NovelToon NovelToon

Nikah Paksa Dengan CEO Kejam

Pernikahan

"Sungguh kejam kalian menjualku pada pria asing hanya untuk membayar hutang yang tak pernah aku lakukan," seru wanita muda berparas ayu yang memiliki kulit putih dan rambut panjang bergelombang sambil menangis dan meronta agar anak buah dari pria yang membeli dirinya melepaskannya. Diandra tentu tidak terima dijual oleh Ibu dan Kakak tirinya pada pria asing yang tak ia kenal sama sekali.

"Anggap saja sebagai kau membalas budi padaku karena aku sudah membesarkan mu setelah Ayahmu yang tak berguna itu meninggal. Kamu harus berterima kasih karena aku masih mau membesarkan mu setelah kepergian Ayahmu, jika orang lain mungkin kamu sudah dibuangnya ke pinggir jalan. Sudahlah, jadilah istri yang baik, anak tiriku," sinis wanita paruh baya yang menjadi Ibu tiri dari Diandra.

"Apakah perpisahan mengharukan kalian sudah selesai?" Pria berwajah tampan yang terlihat sangat sempurna menatap tajam pada kedua Ibu dan Anak yang berdiri tak jauh darinya.

"Mah, sudahlah, kita tinggalkan saja dia, peduli amat dengan rengekannya yang menusuk telinga itu, yang terpenting uang sudah kita dapatkan untuk menebus rumah dan membayar hutang judiku. Kita bisa hidup mewah dengan sisa uang ini setelahnya," ajak anak laki-laki yang tak lain adalah Kakak tiri dari Diandra.

"Brengseek kalian!" Diandra kini tidak punya tenaga lagi untuk meronta. Dia benar-benar pasrah saat tubuhnya ditarik paksa untuk segera masuk ke dalam mobil. Isak tangis di dalam mobil juga tidak bisa dia tahan. Diandra hanya bisa duduk meringkuk menatap ke luar jendela dengan tatapan kosong dan cucuran air mata yang tidak bisa dia hentikan.

"Berhentilah menangis, atau aku akan membunuhmu!" ancam pria bernama Erlangga Saputra. Seorang CEO muda yang terkenal dan ternama karena sering mendapatkan banyak penghargaan.

"Itu akan lebih baik, Tuan! Aku memang ingin mati saat ini," jawab Diandra tanpa menoleh pada pria yang duduk disebelahnya.

Usia yang baru menginjak sembilan belas tahun dan hidup bagai seorang budak, membuat Diandra benar-benar ingin mati menyusul kedua orang tuanya. Sejak umur sembilan tahun, dia harus menerima perlakuan buruk dari Ibu juga Kakak tirinya. Bahkan sang kakak tiri hampir berbuat cabull.

Erlan sangat marah mendengar jawaban Diandra. Bahkan wajahnya yang merah padam terlihat jelas. Secepat kilat tangannya menarik rambut Diandra hingga dia mengaduh kesakitan. "Argh! Sa-sakit," rintihan Diandra tidak dihiraukan sama sekali. Sudah sangat biasa hal itu terjadi setiap hari saat semua hal yang berjalan tidak sesuai dengan sang ibu tiri.

"Saya sudah mengeluarkan uang satu juta dollar dan dengan entengnya kamu bicara ingin mati? Saya sudah membebaskan mu dari ibu tirimu itu, tapi sama sekali kamu nggak punya rasa terima kasih? Diam dan menurut lah wanita jalangg." Erlan melepaskan tangannya dengan kasar hingga kepala Diandra hampir menabrak kursi di depannya.

"Ck," Diandra berdecak."Tapi sepertinya saya hanya akan mendapatkan penderita baru," kata Diandra kemudian sorot matanya kini menatap tajam sosok laki-laki di sisinya yang duduk dengan sangat santai.

"Saya tidak akan memberikan penderitaan jika kamu menurut, jadi menurut lah!" Setelah itu tidak ada ucapan sepatah katapun di dalam mobil.

...***...

Diandra membuka matanya saat merasakan mobil yang dia naiki berhenti. Rasa kantuk langsung hilang ketika matanya melihat sebuah mansion yang begitu megah bak istana. "Benar-benar orang kaya yang bodoh," gumam Diandra kemudian pintu mobil pun terbuka.

Erlan meraih tangan Diandra dan menggenggamnya. Bukan dengan kelembutan dan romantis, melainkan menariknya dengan langkah cepat agar segera masuk ke dalam mansion. "Kalian tahu pekerjaan kalian?" tanya Erlan pada beberapa orang di depannya.

