NovelToon NovelToon

Aku Bukan Menantu Idaman

Aku adalah Milanie

Prolog

Di sebuah ruangan keluarga. Aku duduk di bangku sebelah barat dan di depanku telah duduk 2 orang paruh baya.

Mereka adalah orang tuaku, Ayah dan Ibuku.

"Ibu, Milanie ingin kuliah jurusan Dokter" kataku.

"Bagaimana Yah? Milanie ingin kuliah" kata ibuku.

Ayahku hanya terdiam. Dia tak mengucapkan sepatah katapun.

"Tanya pada Ayahmu Mil, apakah Ayahmu memiliki uang untuk membiayaimu" kata ibuku.

Aku melakukan apa yang dikatakan oleh ibuku.

"Ayah, bagaimana?" tanyaku.

Ayahku tetap diam. Ayahku hanya memutar-mutar jari telunjuknya bergesekkan dengan jari yang lain.

"Ibu?" kataku berharap agar mendapat jawaban dari Mereka.

Namun tak ada jawaban tentang persetujuan ini padaku.

Aku sadar, jika ekonomi keluargaku saat ini sedang sekarat.

Tanpa memaksa, karena tak ada persetujuan dari orang tuaku. Semangatku seketika luntur. Tapi Aku tak ingin tumbang di sini.

Aku memutuskan, setelah lulus ini untuk bekerja dan menabung. Agar suatu saat bisa berkuliah dengan biayaku sendiri.

Itulah harapanku.

"Ibu, Aku dipanggil untuk interview di Malang" kataku dengan senang.

"Kamu mau kerja apa?" tanya ibuku.

"Di sana ada lowongan untuk bekerja di perkebunan" kataku.

"Kamu itu perempuan Mil. Di rumah saja!" kata kakak laki-lakiku.

Seketika mendengar perkataan kakakku dadaku terasa sangat sesak.

"Kenapa jika Aku perempuan?" batinku.

"Tak memiliki hak kah Aku jika ingin menghasilkan sesuatu sendiri?" batinku.

Sedangkan Ibuku tak bisa mengantarku.

Tak ada yang mendukungku di keluarga ku sendiri. Rasanya Aku frustasi. Tak ada yang bisa mengerti tentang keinginanku.

Sedangkan Aku tak diizinkan keluar kemanapun saat itu. Bagaikan tahanan yang tak bergelar.

Hingga seketika, suatu hari Aku dilamar dengan seseorang. Dan dari situlah hidupku berubah 360 derajat.

...****************...

Di depan kotak persegi panjang itu memantulkan wajah seorang gadis yang berkulit putih, dengan dihiasi kelopak mata yang bulat, diikuti dengan rambut yang lurus dan terlihat kecil. Dengan bajunya yang bergaya casual dan sederhana.

Itu adalah Aku. Aku sedang duduk di depan kaca.

Saat ini, pikiranku terasa terombang-ambing bagaikan angin topan. Batinku berkecambuk. Serasa ada peperangan yang sedang terjadi di dalam tubuhku.

Saat aku menyadari ada seseorang yang serius ingin menikahiku. Rasanya aku takut. Badanku menggigil. Dengan umurku yang masih muda belia. Kenapa pernikahan ini terjadi begitu cepat?

Disisi lain, cinta yang ku inginkan juga menghilang karena kulepas demi impianku. Tapi, pada kenyataannya impianku hancur saat seseorang hadir di kehidupanku. Rasanya hidupku sangat putus asa.

Peperangan antara pikiran dan hatiku mulai meledak.

Aku ingin menolak semua ini. Tapi tanpa secara langsung, keadaanku lah yang memaksaku untuk menerima pinangan ini.

"Astaga, bagaimana ini?"

"Apa aku kabur saja dari rumah?"

"Tapi jika aku melakukannya, bagaimana dengan nama orang tuaku?"

Itulah hal yang aku fikirkan pertama kali saat mendapat pinangan dari seseorang yang berambisi memilikiku.

Sepertinya Nafsu telah menguasainya hingga ingin segera menikah cepat denganku.

