NovelToon NovelToon

My Little Wife Fatimah

1. Menjagamu

Minggu pagi, suasana yang sejuk dan cocok untuk berolahraga. Fatimah gadis yang baru tumbuh dewasa memanfaatkan pagi itu untuk berolahraga. Karena masalah dalam usia remajanya adalah dimana ia merasa dirinya tidak memiliki badan yang ideal seperti gadis lainnya. Ya, memang itulah kebiasaan wanita, selalu merasa dirinya gemuk.

Seperti biasanya kemanapun ia keluar rumah pasti di kawal oleh kakak laki-lakinya (Arif Rahman).

Fatimah berlari sekuat tenaga hingga ia lelah dan berhenti sebentar. "Ayok dong kak, kamu tuh laki-laki apa perempuan sih, larinya kok lambat," Tegur Fatimah sambil melirik Kakaknya Rahman.

Rahman menatap wajah adiknya yang kecapekan, sambil tersenyum ia berkata, "Sebenarnya kamu nggak perlu capek-capek olahraga begini, olahraga memang baik buat kesehatan kamu, tapi jangan berlebihan, lagian siapa sih yang bilang kamu gendut?"

"Kak..aku tuh mau punya badan ideal seperti kak Sarah dan teman-temanku yang lain, siapa tau dengan aku olahraga aku bisa tambah tinggi dan langsing," Ucap Fatimah membalas perkataan sang kakak.

"Kakak mau tanya, sebenarnya kamu mau berusaha sekeras ini buat siapa?, jangan-jangan kamu pacaran ya?, dengar ya Fatimah, tidak ada pacar-pacaran, lagi pula kamu masih kelas 2 SMA, jangan coba-coba berzina, ayah dan bunda mengajarkan agama pada kita sejak kecil, jangan buat mereka kecewa," Rahman memperingatkan adiknya yang menurutnya masih seorang gadis kecil.

"Dasar kakak galak, kerjanya ngomel-ngomel Mulu, ini nggak boleh, itu nggak boleh, emangnya aku ini anak kecil apa," Batin Fatimah yang menatap Rahman dengan cemberut.

"Iya..iya kak..aku nggak akan pacaran, tapi tetap aja aku mau cantik untuk diri sendiri, aku pengen olahraga biar bisa tinggi dan langsing, emangnya kakak nggak kasihan, aku adalah perempuan paling pendek di kelas," Keluh Fatimah menundukkan kepalanya.

"Jangan minder Fatimah, percaya sama kakak, kamu adalah perempuan tercantik yang pernah kakak temui, lagi pula kalau menurut kakak perempuan cantik itu tidak dilihat dari tinggi atau langsingnya, dan menurut ku kamu itu nggak gendut kok, cuman Imut, malah kamu akan jelek kalau kurusan," Lanjut Rahman menyemangati adiknya.

"Emang Iya?"

"Iya Fatimah," Tegas Rahman sambil tersenyum.

***

Usai berolahraga Fatimah dan kakaknya Rahman kembali ke rumah.

"Assalamualaikum," ucap Fatimah yang baru datang. "Waalaikumussalam," jawab Bunda yang sedang menyiapkan sarapan pagi.

"Bunda, ada yang perlu aku bantu?" tanya Fatimah yang ingin membantu Bunda.

"Nggak ada sayang, ini udah hampir selesai, kakak-kakak kamu mana, bukannya kamu tadi olahraga sama Rahman, dimana dia?" Bunda melirik kanan kiri seraya mencari Anggota keluarga untuk sarapan pagi bersama.

"Oh kak Rahman tadi katanya mau mandi dulu Bun, terus kalau kak Sarah aku kurang tau sih, kan aku baru datang Bun," lanjut Fatimah yang membantu menuangkan air ke gelas.

"Sarah nggak kemana-mana kok Bun, tadi cuma lanjutin tugas kuliah aja sebentar," Sarah datang dan meletakkan tangannya di bahu Fatimah.

"Apaan sih kak, berat tau," canda Fatimah sambil melepaskan tangan Sarah.

"Fatimah, kamu kayaknya makin tinggi deh, pasti efek dari olahraga tadi nih," sambil tersenyum Sarah memperhatikan tubuh adiknya yang masih saja seperti gadis kecil yang ia kenal.

