Hallo...
Autor kembali dengan karya baru nieh..
yuk baca dijamin seru dan berbeda lhooo..
selamat membaca..
Azzura Erum, gadis berusia 25 tahun dan siap menikah merupakan putri Mahkota dari Seorang Raja bernama Cariann Erum. Ayahnya diangkat menjadi Raja saat umur Azzura masih 15 tahun. Azzura memiliki dua orang saudara tiri dan sanga Ayah memiliki seorang Ratu dan tiga Orang Selir.
Hari ini Azzura, Putri Mahkota kerajaan Barat akan dieksekusi mati karena dituduh telah berzinah.
“Aku bersumpah. Sampai kematian ku, kalian tidak akan hidup dengan tenang dan setiap tetesan darah ku kalian akan membayarnya.” Ucap Azzura yang sudah siap untuk dihukum pancung.
Dengan tatapan yang tajam dia memandang kesemua musuh yang telah memfitnah dan juga membunuh ibunya.
Mereka yang ditatap dengan tajam hanya tersenyum sinis penuh kemenangan. Dan “Crak..!!”
Paman Azzura lebih dulu dipenggal tepat disamping Azzura, ketika itu dia menangis dan langsung melihat kearah Ayahnya yang hanya diam tanpa mau menatap Azzura.
Tidak lama algojo langsung diperintahkan untuk memenggal Azzura dan tidak membutuhkan waktu lama, kepala Azzura telah terpenggal dengan teteasan Air mata sanga Ayah.
Kepala Azzura yang telah terpenggal namun matanya tetap terbuka menandakan dendam Azzura yang sangat dalam.
Disuatu pagi Azuura terbangun dan langsung menjerit .“Aaakh…!!!” teriakannya mengagetkan para pelayan yang bersiap membangunkan Azzura.
“Nona Azzura ada apa?” Para pelayan yang ada dikamarnya tiba karena akan mempersiapkan Azzura untuk upacara persiapan pengangkatan ayahnya sebagai Raja kerajaan Barat.
Azzura yang terkejut langsung memandang para pelayan dan memegang lehernya yang utuh. Rasa sakit saat dipancung masih sangat terasa bahkan sakitnya tidak bisa dibayangkan.
Namun dia heran mengapa dia masih hisup dan sekarang berada dikamarnya yang mana bukan dikamar Putri Mahkota yang selama ini ditinggali. Kepalanya langsung terasa sangat sakit lalu Azzura merasa mual dan muntah.
“Nona, apa anda sakit. Aku akan memanggil Dokter danAyah anda.” Pelayan yang panik langsung berlari memanggil Tuan Cariann yang tak lain adalah Ayahnya.
Azzura masih heran dengan apa yang terjadi, dia terus memuntahkan isi perutnya dan kepalanya yang terasa sangat sakit. “ada apa ini?” Batin Azzura.
“Aku butuh air hangat.” Ucapnya lirih karena tubuhnya sangat lemas. Lalu salah satu pelayan langsung mengambilkan air hangat untuknya.
Azzura berbaring setelah meminum air, dan mulai menenangkan diri. Mengapa dia bisa berada disini, sangat jelas dia melihat para penghianat itu disamping ayahnya yang hanya diam saat iya dipancung.
“Lalu ini?” Azzura masih berfikir ada apa sebenarnya.
Dengan berlari ayah Azzura Tuan Cariann panik karena mendengar anak kesayangannya muntah-muntah saat bangun tidur. Azzura melihat Ayah nya masuk dan memanggilnya.
“Azzura sayang, ada apa nak?” Khawatir sang Ayah. Azzura melihat Ayahnya yang terlihat muda. Segar tidak seperti terakhir saat dia akan dipancung.
Kurus, rambut putihnya yang banyak dan tatapan kosong seperti boneka yang hanya menuruti perintah orang lain dan menunggu digerakkan.
“Ayah,” azzura tiba-tiba menangis dan memeluk ayahnya. Sang ayah pun menjadi bingung dan khawatir dengan putrinya ini.
“Kau kenapa sayang?” tanya Ayahanya yang mulai bingung. Semalam saat mereka selesai makan malam Azzura baik baik saja. Namun kenapa pagi ini dia seperti orang yang ketakutan.
Tuan Cariann memeluk putrinya dengan lembut, membuat Azzura semakin menangis. Pelukan ini sangat ia rindukan. Karena semenjak ayahnya jadi Raja. Azzura tidak pernah mengobrol dan hanya saling menatap. Karena jarak diantara mereka semakin jauh.
