NovelToon NovelToon

Menikahi Bodyguard Papa

Pernikahan

"Tidak Pa ... Aisyah tidak bisa menikah dengannya, Aisyah tidak mencintainya. lagipula Aisyah sudah memiliki kekasih Pa." ucap Aisyah.

𝘉𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘉𝘰𝘥𝘺𝘨𝘶𝘢𝘳𝘥, 𝘗𝘢𝘱𝘢. 𝘉𝘦𝘳𝘵𝘦𝘨𝘶𝘳 𝘴𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩, 𝘢𝘱𝘢𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩𝘪𝘯𝘺𝘢. 𝘈𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪 𝘈𝘯𝘥𝘳𝘦, 𝘬𝘦𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩𝘬𝘶. 𝘥𝘪𝘢 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱𝘬𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢.

"Papa mohon Aisyah, hanya Farel yang bisa menjaga kamu dari semua musuh-musuh Papa. Anggap saja ini permintaan terakhir papa Aisyah." ucap Pak Wijaya dengan tatapan memelas.

𝘉𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵𝘮𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘳𝘵𝘪, 𝘈𝘪𝘴𝘺𝘢𝘩, 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘯𝘺𝘢𝘸𝘢𝘮𝘶 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘣𝘢𝘩𝘢𝘺𝘢, 𝘣𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬 𝘮𝘶𝘴𝘶𝘩 𝘱𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘯𝘤𝘢𝘳 𝘬𝘦𝘩𝘢𝘯𝘤𝘶𝘳𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘨𝘢 𝘬𝘪𝘵𝘢.

"Papa jangan bicara begitu, Papa nggak akan ke mana-mana, kita akan selalu bersama, Pa." Aisyah merasa takut dengan perkataan, papanya.

"Papa percaya penuh sama Farel Aisyah, dia sudah lama bekerja dengan papa dengan menjadi bodyguard Papa. Tak ada yang tahu takdir hidup kita Aisyah. Kamu tahu, semalam papa mimpi bertemu mamamu. Jujur, Papa merindukan mamamu, Papa ingin bertemu dengannya. Papa mohon Aisyah jangan menolak." Pak Wijaya tetap memaksa Aisyah untuk menikah dengan pilihannya.

"Maaf Pa, tapi Aisyah nggak bisa, ini bukan jaman perjodohan siti nur baya. Aisyah memiliki penilaian sendiri tentang calon suami Aisyah, Pa. Aisyah melihat itu semua ada di Andre, Pa, kekasih Aisyah." Aisyah tetap pada pendiriannya. Baginya menikah adalah sekali seumur hidup dan itu ingin ia wujudkan dengan menikah dengan kekasihnya, Andre.

Dengan emosi Aisyah meninggalkan papanya yang sedang makan. Meninggalkan sarapan paginya yang seharusnya sudah mengisi perutnya. Dengan mood hancur, Aisyah memilih pergi ke rumah Andre, ia merasa lebih baik jika bertemu dengan kekasihnya itu. Aisyah pergi dengan menggunakan taksi online, sengaja ia tidak membawa mobil, dalam perjalanan ia selalu teringat kata-kata Papanya.

***

Farel Prayoga, Bodyguard kesayangan Tuan Wijaya Kusuma, Ia dibesarkan dalam perlindungannya. Di anggap seperti anak sendiri, Sebagai balas budi Farel selau mengikuti perintah Tuan Wijaya Kusuma tanpa pernah membantah. Bahkan menyerahkan nyawanya sekalipun, dia rela. Sosok Wijaya Kusuma sudah di anggap ayah bagi Farel. Farel sendiri menjadi yatim piatu pada usia 12 tahun. Saat itu Farel menolong Tuan Wijaya Kusuma dari pencopet yang mengambil file klien penting. Berkat kepandaian bela diri yang dimiliki, Farel berhasil merebut kembali berkas itu, dan memberikannya pada Tuan Wijaya Kusuma. Semenjak saat itu Tuan Wijaya Kusuma menjadikannya Bodyguard kepercayaannya.

"Bagaimana papamu bisa melakukan itu pada kita Aisyah, dia tahu, Aku mencintaimu. Kita bahkan merencanakan untuk hidup bersama dalam pernikahan. Kita juga akan segera lulus kuliah Aisyah. Pokonya Aku nggak rela kalau kamu menikah dengan orang lain selain Aku, Aisyah." ucap Andre yang mulai emosi mendengar permintaan gila Papa dari kekasihnya.

