramah dan penyayang kepada Mika. Dengan sifatnya tersebut, beliau membujuk Mika untuk segera menikah meskipun niat dibalik itu sangatlah tidak pantas.

Dalam hati, Ibu sangat sedih bahwa niatnya menikahkan Mika karena ingin keluar dari kemiskinan dan melunasi hutang-hutang suaminya.

Dia menjual Mika kepada seorang konglomerat pengusaha properti, walaupun usianya jauh 10 tahun lebih tua dari Mika tapi pria tersebut dapat dipercaya, katanya.

Meski begitu, Ibu tetap merelakan Mika kepada pria tersebut supaya keluar dari masalah yang membebani ekonomi keluarga.

Ibu pun menjelaskan dengan sejujur-jujurnya kepada Mika. Namun, tetap saja, yang bisa dia lakukan hanya patuh dan rela selama hutang-hutang ayahnya lunas dan ekonomi keluarganya kembali pulih.

Hati ibu semakin hancur karena banyak menyembunyikan fakta yang menyakitkan kepada Mika. Apalagi, Mika bisa langsung menerima segala perkataannya tanpa penolakan sedikit pun.

"Kenapa Ibu menangis?"

"Ibu gak kuat, Mika.. Ibu gak kuat.."

"Tidak apa-apa Ibu. Mika kan sudah besar, Mika pasti bisa menjalaninya, walaupun masih ragu sih, hehe"

"Ooh Mika.. Maafkan Ibu.." Ibu semakin menangis.

"Maafkan Ibu ya Mika. Ayahmu benar-benar egois, sampe memaksamu menikah dengan orang yang tidak kamu kenal demi melunasi hutang-hutangnya", lanjutnya.

"Iya, sampe kapan ibu mengulang-ulang ucapan itu.. Yang penting hutang ayah lunas kan Ibu? Jarang sekali ada orang yang sebaik itu, padahal hutang ayah banyak banget dan hampir saja rumah ini disita bank, kan?", ucap Mika menghibur.

"Anak ini selalu berfikiran positif dan sangat baik", batin Ibu semakin teriris.

"Aku benci dengan keadaan ini", keluh Mika di dalam hati, tidak berdaya.

"Mika?"

"Iya Ibu?"

"Pernikahanmu mungkin tidak akan mewah, bisa jadi pernikahanmu akan disembunyikan. Jadi, kamu tidak usah kaget kalo tidak ada tamu undangan yang datang ya?"

"Eh?, malah lebih bagus begitu Ibu", jawab Mika tersenyum.

"Ya sudah kalo begitu. Semoga Tuhan selalu melindungimu ya anak manis. Kamu tidur yang nyenyak. Ibu akan keluar"

"Iya.. Tidur yang nyenyak juga buat ibu.."

Ibu pun keluar dan menutup pintu kamar Mika. Seketika Mika menangis, matanya berat hingga air matanya mengalir deras membasahi wajahnya yang cantik. Semakin sakit karena dia menahan tangisannya. Sesenggukan.

Ibu yang masih berada di balik pintu ikut merasakan betapa sakit hati yang dirasakan Mika saat ini. Beliau pun ikut menangis.

...****************...

Hari pernikahan pun tiba. Mika sudah mempersiapkan hatinya jauh-jauh hari. Menghabiskan air matanya sebanyak mungkin supaya dia tidak kembali menangis nantinya.

Dia menutup rapat-rapat hati dan perasaannya supaya tidak mudah terbawa perasaan di dalam rumah tangganya. Membuang jauh-jauh rasa cinta dan sayang. Sebagai antisipasi jika calon suaminya bukan orang yang baik.

Meski begitu, perasaan Mika cukup senang karena melihat beban ekonomi keluarganya telah hilang. Dia siap menerima konsekuensinya. Dia tahu, tidak akan ada harga yang gratis begitu saja.

Pria itu dengan lantang dan berani mengucapkan Ijab qobulnya. Hanya dengan sekali tarikan nafas, ijab qobul tersebut benar dan jelas terdengar.

Seketika ucapan "sah" saling bersahutan dan menggema ke seluruh ruangan KUA. Mika tetap berekspresi datar dan bersikap dingin.

Pria itu merasa bangga dan tersenyum. Tapi, senyumannya terlihat menyembunyikan suatu rahasia yang sangat besar. Mungkin, dia seorang pria licik dan sadis.

"Mika, selamat yah kamu udah menikah", ucap Fanya dan Astha sahabat sejatinya.

"Iya, terima kasih"

"Eehh.. Kok gak happy sih?", canda Fanya.

"Gimana aku gak bahagia, nikah sama orang yang beda jauh umurnya. Dipaksa lagi, gak kenal lagi. Kan, nyebelin", batin Mika.

