Visual : Raja Adiguna (Kim Taehyung 'BTS') & Naysila Pertiwi (Kim Jisoo 'Blackpink').
...
Seorang pria bertubuh atletis dengan tinggi kira-kira seratus tujuh puluh sembilan centi meter terlihat berjalan gagah menapaki istana megah dengan nuansa putih yang begitu dominan.
Tampan, arogan, penyuka warna putih, pencinta kerapihan dan kebersihan, serta membenci makanan pedas. Itu adalah sekelumit dari ciri-ciri mendasar pria menawan yang sedang melangkah dengan penuh percaya diri tersebut.
Pria menawan itu adalah Raja Adiguna, pewaris tunggal kerajaan bisnis milik keluarga Adiguna, dengan segala sifatnya yang cenderung perfeksionis tentang setiap hal yang menyangkut apa saja yang dia suka dan dia tidak suka.
Saking perfeksionisnya, dalam keseharian, apapun yang Raja kenakan selalu berwarna putih. Dia selalu menyukai hal-hal berwarna dasar tersebut, seolah-olah pria itu memang tidak menyukai sesuatu yang berwarna lain.
Namun malam ini, pemandangan yang sangat berbeda kembali terlihat dari penampilan Raja. Manakala pria itu pulang ke rumah dengan mengenakan setelan berwarna hitam dari ujung kaki sampai ujung rambut, sehingga saat Raja berjalan didalam kemegahan rumahnya yang bak istana dengan nuansa putih yang kental, pemandangan tersebut menjadi sangat kontras.
Dalam satu bulan terakhir Raja memang sengaja terus mengenakan pakaian serba hitam sebagai wujud dari perkabungan, guna menghormati kepergian sang kakek tepat satu bulan yang lalu, dan hari ini merupakan hari terakhir ia akan mengenakan warna tersebut.
"Tuan, apakah Tuan tidak ingin makan malam dulu?"
Asisten Jo, pria paruh baya yang telah bertahun-tahun lamanya menjadi Asisten rumah tangga di dalam istana keluarga Adiguna terlihat menunduk takjim diujung lift.
"Tidak." jawab Raja singkat.
"Baik, Tuan."
"Tidak perlu mengantar, aku akan naik sendiri." cegah Raja begitu menyadari pergerakan Asisten Jo yang hendak mendampinginya menaiki lift seperti biasanya.
"Baik, Tuan." pungkas Asisten Jo, lagi-lagi sambil menunduk takjim.
Raja masuk kedalam lift yang akan membawanya ke lantai tiga, tepat di mana kamarnya berada.
Hari ini jadwal Raja sangatlah padat. Segudang pekerjaan yang menumpuk diatas meja, menghadiri beberapa meeting penting, hingga turun langsung mengawasi mega proyek di dua lokasi sekaligus telah Raja lalui dari pagi hingga malam, seolah semua itu telah menjadi rutinitas yang selalu berulang setiap hari.
Tak berapa lama menunggu pintu lift sudah kembali terbuka, membuat Raja buru-buru melangkahkan kakinya keluar.
Suasana hening langsung menyergap begitu tapak sepatu milik Raja menapaki karpet mahal yang terbuat dari beludru dibawah sana.
Selama ini lantai tiga memang merupakan area pribadi Raja yang tidak boleh terjamah oleh sembarang orang.
Hanya Asisten Jo dan pelayan yang benar-benar diperlukan yang bisa masuk ke area eksklusive tersebut pada waktu-waktu tertentu, untuk membersihkan dan melakukan sesuatu yang hanya diperintahkan oleh Raja, karena seperti yang sudah dikatakan sejak awal bahwa Raja adalah tipe pria yang tidak suka area pribadinya terkontaminasi dengan orang asing, begitupun dengan benda-benda pribadi miliknya.
Raja baru saja hendak memutar handle pintu kamarnya manakala sayup terdengar melody yang mengalun lembut, menyentuh gendang telinganya.
