Memiliki ukuran tubuh yang cukup gemuk terkadang membuat seseorang merasa tak percaya diri dan malu, terkhusus wanita. Bagi wanita bentuk tubuh merupakan hal kedua yang paling penting setelah kecantikan.
Ayolah!! Pria manapun pastinya hanya tertarik dengan bentuk tubuh yang ideal, padat, juga berisi pada bagian tertentu.
Flo Huang seorang gadis muda bertubuh tambun dengan gumpalan lemak di sekujur tubuh membuatnya mendapat julukan "babi gemuk" dari teman sekolahnya.
Terdengar cukup berlebihan tetapi bagi Flo sendiri tak ada masalah. Ia mencintai bentuk tubuhnya mau bagaimanapun.
Seorang gadis yang memiliki tubuh setengah dari ukuran badan Flo tiba-tiba mengambil posisi duduk disebelahnya. Rambut sebahu dengan tulang selangka di atas dada begitu tercetak jelas membuatnya terlihat sempurna.
“Sendiri lagi?” Tanya gadis itu berbasa-basi.
Flo hanya menoleh sekilas sambil berdecak melihat sahabat satu-satunya disekolahan itu. Flo pun heran mengapa gadis seperti Lylia mau berteman dengannya.
“Selalunya seperti itu bukan? Oh ya, apakah kau mau roti lapis? Nenek ku membuat lebih tadi.” Flo menawarkan roti lapisnya kapada Lylia.
Lylia hanya menatap ragu kotak bersisi roti lapis Flo. Perutnya terasa lapar melihat roti milik Flo yang begitu nikmat. Masalahnya ia sudah makan di rumah dan jam makan siang masih ada beberapa jam lagi.
“Ya ya.. Tidak mungkin seorang Lylia makan dengan jadwal yang tidak teratur.” Lanjut Flo tanpa melihat raut wajah Lylia.
“Kau tidak ingin diet Flo? Aku rasa berat tubuhmu sudah jauh dari kata normal kau tau?” Kata Lylia memberi saran dan hanya dianggap angin lalu oleh Flo.
“Hei!! Bersyukurlah aku dapat merasakan berbagai jenis makanan tanpa pantangan. Huh, badan kering seperti mereka perlu asupan.” Ujar Flo tak peduli.
Inilah yang membuat Flo merasa bahagia dalam menjalani hidup, tak seperti kebanyakan gadis lain yang rela menahan lapar demi menjaga bentuk tubuh. Hal yang cukup bodoh menurut Flo.
“Sekali terkena angin mungkin tubuh mereka juga ikut terbawa hoho..”
Raut wajah Lylia menjadi masam mendengar ucapan Flo.
“Hei!! Kau menyindirku ya? Aku kan hanya mengikuti standar kecantikan dunia, berharap suatu saat nanti aku bisa menjadi seorang model dunia, mempunyai jam terbang tinggi, dan tentunya fo-”
“-fotomu terpajang di seluruh majalah fashion. Kau selalu saja mengatakan kalimat yang sama jika membahas standar kecantikan.” Jelas Flo memotong keantusiasan Lylia.
Sedangkan Lylia hanya tertawa malu mendengarnya. Sahabatnya satu ini walau bertubuh tambun tapi Lylia tak merasa malu sama sekali. Justru Lylia merasa jika Flo itu spesial dan tidak tebal muka.
***
Terkadang Flo merasa lelah dengan ukuran badannya yang sangat besar. Tak ayal membuatnya merasa tidak percaya diri saat bertemu tatap dengan seorang pria yang ia sukai.
“Itu bukannya Ken? Hoaa, Ken semakin tampan saja.” Teriak Flo tertahan saat melihat pria pujaannya tengah bermain basket di lapangan.
Oh ayolah! Flo juga seorang gadis yang bisa menyukai pria. Hanya saja ia sadar diri dengan tubuhnya yang jauh dari idaman pria manapun.
Sorakan semangat dari para gadis yang ditujukan untuk Ken membuat Flo lagi dan lagi menghela nafas.
“Sudahlah Flo, cukup mengaguminya saja dan jangan berharap lebih. Pria hampir sempurna seperti dia mana mau dengan kau yang begitu gendut.” Gumamnya dan segera pergi menjauh dari lapangan yang begitu bising.