"Tuh kan, kakak ledekin aku ya, tuh kan Bunda lihat sendiri kak Sarah emang sengaja mau menghina fisik aku," Keluh Fatimah seraya mengadu pada Ibunda.

"Sarah..jangan gitu dong," Tegur Bunda pada putrinya Sarah. candaan sederhana seperti inilah yang membuat keluarga Ayah Ahmad tetap harmonis.

Tak lama kemudian Ayah dan Rahman tiba di meja makan. "Wah kayaknya nasi goreng buatan Bunda enak nih," Ayah memuji istrinya sambil tersenyum.

"Halah..Ayah nggak usah basa-basi lagi, ayo buruan makan Ayah, keburu dingin tuh nasi goreng," Bunda menuangkan teh untuk Ayah.

"Fatimah kok kamu nggak sarapan?" Rahman memperhatikan adiknya. "Udah kok, aku cukup minum teh aja, kan lagi diet kak," ucap Fatimah yang lanjut meminum teh hangat.

"Fatimah...berapa kali aku bilang, kamu nggak usah diet ekstrim kayak gini, kalau kamu sakit gimana?" Rahman kembali menunjukkan perhatiannya pada Fatimah.

"Iya benar kata kakak mu, kamu nggak usah diet diet, kamu kan nggak gendut," sambung Ayah memperhatikan putrinya.

"Fatimah..Fatimah... kelihatan bangat kalau kamu udah mulai suka sukaan ya sama laki-laki?" Sarah melototi adiknya.

"Astaghfirullah..nggak kak, aku cuma mau menyenangkan diri sendiri aja kok," Fatimah mengelak. "Sudah-sudah..ayo makan, Fatimah..makan nasi gorengnya, jangan sampai kamu sakit karena kelaparan," tegas Bunda memperingatkan putrinya.

Keluarga Ayah Ahmad itu pun Sarapan pagi bersama. Dari dulu keluarga itu memang harmonis meskipun salah satu putri dari Ayah adalah hasil Adopsi.

...***...

Fatimah keluar dari kamar mandi tanpa mengenakan Jilbab karena rambutnya yang masih basah. Rahman yang kebetulan lewat melihat itu, ia berbalik badan namun Fatimah memanggilnya. "Kak.." Fatimah mendekat ke arah Rahman yang membelakanginya.

Rahman tak menoleh dan langsung berjalan cepat ke arah kamarnya.

"Aneh bangat sih, di panggil malah lari, padahal kan aku mau minta tolong di temani ke toko buku," batin Fatimah yang merasa heran.

Sementara itu Rahman mengetuk pintu kamar adiknya Sarah. "Sarah aku mau bicara," panggil Rahman sambil mengetuk pintu kamar.

Sarah membuka pintu "Iya..iya.. ada apa sih kak, kok mukamu panik gitu," Sarah menatap heran kakaknya.

"Ada hal penting yang mau aku bicarakan," wajah Rahman serius.

"Apa kak?"

"Sarah...kita sama-sama tau kalau Fatimah adalah anak adopsi, tapi meskipun begitu tidak ada perbedaan di antara kita bertiga, kita diperlakukan sama oleh ayah bunda, tapi ada satu hal yang aku khawatirkan saat ini, Fatimah menganggap bahwa aku adalah kakak kandungnya sehingga ia bersikap leluasa padaku layaknya seorang kakak kandung, ya memang itu tidak salah, tapi masalahnya adalah aku bukan mahramnya, kita dengan Fatimah berbeda Ayah dan ibu, dan juga bukan sepersusuan," jelas Rahman panjang lebar.

"Jadi gimana kak, sebenarnya itu juga yang ku khawatirkan, cepat atau lambat pasti Fatimah akan tau, entah itu dari keluarga kita sendiri atau dari orang lain, dan memang aku melihat sifatnya yang masih kekanak-kanakan, aku sudah sering mengingatkannya untuk selalu menutup aurat meskipun di lingkungan rumah kita," sambung Sarah yang berunding dengan kakaknya Rahman.

"Tolong ingatkan dia lagi, tadi dia keluar dari kamar mandi dengan rambut terurai, tapi usahakan cara mu mengingatkan dia tidak membuatnya curiga," Lanjut Rahman dengan serius.