"Iya, Tuan," jawab mereka serempak.

"Bagus. Laksana secepatnya karena waktunya sebentar lagi." Erlan mendorong tubuh Diandra dan ditangkap oleh lima orang wanita dengan seragam pakaian layaknya mua.

"Tolong kerjasamanya, Nyonya," ucap salah satu dari lima wanita tersebut.

"Dia bukan Nyonya kalian. Panggil saja Diandra," bentak Erlan dengan mata yang memerah dan tangan yang mengepal. Erlan pun berlalu. Diandra hanya diam dan pasrah saat kelima orang tersebut membersihkan tubuhnya juga memberikan makeup lalu memakainya gaun pengantin serba putih. Sebuah mahkota di atas kepalanya juga sangatlah berkilau layaknya berlian terkena pantulan cahaya matahari.

"Apa aku akan menikah dengan laki-laki psiko itu?" tanya Diandra saat melihat pantulan wajah cantiknya di cermin.

"Iya, Diandra. Acaranya akan dimulai sebentar lagi," jawab salah satu dari lima wanita yang berhasil kerja cepat melakukan perintah Erlan.

"Kenapa begitu lama? Kalian mau saya bunuh?" teriak Erlan kemudian.

"Su-sudah se-selesai, Tuan." Erlan langsung melirik seorang gadis dengan gaun pengantin yang berdiri tidak jauh darinya. Setelah itu Erlan menarik kembali tangan Diandra dan memintanya untuk masuk ke dalam mobil.

Benar saja, Diandra dibawa ke sebuah gedung pernikahan dengan konsep yang begitu megah. "Saat kamu keluar dari mobil ini, tersenyumlah karena kamu akan menjadi istri seorang CEO terbaik di kota ini." Erlan turun dari mobil dan para wartawan langsung berkerumun menghampirinya. Tentu saja tidak semudah itu karena pengawalan sangatlah ketat.

Wajah tampan dan berwibawa itu menjadi sorotan publik karena dikabarkan akan menikah dengan artis papan atas yang sedang naik daun. Namun saat Erlan membuka pintu mobil dan menggandeng Diandra, semua mata begitu terkejut melihat mempelai wanita adalah orang yang berbeda.

Pertanyaan demi pertanyaan terlontar dari banyak mulut karena tidak ada yang kenal bahkan tahu siapa mempelai wanita itu. Sesuai perkataan Erlan, Diandra hanya menunjukkan senyum bahagianya seolah-olah dia akan menikah dengan kekasihnya.

"Calon cucu menantuku sangatlah cantik." Kini seorang Nenek dengan rambut yang hampir memutih semua itu memeluk Diandra. Pelukan hangat itu membuat Diandra menitikkan air matanya, tetapi dengan cepat menghapus air mata itu.

Bukan hanya seorang Nenek yang memberikan pelukan hangat, tetapi ada beberapa orang yang tidak Diandra tahu siapa mereka semua. "Sudahlah, kalian hanya akan memperlambat acara pernikahanku," ucap Erlan masih dengan wajah dinginnya.

"Dasar nggak punya hati. Memang apa salahnya memeluk menantu di keluarga ini? Bilang aja kalau kamu udah nggak sabar untuk malam pertama, iyakan?" Goda sang Nenek membuat Erlan memutar malas bola matanya.

"Betul kata Nenekmu, Er. Mami sangat senang kamu nggak nikah dengan wanita dari majalah dewasa itu," sahut Mami Hasna.

"Bisa nggak hari ini nggak usah bahas hal lain selain pernikahanku?" kata Erlan masih dengan wajah datar.

"Ya … ya … cepatlah menikah dan cepat berikan kami penerus keluarga ini," sinis sang Nenek.

Diandra sendiri hanya bisa tersenyum merasakan hangatnya keluarga barunya. Mereka semua terlihat akan begitu menyayanginya walaupun sebenarnya dia sendiri penasaran dengan sosok wanita yang disebutkan oleh ibu mertuanya tadi.

........

Kenangan

Sehari sebelum sebuah pernikahan mewah itu terjadi, Erlan menerima kabar begitu mengejutkan. "Apa? Bagaimana bisa kamu lebih memilih karir mu daripada pernikahan kita, Sayang? Kamu tau undangan sudah tersebar dan … dan aku bahkan menentang keluargaku demi menikah denganmu," Erlan terlihat mengeratkan giginya dan mengepalkan tangan karena terkejut sekaligus kesal.