"Aku juga nggak mau, dre, Aku maunya kamu yang jadi suami aku." Aisyah mencoba menenangkan kekasihnya.

Tiba-tiba ada telpon dari Rumah Sakit Permai yang mengabarkan bahwa Pak Wijaya Kusuma mengalami kecelakaan dan sedang dalam keadaan kritis.

"Apa...itu tidak mungkin, tidak mungkin...." Kabar tersebut telah berhasil memporak-porandakan kehidupannya.

"Apa yang terjadi, Aisyah, siapa yang menelfon?" Andre dibuat binggung dengan Aisyah yang menangis histeris.

"Papa kecelakaan dre, Aku mau ke Rumah Sakit." Aisyah panik mendengar berita tersebut.

"Aku ikut, pakai mobil aku saja." ajak Andre. Sebagai calon menantu darinya ia tak mau terlihat tidak perhatian dengan Papa kekasihnya.

Sesampainya di Rumah Sakit Permai, Aisyah di ikuti Andre mencari ruangan papanya. Di Sana sudah ada Farel yang menunggu di depan pintu ICU. Aisyah dan Andre menghampiri Farel.

"Bagaimana ini bisa terjadi, bukankah kamu Bodyguard kepercayaan papa kenapa nggak selamatkan, Papa?" tanya Aisyah dengan memukul pundak Farel, melampiaskan rasa sakitnya karena melihat papanya masuk rumah sakit.

"Maaf Non Aisyah, saat itu saya tidak bersama Tuan Wijaya Kusuma, beliau meminta saya untuk menjaga Non Aisyah dari jauh. Karena ada orang yang mau mencelakai Non Aisyah. Saya tidak tahu, jika itu hanya untuk mengecoh saya, sehingga dia dengan mudah menyerang papa Non Aisyah." ucap Farel mencoba menjelaskan.

"Jadi maksud kamu, kecelakaan yang dialami papa itu disengaja?" ucap Aisyah. Badannya lemas hingga jatuh ke lantai. Ia tak memiliki sandaran hidup selain Papanya.

"Katakan siapa orangnya yang tega melakukan ini pada papa, ayo jawab?" Aisyah ingin mengetahui musuh dari papanya.

"Maaf Non, saya juga tidak tahu, siapa dalang di balik semua ini, mereka sama sekali tidak meninggalkan jejak." Farel menyesali kecerobohannya. Seandainya dia bisa membaca situasi maka kecelakaan itu tidak akan terjadi.

Dokter keluar dari ruang ICU.

"Keadaan Pak Wijaya sedang kritis, kecil kemungkinan untuk bertahan. jika kalian ingin menjenguk, harus menggunakan pakaian yang disediakan oleh pihak rumah sakit dan harus bergantian." ucap Dokter dengan tatapan ikut prihatin.

"Papa nggak boleh ninggalin Aisyah sendiri, mama udah nggak ada hanya papa yang Aisyah punya. Jangan tinggalin Aisyah, Pa." Aisyah menangis histeris mengingat papanya.

Kenangan Aisyah bersama Papanya teringat kembali dengan jelas di kepala Aisyah.

Diruang ICU, Aisyah meminta maaf pada papanya, karena tidak menjadi anak yang penurut untuk papanya. Aisyah mengingat kejadian pagi tadi saat di meja makan, mengenai permintaannya untuk menikah dengan bodyguard kepercayaan papanya.

𝘈𝘱𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳-𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘮𝘦𝘯𝘶𝘩𝘪 𝘬𝘦𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯𝘢𝘯 𝘗𝘢𝘱𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯, 𝘍𝘢𝘳𝘦𝘭 𝘱𝘪𝘭𝘪𝘩𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢. 𝘛𝘢𝘱𝘪 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘮𝘣𝘶𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘱𝘢, 𝘈𝘪𝘴𝘺𝘢𝘩 𝘴𝘪𝘢𝘱 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢.

Aisyah tertidur di samping papanya sedangkan Farel tidur di sofa. Karena ini ruangan VVIP jadi cukup nyaman.

Aisyah terbangun saat ada tangan yang menyentuh kepalanya.

"Papa sudah sadar, Maafin Aisyah, Pa, Aisyah janji akan lakukan permintaan papa termasuk menikah dengan Bodyguard papa itu. Tetapi papa harus sembuh, Apa papa tidak ingin melihat aku menikah." ucap Aisyah mencoba memberi semangat Papanya.