Serta hasutan para selir dan saudara tirinya yang semakin gencar, membuat sang Ayah semakin jauh dengan dirinya.
Azzura yang menangis dipelukan sang Ayah membuat ibunya yang baru datang khawatir. “Ada apa ini?” Dia berlari mendekati dua orang itu.
"Azzura ada apa sayang?” Tanya Sang Ibu yang membuat Azzura terkejut. Dia menatap ibunya, Rindu, sedih semua bercampur. Azzura semakin menangis dan memanggil ibunya. “Ibuu…” teriak Azzura.
Sang Ibu terkejut dengan teriakan Azzura. “Ya Tuhan, ada apa ini. Azzura sadarlah!” Sang Ibu ketakutan.
“Suami ku ada apa dengan Azzura?” namun Suaminya hanya menggeleng dan diam. Dia masih memegangi tangan Azzura.
Ibunya mendekat dan memeluk Azzura dari samping. “Tenang lah Azzura sayang.” Dengan mengelus lembut pucuk kepala Azzura.
“Apa ini mimpi, tapi mengapa begitu nyata. Ibu… Ayah.” Batin Azzura dengan masih sesegukan.
“Bawakan air hangat untuk diminum dan membersihkan Azzura.” Perintah Sang Ibu.
Orang-orang sudah berkumpul didepan pintu kamar Azzura, termasuk tiga orang selir Tuan Cariann. Mereka mendengar suara ribut-ribut dan langsung menuju kamar Azzura, mereka adalah Selir Luisa, Selir Maya dan selir Inez.
“Dia berulah lagi? Dasar anak manja.” Seloroh Selir Inez.
Selir maya dan Luisa hanya diam memperhatikan. Mereka bertiga adalah orang-orang yang telah menghasut ayah Azzura dan membuat Azzura dipancung bersama dengan pamannya.
Azzura melihat mereka bertiga dipintu sedang berkumpul dan memperhatikan. Matanya yang merah langsung menatap tajam kearah mereka.
“Jika memang aku dilahirkan kembali untuk membalas dendam. Maka kalian tidak akan bisa lari dari takdir dikehidupan ini.” Batin Azzura dengan penuh kebencian.
Mereka bertiga yang ditatap merasa kan aura dendam yang besar pada mata Azzura. Tuan Cariann sadar akan tatapan Azzura dan memanggilnya.
“Azzura sayang. Lihat kemari.” Tuan Cariann memegang wajah Azzura dan menatapnya.
“Tanangkan diri mu, dan hapus air mata mu sayang.” Ayah Azzura mencoba mengembalikan kesadarannya.
“Sayang, apa kau bermimpi buruk?” Tanya Sang Ibu.
“Sangat buruk bu. Bahkan seperti nyata.” Ucapnya dengan nada yang tidak biasa.
Azzura dikenal dengan gadis yang lebut, baik hati dan polos, bahkan dia ramah kepada siapa saja. Disaat ayahnya akan mengambil banyak selir justru dia yang membujuk ibunya supaya menerima mereka. Karena Azzura anak tunggal dan dia ingin memiliki teman yang bisa selalu bersama layaknya saudara.
Namun semua itu sirnah karena mereka memperlakukan Azzura dengan sangat kejam hanya karena menginginkan posisi tertinggi dikerajaan. Karena mereka merasa ancaman terbesar adalah Azzura dan ibunya.
“Tenanglah sayang. Lebih baik kau istirahat lagi sekarang. Tidak usah menghadiri acara persiapan penobatan.” Ucap Sang Ayah.
“Persiapan penobatan?” Berarti sekarang aku berusia 15 tahun? Apa aku kembali ke 10 tahun yang lalu.” Azzura menatap tangannya yang masih mungil dan halus bersih. Belum terlihat urat-urat besar karena berlatih beladiri untuk berperang, dan tidak ada goresan luka karena permainan pedangnya.
Saat Azzura sudah menjadi Putri Mahkota dia berlatih untuk perang, semua bela diri dan melatih pedangnya. Semua dia lakukan untuk membantu Ayahnya pergi kemedan perang. Namun usahanya hanya dipandang sebelah mata oleh sang Ayah karena dia terlalu naif.
Tangannya menjadi lebih kasar, urat-urat besar muncul karena seringnya bertarung mengangkat pedang yang berat dan panjang. Bukan hanya tangannya, bahkan tubuh Azzura penuh luka akibat peperangan.