Dia adalah laki-laki berumur 15 tahun lebih tua dariku.

Aku benar-benar sangat bingung bagaimana caranya menolak situasi ini.

Mundur aku tak bisa. Maju hatiku berteriak jika aku tidak menginginkannya.

"Lalu bagaimana? Rasanya aku ingin menghilang dari bumi saja?" gumamku.

...****************...

.

.

.

Kenalan dulu yuk!!!

Namaku adalah Melanie. Aku adalah anak gadis semata wayang dari keluargaku.

Tentu, dari kecil orang tuaku membesarkanku dengan penuh kasih sayang.

Melihat kasih sayang mereka yang besar, membuatku ingin sekali menjadi seorang anak yang dapat dibanggakan oleh mereka.

Untuk itu, aku selalu rajin belajar dalam sekolahku. Mendengarkan dengan sungguh-sungguh semua yang diberikan oleh guruku. Demi mendapat peringkat dalam kelasku.

Tanpa kusadari, aku adalah anak yang termasuk ambisius hehe...

Ambisius menjadi orang yang sukses dengan cita-cita yang setinggi langit.

Yah,,, selagi tak merugikan orang lain. Menurutku itu, tidak masalah.

...****************...

Orang tuaku memfokuskan aku untuk lebih hidup mandiri. Yang terpenting dapat menghasilkan uang dari hasil jerih keringat sendiri. Tanpa harus berharap atau menjadi benalu orang lain.

Saat masa sekolah SMA, temanku banyak yang cowok. Jadi, bisa dibilang aku gadis yang tomboy. Tapi juga gadis yang pemalu.

Gimana ya,,, iya itu dah. Intinya melakukan hal-hal seperti cewek umumnya itu aku males. Kayak belanja, memasak, suka make-up. Kegiatan itu semua. Duh,,, bukan aku banget. Soalnya semua itu butuh uang yang banyak. Karena aku terdidik untuk terbiasa hidup sehemat mungkin untuk keperluanku.

Jadi Aku lebih suka ke penampilan apa adanya dan pakai Baju apa adanya.

Hobyku itu berjalan-jalan. Hal yang sangat aku sukai adalah ketinggian. Aku lebih suka dengan hal yang seru dan menantang. Daripada duduk diam di rumah. Bagiku itu sangat membosankan.

Jadi bisa dibilang, memanjat adalah aktifitas wajib bagiku. Atau melakukan perjalanan di bukit itu adalah duniaku.

Bisa dibilang juga,,, aku anak yang menyukai kebebasan.

...****************...

.

.

.

Masa-masa Sekolah

Langit cerah itu bagaikan laut luas yang berada di atas tubuhku. Menatapku dengan gambar ombak putih yang menggumpal di beberapa bagian. Bersama Mentari yang sedang melihatku, dengan warna sedikit kemerahan dari arah Barat. Mentari itu terlihat sangat malu hingga dia akan sembunyi di balik pegunungan.

Musim hujan telah berlalu, sekarang beranjak masuk di awal musim panas.

Di bawah kakiku, terlihat banyak tumbuhan yang berwarna hijau sedang bergoyang ke kanan dan ke kiri. Tubuhnya menjulang kokoh keatas dengan tegapnya. Digerumuni oleh daun-daun hijau yang segar. Memberi perpaduan warna yang sempurna di mataku yang sedang aku lihat saat ini.

.

Di sana, juga ada beberapa bangunan diantara tumbuhan itu. Terlihat persegi panjang yang kecil dari sini sedang berjajar rapi. Itulah bangunan kelas dari sekolahku.

Saat ini, Aku duduk di antara 2 pria cakep yang merupakan kakak seniorku. Salah satu dari Mereka adalah sahabatku. Namanya adalah Micky.

Sudah sering kali Aku dan sahabat kakak seniorku ini memanjat menara air di sekolah.

Hal yang membuatku candu di sana adalah suguhan pemandangan yang mampu menyegarkan mata. Serta mendamaikan jiwa. Yah,,,, hitung-hitung wisata gratis hehe,,,,

Ditambah lagi ada seseorang yang cakep dan siaga selalu menjagaku.

