Seorang wanita yang berparas cantik sedang berjalan dengan anggun di atas panggung catwalk.
Dia adalah seorang model papan atas yang sangat terkenal bukan hanya karena parasnya yang cantik dan tubuh sexy nya.
Tapi juga dengan attitude dan sikap profesional yang dia junjung tinggi. Wanita itu bernama Erlina Lorenza.
Dia memiliki sifat yang ceria dan sangat percaya diri, tapi di balik sikap nya yang ceria dia sebenarnya sosok yang dingin dan memiliki rahasia besar yang dia simpan.
Erlina berasal dari keluarga yang broken home, dia tinggal bersama sang ibu yang sangat kaya raya, tapi dia jarang di perhatikan karena ibunya selalu sibuk dengan bisnis nya.
Ibunya, Lintang Lorenza bercerai dengan suami nya. Edi Hendarso karena ketahuan berselingkuh dengan sahabat nya sendiri.
Perceraian itu terjadi saat Erlina masih ber umur 6 tahun.
Dia di asuh oleh ibunya sendiri kala itu dan langsung mengganti nama belakangnya menjadi Erlina Lorenza karena sang ibu tak sudi bila ada nama Hendarso dibelakang nama putrinya.
Erlina kecil sering melihat pertengkaran Orang tuanya dulu, serta melihat sendiri saat ayahnya bercinta dengan wanita lain dirumahnya.
Jadi sampai saat ini. Erlina masih mengingat masa lalunya itu dan memiliki prinsip untuk tidak menikah dengan siapapun.
Erlina memang berasal dari keluarga terpandang dan kaya raya, ibunya memiliki bisnis fashion dan juga butik di beberapa tempat dan juga di luar negeri.
Sementara sang kakek Erlando Lorenza adalah pengusaha tambang terkaya di negaranya.
"Erlina ...," panggil Inka, sang manajer.
"Ada apa, Inka?" jawab Erlin menghentikan langkahnya lalu menoleh pada Inka.
"Kau langsung pulang, kan?" tanya inka.
"Ya, aku capek dan akan langsung pulang, why?" tanya Erlin balik.
"Tidak, aku hanya bertanya karena aku ingin pulang bersama mu."
Lalu Erlin melemparkan kunci mobil nya pada Inka, dan masuk kedalam mobil sportnya.
Inka adalah manajer sekaligus asisten kepercayaan Erlina, mereka adalah teman kuliah dulu dan Erlin sangat cocok dengan Inka. Sehingga dia meminta Inka untuk menjadi manajer serta asistennya.
Inka pun sangat senang dengan pekerjaannya ini, karena selain dia teman baik Erlin, juga dia memang sangat butuh pekerjaan ini. Karena dia menjadi tulang punggung keluarga nya.
.
Kini mereka sudah sampai di pant house mewah milik Erlina. Mereka langsung masuk dan merebahkan tubuhnya di sofa lebar di ruang tengah.
"Kau tak menginap disini, Inka?" tanya Erlin.
"Tidak Er, kasian ibuku kewalahan mengurus adik-adik ku, kalau aku menginap disini," ucap Inka.
"Baiklah, kita besok free, kan? Jadi nikmati hari liburmu sebelum aku menyiksa mu lagi dengan setumpuk jadwal ku," kata Erlin beranjak dari sofa dan menuju dapur.
"Hmmm, ku harap kau tak mengganggu istirahat ku besok." Inka pun beranjak dari sofa lalu keluar dari pant house milik Erlin.
.
.
Di sebuah club ternama di kota itu, seorang pria tampan sedang merefresh otak nya sejenak bersama teman sejawatnya, setelah melewati aktifitas perusahaan yang cukup menguras pikiran nya.
Dia adalah Arganta Mahardika. Pebisnis muda yang terkenal dengan ketampanan serta sikap humoris nya.
Dia seorang pria tampan yang terkenal dengan sebutan pria tak tersentuh, karena memang dia sama sekali tak mau menjalin hubungan dengan seorang wanita.
Arga hanya pernah mencintai satu wanita, yaitu Anggita. Tapi sayangnya, dia belum juga memulai hubungan dengan wanita itu. Tapi wanita itu sudah memiliki tunangan bernama Dimas.
Dan sampai detik ini pun Arga masih menaruh hati pada Anggita. Berharap wanita itu akan bercerai dengan suaminya, lalu dia akan mendekati kembali wanita itu.