"Sayang … kamu tahu ini hobiku. Hanya dengan begini aku bisa melupakan kejadian-kejadian buruk yang menimpaku. Kamu yang paling tahu itu,"

"Lantas bagaimana dengan pernikahan kita? Kamu mau buat malu aku? Aku bakal jadi trending topik dengan tema CEO terkenal yang gagal menikah?"

"Sayang … please deh! Itu bukan masalah besar. Kamu tinggal cari cewek yang mau dibayar buat jadi istri kamu selama aku di Paris. Setelah aku selesai pemotretan dan fashion show disini, aku akan segera pulang dan menikah denganmu. Gimana? Mudahkan? Aku rasa itu bukan hal sulit untuk seorang Erlan,"

"Terserah kamu,"

Erlan segera menutup panggilan dengan kekasih yang telah bersamanya selama lebih dari lima tahun. Pertemuan tanpa sengaja mereka menumbuhkan benih cinta bahkan banyak yang memuji Cherin karena berhasil menaklukkan hati seorang CEO yang terkenal gila kerja dan begitu dingin terhadap wanita.

Pernikahan mereka berdua hanya tinggal besok dan tiba-tiba Cherin menunda kepulangannya dari Paris untuk menikah dengan Erlan hanya demi karirnya. Padahal rencana itu sudah disusun rapi sejak beberapa bulan lalu.

"Argh …. Sialann …. Brengsekk!" teriak Erlan seraya melempar semua barang yang ada di meja kerjanya. Teriakan itu mengundang Nenek juga Maminya yang sedang bersantai di depan televisi.

"Kenapa tuh si Erlan, ngamuk-ngamuk?" Mami juga Nenek Erlan segera menghampiri Erlan di ruang kerja.

"Astaga …. Erlangga! What's happen? Mau kawin kok marah-marah?" kata Mami Hasna terkejut dengan ruang kerja Erlan yang berantakan.

"Iya, ganggu orang lagi santai aja," sahut Nenek Harni sedikit ketus.

"Pasti ada masalah sama si model majalah dewasa itu, iya kan?" ucap Mami Hasna.

Erlan tidak menjawab. Tentu dia paham jika Mami juga Neneknya itu bicara seperti itu karena memang tidak ada yang setuju Erlan berhubungan dengan Cherin. Bahkan rencana pernikahan Erlan itu semua yang mengatur sekretaris pribadinya, sang Mami tidak mau campur tangan sama sekali.

"Erlan mau pergi dulu!" Erlan segera keluar dari ruang kerjanya dan meninggalkan Mami serta Neneknya tanpa penjelasan apa-apa.

"Diomongin orang tua nggak denger sih!" sinis Mami Hasna saat Erlan begitu saja melewatinya. "Mami harap kamu bisa menikah dengan wanita baik-baik, Er!" teriak Mami Hasna karena Erlan tidak menghentikan langkahnya saat sang Mami begitu sinis padanya seolah tahu apa yang terjadi.

...***...

"Gila … kenapa kamu bawa mereka kemari? Tinggal kasih duit, semua beres!" teriak Erlan setelah sadar dari mabuknya dan mendapatkan laporan dari Jio. Sebelum tiba ke diskotik, Erlan mengirimkan pesan suara pada Jio untuk menjemputnya karena takut dia mabuk. Erlan juga menanyakan bagaimana persiapan pernikahannya.

Jio tentu saja melakukan pekerjaan dengan sangat baik dan persiapan pernikahannya sudah beres. Namun Erlan meminta Jio untuk membatalkan semuanya karena Cherin tidak akan pulang. Tentu saja Jio terkejut dan segera menyusul Erlan ke diskotik.

"Tenang dulu, Tuan! Saya punya rencana yang bagus."

"Rencana bagus?"

"Iya. Saya sudah menyelidiki latar belakang mereka dan saya punya ide agar Tuan tidak malu karena gagal menikah,"

"Maksudnya?"

"Tuan akan menikahi adik dari laki-laki yang Tuan pukul itu. Dia sangat cantik bahkan masih virgin, Tuan." Jio berbisik. Sebelumnya terjadi perkelahian antara Erlan dengan pria asing karena emosi Erlan tidak terkontrol.

Tentu saja tidak akan ada yang tidak frustasi andai wanita yang sangat dicintai tiba-tiba memutuskan untuk membatalkan pernikahan. Begitu pun dengan seorang Erlangga Saputra.