Setibanya di rumah, ia bertemu dengan sang nenek yang tengah asik membuat jaket dari benang wol. Keahlian sang nenek perlu Flo beri penghargaan ditambah ketajaman matanya saat merajut.
“Cucu manisku telah pulang rupanya. Bagaimana sekolahmu hari ini? Masih di ejek temanmu?” Tanya nenek sambil tetap fokus merajut.
Glukk..
Glukk..
Flo meminum air putih dengan kesetanan. Cuaca yang begitu panas ditambah letih berjalan membuatnya kehausan.
“Tidak ada yang menarik nek, semuanya sama seperti biasanya. Ditambah Lylia dengan diet ekstrimnya.” Jelas Flo sambil mengambil toples makanan di atas meja.
“Keripik buah kesukaan Flo!!” Teriak Flo bahagia.
Sedangkan sang nenek hanya tertawa kecil melihat raut bahagia terpancar di wajah sang cucu karena hal kecil.
“Ya! Tadi ada yang menjual keripik buah dan tiba-tiba teringat makanan ringanmu telah menipis.”
“Hikss... Nenek memang yang terbaik.” Ujar Flo penuh drama haru.
“Ya sudah, Flo mau ke kamar dulu.” Pamit Flo kepada sang nenek tetapi diurungkan kembali.
“Apa ibu dan ayah masih belum mau menemui Flo, nek?”
Aktivitas tangan nenek pun terhenti mendengar pertanyaan sang cucu. Ekspresi wajah sang nenek membuat Flo mengerti.
“Hehe... Mungkin ibu dan ayah masih sibuk dengan pekerjaan mereka. Setidaknya beliau masih mengingatku dengan mengirimkan uang tiap bulan.” Lanjut Flo kembali ceria lagi. Sedangkan sang nenek hanya mampu menghela nafas.
“Cucuku yang malang! Bersabarlah sedikit! ”
Di dalam kamar, Flo tengah menatap dirinya melalui bayangan cermin. Kebiasaan yang selalu ia lakukan tiap pulang sekolah.
Walaupun Flo nampak tak peduli dengan cibirian teman sekolahnya, namun saat dirumah Flo memikirkan semua ucapan mereka.
“Lemak di bawah dagu, paha besar, lipatan lemak di perut, pantas saja mereka mengataiku "babi gemuk". Gumam Flo yang mulutnya tetap aktif mengunyah.
Saat berkaca di cermin pun ia selalu berdecak kasihan pada dirinya sendiri.
“Ckk! Oh Tuhan, lemak ini kapan menghilang dari tubuhku? Rasanya aku ingin berpindah dimensi saja.” Sedih Flo pada bayangan dirinya sendiri dan tak lupa tangannya memasukkan keripik buah yang menjadi favoritnya.
“Hari yang cukup melelahkan. Menonton sambil tiduran tidak buruk juga.” Ujar Flo dan segera mengambil posisi nyaman diatas kasur tanpa mengganti pakaiannya.
***
Di dalam sebuah ruangan kuno, sekumpulan orang tengah menunduk sedih meratapi seorang wanita yang sudah dinyatakan meninggal beberapa jam yang lalu.
Luka panjang bekas cambukan begitu mengerikan bagi siapa saja yang melihatnya.
“Permaisuri hamba mohon bangunlah hikss...” Seru mereka semua kepada wanita yang mereka sebut sebagai permaisuri itu.
“Permaisuri!! Apakah Permaisuri akan melanggar janji terhadap kami para dayang setiamu??”
Suara tangis memilukan terdengar menggema di ruangan itu. Bahkan tak ada satupun yang berani untuk bergerak meninggalkan sosok wanita yang mereka panggil sebagai permaisuri .
Suara tangisan begitu menusuk di indra pendengaran Flo. Apakah suara televisi di kamarnya begitu kencang hingga membuatnya merasa terganggu?
“Suara tangisannya begitu jelek. Aishh! Kemana remotnya? Huh, mengganggu waktu tidurku saja.” Gumam Flo yang mana membuat beberapa orang yang melihatnya merasa terkejut.
Para dayang begitu terkejut melihat suatu keajaiban yang terjadi di hadapan mereka. Orang mati hidup kembali!!!
“Permaisuri hidup kembali!!! Cepat panggil tabib Yong kemari!” Seru salah seorang dayang setelah sadar dari keterkejutannya.