Dulu dia pikir itu tidak masalah selama dia bisa membuktikan kepada ayahnya bahwa dia adalah Putri Mahkota yang kuat dan tangguh. Namun semuanya salah, ayahnya yang ditutupi oleh hasutan sudah tidak bisa melihat dirinya yang berjasa hingga saat dia difitnah sampai dipancung ayahnya masih diam.
Azzura memandangi sekeliling dan melihat semua Orang yang ada dikamarnya itu dengan seksama. Orang-orang yang dia ingat sudah mati dan sudah berubah menjadi penghianat dalam waktu yang singkat. Azzura memandang mereka dengan semua perasaan.
“Apakah ini mimpi? Apakah karena dendam yang mendalam menjadikan aku hingga bisa melihat semua wajah polos mereka saat belum menjadi para penghianat?” Batin Azzura dengan tetap menatap tegas dan menyeluruh. Orang tuanya memperhatikan tatapan Azzura yang aneh itu.
“Azzura hentikan. Ada apa dengan mu?” Sang ibu marah karena Azzura sangat berbeda pagi ini. Dia seperti bukan melihat putrinya yang manis lagi.
Azzura kembali menatap ibunya dengan sendu. Dia merindukan ibunya, sangat merindukan, namun karena para penghianat itu dia jadi kehilang sosok ibunya.
“Semuanya bubar. Ini bukan tontonan lagi.” Perintah Nyonya Elena.
Tiba-tiba ada yang berlari, seorang gadis seumuran Azzura tidak lain itu adalah Lola. Pelayan setianya, Lola yang seumuran dengan Azzura yang tidak pernah diangangg sebagai pelayan tapi seorang teman.
“Nona, ada apa dengan mu?” Lola langsung bersimpuh disamping kasur Azzura dengan khawatir.
“Lola…” batin Azzura dengan tatapan sendu.
Seingatnya pelayan setianya ini juga mati untuk melindungi dirinya. Lola yang juga berlatih bela diri karena ingin ikut berperang dengan Azzura. Harus mati untuk melindunginya dari serangan musuh saat berperang. Sejak saat itu Azzura hanya bisa sendiri untuk melakukan segalanya, karena dia tidak memiliki orang kepercayaan lagi.
Lola yang mati dipelukan Azzura, dengan kuatnya saat diujung kematian dia mengatakan.
“Nona, jika aku terlahir kembali. Maka aku akan tetap menjadi pelayan setia mu. Aku bersumpah.” Ucapan terakhir Lola saat itu terus terngiang dalam benar Azzura. Maka saat melihat Lola dihadapannya dengan spontan dia langsung turun dari kasur dan memeluknya.
Hal ini mengejutkan semua orang, Lola yang merasa risih saat dipeluk Nonanya karena dia hanya pelayan rendahan dan disini masih banyak orang. Namun diperlakukan seperti ini membuatnya malu dan takut, bagaimana jika dia diusir dan dihukum.
“Nona, aku mohon lepaskan.” Berontak Lola.
Azzura langsung melepaskan pelukannya dan duduk kembali dikasur lalu tersenyum dan menghapus air matanya.
“Sudah-sudah, semuanya pergi. Azzura segera rapihkan diri mu dan berhenti bersikap aneh. Lola bantu Nona mu.” Ucap Nyonya Elena sembari berjalan keluar.
Azzura hanya tersenyum melihat ibunya yang terlihat angkuh dan sombong. Namun itu semua karena dia akan menjadi seorang Ratu dan juga sebagai cara untuk mendidik Putrinya. Namun dia sangat menyukai cara ibunya itu karena jika tidak ada orang ibunya selalu memanjakan dia.
“Baik Nyonya.” Lola mengerti dan segera menyiapkan segala sesuatunya. Orang-orang semua keluar dari kamar Azzura yang luas itu.
Azzura menatap kepergian tiga selir ayahnya.
“Dikehidupan ini, kalian yang akan merasakan penderitaan dengan lebih kejam dari apa yang kalian lakukan dikehidupan ku yang lain.” Batinnya dengan tersenyum sinis dan tatapan mata yang tajam.
Lola yang sibuk dengan segala keperluan Azzura, sekilas melihat tatapan Nonanya yang mengerikan itu, dan menjadi merinding. “Ada apa dengan Nona? Semalam baik-baik saja kenapa pagi ini sepertinya berubah dan menjadi sangat mengerikan?” batin Lola dengan masih sibuk menyiapkan baju Azzura.