Acara akad nikah yang sangat sederhana tanpa resepsi setelahnya. Bahkan penampilan Mika seadanya, hanya sekedar baju kebaya dengan riasan tipis dan rambut wolfcutnya yang tergerai saja. Tidak ada tamu undangan yang hadir kecuali hanya Fanya dan Astha sahabat sejati Mika.

Dengan sahnya ijab dan qobul, berakhirlah kesulitan ekonomi keluarga Mika. Bahkan hutang-hutangnya telah dibayar lunas oleh pria tersebut.

Ayah sendiri sangat malu dan tidak berani menatap ke arah Mika. Mika pun juga tidak ingin mempedulikannya.

Ibu, Kakak, kakak ipar dan adiknya tidak berani menghibur Mika karena perasaan sedih mereka. Mereka tidak mampu melakukannya.

Setelah selesai acara ijab qobul dan tanpa foto bersama, mereka makan bersama di ruangan yang sudah disediakan. Mika makan bersama Fanya dan Astha.

Sedangkan, pria tersebut makan bersama keluarga Mika. Mika melirik, meski merasa sungkan tapi dia acuh dan tidak peduli. Dia ingin membebaskan hatinya sejenak bersama kedua sahabatnya tersebut.

"Mika, kalo kita main ke rumah barumu, bolehin yah?!", pinta Fanya.

"Pasti donk", ucap Mika percaya diri.

"Tapi, kamu gak takut Mika? Gimana kalo pria itu jahat sama kamu?", tanya Astha.

"Biarin. Aku gak takut. Aku akan bawa banyak senjata untuk jaga-jaga. Kalo dia berani melukaiku, aku siap menerimanya. Meskipun rasanya pasti sakit", canda Mika.

"Mika.. Kau itu sungguh berani. Atau, pura-pura berani? Kalo kamu benar-benar tidak tahan dengan pria itu, kamu harus langsung melarikan diri ya", pinta Fanya

"Tenang saja", balas Mika santai.

"Eh, eh dia datang", ucap Astha menepuk paha Mika dan Fanya.

"Kenapa kamu tidak makan bersama keluargamu?", tanya pria itu.

"Tidak. Aku lebih suka disini", jawab Mika

"Jangan mudah meremehkan saya ya kamu!", balas pria itu.

"Duh, dia sadis", bisik Fanya kepada Astha.

"Umm..", Mika menunduk sambil memalingkan matanya tanda dia tidak peduli dengan ucapan pria itu.

"Setelah acara ini selesai, kau akan terima akibatnya", pungkas pria itu.

Mika hanya terdiam. Fanya dan Astha bergidik ketakutan. Tubuh pria yang tinggi dan setelan jas hitamnya membuatnya terlihat keren tapi tatapannya mengerikan.

"Aigooo.. Dia itu kaya, tampan dan punya kulit mulus tapi kok galak begete. Dia pasti hanya mempermainkanmu Mika", ucap Fanya.

"Biarin! Lebih baik begitu. Biarlah dia dengan kehidupannya sendiri, aku tidak akan peduli", balas Mika.

"Semangat Mika. Kami akan selalu ada untukmu", ucap Astha.

"Terima kasih teman-teman. Hanya kalianlah yang selalu tulus dan jujur kepadaku", balas Mika.

Mika masih terus melirik melihat keluarganya. Hatinya menangis tapi matanya tidak mengeluarkan air mata. Sangat sakit dan sesak.

Dia hanya bisa terus mengepalkan tangan untuk menahan kesedihannya. Benar-benar akhir kehidupannya yang sangat mengedihkan bagi Mika.

Dia merasa, dia sudah sangat jauh dan berbeda dari keluarganya. Dia sudah tidak bisa menyatukan diri dengan keluarganya tersebut.

Ibu pun menyadari bahwa Mika melihat ke arahnya, beliau melambaikan tangan meminta Mika untuk mendekat tapi Mika acuh. Dia pun berdiri dan keluar dari gedung, tidak ingin melihat keluarganya lagi.

"Gals, aku keluar dulu ya", pinta Mika.

"Kita temenin ya?"

"Tidak, tidak usah. Sebentar kok, mau cari udara segar. Nanti, aku kembali lagi"

"Baiklah, Mika. Hati-hatinya.."

Satu Rumah dengan Suami

“Ibu, kasihan Kak Mika”, ucap Qowi.

Qowi adalah adik perempuan Mika yang masih duduk di bangku sekolah kelas 2 SMP. Dia yang juga seorang perempuan pun memiliki kekhawatiran seperti Mika.

“Jangan bilang seperti itu Qowi”, pinta Ibu

“Tapi Ibu, ini tidak adil untuk Kak Mika”

“Qowi, kita tidak tahu dengan takdir apa yang akan menimpa keluarga kita, bahkan takdir Kak Mika sendiri. Ibu juga tidak kuasa melindunginya”, Ibu menangis.