" Kau masih mengharapkan anggita, Arga?" tanya Dilon, teman dekat Arga.
" Entahlah, aku masih enggan untuk menjalin hubungan dengan seorang wanita." Arga meneguk wine nya.
" Lihat lah disana, Arga. Banyak wanita cantik yang mengantri untuk memberikan cinta nya padamu." Tunjuk Dilon kearah kerumunan wanita cantik yang sedang memandang ke arah Arga.
Arga melirik sekilas kearah wanita - wanita cantik yang tersenyum menggoda padanya.
Tapi tetap saja, Arga tak bergeming dan tak tertarik pada mereka.
" Tak ada yang menarik untuk ku," ucap Arga sambil meneguk wine nya lagi.
" Kak Arga ...," panggil seorang wanita dari belakang nya.
Arga menoleh pada asal suara dengan ekspresi datar nya.
Wanita itu menghampiri Arga dengan senyum manisnya, berharap Arga akan tertarik padanya.
" Sedang apa kau disini?" tanya Arga memicingkan matanya.
" Aku disini sedang merayakan kelulusan ku bersama teman - teman ku, Kak. Mereka ada di bawah," jawab Lila sambil menunjuk kearah teman - temannya yang berkumpul dibawah.
" Heii, kau hanya menyapa Arga? kau tak mau menyapa kakak sepupu mu ini?" tanya Dilon.
" Sorry, kak. Aku tak tertarik untuk menegur mu," ucap Lila menjulurkan lidahnya.
" Kak Arga, ayo turun. Kita menari bersama," ajak Lila sambil menarik tangan Arga.
Arga pun mengikuti Lila turun ke lantai bawah untuk menari, dia hanya ingin menikmati malam ini sambil melepas penatnya.
.
.
Terdengar suara ponsel berdering, Erlin langsung mengambil ponselnya dan menatap layar ponselnya.
Terlihat nama Mommy di layar ponselnya, lalu dengan malas Erlin mengangkat telepon itu.
" Hallo, Mom ...," jawab Erlin malas.
" Er ... kau dimana? kau tak pulang k mansion, sayang?" tanya Lintang dari seberang telepon.
" No, Mom. Aku berada di pant house karena sangat lelah untuk pulang ke mansion," jawab Erlin.
" Baiklah, besok pulang lah ke mansion, Er. Ada Kakek dan Nenek disini, mereka merindukan mu," ucap Lintang.
" Ya, Mom." Erlina langsung memutuskan panggilan itu sebelum mendengar ocehan dari sang Momy.
" Iiishhh, anak ini benar - benar ...," ucap Lintang karena lagi - lagi erlin memutuskan panggilan nya sebelum dia selesai bicara.
.
.
Kini Arga keluar dari club, berjalan kearah mobilnya yang terparkir dan akan masuk kedalam mobilnya.
" Kak Arga ...," panggil Lila.
Arga menoleh ke asal suara sambil berdecak.
"Ck, apa lagi, Lila?" tanya Arga malas.
" Boleh aku pulang bersama mu, Kak?" tanya Lila dengan senyum polosnya.
" Kau bisa pulang bersama Dilon, Lila," jawab Arga cuek.
" Tapi kak Dilon seperti nya masih lama kak, aku sudah mengantuk. Apa kak Arga tega membicarakan ku pulang sendirian malam-malam begini?" kata Lila dengan nada yang mendayu berharap Arga menaruh empati pada nya.
" Huft ... masuklah." Arga menghembuskan nafasnya berat dan langsung masuk ke mobilnya.
Lila pun masuk kedalam mobil Arga sambil menyunggingkan senyumnya.
Lalu Arga melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, mengantarkan Lila yang jalan nya memang searah dengan mansionnya.
" Apa di perusahaan kakak ada lowongan pekerjaan?" tanya Lila membuka obrolan.
" Mungkin ... Kenapa?" tanya Arga sambil fokus dengan kemudinya.
" Aku ingin bekerja di perusahaan Kak Arga, Apa boleh?" tanya Lila memandang pria tampan yang duduk di sebelah nya.
" Kau bisa mencoba bekerja di perusahaan Dilon, bukan?" sahut Arga tanpa menoleh kearah Lila yang terus memandangi nya.