*Assalamualaikum yang baca, jangan sampai kamu baca tanpa jejak ya, jangan menghilang begitu saja, tinggalkan jejak dengan like atau komen ya..*

2. Gadis kecil kakak

di kamar, Rahman di sibukkan dengan pekerjaan kantor, ia baru saja lulus kuliah dan menggantikan posisi ayahnya sebagai pemimpin di hotel milik ayahnya. Ayah mengamanahkan hotel itu pada putra satu-satunya karena usianya sudah semakin menua.

Tidak hanya itu meski sudah tua, sang Ayah juga sering mengunjungi peternakan Sapi miliknya yang lumayan besar yang tak jauh dari kota itu.

Rahman terfokus pada laptop di hadapannya. tiba-tiba Fatimah datang dan meletakkan tangannya di bahu Rahman sambil berkata,"Kak Rahman, lagi sibuk sama kerjaan baru ya, kakak kok mau ngurusin hotel itu," Fatimah memandang layar laptop dengan posisinya merangkul Rahman.

"Fatimah, apaan sih," dengan spontan Rahman melepas tangan Fatimah.

"Kenapa kak?" Fatimah kaget dengan reaksi kakaknya. "Kakak kan udah berkali-kali bilang, jangan sentuh atau terlalu dekat sama kakak," Rahman memperingatkan Fatimah.

"Kak Arif Rahman,, kenapa aku nggak boleh dekat-dekat sama kakak, apa karena aku nggak tinggi seperti kak Sarah," ujar Fatimah sambil menatap kakaknya.

"Nggak gitu Fatimah, kan kakak udah sering bilang, kakak itu...alergi sama aroma badan kamu, nanti kalau aku pingsan gimana," ucap Rahman dengan gugup.

"Emang aku bau apa? aku kan baru mandi," Fatimah kesal pada sikap Rahman.

"Bukan...bukan bau, tapi aku emang alergi sama aroma badan kamu, tapi bukan karena bau ya," Rahman mencari-cari alasan.

Fatimah kesal dan meninggalkan kamar Rahman.

Fatimah duduk merenung di taman belakang rumah. ia teringat masa-masa kecilnya yang penuh kasih sayang dari kedua kakaknya.

Sembilan tahun lalu

Fatimah dengan tubuh mungilnya di ejek oleh teman-teman sekolahnya. saat itu ia duduk di bangku SD. seorang teman mendorongnya hingga terjatuh, dan tangannya terluka.

Fatimah menangis di sekolah, semua teman-temannya sudah pulang, tinggal ia sendiri di sana.

Fatimah melihat darah di siku tangannya sambil menangis. Seorang laki-laki yang jauh lebih tinggi darinya datang menolongnya, yang ternyata adalah Rahman Kakaknya. saat itu Rahman duduk di bangku SMP.

Rahman mengobati luka adiknya, ia mengeluarkan sapu tangan dari sakunya lalu di lapnya darah di siku adiknya itu.

"Fatimah...siapa yang berani melukai kamu, awas saja, aku akan kasih peringatan sama orang yang udah melukai kamu," tegas Rahman yang kasihan pada adiknya.

Fatimah tak menjawab, ia hanya bisa menangis seolah mencurahkan segala rasa sakit yang ia lalui.

"Ayok, biar kakak gendong kamu aja, kita harus segera pulang, nanti bunda pasti cariin kamu," Rahman membungkuk seraya mempersilahkan Fatimah ke punggungnya.

Fatimah pun merasa nyaman di gendong sang kakak. "Makasih Kak, aku merasa aman kalau ada kakak," Ucap Fatimah tepat di telinga Rahman. "Sama-sama, aku akan menjaga kamu sampai kita tua nanti," Rahman tersenyum.

***

"Fatimah...Fatimah.." panggil Sarah menghentikan lamunan Fatimah.

"Kakak..ngagetin aja deh,"

" Lagi mikirin apa? kalau ada masalah cerita dong sama aku," sarah mengelus kepala Fatimah. "Nggak mikirin apa-apa kok," Fatimah mengelak.

"Sebenarnya ada yang mau kakak sampaikan," Sarah menatap serius wajah adiknya.

"Apa kak?"