Terdengar aneh dan tak biasa, namun sanggup membuat Raja merasa penasaran, tentang darimana gerangan datangnya alunan melody tersebut.
Tanpa sadar Raja telah memutar tubuhnya seratus delapan puluh derajat, berhenti sejenak sambil menajamkan pendengarannya, dan mulai melangkah kearah balkon sebagai tempat yang ia yakini bahwa dari sanalah sumber suara aneh namun berirama itu terdengar.
Semakin langkah Raja terayun mendekat harmoni suara tersebut semakin jelas terdengar dan ...
"Tuan ...?"
Naysila terperanjat mendapati kehadiran Raja yang tiba-tiba.
Mendadak aktifitas yang ia lakukan sejak tadi pun ikut terhenti, dan dengan gerakan refleks tangan kanannya telah ia sembunyikan kebelakang punggung.
Alis Raja sontak terangkat mendapati gerakan Naysila yang terkesan gugup. Tatapan mata elang milik pria itu pun kini terarah sempurna kearah Naysila, seolah terkesan mencurigai sesuatu.
"Apa yang sedang kamu lakukan ...?" tanya Raja to the point.
"'A-aku ... T-tidak ..."
"Jangan bohong."
"Tidak, Tuan ... Aku ... Aku tidak melakukan apa-apa, aku hanya berdiri di balkon ini dan ..."
"Tunjukkan tanganmu." pungkas Raja dingin, seolah tak mengindahkan penjelasan Naysila yang tergeragap.
Untuk beberapa saat lamanya, Naysila hanya mematung.
"Aku bilang, tunjukkan tanganmu." suara dingin Raja kembali terdengar.
Naysila yang tersadar refleks menyodorkan tangannya sesuai titah Raja.
"I-ini Tuan ...?" tanya Naysila polos, sambil memperlihatkan tangan kirinya kearah Raja yang langsung melengos, karena tangan kanan Naysila tetap berada dibelakang punggung gadis itu.
"Bukan yang itu." ujar Raja yang tahu persis bahwa ditangan kanan, Naysila pasti sedang menyembunyikan sesuatu dibalik punggungnya.
"Mmmm ... Itu ... Itu ..."
"Cepat tunjukkan tangan kananmu. Aku ingin tahu apa yang sedang kamu sembunyikan di sana!"
Naysila tercengang. Namun menyaksikan wajah Raja yang telah mengeras sempurna di hadapannya telah membuat nyali Naysila ciut seketika.
Dengan gerak perlahan pada akhirnya Naysila menarik tangan kanannya dari belakang punggung, menyodorkannya kehadapan Raja yang sejak tadi sibuk menduga-duga, kira-kira benda apa yang sedang disembunyikan gadis dihadapannya itu.
'Dia pasti mencuri sesuatu ...'
Belum apa-apa tapi bathin Raja sudah su-udzon duluan.
"I-ini Tuan ..."
Kedua alis lebat milik Raja bertaut nyata, saat menyaksikan benda aneh yang ada dalam genggaman Naysila ... Tak seperti dugaannya ...
...
Bersambung ...
Raja menyembunyikan rasa keterkejutannya atas apa yang disodorkan Naysila, yang ternyata begitu jauh diluar ekspektasinya.
Ternyata Naysila tidak sedang menyembunyikan benda berharga atau semacamnya yang merupakan milik Raja, karena dari warnanya yang merah menyala, Raja sudah bisa menyimpulkan bahwa apapun itu, sudah pasti benda berwarna norak itu bukanlah miliknya.
Raja bahkan nyaris tidak pernah memiliki benda apapun yang berwarna lain selain warna putih, sementara benda yang sempat disembunyikan Naysila itu sudah jelas-jelas berwarna merah.
Jika dilihat sepintas lalu, sepertinya benda itu terbuat dari besi, dengan kedua sisi panjangnya terdapat lubang-lubang kecil yang berjejer rapi berbentuk persegi.