" Tapi aku ingin bekerja di perusahaan kak Arga," sahut Lila memiringkan kepalanya menatap kearah wajah Arga.
Arga tahu bahwa itu hanya usaha Lila agar dekat dengannya. Dan Arga membiarkan hal itu selama tidak mengusik urusan pribadi nya.
" Baiklah, Lusa datang lah ke kantor ku," kata Arga lalu menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang rumah Lila.
Pagi menjelang, Erlina terbangun karena suara ponselnya yang tak berhenti berdering.
" Ck, sepertinya aku memang tak bisa menikmati waktuku sebentar saja," gumamnya sambil meraba ke meja nakas mencari ponselnya.
Erlin mengerjapkan matanya menatap nama yang tertera di layar ponselnya.
" Mom ... bisakah tak mengganggu tidur ku kali ini saja," ucap Erlin menjawab panggilan itu.
" Sayang ... kau sudah berjanji akan pulang ke mansion hari ini, kan?" tanya Lintang dari seberang telepon nya.
" Ya, Mom. tapi tidak sepagi ini!!" sahut Erlin.
" Er ... ini sudah jam 9, sayang ... dan kau belum bangun?" ucap Lintang.
" Masih jam 9 Mom, satu jam lagi aku akan kesana. Please don't distrub me." Erlina langsung mematikan panggilan teleponnya.
Tut ... tut ...
Terdengar suara telepon yang sudah di matikan oleh sang putri.
" Kebiasaan ...." Lintang menatap ponselnya.
.
.
Di kediaman keluarga Mahardika, seorang pria tampan sedang berada di ruang gym nya.
" Arga ... ayo sarapan dulu, ini sudah jam 9 pagi," ucap seorang wanita paruh baya.
" Ya, Mom." Arga langsung meninggalkan ruangan gym dan menghampiri Momynya di ruang makan.
" Dimana Daddy, Mom?" tanya Arga sembari duduk di kursi ruang makan.
" Di ruangan kerjanya, sepertinya ada masalah di perusahaan cabang." Tita mengambilkan makanan untuk Arga.
" Hmmm, mungkin Daddy butuh bantuan ku," kata Arga menerima piring yang sudah berisi makanan.
" Cepat habiskan makanan mu, setelah ini kita bicara!" tegas Bram, berjalan dari ruang kerjanya lalu duduk di ruang tengah.
" Sepertinya ada masalah yang serius," gumamnya sambil menyantap makanannya.
.
Kini Arga telah menyelesaikan makan paginya, dia langsung menghampiri kedua orang tuanya yang sudah menunggu nya di ruang tengah.
" Sebenarnya ada apa, Dad?" tanya Arga bergabung di sofa itu.
" Kita memiliki masalah di perusahaan cabang, bahkan kita bisa kehilangan perusahaan itu. Karena banyak dari investor yang menarik sahamnya dari kantor kita." Jelas Bram sambil memijat keningnya.
" Lalu, apa yang akan kita lakukan selanjutnya, Dad?" tanya Arga.
Setelah cukup lama terdiam, Bram memutuskan untuk meminta bantuan seorang temannya.
" Cepat ganti bajumu, ikut aku menemui seseorang," kata Bram beranjak dari sofa.
" Baiklah." Arga beranjak dari sofa berjalan menuju kamar nya.
.
.
Di kediaman keluarga Lorenza, tampak Erlando sedang berbicara serius dengan seseorang di balik telepon nya.
" Aku akan membantu perusahaan mu, tenanglah. Tapi itu tidak gratis," kata Erlando tersenyum licik.
" Aku sudah menduganya, Uncle tidak akan membantu perusahaan ku dengan cuma-cuma," jawab seseorang dari seberang telepon.
Erlando tertawa mendengar jawaban dari seorang di seberang telepon.
" Kau pasti tahu apa yang aku mau, kan?" ucap Erlando.
" Ya, tidak masalah. Yang penting aku tidak kehilangan perusahaan itu."
Lalu Erlando mematikan teleponnya.
Erlando Lorenza seorang pengusaha tambang yang sangat sukses. Dia adalah seorang kakek serta seorang ayah yang sangat di hormati oleh anak dan cucunya.
Dia memiliki sikap yang tegas, dan tak ada yang berani membantah nya. Erlando sedang mencari kan jodoh yang tepat untuk cucunya Erlina.
