Devia merupakan gadis cantik yang belum menikah dia merupakan anak pertama dari dua bersaudara papanya Devia bernama Awan dan mamanya bernama Berlian sementara adiknya Devia bernama Fendi saat ini dirinya masih di dalam mimpi namun beberapa menit kemudian dirinya terbangun dari alam mimpinya Devia terlonjak kaget karena kesiangan bangunnya gara gara semalam dirinya sibuk mengerjakan tugas kuliah sehingga membuat Devia kecapekan dan sangat nyenyak tidurnya
"Ah gue kesiangan gara gara gue semalem sibuk mengerjakan tugas kuliah gue yang super banyak banget gue yakin kalau gajah di suruh mengerjakan tugas kuliah gue yang sangat banyak di jamin badannya jadi kurus mendadak dan tinggal tulang doang" monolog Devia sambil membawa baju berlari menuju kamar mandi untuk membersihkan diri
Berlian - mamanya Devia sedang menyiapkan hidangan di dapur setelah menyiapkan hidangan lalu Berlian bejelqqn menuju ke ruang makan sambil membawa nampan yang berisi beberapa makanan yang baru matang dan susu hangat yang baru di buat Berlian dirinya mulai melangkah menuju ruang makan saat sampai di ruang makan Berlian melihat suaminya yang sedang sibuk dengan handphone di tangannya lalu Berlian melemparkan semua isi nampan di atas meja lebih tepatnya meletakkan semua isi nampan di atas meja
"Devia belum turun pah ?" tanya Berlian sambil mendekat ke arah suaminya "apa Devia semalem habis lembur mengerjakan tugas kuliahnya ?" walaupun suaminya belum menjawab pertanyaan dari dirinya namun Berlian melompatkan lagi Berlian tanpa ragu menjatuhkan bokongnya di kursi yang ada di sebelah suaminya sementara Awan menatap ke arah Berlian
"Belum mah" jawab Awan sambil melepaskan benda pipihnya ''Kalau semalam Devia ngga mengerjakan tugas kuliah pasti paginya ngga bakalan kesiangan seperti ini" imbuh Awan sambil menatap wajah istrinya yang duduk di sampingnya
"Biar mama panggil Devia dulu pah ke atas" gumam Berlian bergegas berdiri namun tangan Berlian di pegang oleh suaminya sehingga Berlian tidak jadi melangkah
"Ngga usah di panggil mah paling sebentar lagi juga Devia turun" ucap Awan sambil tetap memegang tangan Berlian "Lebih baik mama temanin papa makan saja" pinta Awan sambil menarik tangan istrinya supaya duduk kembali di sampingnya
"Iya pah dengan senang hati mama temani papa makan" gumamnya sambil mendudukkan bokongnya di samping Awan membuat Awan tersenyum lebar
"Mama ngga lagi modusin papa supaya uang belanja mama di tambahin kan ?" tanya Awan sambil menaik turunkan alisnya menatap Berlian
"Kalau papa mau menambah uang belanja mama bakalan mama terima dengan senang hati dan lapang dada" jawab Berlian sambil menoel hidung suaminya
''Mama bisa saja apa kalau papa mau tambah anak mama bakalan terima dengan senang hati dan lapang dada ?" goda Awan kepada istrinya lalu dirinya tertawa riang sementara Berlian yang mendapatkan candaan seperti itu dari suaminya langsung menampilkan wajah yang merona "Koq diam mah apa tandanya mama setuju dengan perkataan papa ?" tanya Awan sambil menangkup wajah Berlian tak lupa dirinya mengedipkan mata ke Berlian sementara Berlian hanya mengulas senyum tipis menatap suaminya
"Pah tapi mama mikirin Devia yang belum menikah pacar saja belum punya padahal mama sudah pengin cepat punya cucu dan gendong anak dari Devia" jelas Berlian panjang lebar sambil menatap wajah suaminya
"Papa juga inginnya seperti itu Devia cepat menikah mah karena jujur papa juga sudah sangat ingin menimang cucu sama seperti mama tapi setiap mama dan papa mengenalkan Devia ke anak teman papa atau teman mama pasti jawaban Devia sama dengan alasan yang sama belum ada yang cocok masa di antara banyak lelaki jawabannya seperti itu mah" jawab Awan panjang lebar sambil tetap menangkup wajah istrinya