Membuat hidupku terasa sangat sempurna untuk aku jalani.

Namun, kali ini ada laki-laki lain yang juga ikut memanjat di menara air itu. Dia laki-laki yang sangat pendiam. Dan saat itu, aku belum mengenalnya.

"Wah,, sepertinya masih silau" kataku.

"Kemarilah, di sini lebih teduh!" jawab micky.

Micky menepuk-nepukkan tangannya di semen menara air bagian bawah itu. Kode agar aku duduk di tempat yang teduh itu.

Disisi menara lainnya, aku melihat seseorang yang lebih suka menyendiri. Dia hanya diam dan tak menggubris tentang keberadaanku.

Aku memiliki beberapa kelebihan. Yaitu dapat merasakan apa yang dirasakan orang itu saat melihat wajahnya.

Aku melihat pemuda penyendiri itu terlihat kesepian. Di raut wajahnya tertulis bahwa ada suatu tanggung jawab yang harus dia selesaikan.

Pantulan rasa ini yang mendorongku untuk ingin menghiburnya.

Akhirnya aku memutuskan untuk menyapanya terlebih dahulu.

"Hei kak siapa namamu?" tanyaku.

Mendengar sapaku dia hanya melirikkan matanya dan tetap diam.

"What? Aku dikacangin?" batinku.

Membuatku merasa habis menanyai sebuah dinding.

"Hah, kenapa aku peduli? Lagian siapa dia?" batinku.

Aku duduk kembali di tempat yang teduh itu bersama Micky.

Micky itu sangat ramah kepada siapapun. Jadi sudah wajar jika aku bisa bersahabat akrab dengannya.

"Siapa namanya?" tanyaku kepada Micky.

"Dia Lucky, teman sekelasku" jawab Micky.

"Owh" jawabku.

Saat sunset itu akan tenggelam. Aku melihatnya, dan mendadak menjadi orang yang paling ramai di sana.

Dengan membawa ponsel aku bersiap-siap memfoto pemandangan yang indah itu. Tak ingin terlewat melihat moment yang paling menakjubkan ini.

"Wah,,, bagus sekali kak!" kataku.

"Cekreek"

"Cekreeek"

"Cekreeek"

Aku memfoto setiap perubahan yang ada. Tak apa itu membuat memoriku penuh. Nanti jika ada waktu luang, akan aku pilih lagi foto yang paling bagus.

Tak lupa juga aku mengajak sahabatku Micky untuk berfoto juga.

Dan karena aku bukan orang yang suka mengucilkan yang lain. Akhirnya pemuda yang bernama Lucky itu aku ajak sekalian foto.

"Kak ayo foto bareng?" ajakku.

"nggak usah" jawabnya.

"Baiklah, yang penting aku sudah mengajaknya dengan baik. Kalo dia menolak juga nggak apa-apa" batinku.

Hari semakin larut, membuat kami semua terpaksa harus meninggalkan menara itu.

Kami menuruni tangga. Micky yang selalu memperhatikanku. Karena dia tahu aku kecil. Jadi ada 2 bagian tangga yang tidak dapat aku raih.

Saat aku hendak turun, kebetulan pemuda yang bernama Lucky itu yang ada di sebelahku. Aku sempat meminta tolong padanya. Tapi dia tidak peduli.

Dengan menyodorkan tanganku berharap diraih olehnya.

"Hei, tolong aku" kataku.

Dia tak merespon apapun. Aku tak tahu dia memang tak mendengar atau memang tak mau mendengar.

"Ha,,, dasar menyebalkan. Cuek sekali" batinku

Akhirnya Micky yang membantuku untuk meraih tanganku. Agar aku turun dengan selamat.

Ketinggian 10 meter telah kami lalui.

Waktu terasa sangat cepat. Mendadak sudah waktu maghrib saja.

Setelah itu kami melakukan sholat di masjid sekolah.