"Kamu itu kan sudah dewasa, jadi kita sebagai perempuan harus menjaga, kehormatan kita, aurat kita, dan rasa malu kita, misalnya, di rumah kamu harus memakai jilbab dan juga menjaga jarak agar tidak terlalu dekat sama kak Rahman, bagaimana pun juga kan dia laki-laki, ya..meskipun dia adalah kakak kita, tapi tetap saja kita harus menjaga jarak aman," Tutur Sarah seraya menjelaskan dengan pelan agar Fatimah mengerti.

"Tapi kak, teman-teman aku pada dekat sama kakak laki-laki mereka kok, apa salahnya sih kak, kan kita bersaudara," Kata Fatimah dengan polosnya.

"Itu kan mereka, keluarga kita beda lah sama mereka, pokoknya kamu harus dengar nasehat kakak ya," Sarah menggenggam tangan Fatimah.

"Iya kak..iya..aku akan jaga jarak," Fatimah sedikit kesal pada sikap kedua kakaknya itu.

" Kenapa yah sekarang kak Rahman mulai jauh dari aku, apa jangan-jangan dia udah punya pacar ya, iya sih kalau nanti dia nikah pasti aku semakin dilupain," Batin Fatimah.

***

Sinar mentari di hari Senin begitu cerah. Fatimah sudah berpakaian rapi bersiap-siap berangkat ke sekolah.

Seperti biasa ia di antar kakaknya Rahman. namun bedanya kali ini ia diantar dengan mobil.

"Ayok naik," Rahman membukakan pintu mobil untuk adiknya. "Cie..mobil baru ya kak," Fatimah memperhatikan mobil itu.

"Iya..sengaja aku beli, supaya kalau ngantar kamu sekolah tidak kepanasan lagi," tutur Rahman menatap adiknya.

Fatimah tersenyum.

"Kak ..teman aku yang namanya Lilis naksir sama kakak loh, katanya kakak itu ganteng terus hidungnya mancung," Fatimah bermaksud mencocokkan kakaknya dengan temannya.

"Terus..kalau aku ganteng, aku harus gimana dong, harus bangga gitu?" ucap Rahman menghentikan pembicaraan Fatimah.

"Maksudnya tuh dia pengen kenalan sama kakak, kakak mau kan," Bujuk Fatimah.

"Oh ya...pagi ini aku ada meeting jadi harus buru-buru," Rahman mengalihkan pembicaraan.

Sesampainya di depan sekolah, Fatimah bermaksud mencium tangan kakaknya, namun dengan spontan Rahman berkata, "Nggak usah Fatimah, kakak agak alergi sama parfum kamu,"

"HH..ya udah, dasar kakak aneh, Salim aja nggak boleh," Fatimah kesal dan berjalan menuju kelas.

"Fatimah, aku berharap suatu saat kamu bisa mencium tangan ku setiap waktu, setiap hari aku bisa di sisi mu, namun sekarang belum tepat, aku berjanji tidak akan membiarkan laki-laki lain memasuki hidupmu, cukup aku dan ayah laki-laki yang ada di hidupmu, aku khawatir tidak bisa menjaga pandangan ku, maaf Fatimah, sejak kamu beranjak dewasa, aku seolah menatapmu bukan lagi sebagai seorang adik, tetapi seorang gadis, itulah kenapa aku sangat takut jika kamu mendekatiku, suatu saat aku akan menghalalkan pandangan ini," batin Rahman yang masih memandang Fatimah hingga Fatimah berjalan jauh.

***

Di kelas, Fatimah amat mengagumi seorang murid baru laki-laki yang merupakan pindahan dari pondok pesantren. sesekali ia menoleh ke arah laki-laki itu.

laki-laki itu bernama Fatih.

"Hayo ..kamu lagi liatin siapa.." Lilis sahabat Fatimah muncul. "Nggak..nggak ada kok," elak Fatimah sambil tersenyum.

***

Jam Istirahat

Fatimah dan Lilis sedang makan di kantin,"Assalamualaikum Fatimah, Lilis, boleh gabung nggak," sapa Fatih dengan ramah.

"Waalaikumussalam boleh kok..boleh," perasaan Fatimah bercampur aduk, antara kaget dan kagum.

"Oh ya Fatimah, terimakasih ya, kemarin udah mau meminjamkan catatan kamu," Ucap Fatih dengan tulus.

"Iya sama-sama Fatih," Jawab Fatimah dengan lembut. " ya Allah.. ganteng bangat, astaghfirullah, ingat Fatimah kamu nggak boleh zina mata," Batin Fatimah yang mengagumi Fatih.