***
“Tabib, bagaimana keadaan permaisuri? Apakah permaisuri baik-baik saja?” Tanya seorang dayang beruntun.
“Kau tau dayang wan, seumur hidupku mengabdi sebagai seorang tabib belum pernah aku menemukan kejaiaban seperti ini. Sang dewa begitu bermurah hati memberikan kesempatan hidup kepada sang permaisuri. Dan kau tau, entah bagaimana bisa seluruh racun dalam tubuh permaisuri hilang begitu saja. Aku tak dapat merasakan lagi jika permaisuri masih terkena racun.” Jelas Tabib Yong.
Para dayang pengikut setia permaisuri begitu bahagia mendengar jika junjungan mereka masih diselamatkan sang Dewa.
Perbincangan para dayang dengan sang Tabib terhenti begitu saja setelah mendengar teriakan dari sang pelaku.
“Ya Tuhan, mengapa kau mengirimku ke tempat entah berantah seperti ini?? Cepat bawa aku kembali ke dimensiku!!” Teriak Flo sesaat mendengar perbincangan mereka, ditambah pikirannya tak dapat mencerna hal yang tidak masuk akal seperti ini.
Terkejut! Permintaannya kepada Tuhan saat bercermin mengapa malah terkabul? Lelucon macam apa lagi ini? Sepertinya ia tengah bermimpi tetapi.... Tunggu!!!
“Huaaa.. Lemak tubuhku kemana??” Teriaknya semakin histeris saat memegang perut dan tangannya yang terlihat berbeda dibanding dulu meski ada bekas luka.
“Permaisuri ada apa? Harap tenanglah!!” Ujar Dayang Wan.
Rasanya Flo ingin pingsan saja berharap ini semua hanyalah mimpi belaka.
1..
2..
3..
Bruk...
“PERMAISURI!!”
Berita mengenai hidupnya kembali sang permaisuri menggemparkan seluruh penghuni kekaisaran Tang. Para rakyat mulai menggosipkan berita itu dari mulut ke mulut.
Cambukan yang dipertontonkan kaisar secara massal membuat mereka merinding ketakutan dan berasumsi tak akan ada yang bisa selamat dari cambukan maut sang kaisar.
Mereka melihat jelas teriakan kesakitan permaisuri dan bahkan menduga-duga jika di tempat penghukuman nyawa permaisuri akan lenyap, tetapi beredar kabar jika permaisuri hidup kembali.
Terlebih lagi para petinggi yang tak suka dengan sang permaisuri yang terkenal bodoh, lamban, dan juga lemah. Begitu tak pantas bersanding dengan sang kaisar yang kejam, kuat, tangguh, serta berkarisma.
Mendengar kabar mengejutkan ini membuat para petinggi gagal menggelar pesta kematian sang permaisuri. Bahkan mereka pun sudah berunding siapa gadis yang cocok menduduki singgasana permaisuri.
“Bedebah!! Bagimana bisa permaisuri lemah itu bisa hidup kembali?” Kesal pejabat sosial kekaisaran sambil mengepalkan tangannya.
“Ku dengar racun yang kita berikan kepada permaisuri juga telah hilang. Bukankah ini hal yang sangat mengherankan.” Timpal salah satu pejabat kekaisaran.
Dalam ruangan itu terdapat 5 orang pejabat tinggi yang begitu ingin melengserkan kedudukan sang permaisuri, bahkan segala cara mereka lakukan tetapi tetap saja tak berhasil.
“Apakah kita perlu membuat konspirasi mengenai permaisuri? Lebih cepat permaisuri kita singkirkan maka semakin lebih baik lagi kakaisaran kedepannya.” Seru salah satu diantara mereka.
Mereka berlima seakan tau mana yang baik dan mana yang buruk untuk kelangsungan kekaisaran. Bahkan menyudutkan sang permaisuri pun mereka lakukan untuk menarik simpati dari orang-orang yang mendukung permiasuri.
“Sekarang kita hanya perlu memantau situasi. Aku merasa pejabat pendukung permaisuri mulai bergerak mengusut kasus ini.”
“Setelah mereka lengah, kita mulai rencana penuntasan nyawa permaisuri. Hahaha...”
Begitu inginnya kelima rubah itu menyingkirkan sang permaisuri tanpa tau jika seseorang tengah menguping jelas di balik pintu.