"Jangan bilang bahwa suara yang aku dengar barusan berasal dari kotak kecil itu ..." desis Raja separuh sangsi.
Rasanya memang mustahil jika kotak kecil persegi panjang berbentuk aneh itu mampu mengeluarkan melody unik seperti yang barusan tertangkap oleh pendengaran Raja, namun yang ada Raja malah melihat Naysila menganggukkan kepalanya.
"Maaf jika aku sudah mengganggu Tuan Raja dengan suara yang aku ciptakan. Aku sungguh tidak mengira jika Tuan telah pulang ..."
Raja yang tidak mengindahkan permohonan maaf Naysila justru kelihatannya lebih tertarik menatap kotak kecil persegi panjang yang ada dihadapannya.
'Apa iya kotak kecil yang norak itu bisa mengeluarkan alunan nada ...?'
'Apakah benda itu seperti sebuah tape atau speaker yang didalamnya terdapat batere ...?'
Terdorong oleh rasa ingin tahu yang besar membuat Raja nekad menyodorkan jari telunjuknya, guna menyentuh sedikit permukaan benda berwarna merah norak itu kurang lebih satu detik, sebelum ia buru-buru menarik ujung jari telunjuknya kembali.
Keras.
Ternyata seperti dugaan Raja sebelumnya, bahwa kotak kecil persegi panjang itu benar-benar terbuat dari besi.
"Jadi ini ..."
"Harmonika ..."
"Harmonika ...?" ulang Raja dengan alis bertaut.
"Iya Tuan, ini harmonika, salah satu alat musik yang ..."
"Tunggu sebentar. Apa katamu tadi ...? Benda aneh ini merupakan alat musik ...?" Raja semakin dibuat takjub mendengar jawaban Naysila.
Selama ini Raja mengenal piano, drum, gitar, suling, dan masih banyak lagi macam alat musik dengan segala bentuk keunikannya, juga dengan bunyi yang ditimbulkan oleh masing-masing alat musik tersebut.
Tapi baru kali ini Raja melihat alat musik dengan bentuk tak biasa seperti yang ada dalam genggaman tangan Naysila.
"Tapi ... Bagaimana caranya kotak ini bisa menjadi alat musik ...?" tanya Raja lagi masih setia dengan rasa penasarannya.
"Caranya gampang, Tuan. Hanya dengan meniup dan menghisap lubang ini untuk menghasilkan suara dan ..."
"Tunggu. Tunggu sebentar."
Untuk yang kesekian kalinya Raja kembali menyela kalimat yang terlontar dari bibir Naysila.
"Apa tadi kamu bicara tentang ... tentang meniup dan menghisap ....?" ucapan ragu dari Raja seolah berpadu sempurna dengan tatapannya yang terlihat panik.
Naysila yang tidak menyadari kepanikan Raja hanya menatap polos sambil menganggukkan kepala.
Mendapati hal itu, Raja yang terkejut setengah mati sontak menatap ujung jari telunjuknya dengan bergidik.
"J-jadi ... Itu artinya aku ... A-aku ... Aku baru saja menyentuh ..."
Mengambang.
Naysila yang pada akhirnya paham dengan kepanikan Raja sontak terhenyak.
'Astaga ... Benar juga. Tadi Tuan Raja telah menyentuh harmonika yang aku mainkan, dan sudah pasti hal itu akan menjadi sesuatu yang sangat fatal untuk pria maha sempurna ini ...'
Naysila baru saja membathin tentang Raja dan kebiasaan anehnya, manakala Raja telah membalikkan tubuhnya secepat kilat, berjalan cepat kearah yang berlawanan dengan wajah yang memerah oleh amarah yang bercampur kepanikan.
"Tuan Raja ... Maaf, maafkan aku ..."
Naysila buru-buru mengantongi harmonika miliknya sebelum akhirnya memutuskan untuk memburu langkah Raja yang terayun cepat kearah pintu kamar, seolah tahu persis apa yang pastinya akan dilakukan Raja setelah ini.
