NovelToon NovelToon

ISTRI kecil Tuan Yudistira

Prolog

***

Pagi itu, semuanya terasa gelap di mata Yudistira kecil "Tolong..." Desisnya menekan nomber darurat di ponsel sang ayah. Tangannya yang gemetaran itu berusaha keras untuk tetap sadar.

Rupanya saat itu, ayahnya yang terlilit hutang, memutuskan untuk bunuh duri. Dengan membawa serta istri dan ketiga anak mereka... Setelah Gas beracun di pecahkan, mereka yang masih tertidur pun langsung kehilangan kesadaran mereka...

Ayah, ibu dan dua adik kembar Yudistira telah terkapar dan sudah tak bernyawa. Sedangkan Yudistira yang hendak pergi kesekolah langsung terjatuh dengan posisi tengkurab. Ia merasa sesak napas akibat Gas beracun yang di paparkan sang ayah. Saat berusaha melakukan bunuh diri masal pada seluruh keluarganya. Namun saat itu Yudistira mampu berusaha berjuang dari maut.

Setelah pramedis dan pemadam kebakaran datang...

Tempat tersebut segera di efakuasi, Yudistira dan keluarganya di bawa ke rumah sakit. Namun nahas, tak ada satupun yang selamat dari maut tersebut selain Yudistira kecil.

"Aahhh... Ayah! Aaahhh... Ayah! Kenapa kamu membunuh kami!" Tangis Yudistira pecah kala menatap ibunya mulai di tutupi kain putih. Yudistira melihat jelas sebab, ibunya terbaring di brankar sebelah kiri ranjangnya.

Dan saat ia menoleh ke arah kanan Ranjangnya, ia pun melihat dua adik kembarnya yang berumur dua tahun itu pun tewas. Mereka sama-sama di tutupi kain putih... Yudistira mulai tak sadarkan diri lalu pingsan setelah para medis memberinya intubasi.

"Aahhhh... Ayah! Hahahahha ayah!!!" Teriaknya mulai membangunkanya dari sebuah mimpi buruk.

"Ayaah!!" Pekik Yudistira.

Ia membelalakan matanya lebar-lebar kala bangun dari mimpi buruknya, Sesak napas dengan napas terengal dan keringat yang bercucuran. Matanya merah karna terlalu lama menangis.

"Hiks. Sial! Kejadian itu sudah berakhir sangat lama... Tapi kenapa aku malah selalu memimpikanya setiap malam!" Umpat Yudistira menghempas air matanya yang tak kunjung berhenti. Ia bangun lalu duduk dan lekas menatap tajam ke arah photo sebuah kluarga. Kluarga tersebut adalah kluarga Anggara Wijaya. Anggara wijaya adalah kluarga ternama di kota terpencil daerah pulau jawa.

Mereka sukses di bidang usaha perbankan, namun bisnis bank yang mereka kelola lebih tepat di sebut usaha rentenir internal.

"Heh! heh!... Akan ku buat kalian menderita!" Teriak Yudistira menggebrak ranjangnya dengan penuh Emosi. ia juga mulai menghempas photo kluarga Anggara dan menghancurkannya, Ia bangun dan menginjak-injak photo itu. Setelah photo itu bercecer dilantai, Ia mulai meremas photo yang memampangkan kluarga besar Anggara wijaya, hingga tangannya berdarah karna terkena serpihan beling.

"Anggra... Wijaya! Kalian akan mati di tanganku!" Pekik Yudistira Alfarighi...

Yudistira Alfarighi pria tampan dengan rahang yang kekar berusia 26 tahun.

Ia adalah seorang pria sukses di usia yang sangat muda. Ia bangkit dari kemiskinan dan lilitan hutang... Setelah ia menciptakan perangkat lunak yang amat sangat berguna untuk kehidupan manusia. Karna IQ 200 yang ia miliki membuatnya sangat menonjol dan amat sukses.

Berawal dari penjualan Cip micro yang bertindak seperti Gps untuk mempermudah para pengusaha di bidang Finance otomotif. Sampai usahanya lebih maju dan kini ia telah memiliki perusahaan yang bergerak di bidang Mobile atau pembuatan ponsel dan elektronik lainnya. Otomotif dan juga perhotelan.