"Semoga saja Devia cepat menemukan orang yang cocok untuk dia yah pah" balas Berlian sambil mengelus rambut Awan "Dan semoga Devia cepat menikah dengan orang yang Devia cintai" imbuh Berlian sambil menatap ke arah Awan
"Iya mah semoga saja seperti itu supaya kita berdua dapat secepatnya menimang cucu karena Devia tidak mau di paksa mah kan kamu tahu sendiri watak anak kamu seperti apa Devia itu keras kepala seperti mama dulu heran memangnya kepala Devia dan mama terbuat dari apa koq sampai keras kepala banget" jelas Awan panjang lebar lalu akan mencium pipi Berlian namun sebelum bibirnya mendarat di pipi Berlian berusaha menghindar membuat Awan mengerutkan keningnya heran
"Mah papa itu mau mencium mama kenapa menghindar ? papa bukan orang penagih hutang yang harus di hindari" ucap Awan memicingkan mata ke arah Berlian sementara Berlian melipat kedua tangannya di dadanya
"Mama tahu papa mau mencium mama tapi mama heran sama papa kenapa pakai nanya kepala mama terbuat dari apa ? mama bukan tukang bangunan pah memang papa bukan orang penagih hutang tapi papa penagih jatah ke mama setiap malam" skakmat Berlian yang membuat Awan melongo mendengar perkataan Berlian
"Oh jadi ceritanya mama lagi mode merajuk ke papa memang mama mau di belikan apa oleh papa supaya ngga ngambek lagi ? mama itu istri pengusaha terkaya yaitu istri papa tercinta bukan tukang bangunan mama jangan bongkar aib papa dong kan wajar kalau papa minta jatah ke mama siapa tahu menimbulkan benih anak lagi di rahim mama" celoteh Awan sambil cengengesan membuat Berlian menatap tajam ke arah Awan
"Mama ngga minta di belikan permen atau balon ke papa karena mama bukan anak kecil habisnya papa pakai bilang anak mama keras kepala kayak mama padahal Devia bukan cuma anak mama doang tapi anak papa juga kalau papa ngga menanam benih di rahim mama di jamin mama ngga bakal punya anak kayak Devia yang keras kepala mama ngga bongkar air papa tapi mama ngomong apa adanya lebih baik bongkar atm punya banyak uang dari pada bongkar aib papa ingat umur pah sudah tua jadi sudah cukup punya dua anak saja kalau hamil lagi nanti repot" ketus Berlian sambil mendelik ke Awan membuat Awan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali
"Papa baru sadar kalau mama bukan anak kecil tapi mama bidadari yang sangat cantik iya mah ngga usah di jelaskan segala kalau papa menanam benih di rahim mama soalnya kalau papa buang benihnya ke kamar mandi mubazir membuang buang calon anak lebih baik papa berikan ke mama supaya menghasilkan anak ternyata papa tokcer juga mama langsung hamil terserah mama yang paling penting mama bahagia papa juga ikut bahagia iya mama itu terlalu jujur kacang hijau bongkar atm pakai cangkul atau pisau papa juga ingat umur buktinya setiap tahun merayakan ulang tahun kita berdua sudah punya anak dua tapi kalau Tuhan memberikan ke kita berdua titipan anak lagi harus di terima mah repot kenapa mah ? perasaan dari dulu kalau bayi baru lahir juga belum bisa apa apa sendiri makan di suapi, ganti baju di pakaikan, ganti celana di pakaikan juga pokoknya sebelum berumur satu tahun bayi belum bisa melakukan apa apa sendiri paling orang tua bayi itu" terang Awan lalu tertawa terbahak bahak membuat Berlian memutar bola matanya malas tapi tiba tiba ada yang mendaratkan kecupan di pipinya sebuah kecupan dari Awan di pipi Berlian di terima dengan selamat