***
Sedangkan di kediaman permaisuri, masih ada Flo yang duduk tergugu meratapi nasibnya. Niat awal hanya bercanda kepada Tuhan tetapi malah dikabulkan setelahnya.
Apakah Flo harus murka dan menuntut atas apa yang dilakukan Tuhan padanya? Flo memang ingin lemak di tubuhnya hilang, tetapi bukan dengan cara berpindah ke tubuh orang lain di dimensi berbeda? Oh Ayolah!!! Otaknya seakan menolak dengan apa yang terjadi padanya saat ini.
“Tidak Flo, ini hanya mimpi dan kau akan terbangun dari tidurmu.” Gumamnya sambil menyubit lengannya hingga kemerahan.
Para dayang yang melihatnya lantas menasehati sang permaisuri.
“Hikss... Permaisuri, tolong jangan bersikap begini. Apakah permaisuri tidak mengingat kami dayang setia permaisuri?” Tanya salah seorang dayang rekan kerja dayang Wan bernama dayang Fuo
Kepala Flo rasanya mau pecah mendengar sebutan permaisuri yang terlontar dari mulut mereka semua.
“Kalian semua, berhentilah membual dengan kalimat permaisuri!! Sudah ku katakan jika aku bukan permaisuri kalian mengerti!!” Tegas Flo sambil mengusap pelipisnya yang terasa sangat sakit.
Dayang Fuo yang melihat Flo memegang pelipis lantas bertanya dengan nada khawatir.
“Mari biar hamba pijat kepala permaisuri! Permaisuri mungkin kelelahan sehingga melupakan kami, jadi ada baiknya permaisuri beristirahat sejenak.” Katanya tak masuk akal.
Apakah ada orang yang kelelahan sampai-sampai lupa ingatan? Alasan yang cukup konyol menurut Flo.
‘Ya Tuhan, cobaan apa lagi yang kau berikan padaku?’ Batinnya lelah.
Flo berusaha mencerna semua yang tengah terjadi padanya meskipun bertolak belakang dengan akal sehatnya.
“Kau, siapa namamu?” Tanya Flo sambil menunjuk seorang dayang paling kecil diantara dayang yang lain.
Hikss..
Hikss...
Bukannya menjawab pertanyaannya, dayang kecil itu hanya menangis sambil menatap sendu ke arah Flo.
Flo yang melihatnya hanya mampu mengerutkan dahinya melihat reaksi si dayang kecil. Apakah ia ada salah? Flo menjadi bingung apa yang menyebabkan dia menangis.
“Hei!! Mengapa kau menangis begitu? Aku hanya bertanya namamu siapa dan kau menangis? Dasar cengeng!!” Flo yang aslinya memang ketus membuat semua dayang semakin terkejut, terutama si dayang kecil.
Permaisuri yang mereka kenal orangnya lemah lembut, bertutur kata sopan, dan sangat penyayang. Tetapi yang mereka lihat saat ini sungguh bertolak belakang dengan permaisuri dulu.
“P-permaisuri, dia dayang Wen adik dari dayang Wan.” Jawab dayang Fuo yang diangguki oleh Flo.
Tunggu sebentar!! Aku seorang permaisuri lantas....
“Jika aku seorang permaisuri, mengapa aku diruangan seperti ini? Kemana anggota kekaisaran yang lain? Dan ada dimana Kaisar? Bisa kau ceritakan semuanya padaku?” Tuntut Flo kepada ketiga dayang yang mengaku dayang setianya.
Dayang Wan yang usianya lebih tua diantara mereka lantas mewakili atas pertanyaan Flo. Mereka bertiga sepakat bahwa permaisuri benar-benar cidera ingatan.
“Mohon maaf jika cerita hamba menyakiti perasaan permaisuri dan ham--”
“Langsung ke intinya saja!” Desak Flo tak sabar.
Lalu mengalirlah cerita panjang mengenai kehidupan permaisuri mulai dari dia yang selalu dikambing hitamkan oleh para pejabat kontra-permaisuri, keluarga kekaisaran yang begitu acuh terhadap permaisuri yang dianggap tak berguna, ditambah perlakuan Kaisar yang begitu kejam terhadap permaisuri.