“Nona, apa kau baik-baik saja? Apa kau tidak perlu menghadiri acara persiapan pengangkatan Ayah anda saja?” Tanya Lola khawatir.
Azzura menatap pelayan nya itu dan tersenyum.
“Aku baik-baik saja. Siapkan segalanya. Aku ingin membersihkan diri dulu.” Ucap Azzura yang bangun dari tempat tidurnya, namun tba-tiba dia merasa melayang dan hampir terjatuh.
“Nona.” Lola langsung menangkap Azzura.
“Apa kau baik-baik saja?” Lola semakin khawatir.
“Aku baik-baik saja. Tolong siapkan semuanya saja. Aku ingin berendam dulu sejenak.” Pintanya.
“Baik segera ku siapkan.” Lola pergi untuk memanggil pelayan lainnya karena Azzura ingin berendam .
Azzura kembali ketempat tidurnya dan menutup matanya. Dia mengingat terakhir kali dirinya sebelum dipenggal. Dia menatap semua penghianat yang menyaksikan kematiannya secara tidak adil dan sampai dia dipancung dia masih merasakan sakitnya akan pancungan itu.
”namun kenapa sekarang dia berada disini?” Tanyanya dalam hati.
“Benarkah aku terlahir kembali? Atau semua yang kualami hanya mimpi buruk?” masih berkutat dengan pemikirannya.
“Jika ini mimpi tapi semuanya terlalu nyata untuk ku.” batinnya lagi dengan memandangi tangannya yang halus dan lembut itu.
Azzura memijat-mijat keningnya yang terasa seperti melayang. Rasa mual masih terasa diperutnya. Sampai Lola kembali dan mengatakan bahwa air nya sudah siap. “Silahkan Nona.” Ucap Lola.
Azzura tersenyum dan pergi dengan perlahan kekamar mandi untuk berendam. Dia membuka bajunya dan berkaca dicermin. Sungguh tubuh yang mungil, bersih, putih dan halus. Azzura mengelus pundaknya sampai ketangan.
“Sangat berbeda, tubuh ini dengan tubuh ku yang berlatih perang.” Azzura masih bingung dengan apa yang terjadi. Dia memilih melupakan lalu berendam untuk melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.
Azzura telah siap dengan gaun terbaik yang dimilikinya. Dia terlihat sangat berbeda dari biasanya. Umur nya yang masih muda namun tatapan wajah dan sikap jauh berbeda menjadi lebih dewasa.
Saat keluar dari kamarnya menuju Aula pertemuan Azzura langsung menjadi pusat perhatian semua orang. Tidak terkecuali kedua orang tuanya yang sedang berbincang dengan para pejabat yang lain.
Gadis kecil mereka yang selalu bermain dan bermanja dengan orang lain mengapa terlihat sangat mempesona dan dewasa.
Ibunda Azzura menghampiri. “Azzura,” menggapai tangan Azzura.
Azzura memberi senyuman dan menyambut tangan sang ibu. Mereka berjalan berdampingan dengan sangat anggun, Azzura benar-benar berbeda. Dia sudah sangat terlihat sebagai Putri Mahkota meski ayahnya belum dinobatkan sebagai Raja.
Azzura menyapa sang Ayah yang tertegun dengan gaya dan sikap anaknya ini. “Apa yang terjadi pada putri ku ini mengapa berbeda?” Batin Tuan Cariann.
Mereka bertiga duduk disinggasana dengan perlahan. Semua sudah berkumpul untuk melakukan persiapan penobatan. Para selir dan anak-anak mereka juga sudah hadir. Karena ini baru persiapan jadi hanya keluarga inti yang hadir dan tidak banyak orang.
Azzura melihat lagi kearah para selir dan anak mereka. Tatapan yang anggun namun sedikit menusuk. Selir Ines yang merasa tatapan itu untuknya menjadi salah tingkah dan tersenyum kecut pada Azzura.
“Kenapa bocah ini menatap ku dengan aneh.” Dia gelagapan sendiri sedang kan Selir Luisa yang memperhatikannya lamgsung menyenggol lengannya.
“Perhatikan sikap mu, fokus.” Dia mengingatkan.
Acara persiapan untuk penobatan Sang Raja berjalan dengan Khikmat dan lancar. Meski ini baru persiapan namun ibu Azzura sudah sangat Lelah.