Fendi - adiknya Devia berjalan dari kamar menuruni anak tangga Fendi melihat mamanya dan papanya sudah menyolong start maksudnya sudah ada di meja makan lalu Fendi mempercepat langkah kakinya menuju ke mereka berdua yang sedang sibuk dengan dunianya sendiri yaitu Awan sang papa sedang mencium pipi Berlian sang mama Fendi menjatuhkan bokongnya di kursi yang terletak di depan Awan tanpa Awan dan Berlian sadari Fendi masih menatap mereka berdua
"Mah pah apa kalian sedang melakukan pemanasan di pagi hari ?" goda Fendi sambil tersenyum ke arah mereka lalu menatap mereka berdua secara bergantian
"Sejak kapan kamu ada di situ Fendi ?" tanya Berlian sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karena sudah melihat Fendi ada di depannya maksudnya di depan Awan
"Mama tanya papa saja sejak kapan papa mencium pipi mama di sini ?" balas Fendi sambil menunjuk ke tempat yang sedang mereka tempati membuat Berlian dan Awan kompak memijat kening mereka
"Fendi sebaiknya kamu cepat panggil kakak kamu buat cepat makan soalnya papa nanti ada meeting pagi" perintah Awan sambil menatap ke arah Fendi sementara Fendi tersenyum kecut sedangkan Berlian mengulas senyum tipis karena bisa menghindar dari candaan Fendi
"Apa papa sedang mencari alasan supaya bisa mencium mama lagi ? jadi papa menyuruh aku untuk memanggil kakak Devia" goda Fendi sambil menaik turunkan alisnya menggoda Awan sementara Awan tercengang mendengar tuduhan Fendi sedangkan Berlian mengusap tengkuknya
"Kalau kamu ngga mau memanggil kakak kamu biar mama yang memanggilnya" pekik Berlian sembari beringsut dari duduknya bersiap untuk berdiri namun belum sempat berdiri suara Fendi memguar di indera pendengarannya
"Iya mah biar aku saja yang memanggil kakak Devia supaya mama sama papa puas karena bisa berduaan lagi bisa bermesraan lagi asal jangan bikin anak di sini soalnya takutnya pas aku ke sini kalian sedang sibuk bikin anak" c canda Fendi lalu langsung berlari sekencang mungkin menggunakan jurus menghilang dari bahaya sementara Berlian menatap tajam ke arah punggung Fendi yang sedang menaiki anak tangga sebenarnya ingin sekali Berlian berteriak namun takut Fendi tidak mendengarnya sedangkan Awan tersenyum lebar melihat ekspresi wajah istrinya
Fendi sebentar lagi akan sampai di depan kamar Devia dengan cepat dirinya mempercepat larinya supaya cepat sampai ke kamar Devia dirinya sudah paham bahwa kakaknya kesiangan tandanya kakaknya tadi malam mengerjakan tugas kuliah
"Gue heran sama kak Devia ngapain ngerjain tugas kuliah malam sehingga menyebabkan seperti ini padahal siang juga bisa mengerjakan tugas kuliah kak Devia kira mau bakar api unggun malam malam bakarnya soalnya kalau siang mereka sibuk mencari kayu bakar untuk di bakar jadi acara api unggun pasti di gelar malam malam" monolog Fendi sekarang dirinya sudah berdiri depan pintu kamar Devia lalu tangannya akan memegang gagang pintu
Devia sudah memakai pakaian yang akan di kenakan untuk ke kampus Devia juga sudah memakai sepatu juga sudah memakai sepatu yang di gunakan untuk ke kampus Devia juga sudah memakai sepatu yang akan di gunakan untuk ke kampus lalu Devia memasukkan tugas kuliahnya ke dalam tas yang akan lalu Devia menyisir rambutnya supaya rambutnya memukau melebihi iklan shampo yang di tonton sekarang Devia sedang memoles bedak ke wajahnya supaya wajahnya lebih cantik dan bersinar melebihi sinarnya rembulan lalu Devia meletakan bedaknya ke dalam tas yang akan di gunakan ke kampus setelah selesai Devia bergegas menuju ke arah pintu untuk keluar sarapan bersama kedua orang tuanya dan adiknya saat Devia membuka pintu dirinya terlonjak kaget karena Fendi ada di depan kamarnya lalu tanpa sengaja Devia mengeluarkan jurus kagetnya yaitu mendorong tubuh Fendi membuat Fendi hampir saja jatuh jika dia tidak bisa menahan badannya
