NovelToon NovelToon

Mengejar Cinta Berujung Tragedi

Chapter 1 - Penerus Group Adinata

Alvaro Tri Adinata adalah seorang remaja pria yang memiliki wajah blasteran yang diturunkan dari opanya yang berasal dari italy, dia memiliki wajah yang sangat tampan, badan yang kekar disertai badan yang tinggi dan dia memiliki sifat yang baik, penurut, pekerja keras, tegas, dan cerdas. Dikarenakan orang tua Alvaro mendidik dan menemani pertumbuhan Alvaro dari kecil, dia akhirnya menjadi anak yang sangat membanggakan bagi kedua orang tuanya. Dia tidak berpengalaman dalam urusan percintaan meskipun sangat banyak wanita yang sangat tergila-gila kepadanya, dia ingin menjalin hubungan dari dasar sama-sama saling mencintai.

***

Jam menunjukkan pukul 03 : 20 pagi dini hari.

"Ah.....Alhamdulillah." Alvaro duduk sambil bersyukur bahwa dia masih diberikan kesehatan oleh Allah.

Dia melihat jam dinding menunjukkan pukul 03 : 20, dia langsung bergegas kekamar mandi untuk mengambil wudhu dan bergegas menggerai sajadah.

Setelah beberapa saat Varo selesai sholat dan berdo'a.

"Ya Allah ya tuhanku ampuni segala dosa Varo yang disengaja maupun yang tidak disengaja, juga ampuni dosa seluruh keluarga Varo Ya Allah, berikan keluarga Varo umur yang panjang dan barokah, berikan keluarga Varo rezeki yang halal dan berlimpah agar bisa membantu saudara-saudara Varo yang sedang kesusahan diluar sana, dan jauhkan seluruh keluarga Varo dari balak musibah penyakit, Amin." Varo berdiri sambil merapikan sajadah yang dia pakai untuk sholat.

Varo berganti pakaian untuk melakukan rutinitasnya ngegym, setelah selesai ngegym dia pergi mandi dan berganti pakaian untuk pergi ketempat kuliah.

***

"Pagi mommy daddy dan adek kakak yang paling imut." Sambil menuruni tangga dan menghampiri kedua orang tuanya dan Sisil sambil mencium kening mereka satu persatu.

"Pagi sayang." Kedua orang tua Varo menjawab dengan serentak.

"Aci akak." Sisil sambil cengengesan.

"Uh adek ciapa ini ucu anget." Varo bersuara seperti anak kecil, sambil menciumi Sisil dan langsung duduk.

"Adeknya akak Valo." Sisil sambil cengengesan.

"Siapa dek Valo, bukannya kamu adeknya kakak Varo." Varo menggoda Sisil.

"Iya Akak Valo kak." Sisil cemberut sambil menaruh kedua tangan disamping pinggang.

"Udah-udah jangan dijahili adeknya Varo." Salsa mencubit pinggang Varo.

"Iya-iya mommy." Varo berhenti menjahili adeknya.

"Varo setelah sarapan daddy sama mommy mau ngajak ngobrol kamu perihal sesuatu." Wahyu berbicara sambil menunggu sarapan siap.

Setelah beberapa saat bibi menyiapkan hidangan sarapan diatas meja makan.

"Makasih bi." Varo sambil tersenyum kearah bibi.

"Maacih bi." Sisil cengengesan.

"Sama-sama tuan muda nona muda." Bibi tersenyum sambil kembali pergi kedapur.

***

Dikeluarga Adinata total memiliki 4 orang saja selain Varo, Wahyu Tri Adinata daddy Varo, Salsa Candani mommy Varo, Sisil Dwi Adinata adik perempuan Varo, dan yang terakhir Rama Tri Adinata opa Varo dari daddy.

***

Setelah makan Varo beserta kedua orang tuanya pergi keruang keluarga untuk membahas perihal sesuatu, dan adeknya bermain bersama bibi.

"Varo." Wahyu menampakkan wajah yang serius.

"Iya, ada apa daddy ?" Varo sambil tersenyum.