"Gila! Kamu tahu aku hanya mencintai Cherin,"

"Tuan, resepsi pernikahan tinggal besok pagi. Demi menjaga nama baik keluarga anda, Tuan harus melakukannya. Saya yakin wanita ini akan disukai oleh Nyonya Hasna dan Nyonya Besar, Tuan," bujuk Jio membuat Erlan mengangkat satu alisnya.

Dia pun terdiam sejenak dan memikirkan rencana brilian yang Jio ajukan.

"Begitukah?" tanya Erlan menatap Jio yang langsung mengangguk kepala untuk meyakinkan sang Tuan.

"Iya, Tuan. Setelah Nona Cherin kembali, Tuan bisa menceraikan wanita ini atau … itu terserah Tuan kedepannya. Saya akan mengatur semuanya, tapi Tuan harus mengeluarkan uang sebanyak satu juta dollar,"

"Terserah. Lakukan jika itu memang baik." Akhirnya kesepakatan itu pun terjadi.

...***...

"Cium … cium … cium …." Teriakan tamu undangan membuat Erlan meragu, tetapi dia memang harus mencium wanita di depannya sebagai tanda bahwa mereka sudah resmi menjadi sepasang suami istri.

"Menurut lah dan tersenyum setelah aku menciummu," kata Erlan segera meraih tengkuk Diandra dan memberikan ciuman singkat, tetapi lain halnya dengan Diandra yang juga menangkup kedua pipi Erlan dan membalas ciumannya layaknya seorang pasangan kekasih yang saling mencintai.

Erlan terkejut, tetapi wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Bibir yang lembut dan terasa manis membuat Erlan terpaku beberapa detik. Diandra pun kembali menatap para tamu undangan dan melebarkan senyumannya setelah kedua mempelai itu berciuman.

"Sialann … kenapa ciumannya begitu manis. Bibirnya sangat lembut dan tiba-tiba dadaku berdebar tadi. Selama melakukan dengan Cherin, nggak pernah seperti ini," batin Erlan menatap wajah Diandra yang begitu cantik dengan gaun pengantin yang seharusnya dipakai oleh Cherin.

"Kenapa, Tuan? Apakah ciuman saya sangat nikmat?" Diandra sadar sedang diperhatikan oleh suaminya. Dia melirik sekilas Erlan yang tiba-tiba salah tingkah karena ketahuan memperhatikan wajah cantik Diandra.

"Kaku sekali. Kamu kurang mahir dalam berciuman. Mau aku ajari bagaimana cara berciuman yang nikmat?" jawab Erlan seraya menyunggingkan senyum.

"Ck! Benarkah demikian? Harap dimaklumi karena ini ciuman pertama saya, Tuan. Jika bukan karena keluarga Anda menyambut hangat kedatangan saya, pasti saya tidak akan melakukan hal bodoh itu. Lihatlah mereka begitu bahagia melihat kita berdiri disini. Saya merasa punya keluarga baru yang akan menyayangi saya ditengah hancurnya hati saya," ucap Diandra langsung mengubah raut wajahnya yang bahagia menjadi menyedihkan.

Namun dia tahu jika banyak mata sedang melihatnya, jadi Diandra terpaksa kembali melebarkan senyum.

"Sepertinya Jio benar. Wanita ini baru saja datang, tapi Mami juga Nenek langsung menyukainya," batin Erlan yang mengikuti pandangan Diandra.

Tidak bisa dipungkiri jika kedua mata Diandra memancarkan rasa sedih yang mendalam. Namun Erlan memilih masa bodoh karena dia sudah mengeluarkan uang banyak demi menjaga nama baiknya juga keluarga.

"Kalau anda tidak suka, langsung ceraikan saya setelah pesta pernikahan ini, Tuan. Saya rela dan saya berjanji akan membayar satu juta dollar yang anda keluarkan untuk membeli saya," lirih Diandra mengejutkan Erlan.

........

Istri Pelampiasan

"Ck, nikmati saja apa yang baru kamu dapatkan. Uang sebesar itu mustahil kamu bisa menggantinya," jawab Erlan dan berlalu pergi.

Pesta Pernikahan itu benar-benar meriah yang tidak pernah Diandra bayangkan sama sekali akan menikah dengan cara dipaksa. Apalagi Erlan menikahinya bukan karena cinta melainkan karena telah membelinya dengan harga satu juta dollar.