"Papa tidak bermaksud menyakitimu, Nak, papa hanya ingin melindungi mu dari musuh-musuh papa. Papa ingin bicara pada Farel dimana dia?"

Bersamaan dengan Dokter masuk, Aisyah pergi mencari Farel.

"Ternyata kamu di sini, papa nyariin kamu katanya ingin bicara penting." Aisyah menyampaikan keinginan Papanya.

Sepanjang jalan mereka tetap diam . Aisyah tidak terlalu mengenal Farel yang dia tahu Farel adalah Bodyguard ke sayangan papanya.

Saat sampai di ruangan Tuan Wijaya Kusuma, Farel merasa ada sesuatu yang akan terjadi. karena tidak biasanya Tuan Wijaya ingin berbicara hal penting hanya berdua.

"Farel mendekat lah, maukah kamu menikah dengan anak saya, Aisyah. Ini adalah perintah dari saya jagalah putriku dengan baik. Jangan sampai Aisyah kekurangan apapun." Pak Wijaya terang-terangan mengatakan keinginannya.

"Farel berjanji pada tuan, Saya akan menikahi putri tuan dan akan membahagiakannya sampai maut memisahkan." ucap Farel menerima permintaan dari orang yang selama ini sudah di anggap sebagai orang tuanya.

Akankah Aisyah menikah dengan Farel ?

Sah Menjadi Suami Istri

"Menikahlah dengan Aisyah sekarang, Aku sudah tidak mempunyai banyak waktu." permintaan Tuan Wijaya Kusuma sangat mengejutkan Farel.

𝘉𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘱𝘶𝘵𝘳𝘪 𝘛𝘶𝘢𝘯 𝘞𝘪𝘫𝘢𝘺𝘢 𝘒𝘶𝘴𝘶𝘮𝘢 𝘣𝘦𝘴𝘰𝘬, 𝘥𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘈𝘪𝘴𝘺𝘢𝘩 𝘱𝘶𝘵𝘳𝘪 𝘣𝘦𝘭𝘪𝘢𝘶 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘵𝘶𝘫𝘶𝘪𝘯𝘺𝘢.

Pernikahan tanpa cinta, sungguh Farel tidak menyangka, permintaan Pak Wijaya memang memiliki alasan kuat, semua demi putri semata wayangnya.

𝘈𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪 𝘈𝘪𝘴𝘺𝘢𝘩, 𝘵𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘯𝘢𝘪 𝘩𝘢𝘭 𝘪𝘵𝘶. 𝘛𝘢𝘱𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢, 𝘢𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢 𝘬𝘦𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢𝘢𝘯 𝘥𝘪 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮𝘯𝘺𝘢? 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘢𝘬𝘶𝘵 𝘫𝘶𝘴𝘵𝘳𝘶 𝘪𝘵𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘬𝘪𝘵𝘪 𝘬𝘦𝘥𝘶𝘢 𝘣𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘱𝘪𝘩𝘢𝘬.

Aisyah yang berdiri di ambang pintu pun terkejut dengan perkataan papanya. Makanan yang dia bawa untuk mengisi kekosongan perutnya jatuh berantakan ke lantai. Aisyah mengira jika papanya sudah sembuh Ia bisa membujuknya untuk tidak menikah dengan Farel. Semua yang Aisyah katakan hanya untuk membuat papanya lekas sembuh.

"Jangan katakan itu pa, Papa akan baik-baik saja. Aisyah akan lakukan apapun agar papa sembuh, kalau perlu kita keluar negri untuk berobat, Pa. Papa jangan menyerah." Aisyah ingin menumbuhkan semangat pada Papanya. Ia sungguh ingin melihat Papanya sembuh seperti dulu lagi. Hanya Papanya yang Aisyah punya, jika sampai kehilangan pondasi hidupnya apa jadinya Aisyah. Ia pasti akan kehilangan arah dan tujuan hidupnya pula.

"Papa ingin bertemu ibumu Aisyah, dan Papa akan sangat bahagia jika kamu sudah menikah. Papa bisa pergi dengan tenang." ucap Pak Wijaya penuh harap. Menatap wajah putri semata wayangnya dengan amat dalam, seakan ingin mengatakan bahwa keputusan ini sudah benar.