"Varo, daddy ingin kamu mulai belajar mengelola perusahaan, karena kamu udah diumur untuk mulai belajar mengelola perusahaan." Wahyu berekpresi dengan serius dan dalam hati Wahyu juga berkata "Aku ingin kamu segera bisa memegang seluruh kendali atas perusahaan daddy varo, karena umur hanya Allah yang tau, jika daddy tidak ada terlebih dahulu tetapi kamu masih belum bisa memegang kendali atas seluruh perusahaan daddy, daddy takut kamu akan diremehkan."

"Tapi Varo masih kuliah dad..." Varo disela oleh Salsa.

"Tak apa sayang, kamu bisa kuliah dan sambil mempelajari tentang perusahaan, daddymu masih belum turun dari jabatannya, dia sambil memantau kamu dibelakang layar." Salsa mendekat ke Varo sambil memegang kedua tangan Varo.

"Iya Varo, daddy masih belum mengangkatmu menjadi CEO, tapi kalau nanti kamu sudah benar-benar siap, daddy akan menyerahkan sepenuhnya perusahaan daddy ke kamu." Wahyu mendekat ke Varo juga dan mengelus kepala Varo.

"Kalau memang itu keputusan kalian, Varo akan mengikuti semua keputusan daddy mommy." Varo sambil memeluk kedua orang tuanya dan mencium kening mereka dengan bergantian.

"Kamu memang anak yang pa...ling mommy sayangi." Salsa mencium pipi anaknya dan tersenyum bahagia.

"Mommy uma ayang akak ?" Sisil berlari keruang keluarga sambil cemberut

"Non jangan lari nanti jatuh." Bibi berlari dan menggendong Sisil.

"Oh iya anak mommy kan bukan hanya Varo, ada juga bidadari mommy yang pa..ling cantik dan imut." Salsa berdiri mengambil Sisil dari bibi sambil menciumnya bertubi-tubi.

"Ih mommy udah angan telusan ciumnya." Sisil sambil mendorong mulut mommynya.

"Gak apa-apa toh kamu anak mommy." Salsa terus menciumi Sisil dan akhirnya dihentikan oleh Varo.

"Udah mommy kasian itu Sisil sampai cemberut." Varo tertawa melihat kelakuan Sisil yang cemberut.

"Udah sayang kasian Sisil." Wahyu menghampiri Salsa yang menggendong Sisil, Sisil diambil dan digendong oleh Wahyu.

"Udah-udah kalau begitu Varo mau berangkat kuliah dulu nanti telat daddy mommy, nanti Varo mampir keperusahaan daddy." Varo berdiri sambil mencium tangan kedua orang tuanya.

"Sisil jangan nakal ya dek, patuh ke mommy dan bibi, kalau Sisil baik dan patuh nanti Sisil dapet pahala." Varo mencium pipi Sisil

"Sisil patuh kok ak." Sisil senyum cengengesan.

"Yaudah, nanti daddy tugasin 1 assistant buat bantu kamu mempelajari tentang perusahaan." Wahyu sambil tersenyum

"Yaudah kalau begitu hati-hati dijalan ya sayang." Salsa melambaikan tangannya sambil tersenyum.

"Iya dad mom, Assalamu Alaikum." Melaju pergi menggunakan mobil.

"Wa'alaikum salam." Wahyu dan Salsa menjawab dengan seksama

***

Sesampai diuniversitas, varo disambut oleh sahabat-sahabat baiknya, persahabatan mereka mulai dijalin sejak mereka SMA hingga kini mereka menginjak keperguruan tinggi. Sahabat varo ada Rangga, Bintang, Fajar, Bulan, dan Mentari.

***

AKHIRNYA UNEK-UNEK GUA MAU BUAT NOVEL SENDIRI TERLAKSANA, SEMOGA KALIAN COCOK SAMA NOVELNYA.

MAAF JIKA ADA KESALAHAN DALAM MEMBUAT NOVEL INI, MOHON DIMAKLUMI KARENA MASIH PEMULA DALAM HAL MEMBUAT NOVEL.

TUNGGU KELANJUTANNYA YA GUYS.