Yudistira kecil yang penuh dengan tangisan kini menjadi pria suskses yang angkuh dan arogan. Tak ada satu wanita pun yang bisa menyentuhnya, juga tak ada seorang wanita pun yang ia inginkan di dunia ini. Ambisi terdalamnya adalah sebuah balas dendam. Ia ingin membuat kluarga Anggara Wijaya sengsara.

***

"Tuan... Keluarga Angara akan melaksanakan sebuah pesta pernikahan" jelas Joe seraya memberikan selebar undangan pernikahan yang memampangkan sebuah photo preweding. Yudistira yang sedang duduk di meja kerja nya pun mulai menoleh seraya meraih undangan tersebut.

"Inikah wanita pilihan Alan?" Tanya Yudistira menyeringai. Alan adalah anak sulung kluarga Anggara Wijaya.

"Ya. Wanita itu adalah anak yatim piatu yang di besarkan di kluarga Anggara Wijaya. Tuan Alan sangat mencintai wanita tersebut" jelas Joe.

Yudistira mulai meremas undangan itu dan di genggamnya erat-erat "Aku ingin. Kalian menculik wanita jelek bercadar itu tepat di hari pernikahannya. Aku akan mengadakan sebuah drama yang cukup membuat mereka malu!" Imbuh Yudistira dengan amarah yang tak terhitung jumlahnya.

"Baik tuan... Kami akan melaksanakannya" Joe mulai pamit dan mulai keluar dari ruangan kerja Yudistira.

Nampaknya peperangan antara Anggara Wijaya dengan Yudistira akan segera di mulai.

Dan siapa yang akan jadi korban ke bengisan dendam sang saudagar kaya yang berkuasa itu?

Bersambung...

Menjelang hari H

***

"Arumi..."Ucap bi inah.

Arumi menoleh ke arah Bi inah, Arumi Maryam gadis berusia 19 tahun... Ia adalah salah satu gadis berhijab yang sehari-harinya tak terlepas dari selebar cadar di wajahnya. Arumi juga tipe seorang wanita yang periang dan baik hati. Tak ayal jika Alan sangatlah menyukainya. Selain itu, Arumi sangat menyayangi nenek Alan dan menjaganya dengan penuh kasih sayang.

"Ya bi..." Balas Arumi menghampiri Bi inah.

"Nyonya menyuruh anda untuk segera datang ke ruang tengah" Jelas Bi inah.

Arumi lekas melangkah ke arah di mana Nyonya besar kediaman itu memanggilnya "Sayang. Ayo kemari" Ucap Ny. Rose.

"Ya. Bu... Ada apa?" Tanya Arumi menghampiri Ny rose yang duduk di sofa ruang tengah kediaman Anggara yang mewah.

"Sini sayang... Duduklah" Pinta Ny. Rose menarik Arumi untuk duduk di sebelahnya.

"Lihat ini..." Ny Rose memperlihatkan, sebuah map berisikan photo priwed...

"Apa itu bu?" Tanya Arumi.

"Ini adalah photo priwedding. Konsef mana yang ingin kamu pilih?' tanya Ny. Rose.

"Subhanallah... Indah sekali. Tapi, apakah semua itu cocok untuk ku?" Tanya Arumi sedikit canggung dan merendahkan diri.

"Tenanglah sayang. Kamu kan cantik, jadi pakai apapun juga akan tetap bagus" Jelas Ny. Rose memuji.

"Jangan begitu bu. Aku sedikit tersipu nanti" Balas Arumi malu-malu.

"Haah... Akhirnya. Kamu akan jadi menantu rumah ini. Ibu sungguh bahagia... Kelak, lahirkan lah cucuk laki-laki yang banyak. Agar kelak akan ada penerus usaha ayah mertua mu nak" Imbuh Ny. Rose terlalu berharap.

Innalilahi... Sebenarnya, sejak awal Arumi memang tak ingin makan atau minum dari hasil usaha rentenir ayah angkat. Arumi memilih menyimpan dan membeli apapun dari hasil keringat Arumi sendiri. Bathin Arumi.

Ia tak ingin menyinggung ibu angkatnya jika ia bicara sesuai kata hatinya.

"Jangan melamun... Cepat berdandan yang rapi... Kita akan segera belanja barang-barang keperluan pernikahan" Jelas Ny. Rose.

Arumi mengangguk dan ia pun lekas membawa tas simple miliknya "Bu. Apakah kita akan berangkat sekarang?" Tanya Arumi. Ny Rose mengangguk dengan sebuah senyuman.