Pria itu pasti berniat mencuci tangannya dengan sebersih-bersihnya, hanya karena dia telah menyentuh ujung harmonika milik Naysila ... Dengan ujung jari telunjuknya ...!
"Apa kau bilang? Maaf? Setelah ujung jariku menyentuh benda yang ada bekas mulutmu di sana ... Sekarang dengan entengnya kau meminta maaf ...?!"
Kenyataannya meskipun dengan nada suara Raja yang dongkol setengah mati, namun tak sedikit pun membuat pria itu menjeda langkahnya yang terayun secepat peluru, seolah ia takut jika ia tidak segera mencuci ujung jarinya maka dia bisa mati mengenaskan!
"Tapi kan Tuan sendiri yang ingin menyentuhnya ..."
"Lalu kenapa kamu tidak menghentikan aku? Hah? Apa kamu sengaja ...?"
"Apaaa ...?" sepasang mata Naysila terbelalak menerima tuduhan tanpa dasar itu.
"He-eh, mengaku saja. Kamu pasti sengaja kan? Kamu pasti sengaja ingin aku menyentuh harmonika jelek itu yang sudah jelas-jelas di sana ada bekas mulutmu!" tuduh Raja semakin tak terbantahkan.
"T-tapi ..."
"Sudah! Diam!"
Hardikan Raja cukup ampuh membuat Naysila benar-benar terdiam.
"Sudah jelas-jelas salah, bukannya minta maaf malah berani berdebat ..."
"Baiklah, maaf ..." lirih Naysila tepat didepan pintu kamar mereka.
Tangan Naysila dengan cekatan meraih handle pintu dan membukanya, sementara Raja langsung menghambur kedalam.
Tepat seperti dugaan Naysila sejak awal, pria itu pun langsung menuju kearah kamar mandi, masih diikuti Naysila dari belakang.
"Biar aku bantu membasuhnya ..." ujar Naysila lagi begitu mereka berada tepat didepan wastafel.
Meskipun dengan wajah yang terlipat menahan kesal, namun kali ini Raja tak lagi menyanggah ucapan Naysila.
Pria itu diam saja manakala Naysila telah bergerak cepat.
Hal pertama yang Naysila lakukan adalah bergerak kebelakang punggung Raja guna membebaskan tubuh kekar pria itu dari kungkungan jas berwarna hitam.
Selesai dengan urusan jas, Naysila kembali berputar tepat dihadapan Raja.
Dengan kedua jemarinya yang lentik Naysila mulai membuka satu persatu kancing kemeja Raja, kemudian meloloskan kemeja yang juga berwarna hitam tersebut dari tubuh pria itu.
Pemandangan tubuh bagian atas Raja yang na ked sehingga menampilkan ruas tubuh yang dipenuhi otot-otot yang keras telah membuat Naysila diam-diam menelan ludah, meskipun ekspresi wajahnya terlihat datar seolah bersikeras ingin mengesankan bahwa ia sama sekali tak melihat sesuatu yang menawan didepan hidungnya.
"Ulurkan tanganmu, Tuan ..." ucap Naysila perlahan.
Raja pun patuh.
Masih tanpa suara dengan wajah yang juga masih terlipat ia menyodorkan tangannya kearah Naysila yang menyambutnya dengan lembut, dan membawanya kebawah guyuran air yang mengucur dari mata keran secara otomatis.
Tidak hanya ujung jari, karena dengan handwash antiseptik yang tersedia Naysila juga telah membasuh keseluruhan pergelangan tangan Raja secara menyeluruh dengan teliti, hingga dirasa cukup bersih.
Raja diam saja sembari memperhatikan dan menikmati proses cuci tangan yang sedang dilakukan Naysila dengan begitu cekatan.
Detik berikutnya Naysila terlihat membungkuk, guna meraih sebuah handuk berwarna putih yang terlipat dan tersusun rapi pada rak yang ada dibawah wastafel, kemudian ia kembali meraih tangan Raja, dan menaruhnya keatas handuk bertekstur lembut tersebut guna mengeringkan tangan yang sudah sangat steril itu.