Dan dia sudah mempunyai rencana untuk itu, agar cucunya tidak bisa menolak rencananya ini.
" Dimana Er ...? Apa dia belum sampai?" tanya Erlando pada istri dan anaknya.
Lalu terdengar bunyi klakson mobil dari arah gerbang, dan benar saja selang beberapa menit, Erlina tiba di mansion keluarga Lorenza.
" KAKEEKK ... I'M COMING ...!!!" teriak Erlina dari pintu utama mansion.
" See ... kau sudah bisa menebak siapa yang datang," kata Leni, istri Erlando.
" Er ... bisakah kau tidak berteriak?" kata Lintang tak suka dengan sikap putrinya itu.
" Ck, terlalu banyak peraturan di mansion ini." Er tidak menanggapi perkataan Mom nya dan langsung memeluk sang kakek.
" Aku curiga, pasti kakek sudah merencanakan sesuatu untuk ku, kan?" tanya Erlin sambil mendongakkan kepalanya menatap sang kakek.
" Hmmm, kau memang cucuku yang paling pintar." Erlando mencubit pipi sang cucu.
" Aku tahu kau free hari ini, sayang. Jadi kakek kemari dan akan memberikan mu sedikit kejutan," kata Erlando melepaskan pelukannya.
" Dan ku harap kejutan kali ini, kau tak akan menolaknya." Erlando menangkup wajah cantik Erlina.
" Hmmm, baiklah. kita lihat saja nanti." Erlin melepaskan tangan Erlando, Lalu berjalan kearah kamarnya.
Erlando pun duduk di sofa ruangan itu dengan tegap sambil menatap jam tangannya.
" Ada apa, Pah? sepertinya Papah sedang menunggu seseorang," kata Lintang melihat gerak gerik Erlan.
" Aku sedang menunggu calon besan kita," ucap Erlan dengan nada dinginnya.
" Pah, apa papah yakin Er akan menerima nya?" tanya Lintang cemas.
" Hmmm, dia sangat menyayangi dan menghormati ku, bukan? jadi dia pasti akan menerima nya," sahut Erlando tersenyum licik.
" Tapi jika er tidak menyetujuinya. Maka jangan pernah kau paksa dia, sayang," kata Leni memperingati.
Erlando hanya tersenyum miring mendengar peringatan dari sang istri. Leni sangat takut jika nasib cucunya seperti anaknya.
Lintang masih setia menjanda hingga kini. Dia seakan tak percaya lagi dengan sebuah pernikahan.
Maka dari itu, dia juga tak pernah memaksa sang putri untuk segera menikah.
Dia memang sangat takut, jika nasib putrinya sama seperti dirinya.
" Permisi Nyonya, ada tamu. Katanya sudah ada janji dengan Kakek Erlando," kata seorang pelayan.
" Suruh mereka masuk," ucap Erlando dengan suara bass nya.
" Baik, kek."
Lalu pelayan itu pergi dari ruangan itu dan mempersilahkan tamu dari tuannya untuk masuk.
" Selamat siang, Uncle Erlando," kata Bram memberi salam pada sang tuan rumah.
" Selamat siang, Bram. Duduklah," sahut Erlan mempersilahkan tamunya duduk.
" Kak Bram? kau kah itu?" tanya Lintang mengingat pria yang dulu menjadi temannya.
" Ya, Lintang. Kau masih mengingat ku?" jawab Bram. Lalu mereka bersalaman serta berpelukan sejenak.
" Kak Tita ... kau semakin cantik saja," ucap Lintang dan dibalas senyuman oleh Tita.
" Ah ya ... kenalkan ini Arganta, kalian pasti ingat dengan nya," kata tita memperkenalkan putra tampannya.
" Hallo, Aunty, Nenek. Senang bertemu dengan kalian." Arga mencium tangan lintang dan juga Leni.
" Dia sangat tampan, dan juga sopan," kata Leni memegang bahu Arga.
" Terimakasih atas pujiannya, Nek," kata Arga tersenyum ramah.
" Ayo, silahkan duduk." Leni mempersilahkan tamunya untuk duduk.
Lalu mereka berbincang hangat, mengenang masa-masa dahulu ketika mereka masih ber tetangga.
Hingga mereka berpisah karena urusan bisnisnya masing-masing.