"Ahhhh" teriak keduanya secara bersamaan
"Kak Devia ngapain tangannya main dorong ke aku ingat aku bukan gerobak dorong" ketus Fendi menatap tajam ke Devia karena dirinya hampir saja mencium wanginya lantai sedangkan Devia masih mematung di tempat
"Fendi ngapain kamu ada di depan kamar aku ? iya aku tahu kalau kamu lebih jelek dari gerobak dorong dan kaleng rombeng" sahut Devia sambil memegang dadanya dengan kedua tangannya sementara kedua mata Fendi membola mendengar perkataan Devia
"Kak Devia harusnya aku yang nanya kenapa kak Devia lama banget sampai aku di suruh oleh mama dan papa untuk manggil kakak" sungut Fendi sambil melipat kedua tangannya di dadanya sedangkan Devia memutar bola matanya dengan malas
"Fendi bilang saja kamu nguping makanya ada di depan kamar aku jangan beralasan di suruh oleh mama dan papa" tuduh Devia sembari memicingkan matanya sedangkan Fendi melongo mendengar tuduhan dari Devia
"Kak Devia kalau mau nguping ngapain repot repot ada di depan kamar kakak lebih baik aku pasang cctv di kamar kakak lebih praktis dan ngga perlu repot repot menempelkan telinga ke pintu cuma tinggal rebahan dan menonton apa saja yang kakak lakukan di dalam kamar dari pada menguping secara langsung terserah kakak saja mau ngomong apa ibaratnya anjing menggonggong yang merasa manusia mengindar dan pergi untuk kabur" goda Fendi sambil berlari kencang menuju ke ruang makan sementara Devia yang ingin membalas kata kata Fendi langsung berteriak dengan sangat keras berharap walaupun Fendi berlari namun Fendi masih mendengar teriakan dirinya
"Fendi ngapain kamu pasang cctv di kamar aku dari pada pasang cctv mending pasang wifi supaya aku bisa menonton youtube sepuasnya mending telinga kamu ngga usah di tempelkan ke depan pintu kamar aku mending telinga kamu di tempelkan ke atas kompor yang menyala di kira kamu bos atau atasan yang mengawasi bawahan pakai rebahan sambil menonton cctv yang telah di pasang aku manusia tercantik di dunia ini bukan anjing" sungut Devia berkacak pinggang lalu Devia ikut berlari dengan sangat kencang untuk mengejar Fendi yang ada di depannya menjulurkan lidahnya ke arah Devia membuat Devia semakin geram karena merasa di ejek oleh Fendi
"Dasar anjing teriak anjing kalau anjing kan lidahnya melet kayak lidah kamu" ejek Devia sambil masih tetap berlari untuk mengejar Fendi yang ada di depannya
Sementara Awan dan Berlian masih menunggu kedatangan Fendi dan Devia namun tak kunjung datang juga membuat Berlian ingin menyusul mereka lalu badan Berlian berdiri saat akan melangkah tangan Berlian di pegang oleh tangan Awan membuat dirinya menatap ke arah sumber yang memegang tangannya lalu dirinya buka suara terlebih dahulu
"Mama mau menyusul Devia dan Fendi ke kamar Devia pah" ungkap Berlian sembari menatap wajah Awan sementara Awan menggelengkan kepalanya mantap
"Mama ngga usah menyusul mereka papa yakin mereka berdua sebentar lagi akan turun ngapain nyusul mereka kayak lagi liburan saja padahal cuma ke kamar Devia doang" jelas Awan penuh penekanan sementara Berlian nampak berpikir sebentar lalu berkata lagi
"Tapi mama mau ngecek apakah Devia masih tidur atau bagaimana takutnya Devia masih tidur saat Fendi ke kamarnya" cemas Berlian sambil menatap ke arah lantai atas apakah apakah Fendi dan Devia sudah kelihatan batang hidungnya atau belum sementara Awan terkekeh mendengar jawaban istrinya
