NovelToon NovelToon

Buku Harian Cika

1. Selamat Pagi

"Berangkat sekolahnya naik mobil saja Rom,"

Kata Mama pada sang putra saat tengah menikmati sarapan bersama seperti biasa, namun cowok dengan wajah tampan bernama Romi itupun tampak cepat menggelengkan kepalanya,

"Romi sudah berniat untuk pakai angkutan umum saja Mah setelah pindah ke sini,"

Jawab Romi, membuat Mama memandang Papa, namun tampaknya Papa sedang tak ingin bergabung dengan pembicaraan mereka, Papa sibuk menikmati sarapannya karena hari ini ia tentunya ada banyak pekerjaan di kantor,

"Tapi, angkutan umum itu tidak aman, apalagi di kota ini katanya terkenal banyak copet,"

Kata Mama lagi yang kini kembali memandang putra bungsunya,

"Ah, tidak apa-apa Ma, toh Romi juga tidak bawa banyak uang cash, hp juga Romi masukkan ke kantong depan seragam, jadi aman Ma, tenang,"

Kata Romi lagi memberikan alasan, dan tentunya Mama yang mendengarnya akhirnya hanya bisa menghela nafas,

"Hhh... Kamu ini, suka sekali ngeyel seperti Papa, padahal banyak sekali anak seusiamu sekarang yang sampai merengek minta beli kendaraan sendiri untuk berangkat sekolah, kamu malah lebih suka pakai angkutan umum,"

Mendengar hal itu, Romi tampak tersenyum,

"Semua orang kan punya pilihan sendiri Ma, mereka ya mereka, Romi ya Romi, masih ingat cerita Nenek saat dulu belum terlalu banyak kendaraan, udara di mana-mana segar, orang hidup jauh lebih sehat karena banyak jalan, saling menyapa, manusia hidup lebih memanusiakan manusia lainnya. Sekarang jalanan juga sudah terlalu macet, kasihan juga supir angkutan, mereka kehilangan penumpang,"

Kata Romi, yang kali ini membuat Papa akhirnya jadi mantuk-mantuk,

"Papa setuju Rom,"

Ujar Papa tiba-tiba,

"Hmm... Papa,"

Mama langsung melirik Papa,

"Betul kata Romi Ma, buat Papa pemikiran Romi itu sudah benar, anak muda harus begitu, peduli dengan perubahan gaya hidup yang makin ke sini tidak sehat, harus dilawan, harus mulai ada yang melakukan gerakan memindah haluan ke arah yang benar lagi,"

Tambah Papa,

"Tapi Pa..."

Romi yang dibela sang Papa tampak tersenyum, ia yang kini telah menghabiskan sarapannya tampak kemudian meminum jus yang dibuatkan si Mbok, lalu Romi berdiri dan bersiap pamit untuk berangkat sekolah,

"Romi berangkat dulu Pa, Ma, nanti sore Mas Reno pulang dari Jogja kan Pa, Ma?"

Tanya Romi mengalihkan pembicaraan sambil bersalaman dengan kedua orangtuanya,

"Iya, sudah pesan dibuatkan masakan seabrek itu malah sama si Mbok,"

Sahut Mama,

"Asik, pesta ya Ma,"

Romi nyengir,

"Hmm... Kamu itu, susah dibilangin,"

Kata Mama jadi ingat lagi pembahasan mereka, lalu menabok lengan Romi yang kini bersiap berangkat,

Romi pun hanya bisa tertawa kecil, lalu sambil menggendong ranselnya, Romi pun berjalan menjauhi ruang makan dan langsung menuju pintu utama keluar dari rumah.

"Romi sudah kelas sebelas sekarang Ma, dia sudah mulai punya pandangan dan arah hidup sendiri, biarkan saja, toh itu positif, harusnya Mama bangga dengan anakmu, banyak anak remaja laki-laki yang saat ini hilang kontrol, tapi Romi, jangankan berulah macam-macam, hanya sekedar hidup sedikit bergaya saja dia tidak,"

Ujar Papa,

Mama tampak kembali menghela nafas,

"Iya, Romi kan persis Papa, sudah naik jabatan juga masih saja setia dengan mobil lama, anak buah Papa saja sudah pada pakai mobil yang lebih mahal dan model baru,"

Kata Mama dengan nada sedikit kesal, membuat Papa tampak jadi tertawa,

"Nanti kalau sesuatu yang Papa cari sudah ketemu, Papa baru akan ganti mobil,"

Sahut Papa yang kemudian menyeruput teh hangatnya dari cangkir,

"Sesuatu apa sih Pa? Papa selalu bicara sedang mencari sesuatu, tapi kalau ditanya tidak jelas jawabnya, coba bilang, kan siapa tahu Mama bisa bantu,"

Mama jadi makin kesal,

Tapi melihat Mama kesal begitu, Papa malah hanya terkekeh,

Nanti juga ada masanya semua tahu, karena mungkin saja kepindahan kita ke kota ini adalah jawabannya, karena konon dulu dia pindah ke sini. Kata Papa dalam hati, tanpa berniat untuk benar-benar mengatakannya.