Sekolahku sudah memakai sistem full day. Jadi pulang sore hari sudah biasa. Apalagi untuk para murid yang mengikuti kegiatan extrakulikuler.

Rumahku jauh dari sekolah. Tapi aku adalah anak kos. Jadi selalu berjalan kaki jika hendak pulang pergi sekolah.

...----------------...

Bab 1 Hari Pertama Mengikuti Extrakulikuler

Waktu telah menunjukkan pukul 18.00 WIB. Setelah aku membersihkan diriku, aku melakukan aktifitas rutin. Yaitu makan malam. Kemudian dilanjutkan dengan mengaji.

Hingga pukul 08.30 WIB. Aku beranjak tidur dengan teman kos ku.

"Hei, hari ini kenapa kamu pulang telat?" tanya temanku.

"Seperti biasa, aku memanjat menara air tadi" jawabku.

"Kau ini, apa tidak takut dimarahi?" tanya temanku.

"Asal tidak ada yang tahu pasti tidak akan dimarahi hehe" jawabku.

"Dasar! si pendiam yang banyak tingkah" kata temanku.

Setelah sedikit berbincang dengan teman kos ku, kami beranjak tidur. Mematikan lampu kamar dan mengenakkan selimut untuk tidur.

Begitulah aktiftas rutinku.

...****************...

Setelah mataku terpejam semalaman.

Sinar itu berhasil masuk di celah-celah jendela kamar kos ku. Menembus dengan lurus dan terpantul di tembok tepat sebelah ranjangku.

Di setengah kantukku, Aku membuka mataku pelan-pelan dan melihatnya.

Melihat sinar itu mataku langsung melotot.

"Jam berapa ini?" teriakku.

Aku langsung meraih ponselku. Dan mengeceknya.

Di sana jam telah menunjukkan pukul 06.15 WIB.

"Hei, bangun Rit. Sekarang sudah siang" kataku membangunkan teman kosku yang bernama Rita itu.

Aku langsung mengambil handuk menuju ke kamar mandi.

Berhubung aku tahu ini kesiangan, proses mandiku aku percepat.

"Jbyuuurr!!"

Jebyuuur!! "

Jebyuuurrrr!!!"

Dengan otomatis tanganku meraih sesuatu dengan cepat dan keras. Termasuk saat menciduk air di bak mandi. Suaranya seperti orang yang sedang menguras bak.

Disusul dengan ketukan dari Rita. Dia menyuruhku untuk cepat keluar dari kamar mandi.

" Tok, tok, tok!"

"Mil, cepetan!!!" katanya.

"Iya sebentar lagi selesai" jawabku.

Segera ku percepat semuanya. Memakai seragam, dan memoles bedak secukupnya pada wajahku. Serta memberi sedikit lip ice di bibirku. Untuk pemberian vitamin padanya.

Setelah semua selesai, kali ini aku langsung berangkat bersama temanku tanpa sarapan. Dengan jalan cepat dan berlari.

Terlihat gerbang akan ditutup saat itu.

Kami segera mempercepat lari kami untuk melewati gerbang yang akan ditutup itu dan berhasil.

"Ha,,, kalian itu cewek-cewek kok kesiangan" kata pak Satpam.

Mendengar ocehan itu kami tak ingin menanggapinya. Yang terpenting kami tidak termasuk murid yang terlambat hehe,,,

Di lapangan sekolah kami berpisah. Karena aku dan Rita beda jurusan. Aku jurusan IPA dan Rita adalah jurusan IPS.

"Dah,, Mil" katanya.

Dengan belok kanan ke arah kelasnya.

"Iya Rit, hati-hati awas kesandung batu!" candaku.

Mendengar candaku Rita mengacungkan jempolnya seraya berlari menuju kelasnya.

Sedangkan aku masih berjalan lurus ke depan menuju kelasku.

"Hei, bukankah dia cewek yang gatel itu?" bisik-bisik murid lainnya yang sedang bergerombol di sana.

"Semua laki-laki dia deketin. Dia cewek yang gatel sekali" ghibah yang mereka lontarkan.