SEKIAN DAN TERIMA KASIH, SALAM AUTHOR.

Chapter 2 - Pertama Kali Bertemu

Sesampai diuniversitas Varo disambut oleh sahabat-sahabatnya.

"Yo bro." Rangga merangkul pundak Varo sambil cengengesan.

"Tumben datengnya agak siangan Var." Bintang sambil tersenyum.

"Ya mungkin lagi begituan dikamar mandi." Fajar menyindir Varo sambil tertawa.

"Ya kalau elo Jar." Bulan mencubit pinggang Fajar sambil cemberut.

"Hadeh gini amat sahabat satu gua." Mentari melihat fajar sambil geleng-geleng kepala.

"Udah-udah kan emang gitu itu Fajar orangnya." Varo merangkul pundak Rangga dan Fajar sambil mereka berjalan.

"Sory tadi aku habis ngobrol soal perusahaan sama daddy mommy." Varo.

"Perusahaan ?" Sahabat-sahabat Varo kaget bersamaan dan berhenti berjalan.

"Emang kenapa Var ada masalah kah ?" Mentari bertanya dengan wajah sedih.

"Iya ada apa Var ngomong aja sama kita-kita, kan kita sahabat lo semua." Fajar bertanya sambil tersenyum.

"Iya Var ngomong aja, tapi kalau emang gak mau diomongin juga gak papa, itu juga mungkin privasi loh." Bulan berbicara sambil tersenyum.

"Itu, daddy mommy nyuruh aku buat mulai belajar cara mengelola perusahaan." Varo.

"What ?" Rangga kaget.

"Kan lo lagi kuliah Var." Bulan.

"Iya kan kita kura...ng 1 tahunan lulus kuliahnya ya guys ?" Mentari sambil mengingat.

"Iya kurang 1 tahunan." Fajar Bintang Bulan menjawab bersamaan.

"Iya aku tau kalau kurang 1 tahunan, tapi ya namanya umur gak ada yang tau, kata daddy biar aku udah bisa mengelola seluruh perusahaan daddy sebelum daddy gak ada gitu." Varo.

"Owh... yaudah gapapa Var." Mentari tersenyum.

"Iya kita semua tau kalau kamu anak yang cerdas jadi mudah buat kamu mempelajari masalah perusahaan Var." Bintang tersenyum sambil menepuk pundak Varo.

"Bener apalagi lo kan juga ngambil jurusan manajemen dan bahasa jadi ya gampang Var." Bulan tersenyum.

"Kita akan selalu ada buat lo Var, misal ada apa-apa tinggal calling kita-kita." Rangga sambil cengengesan.

"Betul itu." Fajar tersenyum sambil memberi jempol.

"Iya bener sih, tapi ngomong aja mudah." Varo menghela nafas.

"It's okay Var." Rangga menepuk punggung Varo.

"Iya santai aja Var, dijalani aja dulu." Bintang sambil tersenyum.

"Thanks ya, kalian emang sahabat-sahabatku." Varo tersenyum sambil memeluk mereka.

"Udah-udah ayo masuk udah waktunya." Mentari mengajak yang lain untuk masuk.

Merekapun berjalan masuk menuju jurusan masing-masing.

***

Setelah kelas kuliah selesai Varo melihat handphone untuk melihat titik kumpul bersama sahabat-sahabatnya, sambil berjalan menuju titik kumpul, dan saat berjalan dia tidak melihat kearah depan karena sibuk melihat handphone pada akhirnya dia menabrak seseorang.

"Ah..." Rena sedang membawa tumpukan berkas dan ditabrak oleh Varo dan jatuh.

"Aduh... gimana sih kamu, kalau jalan itu pakai mata jangan pakai dengkul !" Rena marah sambil mencoba mengumpulkan berkas-berkas yang berserakan.

Varo bengong karena terpesona oleh Rena.

"Ini orang malah bengong, woy !" Rena marah sambil membentak Varo.

"Ah... maaf-maaf mbak, gak liat jalan barusan" Varo sambil membantu mengumpulkan berkas-berkas yang berserakan.