Sungguh miris memang. Diandra ingin tahu bagaimana bisa Ibu tiri juga Kakak tirinya itu bertemu dengan Erlan dan menjualnya. Bahkan Diandra hanya bisa menyunggingkan senyum saat menatap laki-laki yang sedang asik mengobrol dengan rekan bisnisnya.

Wajahnya tidaklah buruk rupa. Tentu saja dia sangat tampan dan terlihat berwibawa. Namun bagi Diandra, wajah itu begitu menyeramkan.

"Diandra, ayu minum!" Diandra terkejut karena sejak tadi melamun sendiri di kursi pelaminan.

"Em, saya tidak minum yang seperti itu, Tante," kata Diandra menolak wine berwarna merah pemberian Mami Hasna.

"Hah? Tante? Aku Maminya Erlan, bukan Tantenya, haha ...." Diandra langsung salah tingkah.

"Ah, maaf. Saya tidak tau, Mami. Mami masih terlihat sangat muda," jawab Diandra masih dengan nada sedih dan sedikit kaku.

Ingin rasa segera akrab dan berharap mendapatkan banyak kasih sayang dari keluarga Erlan. Namun Diandra tidak mau banyak berharap karena bisa saja mereka baik hanya karena banyak wartawan disana.

"Ugh ... Mami suka gaya kamu, Sayang. Mami memang masih muda, kamu pikir Mami Erlan udah tua bangka? haha ...." Diandra hanya tersenyum tipis menanggapi Mami Hasna. "Ayo kita jalan-jalan, Mami akan kenalkan keluarga baru kamu, Sayang," ajak Mami Hasna seraya merengkuh lengan Diandra dan dia pun hanya bisa pasrah mengikuti ibu mertuanya.

"Cantik banget kan menantuku?" begitulah Mami Hasna memperkenalkan Diandra pada beberapa teman juga tamu undangan disana. Tentu saja Diandra ingat satu persatu nama tersebut. Walaupun dia tidak sekolah, Diandra punya daya ingat yang sangat bagus.

"Bukannya di undangan Tuan Erlan nikah sama model bernama Cherin, Jeng? Kok ganti? Dia anak siapa? Pengusaha juga keluarganya?" tanya seorang ibu-ibu dengan penampilan yang perfeksionis.

"Haha ... menantuku ini jauh lebih cantik dari model majalah dewasa itu, Jeng. Nggak penting lah masalah anak pengusaha mana, yang penting itu attitude," jawab Mami Hasna.

Diandra tidak mau bicara apa pun dan hanya mengangguk atau tersenyum tipis saat Mami Hasna juga Nenek Harni menyanjungnya di depan para tamu.

...***...

"Astaga ... capek banget," Diandra akhirnya bisa merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur yang sangat nyaman dan tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Diandra celingukan dan bingung sekaligus kagum dengan ruangan yang begitu besar itu. "Hanya tempat tidur, tapi semewah ini," gumam Diandra.

Risih dengan baju pengantinnya, Diandra segera melepaskan gaun pengantinnya kemudian masuk kamar mandi. Cukup lama dia disana karena ternyata air di bathtub sangat hangat dan membuatnya rileks dengan bau yang sangat khas dan wanginya benar-benar membuat Diandra bisa melepaskan penatnya. Air itu telah disiapkan oleh asisten rumah tangga yang mengantarnya ke kamar Erlan.

Merasa air sudah mulai dingin, Diandra pun menyudahi mandinya dan meraih handuk yang menggantung untuk dililitkan ditubuhnya. Diandra bingung harus mengenakan baju apa karena tidak ada pakaian untuk dia pakai selain handuk yang melilit ditubuhnya itu. "Astaga ... kenapa aku tadi nggak tanya pakaianku. Lalu aku harus pakai handuk?" ucap Diandra seraya menepuk jidatnya.

Tidak lama kemudian, Erlan masuk ke dalam kamar dan terkejut bukan main melihat Diandra sedang berdiri di dekat tempat tidur hanya mengenakan handuk dan rambut yang basah. Pemandangan itu tentu saja begitu menggodanya. Wajar, dia laki-laki normal dan sudah lama tidak melakukan hal semacam itu dengan Cherin.

"Ngapain kamu di kamar saya?" tanya Erlan dengan nada marah.

"Saya tidak tahu, Tuan. Saya disuruh masuk kesini dan karena saya lelah ya saya mandilah sekalian. Lagian saya istrimu, Tuan. Memang saya harus tidur dimana? Di gudang?" jawab Diandra tidak kalah ketus.