...****************...

Dan, seperti yang diniatkan dari awal, Romi pun berangkat ke sekolah barunya dengan naik bus mikro, atau semacam metromini jika di Jakarta,

Pagi itu, metromini cukup penuh, dan kebanyakan penumpangnya adalah pelajar, ini tentu di luar prasangka Romi yang dipikirnya pelajar di kota tersebut sama seperti kota di mana Neneknya tinggal dan Romi sempat bersekolah di sana karena tinggal ikut Nenek, ketika tiga tahun sebelumnya Papa bertugas di Kalimantan,

Melihat masih banyak pelajar mau naik angkutan umum membuat Romi tampak tersenyum senang, ia pun jelas makin bersemangat,

Romi berdiri berdesak-desakan dengan pelajar lain, yang sebagiannya sepertinya bukan dari sekolah yang sama dengan Romi karena baju seragam yang mereka kenakan berbeda,

Angkutan melaju cukup kencang, Romi berdiri sambil berpegangan pada besi di atasnya agar tak sampai jatuh,

Beberapa anak laki-laki lain juga sama, membuat aroma campur aduk di dalam angkutan,

Untungnya, karena pintu angkutan dibuka, membuat angin sejuk pagi terasa memenuhi angkutan, yang itu membantu mengurangi aroma tak sedap dari beberapa anak yang mungkin tidak pakai deodorant dan mungkin juga tak sempat mandi, hihihi...

Romi yang berdiri tak jauh dari pintu tampak asik menikmati hembusan angin pagi yang berlari masuk dari pintu angkutan, hingga kemudian matanya yang semula melihat ke arah jalanan, tiba-tiba tanpa sengaja berpindah ke arah bangku kedua dari depan,

Bukan...

Bukan karena bangku itu kini kosong dan Romi ingin cepat duduk di sana,

Tapi pandangan Romi tertarik pada seorang gadis yang tampak duduk di sana sambil memangku wadah-wadah berisi dagangan,

Gadis berwajah cantik itu memakai seragam yang sama dengan Romi, yang itu berarti mereka satu sekolah,

Dan, sekian menit selama dalam perjalanan itu, Romi pun entah kenapa begitu tertarik memandangi gadis tersebut,

Hatinya bertanya-tanya, gadis itu ke sekolah apakah sambil berdagang?

Hingga kemudian gadis itu tiba-tiba saja berdiri, ia tampak meminta jalan dan kemudian berdiri di dekat pintu,

"Depan kiri Bang,"

Kata si gadis, yang seketika membuat Romi tersadar jika sekolahnya sudah dekat, apalagi anak-anak dengan seragam yang sama lainnya juga kini sama mulai mendekati pintu,

Romi pun langsung mengikuti, dan kemudian berdiri tepat di dekat gadis yang lama tadi ia perhatikan,

"Kak Cika, hari ini ada donat?"

Tanya seorang gadis di belakang Romi ke arah gadis yang membawa beberapa wadah itu,

"Ada, nanti langsung ke Ibu kantin saja ya,"

Jawab si gadis.

"Risol saja aku mah,"

Anak laki-laki kali ini bersuara,

"Iya Cik, risolnya dibanyakin, sering tidak kebagian kalau istirahat,"

Kata anak laki-laki lain,

Gadis yang sepertinya bernama Cika itu tersenyum,

Senyumnya...

Romi entah kenapa dadanya langsung berdegup kencang manakala melihat senyum manis di bibir gadis bernama Cika itu.

Cantik. Batin Romi.

...****************...

2. Dingin

Bus metromini berhenti di depan sebuah gedung sekolah menengah umum yang cukup difavoritkan di kota tersebut, Romi tampak segera turun dalam waktu yang nyaris bersamaan dengan gadis yang tadi ia lama perhatikan,

Gadis itu setelah turun langsung berjalan dengan bergegas, tangannya tampak sibuk membawa beberapa wadah berisi donat dan juga dagangan lain, beberapa anak juga mengikuti gadis bernama Cika yang kini berjalan melewati area parkir dan menuju ke arah kantin sekolah, di mana dagangan-dagangan yang ia bawa itu tampaknya akan dititipkan,

"Hey, bro Romi,"

Tiba-tiba saja seseorang merangkul Romi dari belakang, membuat cowok tampan itu terkejut dan langsung menoleh ke arah belakangnya,

"Oh, ternyata kamu Rif,"

Romi tampak tersenyum lega,

Arif adalah anak dari teman Ayah Romi di kantor, mereka sudah sempat berkenalan sebelum akhirnya Romi benar-benar pindah ke sekolah ini,