Flo yang mendengar semuanya begitu gelap muka akan nasib permaisuri terdahulu. Ternyata keberadaannya di kekaisaran ini hanya dijadikan pajangan semata. Bahkan jika bukan karena surat putusan kaisar terdahulu, sudah lama permaisuri terdahulu di depak.
Ternyata hidup di lingkungan kekaisaran begitu penuh intrik dan drama. Ibarat kata pepatah mengenai hukum rimba, hanya yang terkuatlah bisa bertahan.
“Namaku siapa?” Tanya Flo pada ketiga dayang.
“Permaisuri Ling Huang, itu adalah nama dan marga permaisuri.” Balas dayang Fuo.
“Lantas kemana keluargaku? Apakah mereka tau keadaanku begitu sengsara di sini? Mengapa kalian tidak memberi tahukan ke mereka atas segala penyiksaan yang aku dapatkan?” Kesal Flo.
Bagaimana tidak? Ia dinikahkan dengan sang kaisar yang berusia 27 tahun sedangkan umurnya masih 17 tahun? Dan lagi, tak ada satupun diantara mereka bertiga yang menyampaikan hal sepenting ini kepada keluarga Permaisuri Ling.
“M-maafkan kami permaisuri, tapi bukankah permaisuri begitu mencintai kaisar Feng hingga rela menahan segala siksaan yang diberikan atas izin sang kaisar dan juga melarang kami mengatakan apapun terhadap keluarga permaisuri?” Jelas dayang Fuo yang membuat bibir Flo terkatup rapat.
“Bahkan permaisuri mengancam bunuh diri jika kami sampai memberitahukan hal itu kepada keluarga permaisuri. Tolong maafkan kami!!!” Ujar mereka bersamaan sambil membenturkan dahi di lantai tanah.
Flo yang melihatnya terkejut dengan aksi mereka. Apakah begini cara mereka meminta maaf dengan melukai diri sendiri?
“Apakah aku begitu mencintai kaisar?” Tanya Flo lirih sambil menatap ke arah dayang setianya, dan sialnya mereka bertiga kompak menganggukkan kepala.
“BEDEBAH KAU KAISAR SIALAN!!”
“AKU BERSUMPAH AKAN MENUNTUT BALAS ATAS SEMUA YANG TELAH KAU LAKUKAN KEPADAKU SELAMA INI.”
Dayang Wan, Fuo, dan juga dayang kecil Wen merasa terkejut dengan sifat permaisuri sekarang. Auranya sangat berbeda dengan aura permaisuri sebelumnya yang memancarkan aura lembut dan penyayang dan sekarang bagaikan iblis yang ingin lepas dari neraka.
Apakah cidera ingatan sang permaisuri begitu parah hingga melupakan rasa cintanya kepada kaisar?
Tokk...
Tokk...
Dayang kecil Wen pergi membuka pintu dan melihat seorang kasim ruangan kerja sang kaisar yang bertamu.
“Ada yang bisa saya bantu paman?” Tanya dayang Wen.
“Sampaikan kepada permaisuri untuk menghadiri persidangan esok hari atas perintah Yang mulia kaisar.” Jelas sang kasim dan berlalu pergi meninggalkan dayang Wen yang kembali menutup pintu dan menguncinya dari dalam.
Raut wajah dayang Wen begitu ketakutan. Dayang kecil Wen takut jika permaisuri akan diberi hukuman lagi.
“Ada apa Wen?” Tanya dayang Wan.
“T-tadi paman kasim datang dan--”
“Dan apa?” Desak Flo.
“Atas perintah Yang mulia Kaisar, permaisuri wajib menghadiri persidangan.” Jelas dayang Wen yang mana membuat dayang Wan juga dayang Fuo saling bersitatap.
Raut wajah mereka menggambarkan kepanikan yang luar biasa. Permaisuri baru saja selamat dari kematiannya dan butuh istirahat. Apakah akan diberi hukuman cambukan lagi? Atau hukuman lain yang lebih parah atas kesalahan yang tak diperbuat olehnya?
“Hoho... Aku sangat penasaran rupa dari kaisar bedebah itu. Baiklah, aku sudah diundang dengan hormat maka sangat tidak sopan menolak ajakan sang kaisar.” Gumam Flo dengan senyum sinis dibibirnya.
‘Aura permaisuri sekarang jauh berbeda dibanding dulu.’ Batin mereka penuh haru.