“Aku akan beristirahat dulu,” ucap Sang ibu yang masih disamping Azzura. Seingat dia, saat ibunya mengatakan hal itu sang ibu tiba-tiba terjatuh karena kakinya terselip gaunnya sendiri yang terlalu panjang, dan kepalanya membentur tiang yang ada disamping dia hingga berdarah, dan semenjak itu sang ibu sering sakit-sakitan.
Benar saja Nyonya Elena langsung tersikap oleh gaunnya sendiri yang panjang dan hampir jatuh namun langsung ditahan oleh Azzura dengan memegang lengan Sang Ibunda. Membuat ibunya tetap berdiri dan tidak terjatuh, Sang ibu langsung menatap Azzura dengan bingung.
“Anak ini mengapa tenaganya kuat sekali dan bisa menahan tubuh ku?” Karena dia merasakan benar-benar akan jatuh jika bukan karena dipegang dan ditahan Azzura.
Dari ukuran tubuh jelas Azzura masih sangat kecil dan tidak sepadan dengan sang Ibu.
“Anda tidak apa-apa Nyonya?” Tanya pelayan yang langsung datang menghampiri untuk membantu. Nyonya Elena tersadar dan langsung berdiri tegak.
"tidak apa-apa, ayo.” Ucap Nyonya Elena.
“Hati-hati bu.” Ucap Azzura seraya melepaskan pegangannya dan Sang ibu hanya mengangguk.
“Jika memang aku kembali kemasa lalu, maka aku harus merubahnya dan membalikkan keadaan mulai saat ini,” batin Azzura lalu menengok kearah tiga selir yang sedang bercanda dan tersenyum.
Azzura pun tersenyum sinis melihat keakraban mereka.
Azzura dengan anggun berjalan turun dari singgasana, jika ingatan nya benar. 1 bulan dari sekarang persiapan penobatan Ayahnya menjadi Raja akan dilangsungkan. Dimulai sejak hari ini para selir-selir itu sudah mulai berani dengan lancang mempengaruhi Ayahnya untuk memukul mundur sang ibu yang tidak lain akan menjadi seorang Ratu.
Azzura berjalan kembali kekamar dengan beberapa pelayan dibelakangnya. “Aku ingin istirahat karena merasa lelah, kalian bisa meninggalkan ku sendiri.” Perintah Azzura tanpa melihat kebelakang yang mana para pelayan mengiringinya.
Semua memberi hormat lalu mundur meninggalkan Azzura. Azzura sendiri masuk kekamarnya dan duduk dikursi seraya memikirkan banyak hal. Dia mengelus lehernya dimana rasa sakit masih terasa dan masih terasa linu jika mengingat kejadian pemenggalan kepalanya.
Azzura melihat sekeliling kamarnya dan mencari buku tua pemberian sang Kakek. Dulu sebelum meninggal kakek nya pernah memberikan sebuah buku tua, bersampul kulit dan sudah sangat lusuh.
Kakeknya berkata. “Jika kau ingin mengetahui suatu rahasia, maka bacalah buku ini.”
Azzura langsung berfikir mengenai kejadian dirinya yang kembali kemasa lalu ini dan mengingat buku itu. Selama ini dia tidak pernah membukanya.
Namun terakhir sebelum bertemu pamannya di pafilum kerajaan dia sempat menemukan buku ini ditumpukan baju lama miliknya dan membuka sebentar namun hanya kertas kosong tanpa tulisan satu pun.
Seingatnya buku itu tidak dibawa pindah ke kerajaan mengapa bisa ada dikamarnya waktu itu.
Azzura mencari dengan seksama disusunan lemari buku miliknya dan benar saja dia menemukan buku itu ditumpukan bawah bersama buku-buku lama milikinya.
“Ketemu,” Batinnya. Azzura mengambil buku itu dan membawanya kemeja untuk membukanya.
Dengan menarik nafas dia membuka buku itu, namun tetap sama masih kosong. Dia langsung kecewa dan membuang nafas kasar. Saat akan menutupnya terlihat sedikit cahaya keluar dari kertas dan Azzura langsung membuka kembali lalu melihat cahaya itu membuat sebuah tulisan.
"Azzura Erum", yang tertulis pada kertas itu.
“Kenapa ada nama ku?” Pikir Azzura terkejut dan heran.
Dia membolak balik setiap lembarnya dan mencari mungkin akan muncul tulisan lainnya, namun tidak ada dan hanya da namanya saja.
Azzura semakin pusing dan tidak bisa berfikir.
“ada apa sebenarnya.” Tidak lama pintu kamarnya diketuk.
“Siapa?” tanya Azzura.
“Kakak ini aku Lily.” Ucap suara dibalik pintu.