Aisyah dan Farel hanya bisa pasrah dengan keputusan Papanya. Aisyah berlari keluar ruangan Papanya untuk mencari ketenangan, ini sungguh di luar dugaan Aisyah.

𝘗𝘢𝘱𝘢 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘯𝘪, 𝘢𝘬𝘶 𝘴𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩 𝘵𝘢𝘬 𝘮𝘢𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘍𝘢𝘳𝘦𝘭, 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘢𝘱𝘢 𝘥𝘢𝘺𝘢𝘬𝘶, 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘗𝘢𝘱𝘢 𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢, 𝘈𝘪𝘴𝘺𝘢𝘩 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘰𝘣𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢𝘯𝘺𝘢. 𝘛𝘢𝘱𝘪 𝘈𝘪𝘴𝘺𝘢𝘩 𝘵𝘢𝘬 𝘺𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘪𝘯𝘪 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘸𝘢 𝘬𝘦𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢𝘢𝘯. 𝘒𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘥𝘪 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘩𝘢𝘵𝘪 𝘈𝘪𝘴𝘺𝘢𝘩 𝘱𝘰𝘴𝘪𝘴𝘪 𝘈𝘯𝘥𝘳𝘦 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘬𝘶𝘢𝘵.

Persiapan pernikahan berlangsung di ruang ICU. Dengan hanya ada dua saksi yaitu satu bodyguard pak Wijaya Kusuma yang menjadi wali dari Farel, usianya hampir sama dengan pak Wijaya Kusuma dan sumi sebagai Art. yang turut hadir. Aisyah pun hanya memakai kebaya putih dengan riasan tipis di wajah. Air mata susah memenuhi mata indah Aisyah, siap untuk diluncurkan, tapi Aisyah menahannya ia tak ingin terlihat bersedih di depan Papanya. Pernikahan itu dilangsungkan tanpa sepengetahuan Andre kekasihnya. meskipun sangat sederhana dan dilakukan di rumah sakit, tapi pernikahan itu cukup sakral.

Farel mengulurkan tangan, berjabat tangan dengan pak penghulu untuk memulai akad nikah.

"Saya Terima nikah dan kawinnya Aisyah putri cahya binti Wijaya Kusuma dengan seperangkat alat sholat dan cincin seberat 20 gram di bayar tunai." ucap Farel hanya dengan satu tarikan nafas.

Saksi Sah

Sah

Sah

Semua ikut terharu, terutama pak Wijaya Kusuma, ia tak menyangka akan menyaksikan putrinya menikah, meski untuk itu ia menggunakan cara paksaan, tapi setidaknya ia sudah lega putrinya kini berada pada orang yang tepat. Senyuman terukur di wajah Pak Wijaya.

Malam itu juga Farel dan Aisyah telah sah menjadi Suami Istri. Tiba-tiba keadaan pak Wijaya memburuk dan menghembuskan nafas terakhirnya tepat pukul 8 malam.

Tangis Aisyah pecah, berat baginya ditinggal oleh papanya. Setelah mamanya meninggal pada saat melahirkannya, hanya Papanya yang Aisyah punya. Tapi sekarang papanya juga telah menyusul mamanya ke surga.

"Pa, kenapa papa tinggalin Aisyah, sekarang Aku sendiri, Pa." ucap Aisyah menagis histeris. Aisyah mengguncang tubuh Papanya berharap itu hanyalah mimpi, ia tak mau ditinggalkan lagi.

Malam ini bukan malam kebahagiaan karena dirinya menikah tapi malam ini menjadi malam yang menyakitkan bagi Aisyah, ia kehilangan orang yang sangat disayanginya dan pastinya akan kehilangan kekasih hatinya karena pilihannya sendiri.

"Tenanglah Aisyah, Tuan Wijaya pasti sudah tenang di sana, jangan kamu tanggisi kepergiannya, itu akan memberatkan jalannya. lepaskan Papamu dengan Ikhlas." Farel mencoba menenangkan Aisyah yang sekarang telah menjadi istrinya.

Pak Wijaya Kusuma sudah dimakamkan, kini Farel dan Aisyah membuka lembaran baru sebagai Suami Istri.

Andre yang mendengar kabar duka sekaligus pernikahan kekasihnya itu pergi menemui Aisyah di rumahnya dengan emosi yang meluap-luap.