Mereka pun berangkat hari itu juga... Nampaknya Ny. Rose sangat senang karna hari pernikahan putra sulungnya akan segera di laksanakan. Mereka mulai pergi ke pusat perbelanjaan dan membeli barang yang di perlukan untuk pernikahan Arumi.

Sebenarnya, Arumi tak tahu apa alasan mereka mengadopsi Arumi sedari kecil. Bahkan, Arumi di perlakukan seperti anaknya sendiri. Arumi tak pernah bertanya tentang asal usulnya, bahkan karna di adopsi sedari usia balita, ia tak tahu jati dirinya yang sebenarnya.

... Namun rupanya di balik semua itu... Ada sebuah kejadian di masa lalu yang memaksa kluarga tersebut untuk mengatasi masalah besar itu hanya dengan mengadopsi Arumi. Apa boleh buat, Kluarga Arumi tewas karna kecelakaan yang di sebabkan oleh kecerobohan Ayah Alan, Satu mobil yang ditabrak ayah Alan terdiri dari Suami istri dan dua anaknya. Namun, hanya Arumi sajalah yang berhasil selamat. Karna ia terpental ketika mobil yang di kendarai Kluarganya terjun ke jurang lalu meledak. Sebuah karunia bagi Arumi terlepas dari mautnya.

Kini ia memang hidup nyaman di kluarga Anggara namun, ia juga tak suka di perlakukan begitu berlebihan. Sebab ia tak mau makan uang yang ayah angkatnya berikan, ia tahu jika uang tersebut adalah hasil keringat dari orang lain yang di peras oleh kluarga tersebut.

***

Malam hari..

Alan sangat bahagia "Arumi... Apakah kau gugup?" Tanya Alan menggoda Arumi. Mereka saling bertemu di balkon teras lantai dua, cuaca cerah di malam persebut sungguh begitu romantis kala rembulan menyinari calon sepasang suami istri tersebut.

"Ya mas. Aku sungguh gugup, apakah benar besok adalah hari pernikahan kita?" Tanya Arumi malu-malu.

"Tentu saja. Saat ijab kobul terucap, kita akan sah jadi pasangan yang halal..." Ujar Alan, ia sungguh tak tahan oleh mata Arumi yang berbinar. Hatinya selalu berdebar kencang kala dekat dengan gadis bercadar itu. Jujur saja, Sejak dua belas tahun yang lalu. Arumilah cinta pertama Alan, makanya Alan sangat bahagia kala menunggu hari H di esok hari..

"Ya mas. Aku akan menunggu hingga besok menyapa kita di altar pernikahan impian kita" Balas Arumi. Alan lekas merogoh saku jasnya dan mulai memberikan sebuah kotak "Ah... Mas, apa itu?" Tanya Arumi terkejut. Mata Arumi terbelalak dengan berbinar-binar.

"Arumi... Jadilah istriku, temani aku di saat aku rapuh... Jadilah milikku... Dan terima aku dengan segala ke kuranganku" Ucap Alan dengan nada yang begitu indah. Arumi sungguh tersipu, Alan mulai meraih tangan Arumi yang lentik itu. Lalu ia pun membuka kotak kecil merah yang berisikan sebuah cincin kawin.

Alan memasangkan cincin itu di jari manis Arumi yang lentik "Indah sekali..." Bisik Arumi menatap senang kala jemarinya terlihat bersinar oleh cincin dari Alan.

"Kamu cocok memakainya..." Ucap Alan mulai mengecup tangan Arumi.

Namun, cincin yang Alan pasang di jemari Arumi terlalu kebesaran, hingga cincin tersebut jatuh ketika Alan melepas kecupan nya dari tangan Arumi.

Pluk!

Cling!

Cling!

Cling!

"Ah!" Pekik Arumi kaget. Alan pun membatu kala cincin terlepas begitu saja dan mengelinding jatuh ke bawah balkon teras rumah nya "Arumi..." Bisik Alan.

"Mas... Cincinnya jatuh, bagai mana ini?" ucap Arumi panik.

"..." Alan tersentak dan sedikit membatu.

"Mas... Apakah kamu baik-baik saja?" Tanya Arumi khawatir pada Alan.

Cincinnya jatuh? Apakah ini sebuah pertanda buruk? Bathin Alan meracau dengan segala ke takutannya. Ia sangat takut jika di hari pernikahannya besok, terjadi sebuah hal yang tak di inginkan.