Lily adalah anak dari selir Inez, dia adik tiri Azzura. Dua selir ayahnya sudah mempunyai anak sebelum menikah dengan Ayahnya yang hampir seumuran dengan Azzura. Karena itulah Azzura anak kandung dan Putri pertama sang Raja, jelas menjadikan dia Putri Mahkota.
Seingat Azzura Lily adalah srigala berbulu domba, rasa iri yang besar kepada Azzura membuat Lily yang sangat disayang Azzura menjadi jahat dan bertindak semena-mena serta senang memutar balikkan fakta. Dia dan ibunya sama saja semuanya pengkhianat.
Saat Azzura mendengar suara Lily langsung terenyum sinis dan memiliki sebuah rencana.
Seingatnya Lily akan mengajaknya ketaman untuk bermain dan melihat tanaman, namun lily dengan sengaja dan tanpa rasa bersalah menggoreskan tanaman berduri dan beracun ketangan Azzura hingga membuat luka yang cukup dalam dan sulit untuk disembuhkan menjadikan tangannya bengkak berhari-hari, sampai hari penobatan Ayanhnya pun tangannya masih terasa nyeri, sungguh jahat.
Azzura terfikirkan sesuatu lalu tersenyum.
"Permainan dimulai,” Bisiknya.
Azzura membuka pintu kamar dengan lebar dan tersenyum manis pada Lily.
“Kakak…” panggil lily dengan manja dan langsung merangkul tangan Azzura.
“Aku ingin mengajak mu ketaman apa kau mau, aku ingin melihat tanaman yang sedang tumbuh.” Pinta Lily dengan lembut dan merayu.
“Baiklah.” Azzura mengiyakan ajakannya.
Lily tersenyum lebar dan menarik lengan Azzura dengan girang, mereka berdua berjalan ketaman kediaman Carian yang sangat luas, Ayah Azzura masih keturunan Raja terdahulh , awalnya dia memang bukan pangeran mahkota.
Hanya saja dua orang pangeran mahkota yang masih muda meninggal karena sakit yang misterius. Sejak saat itulah Ayahnya dipilih manjadi Raja karena masih bangsawan kerajaan dan juga sepak terjang sang ayah didunia perdagangan sangat luas.
Lily mengoceh tidak karuan, sama persis seperti yang dia ingat dulu. Tidak lama lily berteriak melihat kupu-kupu yang banyak dan berkumpul dibunga-bunga yang baru bermekaran.
“Kakak lihat itu, indah sekali.” Suaranya yang keras membuat Azzura risih. Dulu dia tidak enak jika menegur lily namun kali ini berbeda.
“Kecilkan suara mu lily. Sungguh tidak sopan.” Ucap Azzura dengan tegas.
Membuat lily terkejut dan heran dengan kakaknya ini, dia tidak pernah berbicara tegas kepadanya semenjak masuk kekeluarga Erum, Azzura selalu tersenyim manis dan ramah, namun kali ini berbeda.
“Maaf kak,” Lily langsung behenti dan menunduk.
“Apa-apaan dia, berani memperingatkan ku, cih..” Batin Lily yang kesal. “Lihat saja nanti,” sinisnya.
“Kakak ayo kesana, bunga-bunga nya cantik sekali.” Ajak lily dengan sedikit lembut.
Azzura mengikuti lily dan berjalan kearah yang ditunjuknya.
“Wahh.. bunga-bunga ini sungguh indah,” ucap lily yang terlihat kagum.
Tidak lama saat Azzura berada dibelakangnya lily memetik satu tangkai bunga yang memiliki kelopak berduri.
“Kakak lihat ini,” Dengan gerakan cepat lily berbalik kearah Azzura, namun Azzura sudah mundur dan justru tangan Lily yang tergores oleh tanaman yang Azzura pegang.
“Akkhh!!!” Teriak Lily. Azzura hanya tersenyum sinis mendengar terikan Lily. “Dulu itu adalah teriakan ku.” Batinnya tertawa.
“Sakit..” keluhnya. Para pelayan langsung menghampiri karena mendengar teriakan Lily.
“Ah, adik… aku tidak tahu karena kau langsung berbalik. Maaf...” Ucap Azzura yang agak merasa bersalah namun senang.
“Sial, kenapa malah aku yang kena?” Batin Lily.
Saat para pelayan datang mendekati lily, Azzura langsung mundur dengan perlahan. “Nona kau tidak apa-apa?” Tanya pelayan lainnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!