"Mah papa yakin walaupun Devia masih tidur pasti Fendi mempunyai berbagai macam cara supaya Devia membuka mata dan ngga tidur jadi mama ngga usah khawatir kalau Devia masih tidur papa jamin pasti Fendi dan Devia sekarang sedang ke sini jadi lebih baik mama duduk cantik saja atau mau di cium lagi pipinya oleh papa'' goda Awan sambil mengerlingkan mata ke Berlian membuat Berlian menatap nyalang ke Awan
"Iya benar juga kata papa kenapa mama baru ingat bahwa Fendi mempunyai sejuta cara membikin Devia terusik saat tidur di suruh manggil Devia iya pasti mereka berdua ke sini soalnya kita semua mau sarapan pah walaupun mereka berdua mau langsung ke kampus juga pasti lewat sini pah soalnya kamarnya Devia mentok seandainya mau ke kampus tanpa ke sini pasti melalui jalur lompatan dari genteng ke bawah apalagi tinggi banget secara kamar Devia di lantai dua ngga usah mesum dan cari kesempatan pah pakai bilang mau di cium lagi lebih baik papa cium tuh sepatu papa" ketus Berlian sembari mendudukkan bokongnya lagi ke tempat duduknya yang tadi di duduki sementara Awan tertawa melihat tingkah Berlian
"Haha haha Fendi bukan cuma punya segala cara mah tapi berpuluh puluh juta cara membangunkan Devia di jamin Devia langsung terbangun gara gara ulah Fendi kita berdua lagi di ruang makan makanya mau sarapan masa mau cuci pakaian di sini nanti lantainya licin dong otak mama memang benar benar pintar ngapain pakai loncat dari lantai dua ke bawah yang ada di cap orang bodoh karena ada tangga ngapain pakai meloncat di kira kodok bisa meloncat papa ngga cari kesempatan mah tapi lagi berusaha supaya mama mau di cium lagi oleh papa mau saja papa mencium sepatu papa asal dari jarak jauh puluhan ribu meter" celetuk Awan masih dengan tawa yang tersisa bibirnya sementara Berlian langsung mencubit pinggang Awan membuat Awan mendadak menghentikan tawanya seketika langsung diam dan menatap ke arah Berlian sambil memegang pinggang yang jadi korban tangan istrinya
"Pah kenapa malah Fendi di samakan dengan uang pakai bilang berpuluh puluh juta segala mama kira papa mengira di sini buat menjemur pakaian nanti lantainya banjir dong pah bukan hanya licin doang kalau buat di gunakan mencuci baju otak mama memang sangat pintar memangnya papa kemana saja baru sadar sekarang memangnya kertas pakai bilang di cap segala kalau kodok mati juga ngga bakalan bisa meloncat papa sudah mencuri mencium di pipi mama jadi ngga usah berharap dapat lagi puluhan ribu meter ngga bakalan berasa bau sepatu papa" cerocos Berlian sembari menatap tajam Awan membuat Awan kikuk
"Lebih baik kita berdua fokus menunggu kedatangan Devia dan Fendi" sahut Awan singkat membuat Berlian memalingkan wajahnya
Pram masih nyenyak tidur di ranjang empuk miliknya karena semalam habis lembur mengerjakan tugas kantornya karena Pram adalah ceo yang muda, tampan, dan kaya raya di sebuah perusahaan dan kaya raya di usianya yang masih muda sudah mandiri membangun perusahaan miliknya pakai uang sendiri walaupun orang tua Pram bisa membangunkan perusahaan untuk Pram tapi Pram menjadi CEO di perusahaan yang Pram buat sendiri dengan jerih payahnya sendiri merasa ada sinar matahari yang masuk ke matanya melalui celah gorden membuat Pram membuka kedua matanya karena merasakan silau di matanya akibat sinar matahari yang menusuk ke matanya