Tepat di depan UKS mereka duduk dengan berseragam olahraga. Kebetulan pelajaran mereka sedang outdoor.

Dan terdengar di telingaku.

"Haduh... Rasanya kupingku memanas mendengar ghibah dari mereka" gumamku.

Mereka itu murid seangkatanku tapi lain kelas denganku.

Bahkan aku saja tidak tahu nama mereka sama sekali. Tapi dengan mudahnya mereka mengomentariku sedemikian rupa berdasarkan opini dari sudut pandangnya.

Walau aku sedikit geram mendengarnya, aku tetap berusaha menyetabilkan emosiku. Yah,,, kalian tahu sendiri, hal yang paling sulit adalah mengontrol emosi perempuan. Dengan 9 nafsunya diiringi dengan 1 akalnya. Sangat sering sekali jika wanita yang pendiam lebih banyak berperang dalam diamnya. Yaitu menormalkan pikiran dan hatinya sendiri.

"Mungkin karena mereka belum mengenalku"

Pikiran penenangku.

...****************...

Di kelasku, terdiri dari 5 siswa cewek dan 25 siswa cowok. Jadi tak aku pingkiri jika temenku memang banyak cowoknya.

Tapi meski aku supel, aku juga memiliki prinsip dan memasang pagar di sekelilingku. Bersiap-siap ada garangan yang akan menyerangku.

Jadi, meski temanku banyak laki-laki, aku juga tetap berjaga diri demi harga diriku.

"Triiiinggg!!!"

Bel istirahat berbunyi. Seperti biasa, kami berkelompok pergi ke kantin bersama-sama. Dan makan di sana bersama.

"Ke kantin yuk!" ajak salah satu temen cewek kelasku.

"Ayo perutku lapar sekali" jawabku. Teringat jika aku tak sempat sarapan hari ini.

Dengan menunggu satu sama lain, akhirnya kami berjalan bareng. Berjajar dengan 8 anggota hingga memenuhi jalan sekolah.

Saat tiba di kantin, terlihat di sana sangat ramai. Jika dibandingin ini lebih ramai daripada pasar. Tak ada tempat duduk dimanapun. Tempat duduknya telah dipenuhi oleh murid kelas lain.

"Bagaimana? Tempatnya penuh" kata salah teman cowokku.

"Kita pesan saja, lalu kita makan di kelas" jawab teman cewekku.

"Bagaimana Mil?" tanya Cung teman cowok kelasku satunya.

"Iya itu ide yang bagus" jawabku.

Akhirnya kami memesan dan membawanya untuk dimakan di kelas.

...****************...

"Triiiiinggg!!!"

Tak terasa bel berikutnya telah berbunyi.

Bel yang kedua ini menunjukkan jika jam pelajaran semua telah selesai hari itu.

Waktu ini menunjukkan pukul 15.30 WIB.

Semua siswa yang tidak mengikuti kegiatan extrakulikuler beberapa ada yang langsung pulang. Beberapa juga masih ada yang duduk dengan ponselnya dan Laptopnya mereka masing-masing. Mereka sedang memanfaatkan layanan wifi sekolah gratis.

Sedangkan aku, anak yang suka mengikuti kegiatan-kegiatan extrakulikuler.

Saat ini aku telah mengikuti 5 kegitan extrakulikuler. Dan itu hampir 6 hari full selalu ada jadwal pertemuan.

Kebetulan pada hari ini adalah jadwal kegiatanku mengikuti extra PMR. Karena aku anggota baru, jadi perkenalan itu dilakukan.

"Halo, namaku adalah Milanie. Aku dari jurusan IPA 4" kataku memperkenalkan diri.

Saat aku mengenalkan diriku di semua anggota PMR, di sudut pojok aku melihat kakak kelas yang ada di menara air kemarin. Lagi-lagi dia tampak menyendiri dari teman lainnya. Beda dengan kak Micky. Kak Micky membaur ke semua anggota. Bahkan dia suka sekali bercanda.