Untuk Romi yang sebagai murid baru, pastinya memiliki satu teman yang sudah ia kenal di hari pertama adalah sesuatu yang melegakan,

Karena paling tidak, ia tak perlu terlalu kelihatan celingak-celinguk saat harus berjalan menuju ke kelas sendirian,

"Aku tadi ke rumah lho, aku kirim chat tidak kamu baca,"

Kata Arif melepas rangkulannya,

Keduanya lantas berjalan beriringan,

"Oh yah? Aku tidak tahu,"

Kata Romi kaget sambil kemudian memasukkan tangannya ke saku seragamnya untuk mengambil ponsel miliknya,

Tapi Arif malah tampak tertawa kecil,

"Tidak apa, santai saja Rom, aku ngerti lah, namanya lagi fokus lihatin cewek cantik, ya kan?"

Kerling Arif sambil menyenggolkan lengannya pada lengan Romi seperti meledek temannya itu,

Romi yang ketahuan pastinya langsung jadi nyengir keki,

"Cika, namanya Cika, dia memang cantik banget, tapi agak pendiam, susah dideketin juga,"

Ujar Arif kemudian, sambil ikut melihat ke arah Cika yang kini telah masuk ke kantin, dan Arif serta Romi harus terus berjalan melewati lapangan basket dan kemudian melewati lagi lapangan upacara untuk baru akhirnya sampai di kelas mereka,

Kebetulan memang Romi satu kelas dengan Arif, jadi ini juga pastinya satu keuntungan,

"Oh, Cika juga satu kelas sama kita, dan dia juga juara kelas kita,"

Tambah Arif memberikan informasi lagi seputar Cika pada Romi yang sejak turun dari metromini, dari kejauhan Arif sudah melihat teman barunya itu terus memperhatikan salah satu anak paling cantik di sekolahnya,

"Gitu ya,"

Sahut Romi pura-pura tak begitu menanggapi,

Arif mengulum senyuman,

"Tidak apa kalau naksir, pepet saja, dia masih ori, belum satupun cowok yang berhasil deketin,"

Kata Arif,

Romi sekilas tampak tersenyum, dadanya kini jadi berdebar lagi tiba-tiba karena mengingat senyuman Cika yang memang manis sekali di mata Romi,

Yah, sekian banyak gadis cantik yang Romi lihat, entah kenapa di matanya kali ini Cika begitu menarik sejak pertama ia melihatnya di metromini,

Arif dan Romi yang berjalan menuju kelas mereka, tampak melewati beberapa gadis yang tengah asik mengobrol di dekat pintu kelas sebelah, yang begitu melihat Romi lewat, mereka pun langsung sibuk kasak-kusuk,

"Jadi, itu murid barunya? Yang kata kamu kemarin lihat? Yang di kelas sebelah heboh?"

"Iya, apa aku bilang, ada murid baru masuk,"

"Hmm ganteng banget ya, kayak Kim Myung Soo,"

"Iya... Ganteng, imut, gumush banget,"

"Udah punya cewek belum ya?"

"Huuu, yang ini buat aku lah, kalian kan udah pada punya cowok,"

"Yeee... kan janur kuning belum melengkung,"

Dan mereka pun kemudian cekikikan sendiri, sedangkan Romi tak mau ambil pusing dengan gadis-gadis yang hampir semuanya menatap genit ke arahnya,

Romi, dengan langkah tenang, tampak tetap menjajari langkah Arif memasuki kelas mereka dan kemudian langsung menuju bangkunya sendiri yang ada paling belakang,

"Hai,"

Sapa seorang anak gadis yang duduk di depan Romi,

Lumayan cantik, rambutnya pendek sebahu dan memakai penjepit rambut berwarna biru di bagian sisi kanan,

Romi tersenyum ramah ala kadarnya, lalu memilih melepas ranselnya untuk kemudian ia letakkan di atas meja guna mengeluarkan peralatan sekolah yang ia bawa,

Tak lama, saat kemudian bel masuk berbunyi, anak-anak ramai ribut masuk ke dalam kelas, yang Romi lantas melihat sosok Cika juga ada termasuk di antara anak-anak yang baru masuk,

Cika, gadis itu berjalan tanpa menoleh ke arah Romi sama sekali meskipun jelas ia melewati Romi untuk kemudian mengambil tempat duduk di bangku yang persis di samping kiri Romi,

Romi menatap ke arah Cika sejenak, menunggu gadis itu juga akan melakukan hal yang sama dengan gadis yang berada di depannya,

Menyapa mungkin, atau hanya sekedar say hai pun tak masalah.

Tapi, sayangnya ditunggu-tunggu ternyata tidak,

Jangankan Cika mengajak senyum dan menyapa, rasanya menyadari kehadiran Romi si anak baru di kelasnya pun Cika tidak sama sekali,

Ia asik merapikan peralatan belajar, tanpa peduli apapun lagi di sekitarnya.