Setelah beberapa saat mengumpulkan semua berkas.

"Ini mbak berkasnya, sekali lagi maaf ya mbak." Varo memberikan berkas-berkas yang dia kumpulkan sambil memandangi wajah cantik Rena, jantung Varo berdetak kencang saat memandangi Rena, ini pertama kalinya Varo memiliki perasaan seperti ini.

"Lain kali jangan maen handphone kalau lagi jalan mas, diliat jalannya pakai mata !" Rena marah.

"Iya-iya maaf mbak." Varo sedikit kesal karena terus-terusan disalahkan.

"Mbak kalau boleh tau namanya si.." Varo belum menyelesaikan omongannya, langsung ditinggal pergi oleh Rena.

"Ah judes amat itu cewek, tapi untungnya dia cantik." Varo tersenyum bahagia, ini pertama kalinya Varo jatuh hati kepada cewek.

Varo melihat jas almamater cewek tersebut berwarna merah seperti jas almamater Bulan dan Mentari, Varo berfikir untuk bertanya ke Bulan atau Mentari pada saat bertemu.

Varo lanjut berjalan menuju titik kumpul dengan sahabat-sahabatnya.

***

Selang beberapa saat Varo akhirnya sampai ditempat berkumpul, disana sudah ada Bintang, Bulan, Mentari.

"Mana Rangga sama Fajar Tang ?" Varo celingak-celinguk mencari Rangga dan Fajar, Varo bertanya ke Bintang karena mereka satu fakultas.

"Gak tau Var tadi gua keluar duluan gak bareng mereka." Bintang.

"Ya mungkin mereka kayak biasa duluan kecafenya, kayak gak tau mereka aja kalian." Mentari sambil cemberut.

Varo, Bintang, dan Bulan tertawa melihat Mentari yang cemberut.

"Udah-udah kita langsung nyusul aja kecafe, naik mobil aku aja Tang, Lan, Tari." Varo tersenyum sambil mengajak mereka dan berjalan keparkiran untuk mengambil mobil, dan langsung menuju kecafe.

Setelah beberapa saat mereka akhirnya sampai ditempat tujuan.

"Plak Plak... disuruh kumpul ditempat biasanya malah langsung kesini kalian." Bulan menghampiri Rangga dan Fajar yang asyik ngobrol sambil memukul kepala mereka.

"Aw... napa marah-marah sih Lan." Rangga menghadang kepala dengan tangan.

"Iya maap gak kesana dulu." Fajar juga menghadang kepala dengan tangan.

"Kamu bukannya minta maaf malah tanya kenapa Ngga." Mentari mencubit pinggang Rangga.

"Udah-udah Lan Tari, aku mau pesen minuman dulu, Lan Tari Tang sini sekalian pesen aku traktir." Varo mengajak sambil berjalan menuju kasir.

"Gua sama Fajar gimana Var, gak ditraktir juga." Rangga berwajah memelas.

"Enggak kalian dah pesen duluan, jangan gitu mukamu Ngga, kayak monyet." Varo tertawa dibarengi dengan Bintang, Fajar, Bulan dan Mentari.

"Anjing bener lo Var." Rangga meminum minumannya sambil cemberut.

Setelah selang beberapa saat.

"Kita sekarang membahas masalah setelah kelulusan kalian mau ngapain, kerja, lanjut kuliah ngambil S2, atau gimana ?" Varo bertanya kepada sahabat-sahabatnya.

"Kalau gua sih mungkin langsung cari kerja Var, buat bantu-bantu orang tua gua biaya.in adik gua yang masih sekolah." Rangga menjawab sambil minum.

"Kalau aku sih mungkin lanjut S2 Var, itupun kalau dapet beasiswa full lagi." Bintang.

"Kalau gua sih masih pengen istirahat, gak kerja gak kuliah." Fajar sambil tiduran dimeja.

"Hah...males bener lu Jar." Varo sambil menggelengkan kepala.

"Kalau kamu Lan Tari ?" Varo melihat Bulan dan Mentari.

"Kalau gua sih kerja Var, capek mikirin belajar terus." Bulan sambil menghela nafas.