* Jangan lupa tinggalkan jejak ya..😊*

3.Pemilik hati

Rahman yang sedang bekerja melamun menatap sudut kaca jendela Hotel. ia bingung bagaimana caranya nanti memberi tahu Fatimah bahwa ia adalah anak angkat.

Tiba-tiba Rahman dikagetkan dengan kedatangan sang Ayah. "Anak muda zaman sekarang lebih suka melamun ya,," ucap Ayah yang masuk ke ruangan Rahman dan duduk di hadapannya.

"Ayah, kok kesini, Ayah nggak percaya sama aku ya, Ayah takut hotel ini nggak maju kalau aku yang kelola?" Rahman menatap Ayah.

"Bukan, sebenarnya Ayah cuma mau ngobrol sama kamu, soalnya kalau di rumah susah, ada aja kendalanya," tutur Ayah pada Rahman.

"Soal apa yah, kayaknya penting bangat ya?" Rahman mulai penasaran.

"Kapan rencana kamu menikah, Ayah rasa sudah saatnya kamu memikirkan masa depan kamu, lagi pula kamu pasti butuh istri untuk mengurus kamu dan menemani kamu," Lanjut Ayah dengan serius.

"Aku belum kepikiran mau nikah Yah, lagian Ayah ngagetin aja, tiba-tiba nyuruh nikah," Rahman mengalihkan pandangannya.

"Apa tidak ada perempuan yang mau kamu jadikan istri? kamu tidak usah khawatir anak-anak sahabat Ayah itu cantik cantik dan Solehah, nanti Ayah bisa kenalin sama kamu," Ayah menawarkan perjodohan pada putranya itu.

"Nggak usah Ayah," tolak Rahman dengan tegas.

"Loh kenapa?"

"Sebenarnya aku juga ada yang mau aku sampaikan pada Ayah, aku hanya akan menikah dengan gadis yang ada di hatiku, tapi tolong Ayah rahasiakan ini dari bunda dan yang lainya," ucap Rahman serius.

"Siapa gadis itu?, apa Ayah mengenalnya?" Ayah penasaran.

"Fatimah," jawab Rahman singkat.

"Bagaimana mungkin kamu menaruh hati pada Fatimah, dia adikmu Rahman, lagi pula dia masih terlalu muda, kamu jangan coba-coba merusak hubungan keluarga kita, apa yang akan terjadi jika Fatimah tau kalau kamu menyukainya sebagai seorang gadis," tutur Ayah yang kaget dengan perkataan Rahman.

"Ayah, cepat atau lambat Fatimah akan tau bahwa ia di adopsi sejak usianya kurang dua tahun, kalau dia tau itu dia pasti akan sedih dan merasa terasingkan, bahkan mungkin dia akan lari dari rumah untuk mencari keluarganya, satu-satunya cara agar Fatimah tetap bersama kita adalah dengan aku menikahinya," jelas Rahman membujuk Ayah.

"Ayah harap kamu pikirkan matang-matang niatmu, cari solusi terbaik," Ayah menepuk pundak Rahman dan meninggalkan ruangan.

***

Fatimah kebetulan satu kelompok dengan Fatih dan sahabatnya Lilis. Mereka berencana mengerjakan tugas di rumah Fatimah.

"Fatimah, kak Rahman nanti ada di rumah kan?" Lilis tersenyum malu.

"Nggak tau sih, tadi dia pergi ke Hotel milik Ayah, cuma aku nggak tau dia pulang jam berapa," ujar Fatimah menatap Lilis.

***

Fatih, dan Lilis berserta Fatimah kerja kelompok di rumah Fatimah. Bunda menyambut ramah kedatangan teman-teman Fatimah.

"Bunda hari ini kami belajar bareng di sini ya, nggak pa pa kan Bun?" tanya Fatimah.

"Nggak pa pa dong sayang, malah bagus rumah kita jadi ramai, ayo lanjut belajarnya, keburu sore loh," ucap bunda sambil menuangkan sirup untuk Fatimah dan teman-temannya.

"Terimakasih tante, maaf merepotkan," ujar Fatih pada Bunda.

" Sama-sama, bunda ke belakang dulu ya,"

"Iya Bun, " Fatimah melanjutkan kerja kelompok bersama temannya.