...****************...

3. Pesona Si Murid Baru

Tak lama setelah bel masuk berbunyi dan para siswa memasuki kelas masing-masing, tampak seorang Ibu Guru yang wajahnya jutek masuk ke dalam kelas Cika, di tangan Ibu Guru, terlihat beberapa buku yang ia bawa, matanya yang terbingkai kacamata tebal menyelidik tajam, menyapu seluruh penjuru kelas, seolah mengamati satu demi satu siswa yang berada di sana,

Hingga kemudian, mata sang Ibu berhenti pada satu wajah baru di kelas itu, wajah seorang cowok tampan yang duduk bersebelahan dengan bangku Cika,

"Katanya ada murid baru yang masuk hari ini, apa itu kamu?"

Tanya Ibu Guru pada Romi yang tampak langsung berdiri dan mengangguk mengiyakan,

Cika di bangkunya terlihat hanya sekilas lalu memandang ke arah Romi, dan kemudian kembali menyibukkan diri dengan buku di mejanya,

"Sudah memperkenalkan diri pada teman-temanmu?"

Tanya Ibu Guru lagi,

Romi menggeleng, Ibu Guru pun tampak berjalan ke meja nya di depan ruangan untuk meletakkan buku-buku miliknya,

Lalu setelah itu meminta Romi maju ke depan,

"Ibu beri waktu agar kamu memperkenalkan diri pada teman-teman mu,"

Kata Ibu Guru Sumarni,

Romi pun lantas beranjak dari bangkunya, saat akan meninggalkan bangkunya itu, tiba-tiba ia tersandung kaki bangku di mana dia duduk,

Sontak saja ia jadi terhuyung dan nyaris jatuh jika saja tak langsung berpegang pada meja Cika,

Sementara Cika sendiri, begitu melihat Romi yang akan jatuh karena tersandung reflek berdiri dan membantu ikut menahan tubuh Romi yang kemudian berpegang pula pada mejanya,

Dan tentu saja semua anak di kelas langsung heboh melihat adegan Romi dan Cika, terutama lagi si Arif pastinya, yang langsung bersuit-suit,

Cika yang mendapati teman-temannya menggoda nya dengan Romi langsung tampak gugup, apalagi saat matanya juga berpandangan sekian detik dengan Romi, membuat Cika langsung cepat melepas tangannya dari Romi,

Keduanya sejenak terlihat salah tingkah karena semua sibuk menggoda,

Ibu guru di depan kelas memukul meja dengan penggaris untuk membuat kelas yang gaduh menjadi tenang,

Cika duduk di bangkunya lagi, ia tampak memilih menundukkan wajahnya menghindari tatapan para siswa lain di kelas, termasuk teman perempuan yang duduk di depan dan di dekat bangku Cika,

Ah yang benar saja, selama ini Anna dan teman-temannya itu sudah cukup sering membuat Cika dalam masalah, selalu punya alasan untuk mengganggu Cika, selalu ada saja yang mereka lakukan untuk membuat Cika berada dalam situasi yang tak enak di sekolah,

Maka, jika kejadian ini membuat Anna dan teman-temannya semakin punya alasan untuk membuat Cika bermasalah, maka jelas ini adalah nasib sial untuk Cika,

"Perkenalkan, nama saya Romi Setyo Aji Santoso,"

Terdengar suara Romi, sang murid baru yang kini telah berada di depan kelas, berdiri di samping Ibu Guru,

Cika menghela nafas, mendengar beberapa anak cewek kasak-kusuk tentang Romi yang tampan, tak terkecuali Anna dan teman-temannya,

"Dia anak atasan Ayahku di kantor, Ayahku dan Ayah Romi berteman, tapi posisi di kantor, Ayah Romi lebih tinggi,"

Arif yang duduk selang dua bangku di depan Cika terdengar bicara dengan Dewi, teman satu geng Anna yang duduk persis di bangku depan Cika,

"Hmm, tajir dong,"

Kata Dewi,

"Yo i lah, lebih tajir dari aku,"

Kata Arif yang lantas cekikikan, sementara Dewi ber huuu ria,

Pletok pletok pletok ...

Bu Guru memukul meja lagi dengan penggaris kayu panjang agar siswa di kelasnya tak berisik dan fokus saja mendengar Romi memperkenalkan diri,

Cika di bangkunya hanya bisa menghela nafas, menatap buku-buku yang ada di depannya, enggan terlalu ikut dalam menyambut datangnya murid baru bernama Romi itu.

Yah, Romi, cowok itu, sudah jelas dia berada di level yang berbeda dengan Cika, jadi untuk Cika, kedatangannya di kelas Cika tentu tak perlu terlalu ia pedulikan.

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!