"Aisyah, kenapa kamu mau menikah dengan dia yang hanya seorang Bodyguard? apa kamu sudah lupa dengan ku, Tega kamu sama aku Aisyah. Setelah apa yang kamu lakukan jangan harap kita punya hubungan lagi." ucap Andre pergi dengan emosi meninggalkan rumah Aisyah yang sedang berduka.

Aisyah yang mendengar hal itu keluar dari mulut kekasihnya hanya terdiam membisu. Aisyah tak bisa menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan kepadanya dan dia harus menanggung resiko dari pilihannya sendiri.

"Puas kamu, puas...sudah buat hidupku hancur." Aisyah memukul dada bidang Farel untuk melampiaskan kemarahannya.

"Ini semua bukan kehendak saya Non Aisyah. Saya hanya menjalankan perintah dari papa Non saja. Dan saya akan tetep menepati janji saya kepada tuan Wijaya Kusuma. Meskipun Non Aisyah tidak menerima saya sebagai suamimu tetapi pada kenyataannya kita sudah menikah." Farel berharap Aisyah yang sekarang sudah menjadi istri sah nya untuk mengerti.

"Terserah apa katamu, meski Kita suami istri jangan harap kamu bisa masuk ke kamarku. Kau tidurlah di ruang tamu , dan satu lagi jangan pernah meminta akan hak mu padaku." Aisyah memberikan batasan atas dirinya.

Setelah mengeluarkan isi hatinya Aisyah pergi ke kamarnya dan menumpahkan kesedihannya . Menangis kala mengingat papanya dan masalah Andre yang juga menjauhinya.

𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘯𝘪𝘯𝘨𝘢𝘭𝘢𝘪𝘯 𝘈𝘪𝘴𝘺𝘢𝘩, 𝘈𝘪𝘴𝘺𝘢𝘩 𝘯𝘨𝘨𝘢𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯, 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘈𝘪𝘴𝘺𝘢𝘩 𝘪𝘬𝘶𝘵 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘴𝘶𝘴𝘶𝘭 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯.

Di ruang tamu, Farel yang habis membersihkan diri merebahkan tubuhnya di tempat tidur berharap esok akan lebih baik. Aisyah juga bisa menerimanya sebagai Suami. Tanpa terasa hari sudah pagi.

"Apa Non Aisyah sudah turun dari kamarnya?" ucap Farel bertanya pada sumi art mereka.

"Belum tuan, sepertinya Non Aisyah lagi mengurung diri di kamar dari tadi bibi ketuk pintu kamarnya tidak ada jawaban dari non Aisyah. Bibi takut terjadi sesuatu pada non Aisyah." bik sumi mengutarakan ketakutannya.

"Coba saya periksa." ucap Farel yang ikut cemas.

Mereka menuju kamar Aisyah di lantai atas.

"Buka pintunya Non Aisyah, jangan mengurung diri di kamar. Keluarlah, Non." ucap Farel, mencoba mengetuk beberapa kali.

"Bagaimana ini tuan, Non Aisyah tidak mau keluar. Non Aisyah juga belum makan tuan dari semalam apa Kita dobrak saja pintunya tuan." usul bik sumi.

"Bukalah Aisyah, atau saya dobrak pintunya." ucap Farel dengan suara naik satu oktaf.

Sepuluh menit berlalu pintu kamar Aisyah masih tertutup rapat.

Apa yang terjadi dengan Aisyah di dalam kamar?

Bunuh diri

Sepuluh menit berlalu pintu kamar Aisyah masih tertutup rapat. Berbagai pikiran buruk sudah memenuhi kepala Farel, ia tak mau terjadi sesuatu yang buruk kepada Aisyah, mengingat Aisyah masih labil, serta masalah yang ia hadapi, bukan tak mungkin akan membawanya pada pilihan yang salah.

"Mundur lah bibi, saya akan dobrak pintunya." Farel memberi aba-aba.

Dalam hitungan ke tiga pintu didobrak, Farel dan bik sumi masuk, betapa terkejutnya mereka melihat Aisyah sudah tergeletak di lantai dengan darah mengenang di pergelangan tagannya.

"Aisyah, apa yang kamu lakukan kenapa mengambil jalan pintas." Farel mengendong Aisyah yang sudah tak sadarkan diri akibat sayatan pada nadinya untuk segera mendapat pertolongan.

"Saya bawa ke rumah sakit, bibi tolong jaga rumah." pinta Farel. bagaimanapun harus ada yang tinggal di rumah, karena pak satpam sedang libur.