Malam harinya, Flo masih duduk bersandar meratapi nasibnya yang berada di dimensi berbeda. Ia masih belum terbiasa dengan semua yang ia alami, mulai dari bentuk tubuh, warna kulit, status, dan juga mengenai kisah menyedihkan dari tubuh permaisuri yang di tempatinya.
Jujur Flo merasa nyaman dengan tubuhnya yang sekarang. Terasa ringan dan mudah saat bergerak.
‘Huh! Pantas saja mereka sangat terobsesi dengan tubuh kurus begini. Aku merasa mudah menggerakkan tangan tanpa harus mengeluarkan tenaga besar.’ Batin Flo sambil memperhatikan dengan seksama lengannya yang mungil.
Berbicara soal status, Flo masih tak habis pikir dengan statusnya yang telah bersuami. Untuk apa ia masih dipertahankan menjadi seorang permaisuri jika keberadaannya tak dianggap sama sekali oleh seluruh kekaisaran? Mengapa ia tak diceraikan saja atau di bawa ketempat orang tuanya? Apa karena kekuatan surat perintah kaisar terdahulu begitu kuat hingga kaisar pun tak berani membantah?
Dan satu hal lagi! Ia menikah diusia masih 17 tahun? Kalimat apakah yang pantas untuk kaisar itu karena telah menikahi anak kecil?
Apakah ia telah disentuh kaisar bedebah itu ataukah masih tersegel? Semoga saja ia masih berada di opsi 2. Sungguh, demi segala nama dewa yang ada di dimensi ini Flo tak sudi jika disentuh pria bajingan sepertinya.
“Kemana para dayang itu? Perutku sudah memberontak ingin diberi asupan.” Ujar Flo sambil memperhatikan segala sisi ruangan berharap menemukan salah satu dayang yang menemaninya tadi.
Ruangan yang menurut versi Flo nyaman, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, ditambah suasananya yang tenang membuatnya merasa nyaman meski nampak kumuh.
“Permaisuri sedang mencari apa?” Tanya dayang kecil Wen yang mana mengejutkan Flo.
“Ya Tuhan! Kau mengejutkan ku saja dayang kecil.” Kaget Flo sambil mengelus pelan dadanya.
Dukk...
“Tolong ampuni hamba yang rendahan ini permaisuri. Hamba memang pantas dihukum.” Ujar dayang Wen sambil membenturkan dahinya ke lantai tanah.
Bekas luka di dahinya begitu kentara menandakan sudah ratusan bahkan ribuan kali ia melakukan hal bodoh dengan menyakiti diri sendiri.
“Hei!! Apa yang kau lakukan? Berhenti melakukan hal bodoh seperti itu. Apakah kau kira aku ini patung dewa yang kau sembah? Sudah cukup!” Tegas Flo merasa tak nyaman dengan perlakuan dayang Wen yang sangat berlebihan.
Dayang Wen pun menurut dan segera berdiri tak lupa tangan mungilnya menyeka air mata yang tak kunjung berhenti.
“Aku lapar! Apakah tidak ada makanan?” Tanya Flo.
Dayang Wen menelengkan kepalanya ke kanan sambil menyipitkan matanya. Astaga! Dayang Wen baru ingat jika permaisuri mengalami cidera ingatan.
“Maafkan dayang ini permaisuri, tetapi kakak Wan dan Kakak Fuo belum kembali dari istana. Apakah permaisuri sudah tidak bisa menahan lapar?” Tanya dayang Wen sedih.
“Apa yang mereka lakukan disana malam begini? Dan bukankah ini masih lingkungan istana kaisar bukan?” Tanya Flo yang menganggap jika ruangan itu masih diaekitaran istana.
Dayang Wen meneguk ludahnya kasar mendengar pertanyaan Flo.
‘Ya Dewa!! Aku takut jika permaisuri marah ditambah permaisuri bagaikan orang yang berbeda. Huhu... Kakak cepatlah kembali!’ Batin dayang Wen gusar.
“Hei! Pertanyaanku belum kau jawab gadis kecil.” Seru Flo melihat keterdiaman dayang Wen.
“I-itu... Sebenarnya kakak Wan dan kakak Fou selalunya bekerja di istana kaisar untuk mendapatkan makanan. Sedangkan aku disini bertugas untuk menemani permaisuri agar tak kesepian.” Jelas dayang Wen yang mana membuat Flo semakin bingung.