Bersambung...

Hari pernikahan

***

Hari pernikahan Alan dan Arumi sudah tiba, hari tersebut adalah hari terindah untuk kedua mempelai terutama Alan, Alan amat sangat bahagia kala hubungannya akan halal setelah ijab kobul terselanggara dan kata Sah terucap oleh seluruh saksi.

Selain itu juga Kluarga besar Anggara Wijaya merasa terhormat, kala mengundang para tamu undangan yang terdiri dari komlomerat dan saudagar kaya rekan-rekan bisnisnya.

Bila acara selesai, ia pun akan mengadakan open house di kediamannya yang mewah bah istana itu, untuk masyarakat kalangan menengah ke bawah. Ia ingin para tetangga dekatnya juga ikut serta dalam kebahagiaan kluarga Anggara Wijaya yang terkenal elit itu.

***

Alan telah siap di pelaminan, ia menunggu Arumi dengan tenang. Entah mimpi apa Arumi semalam, hingga ia mendapatkan perlakuan khusus dari kluarga Anggara yang begitu menyayanginya sampai-sampai Altar pernikahanannya pun begitu indah dan mewah. Lampu kelap kelip menghiasi seluruh bunga hidup yang ada di pesta tersebut. Pelaminan ala negri dongeng yang menjadi konsep pernikahan Arumi. Semua di pesan khusus oleh Alan pada ibunya untuk membahagiakan Arumi.

"Aah... Aku sungguh tak sabar. Tapi kenapa Arumi lama sekali ya... Apakah dia meminta para periasnya untuk mendandaninya dengan istimewa, agar dia tampil sangat berbeda di depanku?" Tanya Alan sedikit tak sabaran.

Meski demikian Alan tetap menunggu di singgah sananya tanpa bergeming dan sabar meski terlalu lama untuknya.

***

Ruang Rias...

"Oh tuhan... Anda sangat cantik nona Arumi. Meski kami hanya memolesnya sebentar" Ujar para perias.

"Amin... Kalian bisa saja, tolong beri aku cadar" Pinta Arumi seraya menatap cermin rias didepannya.

"Sebaiknya anda tak usah memakainya. Biarkan aura anda menyebar dan membuat para tamu terpukau" Jelas Perias itu.

"Tidak-tidak. Aku tidak terbiasa melepas selebar kain tipis itu. Jadi tolong pakaikan itu sebaik mungkin untuk menutup hidung dan bibirku" Komen Arumi bersikeras untuk memakai cadar tersebut.

Akhirnya para penata pun pasrah kala Arumi memintanya dengan memaksa mereka...

"Baiklah nona..." Ucap para perias. Sang asisten periaspun mulai meraih selebar kain tipis warna putih itu lalu memakaikannya pada Arumi.

Tok! Tok! Pintu ruang Rias di ketuk dengan kencang. Lalu Asisten perias mulai membuka pintu untuk memastikan siapa yang datang "Ada apa tuan?" Tanya asisten perias. Netranya menyimak bahwa ada dua orang pria berpakaian rapi serba putih menunggu di depan kamar Rias pengantin.

"Segera selesaikan, kami harus mengantar pengantin wanita ke pelaminan. Soalnya penghulu sudah datang..." Jelas Salah satu pria berjas putih itu.

"Oh. Kami sudah selesai tuan... Tunggulah akan mu bawa nona ke pada anda..." Jelas para perias di kediaman Anggara wijaya.

"Baiklah. Tolong jangan terlalu lama" pinta para pria berjas putih itu.

"Ya.." Sang asisten lekas masuk dan memberitahukan kabar tersebut ke kepala perias.

"Ada apa?" Tanya kepala perias.

"Bu... Nona sudah di tunggu di luar...penghulu sudah datang katanya" Jelas sang asisten perias memberitahukan kabar mendesak tersebut.

"Benarkah? Kenapa mereka cepat sekali? Seharusnya, acaranya kan di mulai satu jam lagi?" Bisik sang perias utama sedikit kesal.

"Tak apa. Jangan di poles lagi, lagi pula aku kan mengenakan cadar" Jelas Arumi.

Akhirnya periaspun mulai pasrah "Haah... Yas udahlah kalau begitu" Lenguh sang perias sedikit kecewa. Ia menghelan napas beratnya? karna kurang puas pada hasil kerjanya yang terlalu di paksa saat belum selesai atau bahkan jadi kurang senpurna.