“Maafkan aku ibu, karena membahasnya lagi”, ucap Qowi merasa menyesal.

“Sudahlah Qowi, kita harus menerima semua ini dengan lapang dada. Ibu harap, apa yang menimpa Kak Mika tidak akan menimpamu di masa depan nanti”

“I-iya..”

“Seharusnya, ayah yang harus bertanggung jawab atas kesalahannya sendiri ibu”, sahut Gian tiba-tiba ikut menimpali obrolan Ibu dan Qowi.

“Sudahlah Gian, jangan dibahas lagi!”, pinta Ibu paksa.

"Pyar!!", Gian melempar gelas tepat di dekat kakinya. Dan melanjutkan perkataannya,

“Ayah benar-benar keterlaluan! Bagaimana bisa dia menjual Mika demi ingin mendapatkan uangnya kembali? Apalagi, pria itu langsung memutus hubungan Mika dengan keluarga kita. Kenapa Ibu bisa langsung percaya?!"

“Gian!!”

“Sudah kakak, sudah”, balas Qowi ikut membela ibu dengan mendorong Gian pergi meninggalkan tempat. 

“Qowi, jika kamu besar nanti, jangan jadi seperti ayah ya, juga jangan jadi seperti ibu. Keluarga kita telah hancur gara-gara ulah orang tua kita sendiri”, gerutu Gian.

“Kakak, sudah. Jangan bicara kasar lagi. Aku tidak suka..”, Qowi bersedih.

“Maafkan kakak ya Qowi, kakak sendiri juga tidak mampu melindungi Mika. Kakak menyadari, bahwa kakak juga tidak bisa berbuat apa-apa untuk melindunginya”

“Sudahlah kakak.. sudah..”

...****************...

Mika sudah berada di dalam rumah mewah milik pria yang telah menjadi suaminya. Meskipun dia sudah tinggal dua hari di sana, dia masih saja terpana dan gemetaran setiap kali kakinya menapak dan setiap kali tangannya memegang.

Mika menuruni tangga yang melingkar itu dan seketika melihat pria suaminya duduk di ruang tengah menghadap ke arahnya.

“Waktumu tinggal satu hari lagi, Mika”

Langkah Mika pun terhenti, “Tidak mau! Aku tetap ingin tinggal di sini!”, bantahnya.

“Siapa yang akan mengizinkanmu tinggal di sini?”, tanya suaminya masih santai.

“Aku!!”, jawab Mika lantang

“Dasar! Percuma saja kamu membuat keputusanmu sendiri. Pria bermobil hitam akan menjemputmu besok pagi” 

"Tidak!"

"Jangan membantah!, Lagipula, aku tidak bisa mengurusmu di sini, aku orang yang sangat sibuk. Jadi, aku harus memberikanmu kepada orang lain", suaminya mulai berdiri.

“Uumm..”, Mika menundukkan kepalanya lagi sambil memalingkan muka.

“Sudah dua kali aku melihat ekspresi itu. Dia merasa sedih tapi tidak merasa takut. Sikap acuhnya benar-benar membuatku tertantang”, batin suaminya.

“Apa kamu tau siapa namaku?"

“Tidak!!”

“Akan kuberitahu siapa namaku”

"Jangan!!"

"Kenapa?"

“Karena kita berdua tidak saling kenal. Ngapain aku harus tau namamu segala? Percuma aku mengetahui namamu, jika kamu tidak mau menerimaku dengan tulus”

“Gadis ini, setiap kali aku bertanya dia mudah sekali menjawabnya. Padahal aku sudah sedikit memperlihatkan wajah galak untuk menakutinya”, batinnya.

“Mika..”, dia mulai berjalan mendekati Mika.

“Mika.. Mika.. Mika..”

“Mika!!”, ucap suaminya tegas dan langsung mengangkat dagu Mika.

“Apa kamu takut jika aku menyebutkan namaku?”

“Tidak!!”

“Kalau begitu, dengarkan baik-baik. Namaku adalah, A-”

“Jangan!!” Belum selesai melanjutkan ucapannya, Mika langsung mendorong suaminya hingga jatuh ke belakang.

“Jika kamu berani mengatakan siapa namamu, aku akan membunuhmu!!”, bantah Mika dan kembali pergi ke kamarnya di lantai atas.

“Apa? Mem-membunuhku? Mikaaa!!!!”, teriak suaminya semakin kesal.

Suaminya berdiri dan kembali duduk di singgasananya. Dia tidak habis pikir bisa bertemu gadis seperti Mika. Gadis berani dan mudah sekali membantah ucapannya.