"Sudah pagi rupanya kayaknya tadi gue baru tidur sebentar tapi kenapa sudah pagi ini gue yang tidurnya larut malam baru tidur atau mataharinya cepat banget nongolnya walaupun belum waktunya keluar tapi gue kasih ngantuk banget lebih baik gue lanjutin tidur lagi saja sebentar lagian ini masih terlalu pagi baru sekitar pukul enam belum ada pukul setengah delapan gue kan ada meeting sekitar pukul sepuluh pagi jadi masih ada waktu buat tidur lagi" gumam Pram sambil melirik ke arah jam dinding yang terpajang di dinding kalau terpajang di meja namanya bukan jam dinding sembari masih tetap dalam posisi sama tidur di ranjang empuk miliknya lalu Pram mulai memejamkan kedua matanya untuk melanjutkan tidurnya lagi
Berlian yang di larang oleh suaminya untuk menyusul Fendi dan Devia ke kamar Devia menunggu sambil duduk di samping Awan lalu Berlian mencentongkan makanan ke piring suaminya sementara suaminya sedang memegang benda pipih di tangannya untuk membalas chat dari rekan bisnisnya untuk membicarakan kerja sama antara perusahaan milik Awan dan perusahaan milik rekan bisnisnya Awan
"Pah makan dulu biar handphone nya di letakkan di atas meja dahulu pasti handphone nya ngga bakalan nangis koq" ucap Berlian sambil tersenyum tipis ke arah Awan sementara suaminya langsung menuruti perintah istrinya tanpa ada niat membantah walaupun satu patah katapun
"Tapi handphone nya bisa jalan sendiri mah" balas Awan sembari terkekeh lalu meminum susu yang ada di hadapannya sementara Berlian tercengang mendengar perkataan suaminya mana ada handphone bisa jalan sendiri ? apa handphone itu gila ? maksudnya apa yang bilang handphone bisa jalan sendiri itu orang gila ? kalau begitu apakah Awan orang gila ?
"Hah mana ada handphone bisa jalan sendiri pah ngga usah mengarang cerita mending papa mengarang novel bisa dapat duit kalau mengarang cerita kalau mengarang cerita dapatnya cuma gunjingan dari netizen" saran Berlian sembari memicingkan satu mata ke arah Awan sementara Awan terkikik mendengar jawaban istrinya
"Bisa mah memangnya mama belum pernah lihat handphone bisa jalan sendiri papa ngga mengarang cerita buat apa papa mengarang lebih baik papa menyanyi supaya orang orang pada dengar bahwa suara papa itu sangat merdu benar banget kata mama kalau mengarang novel dapat duit sebenarnya papa juga pengin mengarang novel tapi papa sibuk secara papa jadi ceo di perusahaan cuma dapat gunjingan dari netizen ngga bakalan menyebabkan sakit kepala mah" goda Awan sambil mengedipkan mata ke arah Berlian lalu Berlian menggelengkan kepalanya dengan raut wajah polosnya
"Mama belum pernah lihat ada handphone bisa jalan sendiri pah" beo Berlian sembari menopang kepalanya dengan kedua tangannya
"Memangnya ada handphone yang bisa jalan sendiri pah ? memangnya papa pernah lihat handphone bisa jalan sendiri pah ? memangnya papa pernah lihat handphone bisa jalan sendiri di negara mana ?" tanya Berlian bertubi tubi dengan polosnya sambil menatap serius ke arah Awan lalu suaminya menganggukkan kepalanya mantap membuat Awan menahan tawanya karena melihat raut wajah istrinya yang sangat polos
"Handphone bisa jalan sendiri mah kalau handphone milik papa di ikat oleh tali rafiah lalu tali rafiahnya papa tarik papa jamin handphone nya bisa jalan sendiri mah" jawab Awan lalu tertawa terbahak bahak karena melihat ekspresi wajah istrinya yang sangat menggemaskan mengira bahwa ada handphone yang bisa berjalan sendiri secara logika ngga ada handphone yang bisa jalan sendiri soalnya handphone juga di pegang kendali oleh pemilik handphone itu sendiri walaupun handphone itu handphone paling canggih dan harga handphone itu sangat mahal tetap tidak akan bisa berjalan sendiri sementara Berlian langsung tercengang mendengar perkataan suaminya