Arumi mulai berdiri, ia di bantu oleh para asisten penata rias tersebut yang berjumlah enam orang.

Arumi di tuntun hingga ke depan pintu, apa boleh buat, Gaun pernikahan Arumi menjuntai hingga ke lantai dan menyapu seluruh yang ada di sana. Jika tak di pegangi, gaun bisa menyangkut dan robek "Ini pertama kalinya aku memakai pakaian seribet ini" Imbuh Arumi terkekeh.

"Sabarlah sedikit toh ini hanya untuk sementara. Sore nanti kamu akan jadi seorang istri setelah memakai jubah ini..." jelas perias utama.

"Jangan marah... Hahahaha aku hanya bercanda" Umpat Arumi menggoda para perias.

Akhirnya salah satu asisten perias mulai membuka pintu kamar tersebut "Klek!"

Dua orang itu masih berdiri di sana dengan tangan menatapi jam di lengan kiri mereka tampak gelisah "Tuan tuan, silahkan bawa tuan putri kelian ke pelaminan sekarang" Para perias terlihat bahagia.

"Aku pamit... Ya kakak kakak semua, terimakasih atas kerja keras kalian. Aku tak akan melupakannya" Jelas Arumi seraya melangkah ke arah dua pria berjas serba putih itu. Sementara gaun yang di kenakan arumi pun berwarna putih bersih itu di pegangi salah satu pria berjas putih tersebut.

"Asallamualaikum..." Ucap Arumi sebelum pamit.

"Waallaikum salam..." Padahal dua perias itu bukan orang islam, tapi mereka cukup menghargai salam dari Arumi.

Arumi pergi bersama dua pria berjas putih dan menggilang setelah mereka melewati koridor yang jadi akses keluar masuk.

Para perias mulai masuk dan kembali berbenah, Mereka membereskan barang-barang juga aksesoris rias mereka, tak berselang lama. Kamar pengantin kembali di ketuk "Tok! Tok!"

"Ada apa lagi ini?" Tanya perias utama, salah satu asisten kembali membuka pintu.

"Ya tuan ada apa?" Tanya asisten, setelah netranya menyimak dua pria berjas hitam menunggu di luar.

"Kami di tugaskan untuk mengiring pengantin wanita ke pelaminan..." Jelas dua pria itu, dan kemudian dua wanita dengan pakaian putih pun keluar dari balik tubuh kekar para pengawal pria "Mohon bantuannya..." Pekik ke dua wanita pengiring mempelai wanita, nampaknya mereka adalah suruhan tuan Anggara.

Apa yang di jelaskan ke dua pria itu membuat sang asisten heran "Bu... Apa kita melakukan kesalahan?" Tanya asisten perias.

"Ada apa?" Tanya perias utama.

"Kemarilah" Asisten perias mulai menyeru.

"Ya ada apa..." Perias utama mulai menghampiri.

"Siapa kalian?" Tanya perias utama.

"Kami adalah para pengiring mempelai wanita yang di tugaskan oleh tuan besar Anggara" Jelas salah satu pengawal pria.

"Apa... Tapi tadi nona sudah dijemput lima menit yang lalu" Jelas kepala perias.

"Benarkah?" tanya salah satu pria itu.

"Ya..." Jawab singkat para perias.

Pria plontos dengan tubuh kekar itu pun mulai menelpon pusat ke amanan dan bertanya pada mereka, apakan nona Arumi sudah ada di pelaminan. Namun tak satupun dari salah satu tim pria tersebut yang membawa Arumi.

"Ini gawat!" Pekik pengawal.

"Gawat?" Tanya perias utama.

"Ya... Nona Arumi! Di culik!" Pekik pria itu. Sontak para perias dan pengiring pengantin mulai membelalakan mata mereka.

"Ini tidak mungkin!!" Pekik mereka tak percaya.

Kluarga Anggara kecolongan di hari paling sakral tersebut, jika sampai pernikahan tersebut batal. Kluarga Anggara akan kehilangan muka di depan publik. Ini akan menjadi pukulan terberat bagi kluarga tersebut.

***

Rupanya benar saja, Arumi sudah di bopong dua orang suruhan Yudistira. Kini Arumi tak sadarkan diri setelah di bius paksa oleh dua pria tersebut menuju kediaman Yudistira Alfarighi.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!