"Kalau Bulan kerja, gua juga kerja aja deh kalau gitu." Mentari cengengesan.

"Kalian berdua ini hadeh." Varo sambil menggelengkan kepala.

"Ya untung masih kurang 1 tahunan, kalian pikirin mateng-mateng masalah kalian setelah lulusan mau ngapain." Varo menegaskan kepada sahabat-sahabatnya.

Setelah obrolan masalah masa depan selesai, Varo mengingat ada yang ingin ditanyakan ke Bulan ataupun Mentari.

"Lan Tari mau tanya, kalian berdua kan jas almamaternya merah ya ?" Varo bertanya kepada Bulan dan Mentari.

"Iya Var ada apa i." Bulan dan Mentari menjawab bersamaan.

"Dijurusan kalian ada gak cewek cantik tapi cuek dan judes." Varo bertanya dengan ragu karena Varo mulai jaman mereka sekolah tidak pernah sekalipun menanyakkan soal cewek.

"Hah" Semua sahabat Varo terkejut dengan pertanyaan Varo.

***

OKAY PERCAKAPANNYA DILANJUT DICHAPTER SELANJUTNYA 😁

THANKS UNTUK YANG MASIH NGIKUTIN NOVEL GUA, SEMOGA BISA SELALU MENGHIBUR KALIAN SEMUA.

MAAF KALAU MASIH ADA KATA ATAU TULISAN YANG KURANG BAIK, MOHON DIMAKLUMI KARENA MEMANG BUKAN DIDASARI AHLI NOVEL WKWK.

SEKIAN DAN TERIMAKASIH, SALAM AUTHOR.

Chapter 3 - Rena Maheswara

"Dijurusan kalian ada gak cewek cantik tapi cuek dan judes." Varo bertanya dengan ragu karena Varo mulai jaman mereka sekolah tidak pernah sekalipun menanyakkan soal cewek.

"Hah" Semua sahabat Varo terkejut dengan pertanyaan Varo.

"Varo lo kok tumben nanya cewek." Rangga tertawa.

"Gimana ini sahabat kita yang polos udah mulai jatuh hati." Bintang tertawa.

"Var serius tanya ?" Mentari kaget.

"Cinta pandangan pertama uy." Fajar tertawa.

"Siapa itu Var, gua mau becek-becek cewek itu, berani-beraninya deketin sahabat tampan gua." Bulan cemberut sambil mengepalkan tangan karena tidak suka kalau Varo dekat dengan cewek.

"Udah-udah jan banyak tanya, aku mau tau aja, gimana Lan Tari kenal gak ?" Varo mengeles semua pertanyaan sahabatnya.

"Hmm... siapa ya cantik, tapi cuek dan judes." Mentari berfikir.

"Ah gua tau !" Bulan berdiri sambil medobrak meja, semua langsung kaget.

"Siapa... siapa ?" Semua penasaran.

"Aku" Bulan ketawa terbahak-bahak.

"Aish Bulan Bulan." semua menggelengkan kepala.

"Lo cantik ? muka ke air comberan ngaku cantik." Fajar tetawa terbahak-bahak sambil diikuti yang lain.

"Fajar.....!" Bulan marah sambil mencubit pinggang Fajar.

"Oh aku tau Var, cewek cantik cuek dan judes." Mentari tersenyum.

"Siapa Tari ?" Varo membuat muka penasaran disertai yang lain.

"Rena Maheswara." Mentari.

"Ah ya Rena Maheswara, anak dari Group Maheswara Var." Bulan.

"Lo bener jatuh hati sama anak cuek dan judes itu Var ?" Rangga.

"Aku gak tau ini jatuh hati atau apa, tapi yang pasti baru pertama kali ini aku ngeliat cewek terus ngerasain perasaan kek tadi Ngga." Varo sambil memegang dadanya.

"Hadeh Var Var, baru pertama kali ngerasain jatuh hati kok bisa-bisanya ke cewek kek dia, meskipun cantik sih dia." Fajar sambil tertawa.