" Ah ya, tentang perusahaan mu. Aku akan memberikan suntikan dana yang cukup tinggi agar kau bisa mempertahankan perusahaan itu," kata Erlando di sela pembicaraan nya.
" Memang nya ada apa dengan perusahaan mu, Kak Bram?" tanya Lintang.
" Biasalah Lin, Perusahaan ku sedang koleb. Aku tidak mau kehilangan perusahaan itu, karena itu perusahaan pertama yang aku jalankan dulu setelah meneruskan perusahaan keluarga," kata Bram menjaskan.
" Emm ... semoga permasalahan di perusahaan mu cepat terselesaikan, Kak," jawab lintang.
CEKLEK ...
Terdengar suara pintu terbuka dan semua orang yang ada di ruang tengah serentak menoleh ke arah pintu yang terbuka.
Semua tampak memandang kearah pintu yang terbuka.
Tampak seorang wanita cantik keluar dari pintu itu dengan senyum yang sangat memikat bagi setiap orang yang melihatnya.
Arga tampak memandang kagum pada seorang wanita yang berjalan dengan anggun menuju ruangan itu.
" Kakek? Ada apa ini? Kenapa tiba - tiba ada tamu?" tanya Erlin.
" Kemarilah sayang." Erlando tampak mengulurkan tangannya pada cucu cantiknya dan menyuruh nya untuk duduk disebelahnya.
" Kau tak mengenal mereka?" tanya Erlando.
Erlina memandang tamu sang kakek secara bergantian sambil mengerutkan keningnya.
" Eemmm ... Sepertinya aku tak asing dengan Tuan dan Nyonya," kata Er dengan sopan.
" Dia Uncle Bram dan Aunty Tita, sayang." Erlina tampak terkejut mendengar penjelasan dari Momy nya.
" WHAT ... Benarkah ini Mom?" sahut Er tak percaya akan bertemu lagi dengan tetangga dekat mereka dulu.
" Hallo, sayang ... Kau tak merindukan Aunty?" kata Tita merentangkan tangannya.
" Oh ... Aunty, I Miss you so much." Er berhamburan memeluk Tita.
" Kakek, jadi ini kejutan nya? Aku sangat senang bisa bertemu lagi dengan Aunty," ucap Er masih di pelukan Tita.
" Kau tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik, Sayang." Tita menangkup pipi Erlina lalu mengecup keningnya.
Sementara Arga masih terpaku menatap gadis yang saat ini berada di pelukan Mom nya.
' Jadi, dia Er? Gadis kecil yang dulu sering mengganggu ku,' batin Arga mengingat masa kecilnya yang sering di repotkan oleh Erlin.
" Ehemm ... Ehemm. Kau hanya ingat pada Tita? Apa kau tak mengingat Uncle?" tanya Bram dengan raut wajah yang di buat sesedih mungkin.
" Uncle Bram. Mana mungkin aku melupakanmu." Er menghampiri Bram lalu memeluknya.
" Oh ... gadis kecilku sudah tumbuh jadi gadis dewasa." Bram mengusap punggung Er sambil membalas pelukannya.
Semua yang melihat pertemuan itu tampak senang, karena mengingat dulu ketika rumah mereka berdampingan, Er selalu berada di rumah keluarga Mahardika.
Maka dari itu kedekatan antara mereka sudah terjalin sejak lama. Lalu pandangan Er bertumpu pada sosok pria tampan yang sejak tadi tak henti memandang nya dengan ekspresi datar nya.
Mereka berpandangan lama, hingga seseorang ber dehem dan menyadarkan mereka.
" Kau mengingatnya, Er?" tanya Bram.
Lalu Er menoleh pada Bram dan tersenyum.
" Tak mungkin dia tidak mengingat ku, Dad. Sejak dulu aku yang selalu di repotkan oleh gadis kecil ini." kata Arga dengan tatapan nya dan suara bass nya.
Er menoleh pada Arga dan mereka kembali berpandangan.
" Jadi kau masih mengingat ku? Genta?" ucap Erlin dengan tersenyum miring.
" MY NAME ARGANTA, BUKAN GENTA. NONA!!" kata Arga dengan penuh penegasan.
Er tertawa pelan mendengar ucapan dari Arga yang masih saja tidak terima jika dia di panggil Genta.
" Ah ya, Er. Apa kesibukan mu sekarang ini?" tanya Tita.