Tugas seorang dayang istana kan memang bekerja. Lantas hubungan mereka yang harus bekerja dengan mendapatkan makanan apa?
Melihat keterbingungan Flo membuat dayang Wen menjelaskan secara singkat.
“Tempat permaisuri sekarang ini lumayan jauh dari istana kaisar pusat dan tidak ada pelayan istana yang membawa makanan kepada permaisuri sesuai perintah Yang mulia kaisar. Maka dari itu, kakak Wan dan kakak Fou harus bekerja di istana untuk memperoleh koin dan membeli keperluan bulanan anda.”
‘Kaisar sialan itu benar-benar ingin menyiksa permaisuri Ling dengan tidak memberi makan? Huh! Bajingan itu akan ku beri balasan.’ Batin Flo membara.
Pantas saja motif ruangan itu terkesan suram dan tak ada hiasan selayaknya kamar permaisuri. Cih! Sangat tidak layak untuk diberi ampun.
“Gadis kecil, bisa kau ceritakan aku dulu seperti apa? Bagaimana sifat dan sikapku? Ceritakan juga mengapa aku bisa berada di tempat ini!” Jelas Flo menuntut jawaban.
Sesaat dayang Wen ingin bersuara, tiba-tiba terdengar ketukan pintu yang mana mengalihkan perhatian mereka berdua.
Sepertinya dayang Wan juga dayang Fuo telah kembali dari istana. Berharap mereka juga membawa makanan untuk permaisuri.
“Syukurlah kakak telah kembali, permaisuri sudah lapar sejak tadi.” Seru dayang Wen sambil mengambil nampan besi berisikan bungkusan daun.
Dayang Wan beserta dayang Fuo lantas masuk dan mengunci pintu kembali. Dilihatnya permaisuri Ling duduk bersandar diatas kasur.
“Maafkan dayang ini telah datang terlambat sehingga membuat permaisuri menahan lapar.” Ujar dayang Wan dan bersiap-siap akan melakukan sujud permohonan maaf.
Melihat gerak-gerik dayangnya membuat Flo bertindak segera.
“Sudahlah! Apakah kalian akan melakukan hal yang bodoh seperti gadis kecil itu? Huh! Sungguh bodoh...”
“---”
“Apa kau membawa makanan? Jujur aku sangat lapar.” Tanya Flo memasang muka memelas.
Dengan segera dayang Wen berlari mangambil nampan besi beserta air minum untuk Flo. Sekembalinya dayang Wen yang hanya membawa satu buah nampan besi beserta gelas membuat Flo mengerutkan dahi.
Pasalnya mereka ada berempat dan mengapa hanya satu nampan yang dibawa olehnya?
“Hei! Mengapa hanya ada satu nampan saja?”
Dayang Wan yang sedang menyajikan makanan untuk Flo pun terhenti. Apakah mereka harus makan bersama? Begitu fikir ketiga dayang.
“Makanan ini untuk permaisuri! Rasanya sangat tidak pantas jika yang rendahan ini ikut bergabung dengan anda.” Seru dayang Fuo sembari menunduk.
Lagi dan lagi Flo berdecak malas. Apakah mereka juga sedang melakukan diet ekstrim seperti sahabatnya Lylia? Tubuh mereka saja bagaikan tengkorak hidup.
Dengan segala paksaan, Flo memaksa mereka untuk ikut makan bersama dengannya. Rasanya cukup aneh jika ia makan seorang diri sedangkan mereka yang mengaku dayang setianya hanya berdiri sambil menatap dia makan?
Huh!! Flo tidak setega itu melihat tubuh mereka yang sangat kurus menandakan kurang asupan.
“Aku tidak menerima penolakan apapun. Dayang Wen!”
“I-iya permaisuri?”
“Segera ambil nampan dan gelas lagi lalu bawa kemari. Aku tidak sanggup melihat tubuh menyedihkan kalian.” Titah Flo membuat dayang Wen segera berlari mengambil nampan lagi.
Jujur saja ia juga sangat lapar karena telah 2 hari tak makan setelah penyiksaan yang diterima oleh permaisuri Ling hingga membuatnya meregang nyawa.
Dayang Wan dan dayang Fuo cukup terharu melihat perhatian junjungannya kepada mereka yang rendahan ini. Hanya permaisuri Ling seorang yang memperhatikan pelayan dengan sangat intens.