"Udah-udah entah itu jatuh hati atau apa, aku mau pasti.in dulu perasaan tadi itu memang aku jatuh hati atau emang kagum doang." Varo sambil menatap jam tangannya, jam sudah menunjukkan jam 03 : 15, dia teringat bahwa akan pergi keperusahaan.

"Oh iya aku kelupaan tadi dah bilang daddy mau keperusahaan buat mulai mempelajari masalah perusahaan." Varo.

"Owh yaudah Var, duluan aja kalau gitu." Bintang sambil menepuk punggung Varo.

"Aku cabut dulu ya guys, Assalamu Alaikum." Varo sambil pergi meninggalkan mereka.

"Wa'alaikum Salam." Rangga, Bintang, Fajar, Bulan, Mentari serentak menjawab salam Varo.

***

Dalam perjalanan menuju kantor, Varo mendapati seorang anak perempuan yang berdiri disamping resto sambil melihat kedalam resto, Varo berhenti ditepi jalan dan langsung menghampiri anak tersebut.

"Dek kamu ngapain disini." Varo memegang pundak anak kecil tersebut dari belakang.

"Ah..maaf maaf aku gak nyuri, aku cuman ngeliat dari diluar aja." Anak kecil tersebut ketakutan dan ingin lari tetapi berhasil dihentikan oleh Varo.

"Iya dek, kakak tau kamu gak nyuri." Varo jongkok dan tersenyum sambil memegang kedua tangan anak kecil tersebut.

"Kamu ngapain disini dek, rumahmu dimana ?" Varo tersenyum

"Gak ngapa-ngapain kak, cuman liat aja, rumahku didekat sini kok kak." Anak kecil tersebut sambil tersenyum.

"Oh ya namanya siapa kalau boleh tau ?" Varo tersenyum.

"Namaku Shasa kak." Shasa tersenyum.

"Oh Shasa cantik sekali namanya kayak wajahnya cantik." Varo tersenyum sambil memegang wajah Shasa.

"Kamu udah makan Shasa ?" Varo.

"Udah k..." Belum Shasa menyelesaikan omongannya, perutnya langsung berbunyi, Shasa langsung menundukkan kepalanya karena malu.

"Udah ? tapi kok perutnya bunyi Sha." Varo meledek Shasa sambil tertawal kecil.

"Ya anu... itu..." Shasa disela oleh Varo.

"Yaudah sini ikut kakak masuk Sha." Varo sambil menggandeng tangan Shasa.

"Tapi kak Shasa kotor semua." Shasa sedih.

"Gapapa Sha, gak akan ada yang ngusir kamu." Varo menggandeng tangan Shasa sambil berjalan masuk ke resto.

"Mbak." Varo memanggil seorang pelayan.

"Iya mas, ini daftar menunya." Pelayan menghampiri Varo dan memberikan daftar menu.

"Makasih mbak." Varo sambil tersenyum.

Pelayan langsung melongo melihat ketampanan Varo, karena Varo memiliki darah daddynya yang lebih dominan yang berasal dari opanya.

"Hmm... kamu mau pesen apa Sha ? ini menunya kamu pilih sendiri, kalau gak tau kamu tanya aja." Varo tersenyum sambil memberikan daftar menu ke Shasa.

Shasa kaget melihat harga yang begitu mahal.

"Hah ! kak ini harganya mahal, Shasa gak usah makan gapapa kak." Shasa langsung menaruh daftar menunya.

"Apanya yang mahal, kan kakak yang bayar bukan kamu, kamu tinggal pesen aja yang kamu mau." Varo tersenyum sambil mengelus kepala Shasa.

"Tapi.... kak." Shasa ragu-ragu.

"Yaudah kalau kamu takut kemahalan, sini kakak aja yang pilihin, kamu ada makanan yang gak kamu suka Sha ?" Varo bertanya sambil tersenyum.

"Enggak ada kak, Shasa gak rewel kok, semua yang bisa dimakan Shasa mau." Shasa tersenyum lebar.

"Kamu anak yang mudah bersyukur ternyata, bagus kalau gitu." Varo tersenyum sambil mengelus rambut Shasa.