Lilis melirik lirik sekitaran rumah, "Cari apa Lis ?" tanya Fatimah pada Lilis.

"Eh Abang kamu mana?" bisik Lilis ke telinga Fatimah. "Kan aku udah bilang dia masih kerja," bisik Fatimah balik.

Sesekali Fatimah melirik Fatih, " Maasyaa Allah, Fatih pintar bangat ya, dia bisa ngerjain semua soal," batin Fatimah.

tak lama kemudian Rahman tiba di rumah. ia melihat ruang tamu agak ramai tidak seperti biasanya. Rahman melihat Fatimah dan teman-temannya sedang mengerjakan tugas, namun ia kurang suka karena Fatimah berdekatan dengan teman laki-lakinya yang tak lain adalah Fatih.

Rahman masih memantau Fatimah, sementara Fatimah tidak menyadari kedatangan kakaknya itu.

Lilis tak sengaja melihat Rahman yang berdiri di pojok. "Kak Rahman, ada di sini," ucap Lilis sambil tersenyum, hatinya serasa bunga yang yang mekar.

"Kak Rahman udah pulang," Fatimah menyambut kakaknya.

"Iya Fatimah, kalian lanjut belajar ya, kakak ke atas dulu," Rahman berjalan menuju kamarnya di lantai atas.

"Fatimah...Kak Rahman ganteng bangat sumpah, kalau gitu aku mau main ke rumah kamu setiap hari ya," pinta Lilis yang sedari tadi tersenyum.

Fatih geleng kepala melihat tingkah Lilis, "Fatimah, terimakasih ya, hari ini udah banyak ngerepotin kamu," ucap Fatih menatap Fatimah.

"Nggak ngerepotin kok, aku kagum loh sama kamu, ini kerja kelompok tapi rasanya kamu yang lebih banyak ngerjain," Fatimah seolah memuji Fatih.

"Nggak lah, itu cuma perasaan kamu aja kali," ucap Fatih sambil membereskan buku-bukunya ke tas karena tugas sudah selesai.

Kedua teman Fatimah itu pun pulang.

Fatimah dengan santai duduk di ruang tamu, Rahman turun dari lantai atas dengan mengenakan baju kokoh dan sarung serta peci. "Fatimah..," Panggilnya.

"Iya...ada apa kak,"

"Ngapain masih duduk santai di sini, bentar lagi magrib, Sana buruan siap-siap, mandi habis itu wudhu," Rahman memerintahkan adiknya.

"Iya..iya ...bentar lagi aku mandi, tapi aku nggak solat, cuma mandi aja," Fatimah masih merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu.

"Loh kok nggak solat, kamu udah mulai berani meninggalkan solat ya," Rahman mulai melototi Fatimah.

"Nggak ngerti bangat sih...aku lagi haid kak," tegas Fatimah sedikit kesal.

"Oh gitu, ya udah aku ke mesjid dulu," ucap Rahman dengan gugup, dan langsung pergi.

***

Fatimah mengetuk pintu kamar sang Bunda, namun bunda sepertinya tak ada di kamar. Fatimah masuk ke kamar bunda. tak sengaja ia melihat album masa kecilnya dan kedua kakaknya.

Ia memperhatikan Foto album itu satu per satu. Dari sekian banyaknya Foto ia tak menemukan Fotonya sewaktu Bayi.

" Kak Sarah dan kak Rahman ada Foto waktu masih bayi di sini, kok aku nggak ada ya, apa jangan-jangan hilang ya," batin Fatimah.

tiba-tiba bunda datang.

"Fatimah..kamu di sini," sapa Bunda menatap wajah Fatimah. "Maaf Bun, aku lancang masuk, tadi aku cari bunda tapi nggak ada di sini," kata Fatimah yang masih memegang album.

"Lagi lihat album ya," tanya bunda mengelus kepala putrinya.

"Iya bunda, oh ya Bun kok aku nggak punya Foto bayi di sini?" Fatimah penasaran.

Bunda tidak tau harus menjawab apa karena memang Fatimah di adopsi sejak ia berusia kurang dari dua tahun. "Oh itu..mungkin hilang," jawab Bunda gugup.

Fatimah masih merasa aneh dengan sikap sang bunda yang terlihat menutupi sesuatu.

*Jangan lupa tinggalkan jejak ya, supaya cerita Fatimah berlanjut 😊*

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!