" Aku seorang model, Aunty. Dan aku salah satu model papan atas di negara ini," kata Erlin membanggakan dirinya.
" Kau salah satu brand ambasador produk ternama itu?" tanya Tita mengingat wajah cantik Er di salah satu majalah nya.
" Ya, Aunty. Dan akhir - akhir ini jadwal ku sangat padat."
" Ya, itu benar. Sampai - sampai dia tak mengingat Mom nya sendiri," kata Lintang melanjutkan pembicaraan itu.
Semua tampak tertawa mendengar nya. Tapi tidak dengan Arga yang masih menatap tajam pada sosok Erlina yang kini menjelma jadi wanita yang sangat cantik.
" Heii, Tuan. Kau terpesona pada ku ya?" kata Er sambil menjentikkan jarinya di depan wajah Arga.
" Aku memang cantik dan mempesona, jadi kondisikan pandangan mu itu."
Semua tampak tertawa mendengar kenarsisan wanita cantik itu sambil menggelengkan kepala.
" Ah ya, bagaimana tentang rencana perjodohan merek, Uncle?" tanya Bram tiba-tiba.
Arga dan Erlina tampak terkejut dan menoleh secara bersamaan pada kakek Erlan dan Bram.
" WHAT ... PERJODOHAN?" kata Arga dan Erlin bersamaan.
" Ya, sayang. Perjodohan ini sudah kami sepakati sejak kalian kecil. Dan ini sudah saatnya kalian bersatu," kata Bram menjelaskan.
" Kakek ... Aku tidak mau menikah. Apa lagi menikah dengan dia!!" tegas Er sambil menunjuk kearah wajah Arga.
Arga yang langsung mendapatkan penolakan tampak menahan kekesalannya, dan entah kenapa dia sangat kesal dengan penolakan dari Erlina.
" Kau pikir aku mau menikah dengan mu? Gadis manja, Kau pasti akan sangat merepotkan," ucap Arga dengan tenang tapi penuh penekanan.
" Hei Tuan, sejak tadi kau sudah terpesona dengan kecantikan ku. Jadi jangan sok menolak perjodohan ini. Karena yang berhak menolaknya itu, Aku!!" tegas Er dengan menatap tajam pada Arga.
" Sudah cukup, disini yang berhak memutuskan itu, aku!! Dan kalian harus tunduk dan tak boleh membantah!!" ucap Erlando dengan penuh penekanan.
Erlin dan Arga tampak saling menatap tajam, seolah tercium bau permusuhan yang sengit di antara mereka.
Lalu Er dan Arga beranjak dari sofa dan pergi dari ruangan itu secara bersamaan tapi dengan arah yang berbeda.
Jika Erlina kearah belakang mansion, Arga berjalan kearah depan mansion.
Semua keluarga tampak saling menatap dan bingung akan situasi ini.
" Biarkan saja, mereka hanya butuh waktu," kata Erlando dengan tenang.
Lalu mereka melanjutkan perbincangan mereka di ruangan itu tanpa kehadiran ER dan Ar.
.
.
Di halaman belakang mansion, Erlina tampak mondar mandir tak karuan di dekat kolam renang.
Dia merasa terjebak dengan rencan perjodohan ini, Er tidak ingin menikah dengan pria manapun.
Er selalu teringat akan perselingkuhan ayahnya yang dia lihat dengan matanya sendiri dan itu membuat nya trauma akan pernikahan dan membuatku frustasi.
" Aku tidak bisa membantah kakek, tapi aku juga tidak mau menikah. Bagaimana ini?" gumamnya masih mondar mandir sambil menggigit kuku jarinya.
.
Sementara di halaman depan mansion, Arga sedang duduk dengan tenang di kursi taman sambil menatap ke depan.
Pria itu tampak berpikir keras, bagaimana caranya menggagalkan perjodohan ini karena dia tahu kalau dia tidak akan bisa menolaknya.
" Apa aku harus menjadi sosok pria brengsek di hadapan kakek Erlan? Ah itu tidak mungkin, karena kakek Erlan pasti akan tahu bahwa itu hanya rekayasa." Arga tampak berpikir dan mengingat bahwa Erlina juga menolak perjodohan ini.
" Aku harus bicara dengan Er," gumamnya.
Lalu masuk lagi kedalam mansion dan mencari keberadaan wanita cantik yang tadi sempat membuatnya terpesona.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!