"Iya tuan, Hati-hati, kabari bibi ya tuan." Bik Sumi ikut cemas, pasalnya majikannya itu sudah dianggap sebagai putrinya sendiri. "Kenapa Non Aisyah melakukan hal yang di ladang oleh agama, masih ada jalan lain untuk menyelesaikan setiap masalah. Tapi tidak dengan cara mengakhiri nyawa." bik Sumi turut bersedih.

Farel mengemudi dengan kecepatan tinggi, dia takut terjadi apa-apa dengan Aisyah, istrinya. Jalanan yang cukup sepi karena masih pukul 06.00 pagi memudahkan Farel berkendara."Bertahanlah, Aisyah, sebentar lagi kita sampai." Farel sangat khawatir dengan Aisyah yang baru satu hari menjadi istrinya. Sepuluh menit mereka sampai di rumah sakit, Aisyah langsung di larikan ke ICU karena darahnya cukup banyak.

"Maaf Pak, bapak tunggu di luar."

ucap suster memperingatkan. Hendak menutup pintu, tapi tangan Farel dengan sigap mencegahnya.

"Saya ingin masuk suster, temani istri saya." rasa khawatir sudah meliputi dirinya. ,,

"Tidak bisa Pak, ini sudah peraturan rumah sakit, bapak tenang saja, Dokter akan upayakan yang terbaik untuk istri bapak." suster meminta pengertian Farel. Peraturan tetap peraturan, Farel harus menunggu di luar ruang ICU.

Krek

Dokter keluar dengan muka cemas. "Bapak suaminya? begini Pak, isteri bapak membutuhkan donor darah secepatnya, sedangkan stok di rumah sakit untuk golongan darah AB tidak tersedia. Apa ada pendonor lain yang bisa mendonorkan darahnya." tanya Dokter pada Farel berharap ada pendonor, dari keluarga ataupun teman.

"Saya dok, darah saya O." Farel mengajukan diri untuk menjadi pendonor.

"Baik, Bapak ikut suster, untuk di ambil darahnya." Farel mengikuti dari belakang, proses pengambilan darah berjalan selama lima belas menit.

𝘚𝘦𝘮𝘰𝘨𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘪𝘯𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘵𝘰𝘭𝘰𝘯𝘨, 𝘈𝘪𝘴𝘺𝘢𝘩, 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵𝘮𝘶 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘪𝘯𝘪 𝘪𝘵𝘶 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘬𝘪𝘵𝘪𝘬𝘶. 𝘔𝘦𝘴𝘬𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘢𝘬 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪𝘮𝘶 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘢𝘮, 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱 𝘴𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨. 𝘉𝘦𝘳𝘫𝘶𝘢𝘯𝘨𝘭𝘢𝘩 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱𝘮𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘳𝘨𝘢.

Farel berdiri di depan ruangan ICU dengan perasaan kacau, menyalahkan dirinya sendiri atas Kondisi Aisyah. Satu jam telah berlalu, Dokter akhirnya keluar dari ruang ICU.

"Bagaimana keadaan Istri saya, Dokter?" tanya Farel cemas. Ia tak sabar mengetahui kondisi Aisyah.

"Bapak tenang saja, masa kritisnya sudah lewat, sebentar lagi saya akan pindahkan ke ruang perawatan." ucap Dokter dengan sedikit senyum.

Tak henti-hentinya Farel mengucap syukur, berterimakasih karena telah menolong istrinya.

Perasaan lega di rasakan Farel, tak lupa Farel mengabari sumi art mereka di rumah. Sumi sudah bekerja dengan Pak Wijaya sudah hampir 10 tahun dan sudah dianggap keluarga oleh pak Wijaya dan putrinya Aisyah.

Aisyah di bawa ke ruang perawatan,

Sepanjang malam, Farel terus berjaga di samping Aisyah, takut jika Ia bangun dan membutuhkan sesuatu. Rasa ngantuk yang menyerang Farel menyandarkan kepalanya di tempat tidur Aisyah. Hingga tak sadar jika sudah pagi.

Aisyah terbangun, masih meras sedikit pusing. Ia terkejut melihat Farel menunggunya hingga tertidur.