Akhirnya Varo yang memesan seluruh menu makanannya, setelah menunggu beberapa saat pelayan mengantarkan makanan yang telah dipesan tadi.

"Ini mas, selamat menikmati." Pelayan menghidangkan semua makanannya sambil tersenyum.

"Iya mbak makasih." Varo juga membalas dengan senyuman.

Mata Shasa berkaca-kaca memandangi makanan yang begitu indah, ini pertama kalinya Shasa melihatnya sedekat ini.

"Sha kamu bisa makan apapun yang kamu mau." Varo tersenyum.

"Iya kak makasih." Shasa mulai makan dan masih tidak percaya bahwa dirinya akan makan makanan seperti ini.

"Iya sama-sama Sha." Varo juga mulai makan.

Setelah selang beberapa saat, Varo dan Shasa selesai makan, tetapi masih ada beberapa makanan yang belum habis.

"Mbak." Varo memanggil pelayan.

"Iya mas." Pelayan.

"Saya minta notanya, dan minta tolong bungkus makanan yang masih tersisa." Varo.

"Baik tunggu sebentar mas." Pelayan membawa makanan yang harus dibungkus, dan memberikan nota ke Varo.

Setelah selang beberapa saat, pelayan membawa makanan yang telah dibungkus dan diberikan kepada Varo.

"Ini mas makanan yang telah dibungkus." Pelayan memberikan makanan yang telah dibungkus ke Varo.

"Oke mbak makasih ya." Varo mengajak Shasa pergi keluar sambil tersenyum ke pelayan.

"Terimakasih telah datang direstoran kami, selamat datang kembali." Pelayan membukakan pintu sambil mempersilahkan Varo dan Shasa.

Setelah diluar.

"Sha rumah kamu dimana ? kalau jauh kakak anter." Varo bertanya kepada Shasa.

"Deket kok kak darisini, gak usah kak biar aku pulang sendiri." Shasa, Shasa tidak mau diantar karena takut ayahnya marah kalau tau Shasa pergi dengan orang lain, ayah Shasa adalah seorang pemabuk berat, dulu ayahnya tidak begitu, dikarenakan istrinya meninggal ketika melahirkan Shasa, dia langsung berubah dan memperlakukan Shasa dengan semena-mena.

"Beneran Sha ?" Varo bertanya lagi.

"Beneran kak, deket kok." Shasa tersenyum.

"Yaudah kalau begitu, ini makanan kamu bawa pulang buat makan dirumah." Varo memberikan makanan sambil tersenyum.

"Enggak usah kak, tadi udah makan enak, Shasa udah bersyukur kok." Shasa berusaha menolak pemberian Varo.

"Gapapa Sha, anggap ini sebagai pengganti kakak yang gak nganter Shasa sampek rumah, atau Shasa kakak anter kalau gak mau nerima makanan yang kakak kasih." Varo tersenyum.

"Ah enggak kak, Shasa terima aja makanannya, gak usah ngerepotin kakak buat nganter Shasa." Shasa.

"Yaudah kalau gitu, jangan lupa dimakan ya Sha makanannya." Varo pamit sambil berjalan masuk kedalam mobil.

"Iya kak, sekali lagi Shasa ucapin terimakasih, Shasa gak bisa bales apa-apa kak." Shasa tersenyum.

"Iya gapapa Sha, yaudah kakak pergi ya." Varo pergi sambil melambaikan tangan.

"Iya kak, hati-hati dijalan ya." Shasa juga melambaikan tangan.

***

THANKS YANG UDAH SETIA NGIKUTIN NOVEL GUA, MAAF JIKA ADA KESALAHAN TULISAN ATAUPUN BAHASA YANG KURANG SOPAN KARENA MEMANG INGIN MEMBUAT SUASANA YANG SENATURAL MUNGKIN, MAAF BILA MASIH BANYAK KEKURANGAN KARENA MEMANG BUKAN SEORANG PENULIS NOVEL, CUMAN BUAT ISI WAKTU LUANG.

SEKIAN DAN TERIMAKASIH, SALAM AUTHOR.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!