Pria tinggi dua jengkal dari Mika adalah seorang pria konglomerat bernama Aruto Dhiswa. Pria tampan nan sadis. Dia biasa menikahi para gadis miskin untuk membantu perekonomian keluarganya.

Aruto tidak memiliki ketertarikan sedikit pun kepada wanita. Karena dia begitu sibuk dan akan merepotkan jika harus mengurus istri. Sehingga, setelah dia menikahi istrinya, dia memberikannya kepada lembaga penyalur tenaga kerja untuk diberikan pekerjaan.

Meski dia mencampuradukan kebaikannya dengan keburukannya, Aruto adalah seorang pembisnis handal dengan menekuni bidang properti dan desain arsitektur. Pria pekerja keras dan profesional. Kemandiriannya tanpa memiliki sebuah perusahaan mampu membuatnya meraup pundi-pundi kekayaan dengan sangat mudah.

Namun sekarang, perasaannya sedikit tergugah dan penasaran dengan Mika. Ada sesuatu yang menarik perhatiannya sehingga membuat Aruto kesal sendiri. Biasanya dia santai dalam menghadapi para gadis, sehingga membuatnya mudah untuk melepaskannya. Tapi, dia akan menguji Mika kembali.

Aruto segera mengambil ponselnya dan menelepon contact person penyalur tenaga kerja. Dia menyampaikan, bahwa dia membatalkan mereka untuk mengambil Mika esok pagi. Lembaga tersebut sangat menyayangkan, tapi mereka pun hanya bisa patuh.

Mika mengunci kamarnya dan berdiam diri mendengarkan lagu-lagu anime sambil berbaring melihat langit-langit kamarnya.

“Kamar ini sangat bagus, aku suka”,  ucap Mika

“Dia sebenarnya orang baik atau orang jahat sih? Ah! Terserah! Yang penting, aku cukup bahagia menikmati kesendirian di kamar ini”

“Kerling-kerling..”, Ponselnya pun berbunyi.

Fanya dan Astha melakukan panggilan video kepada Mika. Mika langsung menjawab panggilan tersebut. 

“Halo Mika.. Apa kabarmu?”, tanya Fanya dan Astha melambaikan tangan.

“Baik, sangat baik!”, balas Mika berani.

“Syu-syukurlah”

“Tapi, besok sepertinya aku mau dijual sama dia?”, balas Mika menyeringai palsu.

“Di-dijual? Bagaimana mungkin? Dia kan sudah membelimu masak mau dijual lagi, kayak barang aja”, sahut Fanya tidak percaya.

“Kenapa?”

“Mika! Kok kamu santai banget sih. You are so weird! Kenapa kamu bisa sesantai itu menanggapinya? Haaah? Gak mungkin kalo suamimu bakal ngejual kamu”

“Emang kenapa? Gue tuh udah lelah kalo harus mengeluh dan menangis terus. Dia juga gak mau ngurusin gue.”

“Aigoo Mika.. Mika..”

Ternyata, diam-diam Aruto menempelkan telinga kanannya di pintu kamar Mika. Samar-samar mendengarkan Mika yang sedang bicara sendiri.

“Gadis itu sangat aneh. Dia sama sekali tidak takut sama gue.”

“Apa jangan-jangan, dia psikopat?”, Aruto mulai kesal sendiri.

“Dok dok dok”

“Dok dok dok”

Aruto mengetuk pintu dengan kasar, Mika tidak mempedulikannya.

“Dok dok dok!!”, semakin keras, bahkan Aruto berani menggerak-gerakkan gagang pintu dengan sangat cepat.

“Mika, ada yang mengetuk pintu kamarmu”, ucap Astha

“Paling dia”

“Bukain dulu donk pintunya, sebelum dia ngamuk”, pinta Astha

“Baiklah.. Kalo gitu gue tutup yang teleponnya”, pungkas Mika

“Hati-hati di rumah ya Mika.. Kami selalu mendoakannmu di sini. Semoga kamu selalu Save and safety!! Hihihi..”, canda Fanya

Mika pun berjalan menuju pintu kamarnya, mulai memutar kunci, perlahan namun pasti, “Ceklek”.. berhenti sejenak, kemudian. “Ceklek”.. lalu “ceklek” kembali untuk mengunci.

“Mika! Jangan mempermainkanku! Buka pintunya!!”

Aruto masih bersiap memegang pegangan pintu, bersiap membuka saat Mika benar-benar memutar kunci pintunya. Namun, Mika kembali mengunci pintunya.

“Mika!!”

“Ahahaha..”, Mika tertawa.

“Mika! Buka pintunya!”

“Katakan saja apa maumu?”

“Lancang kamu ya?! Kamu tidak tahu sedang bicara sama siapa?”

“Emang aku bicara sama siapa? Aku tidak mengenalnya, jadi aku berhak untuk mengabaikannya. Pergilah!”

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!