"Sudah selesai." ucap Naysila sambil tersenyum puas menatap Raja, namun yang ditatap malah mendengus.
Sepertinya rasa kesal dihati Raja atas kejadian harmonika pada beberapa saat yang lalu belum juga hilang.
"Huh."
Mendapati wajah merenggut itu tak sedikit pun mengenyahkan senyum di bibir Naysila yang terlanjur mengembang.
Mau tak mau Naysila memang seolah semakin terbiasa menghadapi sikap Raja yang cukup aneh untuk standar manusia normal.
"Apakah setelah ini, Tuan mau mandi?" tanya Naysila kemudian.
"Tentu saja aku akan mandi. Bagaimana bisa aku tidur tanpa mandi terlebih dahulu?" nada dingin pada suara Raja seolah tak lagi membuat Naysila terkejut.
Tentu saja ... Karena seorang Raja Adiguna memang selalu seperti itu. Dingin dan ketus, bahkan tak jarang bersikap aneh sampai kekanak-kanakan, namun lagi-lagi ... Naysila mulai terbiasa dengan semuanya ... Seiring berjalannya waktu ...
...
Bersambung ...
🧕 : Jangan lupa di Like dan support lainnya yah ... Terima kasih ... 🤗
Entah itu dulu maupun sekarang, seorang Naysila Pertiwi tetaplah bukan siapa-siapa.
Bahkan saat dua bulan yang lalu statusnya berubah menjadi istri sah seorang Raja Adiguna, tetap saja tidak serta-merta mengubah jalan hidup Naysila.
Yah, Naysila tetaplah Naysila.
Statusnya boleh saja berubah ... Tapi tidak dengan jalan hidupnya.
Kira-kira dua tahun yang lalu, sebelum Naysila diterima bekerja sebagai seorang Careworker atau lebih dikenal dengan sebutan Perawat Lansia dari Tuan Rafly Adiguna, menjadi Perawat Lansia memang sudah menjadi profesi Naysila jauh sebelumnya.
Lima tahun yang lalu, saat Naysila yang belasan tahun terbiasa hidup bersama ibunya, resmi menjadi sebatang kara begitu wanita yang melahirkannya itu meninggal dunia, menyusul sang ayah yang telah berpulang lebih dari sepuluh tahun yang lalu.
Meskipun sudah terbiasa hidup mandiri, namun menjadi sebatang kara membuat Naysila semakin menyadari bahwa dirinya harus lebih bekerja keras demi bisa bertahan hidup dan mencukupi kebutuhannya sehari-hari.
Naysila tahu setidaknya ia harus punya keahlian khusus, karena mencari pekerjaan di jaman yang serba modern dengan hanya berbekal ijazah sekolah menengah atas bukanlah perkara yang mudah, meskipun Naysila seolah tak pernah patah arang.
Sebelum mendapatkan pekerjaan tetap Naysila hanya bekerja serabutan pada beberapa tetangga yang membutuhkan jasa lewat tenaganya yang tak seberapa.
Entah itu mencuci baju, menyeterika atau sekedar bersih-bersih rumah, intinya apapun pekerjaannya pasti akan Naysila kerjakan tanpa banyak mengeluh.
Sampai pada suatu hari, tanpa sengaja Naysila telah membaca penggalan surat kabar yang berisikan iklan tentang sebuah penerimaan peserta untuk mengikuti pelatihan kilat menjadi seorang Careworker atau Perawat Lansia.
Berbekal tabungan yang tersisa, serta uang hasil jerih payahnya yang selalu ia sisihkan dengan susah payah, Naysila nekad mendaftarkan dirinya pada pelatihan kilat tersebut, dan begitulah awal mula kisah Naysila menjadi seorang Perawat Lansia.
Begitu selesai mengikuti pelatihan kilat, tanpa berlama-lama Naysila pun menjadi rajin mengubek kolom iklan surat kabar setiap hari demi mendapat lowongan pekerjaan.