Mereka bertiga pun mulai bersiap duduk di lantai sedangkan Flo duduk bersandar di atas kasur. Luka bekas cambukan itu benar-benar membuat Flo tak bisa banyak bergerak.
“Kalian ingin duduk disitu?” Tanya Flo yang diangguki mereka bersamaan.
Flo hanya berdecak malas dengan dayang permaisuri Ling, tubuh yang ia tempati saat ini. Jelas-jelas dalam ruangan itu ada sebuah meja kecil dan 4 buah kursi, tetapi mereka memilih untuk melantai?
“Duduklah di kursi itu! Kalian ini memang benar-benar suka melakukan hal bodoh rupanya. Sudah ada kursi lantas memilih duduk di lantai tanah? Cepat berdiri dan duduklah disana! Setidaknya kalian menjadi orang yang pintar saat bersamaku seterusnya.” Tegas Flo tak ingin dibantah.
Para dayang semakin dibuat terkesima dengan sosok permaisuri Ling yang semakin mendominan dari sebelumnya.
Perubahan ini terjadi secara tiba-tiba hingga mereka agak sulit beradaptasi. Tetapi jujur, mereka lebih suka sikap permaisuri sekarang dibanding permaisuri sebelumnya yang tak berani bersuara.
Dengan segera mereka berdiri dan duduk di kursi dekat kasur Flo. Sumpah demi Dewa! Mereka tak menyesal sedikitpun mengabdi kepada junjungan mereka yang dikenal sebagai permaisuri lemah, lamban, bodoh, dan tak berguna.
Mereka begitu menghormati permaisuri Ling dan hanya dia yang memperlakukan para dayang rendahan seperti mereka bagaikan keluarga.
‘Permaisuri begitu bermurah hati!’
Mereka pun mulai makan dengan hikmat. Flo sebenarnya tak pemilih dalam hal makanan, hanya saja makanan yang ia makan saat ini jauh dari kata makanan layak.
Ingatkan Flo untuk membuat makanan sesuai lidahnya. Cita rasa makanan disini begitu buruk. Jika bukan karena lapar dan menghargai kerja keras para dayangnya, sudah tentu ia tak akan memakannya.
“Esok hari aku diundang ke persidangan bukan? Apakah kalian mau menemaniku bertemu kaisar?” Tanya Flo di sela makannya.
Flo hampir saja lupa jika diundang oleh kaisar. Jujur saja, ia merasa penasaran dengan paras wajah si kaisar bedebah itu. Entah seberapa tampan dirinya hingga permaisuri Ling begitu mencintai pria iblis seperti dia dan bahkan rela disiksa.
“Tanpa permaisuri minta pun kami akan menemani anda menghadap Yang mulia Kaisar. Kami akan berusaha sebisa mungkin melindungi anda.” Jawab dayang Fuo penuh yakin dan diangguki semuanya.
Flo rasanya begitu tak sabar menunggu fajar tiba. Lihat saja, suatu saat nanti ia akan membalas semua perlakuan mereka yang sungguh semena-mena terhadapnya. Dan jangan lupa para tokoh pembantu licik yang begitu ingin melengserkannya.
‘Walaupun usiaku masih muda, tapi aku tau harus bersikap bagaimana. Huh! Hidup di dunia seperti ini mengingatkanku pada drama kolosal yang sering di tonton Lylia.’ Batin Flo mulai memikirkan strategi menghadapi mereka semua di esok hari.
“Ya Tuhan! Entah bagaimana keadaan nenek disana saat mengetahui aku tak ada di rumah? Beliau pasti cemas... Semoga nenek baik-baik saja disana.” Risau Flo yang baru sadar akan neneknya.
Para dayang yang melihat kerisauan Flo akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.
“Apakah ada yang mengganggu pikiran permaisuri?”
“Tak apa, hanya saja aku cukup letih dan ingin beristirahat. Kalian habiskan saja makanannya, aku akan tidur dan mengisi tenaga untuk menghadapi para rubah itu besok.” Ucap Flo dan secara perlahan membaringkan tubuhnya.
Dayang Wen pun membantu Flo untuk berbaring dan memasangkan selimut tipis untuk mengurangi rasa dingin.
‘Semoga Dewa selalu melindungi anda, permaisuri.’ Batin dayang Wen.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!