"Oh ... jadi kamu suka dengan statusmu sekarang?" Erlan melangkahkan kakinya mendekati Diandra seraya melepaskan dasi juga kemeja putihnya. Kini Erlan tidak memakai baju. "Baiklah ... saya juga tidak mau rugi karena harga mu cukup mahal, Sayang," lanjutnya.

"Mak-maksudnya?" Diandra gugup.

"Bukannya kamu sedang berperan menjadi seorang istri? Aku akan menuruti apa maumu," jawab Erlan dengan jaraknya yang semakin dekat.

Diandra semakin gugup dan langkah mundurnya salah arah karena dia terjatuh tepat di atas tempat tidur. "Argh!" rintih Diandra saat tubuhnya berada di atas tempat tidur.

"Hm ... rupanya istriku sudah tidak sabar untuk tidur denganku," Erlan pun menindih tubuh Diandra dan menarik paksa handuk yang dia pakai untuk segera dia lempar ke sembarang tempat.

"Tu-Tuan ...." Diandra tak kuasa bicara lagi karena mulutnya sudah dibungkam oleh mulut Erlan. "Emh!" Diandra berontak tetapi gagal. Erlan segera mengatur posisinya agar lebih leluasa untuk menikmati tubuh Diandra.

"Siall ... kenapa dia benar-benar menggairahkan," batin Erlan dan kembali melahap bibir manis Diandra. Hingga Diandra pun hanya pasrah mendapatkan perlakuan kasar dari suaminya. Tubuhnya mulai lemas dan lama kelamaan bagiannya intinya terasa begitu nyeri karena ada yang mencoba masuk dengan paksa.

"Argh! Tolong ... pelan-pelan, Tuan!" rintih Diandra, tetapi tidak dihiraukan oleh Erlan yang sudah dilanda napsu.

"Sialann ... rasanya sangat berbeda dari Cherin. Wanita ini sangat nikmat," batin Erlan yang terus bekerja demi mencapai puncaknya. "Argh!" Erlan pun terkapar lemas di sisi Diandra setelah hasratnya tersalurkan.

...***...

Pagi harinya, Diandra benar-benar tidak bisa bangun dari tempat tidur. Permainannya dengan Erlan semalam, membuat seluruh tubuhnya sakit terutama di bagian pangkal paha karena bukan hanya sekali Erlan melakukannya, tetapi beberapa kali bahkan Erlan tidak mempedulikan rasa lelah dan sakit yang diderita Diandra sekalipun dia mengeluh dan memintanya untuk pelan-pelan.

"Ugh! sakit banget," keluh Diandra di balik selimut ya menutupi seluruh tubuhnya. Diandra pun membuka selimut itu dan menatap sekeliling, tidak ada siapapun di dalam kamar. "Dia benar-benar kejam," gumam Diandra seraya meringis kesakitan, bahkan hanya untuk sedikit bergerak.

"Bagaimana aku bisa keluar? Aku nggak punya baju dan sekarang aku sangat lapar. Jam berapa sekarang, ah." Lagi-lagi Diandra tidak bisa berkutik dan terpaksa dia menutup kembali seluruh tubuhnya dengan selimut.

"Diandra Sayang ... udah bangun belum?" Suara yang tidak asing lagi untuk Diandra membuatnya kembali menyibak selimut untuk menatap wanita yang telah menjadi ibu mertuanya.

"Eh, em ... Sudah, Mam," jawab Diandra kembali meringis menahan sakit dan hendak beranjak karena tidak enak dia bangun kesiangan.

"Udah, nggak usah bangun. Mami bawakan kamu sarapan, ini Mami letakkan di sini ya?" Mami Hasna pun meletakkan nampan yang berisi beberapa menu makanan untuk Diandra.

"Terima kasih, Mam!" ucap Diandra dengan senyuman yang dipaksa.

"Biasa kalau malam pertama suka kayak gitu, pegal-pegal dan sakit. Apalagi si pria tua itu suka seenaknya. Kamu istirahat aja di kamar ya? Nanti akan ada pelayanan masuk bawain baju buat kamu dan ganti sprei nya. Mami keluar dulu, jangan lupa sarapan ya? Oiya, bicara santai aja, jangan kaku begitu, oke?" Diandra hanya mengangguk pelan setelah itu sang ibu mertua pun keluar dari kamar.

"Mami! Apakah perhatianmu nyata atau palsu?" batin Diandra masih belum bisa terima dengan sikap baik ibu mertuanya.

........

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!