Pekerjaan pertama yang Naysila dapatkan adalah menjadi Perawat Lansia dari seorang nenek yang lumpuh namun super duper cerewet. Kemudian seiring waktu berlalu tak terasa dalam kurun waktu tiga tahun sudah tak terhitung beberapa kali Naysila berganti pasien lansia.
Dalam tiga tahun, kinerja Naysila selalu mendapatkan penilaian baik dari orang-orang yang mempekerjakan dirinya, yang rata-rata dari mereka merupakan anak atau saudara dekat dari pasien lansia yang ditangani oleh Naysilla.
Oleh karena itu juga, setiap kali Naysila diberhentikan dari pekerjaan, semuanya pasti dikarenakan para manula yang ia rawat telah tutup usia atau meninggal dunia
Atas ketekunannya, Naysila banyak mendapatkan rekomendasi sehingga tidak lagi terlalu sulit baginya untuk mendapatkan pasien baru.
Kira-kira dua tahun yang lalu, tepat saat pasien yang Naysila rawat meninggal dunia, seperti biasanya Naysila pun kembali mencari lowongan pekerjaan yang sama, yang sesuai dengan satu-satunya keahlian yang dia punya.
Tak disangka ia menemukan sebuah lowongan pekerjaan sebagai Perawat Lansia dengan gaji yang cukup menggiurkan dari sebelumnya.
Berbekal sertifikat pelatihan, beberapa surat rekomendasi dari riwayat pekerjaan sebelumnya, serta beberapa dokumen pendukung lainnya yang diperlukan, Naysila hendak mendaftarkan diri dengan penuh percaya diri.
Saat Naysila datang guna melamar pekerjaan tersebut, ternyata sudah ada puluhan Perawat Lansia seperti dirinya yang rupanya juga tergiur dengan iming-iming upah yang tiga kali lipat lebih besar dari biasanya, tapi sepertinya saat itu bintang terang memang sedang berpihak kepada Naysila.
Usai melewati serangkaian test yang ketat yang ditutup dengan test wawancara, nyaris tak bisa dipercaya karena pada akhirnya Naysila yang terpilih untuk pekerjaan tersebut.
Sejak saat itulah Naysila resmi bekerja sebagai Perawat Lansia dari seorang pria tua, yang dalam kesehariannya hanya bisa berbaring di ranjang akibat serangan stroke terakhir yang telah membuatnya mengalami kelumpuhan total.
Pria tua itu tak lain adalah Rafly Adiguna, dan serangan stroke hebat yang membuatnya lumpuh total diakibatkan shock yang ia derita saat mendengar insiden tragis kecelakaan maut yang menimpa putra semata wayangnya.
Rafly Adiguna adalah pengusaha kaya raya yang menguasai seluruh kerajaan bisnis dibawah naungan perusahaan raksasa Adiguna Corporation.
Cita-cita awalnya untuk menyerahkan seluruh warisan kekayaan kepada putra semata wayangnya, akhirnya harus ia kubur dalam-dalam setelah takdir yang berkata lain.
Memang dalam silsilah keluarga inti Adiguna, Rafly Adiguna hanya memiliki seorang anak laki-laki bernama Prabu Adiguna, yang justru telah berpulang mendahului dirinya, dan seorang cucu laki-laki yakni Raja Adiguna.
Untuk itulah atas semua kejadian tragis yang terjadi atas diri Prabu, Rafly Adiguna seolah semakin terpuruk dalam kesedihan yang berkepanjangan.
Sesungguhnya ia bisa saja menyerahkan tampuk tersebut kepada Raja yang secara otomatis menjadi pewaris tunggal dan satu-satunya, namun Rafly Adiguna menjadi berpikir keras oleh karena keseluruhan sifat Raja yang bisa dibilang abnormal.
Sesungguhnya Raja merupakan anak yang sangat cerdas dengan IQ diatas rata-rata.