"Rupanya kamu yang bawa Aku ke sini, kenapa kamu nggak biarin aku mati aja sih, eh...tunggu, Cakep juga ni Bodyguard kalau lagi tidur." ucap Aisyah dalam hati. Untuk sesaat Aisyah terpana dengan wajah tampan suaminya, baru kali ini ia bisa melihatnya dengan dekat.

𝘈𝘬𝘶 𝘛𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢 𝘵𝘢𝘬𝘥𝘪𝘳𝘬𝘶 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪 𝘪𝘴𝘵𝘳𝘪 𝘮𝘶, 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘶𝘱𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘈𝘯𝘥𝘳𝘦, 𝘪𝘢 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵𝘪 𝘱𝘰𝘴𝘪𝘴𝘪 𝘥𝘪 𝘩𝘢𝘵𝘪𝘬𝘶.

Dokter dan satu perawat yang membawa data para pasien masuk pada setiap kamar, tujuannya untuk mendata para Pasien dan perkembangannya. Hingga tiba pada kamar milik Aisyah.

krek

"Selamat pagi, saya periksa dulu keadaan, Ibu." ucap Dokter menyapa. Sedangkan Farel yang mendengar suara dokter terbangun dari tidurnya, dan menyapa dokter..

"Pagi Dokter." ucapnya masih sedikit mengantuk, terkadang masih menguap. Bagaimana tidak, tadi malam ia baru bisa tertidur pukul dua dini hari.

"Istirahatlah, pak, saya lihat muka bapak pucat, istri bapak sudah tak apa-apa sekarang yang butuh istirahat itu bapak." ucap dokter pada Farel.

"Ibu ini beruntung memiliki pasangan yang perhatian. Pak Farel juga yang mendonorkan darah untuk ibu." Dokter masih memeriksa tekanan darah Aisyah.

Aisyah yang mendengar itu hatinya merasa Farel sebenarnya orang baik. Tetapi egonya tetap menganggap Farel yang menyebabkan hidupnya hancur.

"Baiklah, saya permisi dulu, besok jika keadaan ibu sudah membaik ibu boleh pulang." mendengarnya Farel merasa lega, istrinya bisa segera pulang.

"Makanlah, agar Non Aisyah cepat sembuh. Sambil menyuapi Aisyah makan, Kenapa Non memilih mengakhiri hidup, hidup Non itu berharga jangan di sia-siakan. Apa Non tidak takut kalau masuk neraka?" Farel sedikit menakuti istrinya agar ia tak lagi melakukan kebodohan itu lagi.

Farel menyuapi makan Aisyah dengan telaten, sedangkan yang disuapi bersikap cuek kepada Farel. Tapi Aisyah tetap memakannya, bagaimanapun ia juga membutuhkan nutrisi setelah percobaan bunuh dirinya gagal. Farel dengan telaten mengurus Aisyah.

Keesokannya Aisyah diperbolehkan pulang oleh Dokter. Aisyah juga bisa melakukan perawatan di rumah. Sepanjang perjalanan mereka hanya diam. Sesampainya di rumah Aisyah di sambut oleh sumi art mereka.

"Akhirnya Non pulang, bibi khawatir, dengan keadaan Non, jangan ulangi itu lagi Non. Jangan berpikir nggak ada yang sayang sama Non, buktinya kita berdua sayang dan selalu ada buat Non Aisyah." bik sumi mengungkapkan bahwa ia juga menyayangi majikannya itu.

Farel mengantar Aisyah ke kamarnya untuk beristirahat, setelah memastikan jika Istrinya tidak kekurangan apapun Farel memilih untuk pergi dari kamar Aisyah.

𝘚𝘦𝘢𝘯𝘥𝘢𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘻𝘪𝘯𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘴𝘪𝘴𝘪𝘮𝘶, 𝘢𝘬𝘶 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢. 𝘛𝘢𝘱𝘪 𝘮𝘦𝘴𝘬𝘪 𝘫𝘢𝘶𝘩 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘮𝘶 𝘢𝘬𝘶𝘱𝘶𝘯 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱 𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢. 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵𝘮𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘦𝘯𝘺𝘶𝘮 𝘪𝘵𝘶 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘦𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯𝘢𝘯𝘬𝘶.

Farel masuk ke kamar yang di tempati beberapa hari terakhir, ia memilih untuk membersihkan dirinya, setelah itu baru pergi ke kantor. Meskipun berasa di kantor, namun pikiran Farel tetap mengacu pada Aisyah dirumah.

Akankah Sikap Aisyah pada Farel bisa berubah ?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!