"Ih papa malah becanda padahal mama sudah serius menanggapi perkataan papa mama kira tadi papa serius padahal mama tadi sudah mendengarkan penjelasan papa dengan serius bahkan seksama dan tanpa berkedip lho" teriak Berlian sambil mencubit pinggang Awan yang masih sibuk tertawa terbahak bahak mendapatkan serangan mendadak dari tangan istrinya membuat Awan langsung menghentikan tawanya yang menggelegar di ruangan makan
"Awww mama jangan cubit papa dong atau papa akan beri hukuman buat mama kalau mama pengin meminta jatah ke papa bilang secara langsung ke papa ngga usah pakai kode cubitan segala padahal tanpa mama minta jatah ke papa pasti papa bakalan minta jatah ranjang ke mama" ucap Awan sambil memegang lengan yang habis jadi korban oleh tangan Berlian sembari mengerlingkan mata ke arah Berlian sementara Berlian mendelik ke arah suaminya
"Memangnya papa mau beri hukuman apa buat mama ? mama ngga minta jatah ranjang ke papa tapi kalau papa mau menambah uang belanja buat mama dengan senang hati mama terima kalau papa memaksa" jelas Berlian sembari menatap ke arah Awan sedangkan Awan terkikik geli mendengar perkataan Berlian
"Papa beri hukumannya ringan buat mama karena papa ngga menyuruh mama angkat barbel atau angkat almari tiga pintu hanya menggunakan kedua tangan mama doang tanpa bantuan siapapun pasti papa bakalan menambah uang belanja buat mama soalnya papa bekerja keras jadi CEO di perusahaan juga hasil uangnya buat mama karena papa suaminya mama jadi papa yang bertanggung jawab untuk mama berarti kalau papa mau menambah anak lagi mama terima dong ?" jawab Awan sambil menatap lekat wajah Berlian membuat kedua pipi Berlian merah merona seperti kepiting rebus yang siap di santap lalu tanpa di komando Berlian memalingkan wajahnya tujuannya supaya suaminya tidak mengetahui wajahnya yang sudah berubah menjadi kepiting rebus
"Pah angkat barbel itu buat pria bukan buat wanita seperti mama ngga sekalian papa suruh mama menguras kolam renang pakai sedotan walaupun pria angkat almari pintu tiga juga ngga sendirian pasti ada temannya pah kalau dia cuma sendiri yang mengangkat almari pintu tiga tanpa bantuan siapapun di jamin cuma di tertawakan dan cuma jadi tontonan orang makasih karena selama papa menjadi suami mama papa selalu memberi uang kepada mama setiap bulan istilahnya papa suami yang sangat bertanggung jawab pah dari tadi kita berdua bahasnya uang bukan bahas anak lagian ngapain papa ngebet banget pengen punya anak lagi padahal umur kita berdua sudah tua" cerocos Berlian panjang lebar melebihi panjangnya kereta api sedangkan Awan meraih pundak Berlian lalu mengarahkan tubuh Berlian ke arahnya
"Mah angkat barbel juga ada yang buat wanita kalau angkat barbel barbelan istilah kerennya wujudnya menyerupai bentuk barbel papa ngga gila mah makanya ngga menyuruh mama menguras kolam renang pakai sedotan ngga bakalan habis air di kolam renang kalau cuma pakai sedotan soalnya airnya belum di buang sudah kembali lagi ke kolam renang tapi papa bisa mengangkat almari tiga pintu sendirian tanpa bantuan siapapun kalau papa di tertawakan berarti menghibur dong mah dan papa dapat pahala karena menghibur orang memangnya papa pemain film pakai jadi tontonan orang segala sama sama mah kan papa sudah bilang kalau papa suami mama jadi papa yang bertanggung jawab memberikan nafkah ke mama baik itu nafkah lahir dan nafkah batin soalnya papa tipe pria yang bertanggung jawab kita dari tadi bahasnya uang tapi menyerempet sedikit ke anak karena ada kesempatan papa cuma becanda mah bilang pengin punya anak lagi tapi kalau Tuhan menitipkan anak lagi buat kita berdua pasti kita berdua tidak bisa menolak" jelas Awan panjang kali lebar melebihi panjang dari rel kereta api yang tidak ada ujungnya sementara Berlian mengulas senyum tipis sehingga hanya dirinya saja yang tahu bahwa dirinya sedang tersenyum