Pendidikan Raja juga cukup tinggi dan bahkan saat ini Raja telah menjadi satu-satunya sosok yang mampu menghandle seluruh urusan perusahaan sepeninggal Prabu, yang tak lain adalah ayah kandungnya.
Raja sudah pasti mampu menjalankan semua bisnis yang ada, namun Rafly Adiguna malah mencemaskan hal lainnya.
Rafly Adiguna tahu persis. Bahwa meskipun terlihat normal, pada kenyataannya cucu satu-satunya itu penderita paranoid akut.
Raja bahkan tidak pernah terlihat tertarik mendekati siapapun termasuk kaum wanita, dan semua itu telah membuat Rafly Adiguna semakin cemas, dan kerap berpikir keras tentang apa yang harus ia lakukan untuk Raja.
Yang Rafly Adiguna inginkan adalah agar kelak saat waktunya di dunia telah sampai digaris finish, dirinya bisa meninggalkan dunia yang fana ini tanpa beban.
Selama dua tahun lamanya Naysila merawat Rafly Adiguna, diam-diam ketulusan hati Naysila telah mencuri simpati pria tua itu, sehingga muncullah sebuah pemikiran diotak Rafly Adiguna begitu saja.
Rafly Adiguna telah menemukan solusi atas permasalahan Raja yang ingin sekali ia selesaikan dan karena itulah tanpa ragu Rafly Adiguna menghubungi pengacara pribadi yang merupakan orang kepercayaannya, guna membuat sebuah surat wasiat yang tak pernah terprediksi oleh siapa pun termasuk seluruh anggota keluarga besar Adiguna.
Dua bulan yang lalu, manakala kondisi kesehatan Rafly Adiguna mendadak drop, Rafly Adiguna akhirnya dilarikan ke rumah sakit.
Tepat dikamar vvip, dengan kondisi tubuh yang semakin melemah karena hanya terbantu oleh peralatan medis untuk bertahan hidup, Rafly Adiguna telah meminta sang pengacara untuk membacakan surat wasiatnya dihadapan Raja yang saat itu didampingi oleh Dina Melinda, menantu satu-satunya yang tak pernah mendapatkan tempat yang layak dihati Rafly Adiguna meskipun puluhan tahun telah berlalu, dan Prabu bahkan telah tiada.
Isi surat wasiat Rafly Adiguna telah mencengangkan semua orang, karena didalamnya jelas terurai bahwa meskipun Raja merupakan satu-satunya pewaris tunggal atas seluruh harta kekayaan Rafly Adiguna, namun semua pernyataan itu bisa berlaku hanya jika saat itu juga Raja bersedia menikahi Naysila, yang tak lain merupakan Perawat Lansia yang selama kurang lebih dua tahun telah merawat Rafly Adiguna dengan begitu telaten.
Tidak hanya Raja dan ibunya Dina Melinda yang terkejut, melainkan Naysila juga.
Meski awalnya mengajukan keberatan namun Naysila menjadi tidak berkutik, manakala tanpa ia sadari sebuah surat yang tak sengaja ia tanda tangani telah menjebak Naysila dengan telak.
Jika Naysila menolak, denda satu milyar rupiah harus dibayarkan Naysila, dan semua itu cukup ampuh membuat Naysila bungkam.
Ternyata Rafly Adiguna benar-benar telah mengatur semua rencananya hingga sangat detail!
Siang itu juga, bertempat dikamar vvip rumah sakit tempat Rafly Adiguna dirawat. Dengan disaksikan oleh Rafly Adiguna, Dina Melinda, dan sang Pengacara secara langsung, seorang penghulu ternyata telah siap melangsungkan sebuah prosesi akad nikah.
Pada akhirnya, Raja dan Naysila yang sama-sama tidak bisa mengelak, memilih mengikuti skenario Rafly Adiguna yang harus mereka lakoni selama satu tahun ... karena tak ada lagi pilihan ...
...
Bersambung ...
🧕: Yuk di support 🤗🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!