"Pah mama serius ngga usah becanda memangnya ada barbel barbelan ? setahu mama itu rumah rumahan buat mainan anak kecil yang menuduh papa gila siapa ? mama juga ngga bilang papa gila kata siapa cuma pakai sedotan air kolam renang ngga bisa habis menurut mama air kolam walaupun pakai sedotan air kolam juga bisa habis mama ngga percaya kalau papa bisa mengangkat almari tiga pintu sendirian kalau papa di tertawakan karena kelucuan papa pasti papa menghibur orang dan papa dapat pahala tapi kalau papa di tertawakan orang karena kebodohan papa pasti bakalan banyak yang menghujat papa semua orang ngga bakalan mau menonton sinetron papa kalau papa itu menjadi pemain film papa jadi tontonan banyak orang karena mereka semua mengira papa bodoh ngga usah di jelaskan tentang nafkah lahir dan batin mama sudah tahu yang namanya nafkah lahir dan nafkah batin mama percaya papa pria bertanggung jawab soalnya sudah terbukti papa mencari nafkah buat mama papa juga ngga menyuruh mama ikut bekerja mencari uang di kira sedang menyetir mobil atau menyetir sepeda motor kalau tidak berhati hati bisa menyerempet orang kenapa jadi bahas Tuhan menitipkan anak ke kita berdua ? yang sudah berumur senja lebih dari setengah abad" cerocos Berlian sembari memegang keningnya sementara Awan tertawa kecil mendengar ocehan istrinya
"Haha haha papa juga serius mah ada barbel barbelan mungkin papa juga ngga tahu karena papa bukan penjual mainan papa itu cuma jadi CEO yang punya banyak uang anak kecil beli rumah rumahan mungkin buat perbandingan lebih keren rumah beneran miliknya atau rumah rumahan yang mama dia beli mama ngga menuduh papa gila tapi papa sadar diri papa ngga percaya papa ngga percaya kalau cuma pakai sedotan air kolam renangnya bisa habis terserah mama kalau ngga percaya kalau papa bisa mengangkat almari tiga pintu tanpa bantuan yang penting papa bisa melakukannya dalam mimpi bahwa papa bisa mengangkat almari tiga pintu sendirian tuh kan mama juga tahu kalau menghibur orang dapat pahala papa itu pintar dan ngga bodoh makanya papa jadi ceo tandanya papa pintar dong dan ngga bodoh makanya papa jadi ceo di perusahaan padahal ngga semua orang bisa jadi ceo tandanya papa pintar dong terserah mereka mau menghujat papa kayak gimana kalau papa jadi pemain film tapi orang orang ngga mau menonton film papa itu karena ngga pernah menonton tv atau ngga punya tv makanya ngga mau menonton film papa sudah ada bukti nyata bahwa papa itu pintar ngga bodoh buktinya ada lagi papa bisa bikin mama hamil itu bisa di bilang pintar kan ? kirain mama belum kenalan sama yang namanya nafkah lahir dan batin papa tersanjung mama memuji papa kayak begini sering sering saja mama memuji papa nanti papa beri uang lebih banyak buat mama soalnya papa ngga mau di cap jadi pria yang tidak bertanggung jawab sampai menyuruh mama bekerja cari uang papa yakin kalau Tuhan sudah berkehendak tidak ada yang bisa menghalangi keinginan Tuhan ibaratnya ngga ada yang ngga mungkin dan ngga ada yang mustahil kalau Tuhan sudah berkehendak mama baru lebih dari setengah abad papa pernah melihat nenek nenek yang hamil dan melahirkan" jelas Awan panjang lebar tak ada ujungnya seperti rel kereta api sementara Berlian tercengang mendengar perkataan Awan saat Berlian sedang sibuk melamun tiba tiba Awan mendaratkan ciuman di pipi Berlian
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!