Melihat kakak kelas itu diam dan seperti terasing membuatku ingin menariknya agar dia juga membaur bersama yang lain.

Akhirnya aku bercakap dan memanggilnya.

"Kak Luck, awas ada kecoak di sebelahmu!" candaku.

Dia langsung tersontak, dan melihat ke sebelah tubuhnya. Dia mencari kecoak yang aku maksud tapi tidak menemukannya.

"Ha, ha, ha, kakak ketipu" candaku lagi.

Lalu dia hanya mengernyitkan alisnya dengan wajah yang sedikit kesal. Melihat dia kakak senior yang dapat dibohongi oleh junior kecil sepertiku.

Saat aku bercanda seperti itu. Seketika semua anggota terdiam. Sebagian besar dari Mereka menatapku. Aku menangkap, mereka berfikir betapa beraninya aku kepada senior.

Melihat situasi ini nyaliku menjadi menciut seketika. Namun, kak Micky langsung mencari bahan pembicaraan lain. Dia sengaja mengalihkan pembicaraan agar semua tak melihatku lagi.

Setelah kegiatan extra berlangsung, aku telah memiliki 1 teman baru. Namanya adalah Kiki.

"Milanie" kataku.

"Kiki" kata kiki.

Kami berkenalan dan saling berjabat tangan.

Saat extra telah selesai. Aku berjalan bersama Kiki menuju gerbang keluar sekolah.

Dengan langkah kaki yang santai kami saat itu saling berbincang.

"Apakah kamu kenal dengan Senior kak Lucky?" tanya Kiki.

"Tidak terlalu kenal sih, tapi aku pernah melihatnya" jawabku.

"Aku dengar, Dia adalah senior yang telah mendapat 5 penghargaan dari luar kota dan berhasil mendapat 3 piala sekaligus dalam 1 tahun menjadi anggota PMR. Dia termasuk senior yang berhasil membawa nama sekolah kita" kata Kiki.

"Benarkah?" tanyaku tak menyangka.

"Iya, aku diberitahu oleh kak Ratna" kata Kiki.

Yah,,, sekarang aku tahu alasan kenapa para anggota lain menatapku seperti itu. Saat aku berhasil membohongi senior kak Lucky. Siapa sangka jika dia Senior yang paling dibanggakan oleh sekolah. Tatapan mereka terlihat sangat terkejut.

Rasanya ingin membalikkan waktu dan memilih untuk diam saja tadi.

Bab 2 Menghindari Pertemuan

Hari ini adalah pelajaran matematika. Mata pelajaran ini adalah mata pelajaran yang paling aku senangi. Karena guru matematika ku adalah guru yang sangat sabar dan cantik hehe.

Di depan bangku para murid, ada sebuah papan yang berwarna putih terpajang di tembok menghadap kearah kami.

Guruku menuliskan sebuah tulisan di sana. Dengan spidol hitam yang dipegangnya.

"Hasil dari 4 log 8 + 4 log 32 adalah...."

Di papan putih itu ada sebuah pertanyaan yang terlontar dari guru matematikaku.

"Siapa yang dapat menjawabnya?"

"Silahkan maju ke depan" ungkapnya.

Seketika tanganku mencari pensil dan mencoret-coret buku berhitungku.

"Nah, ketemu!" gumamku.

Dengan senang aku dapat menemukan jawabannya.

Tentu aku memberanikan diri untuk menunjuk diri agar maju memberikan jawaban di depan.

Tangan kananku ku angkat.

"Saya bu" kataku.

"Silahkan maju Milanie" kata guruku.

Aku maju dan meraih spidol yang disodorkan oleh guruku.

Dengan percaya diri aku menulis jawabannya.

4 log 8 + 4 log 32

\= 4 log (8.32)

\= 4 log 256

\= 4.

Setelah aku menyelesaikannya, aku meletakkan spidol ke meja guruku dan langsung kembali ke bangku ku.

Semua teman kelasku memandangku. Ada pandangan yang kagum, ada pandangan yang iri dan ada pandangan yang biasa saja.

Pandangan yang biasa saja itu dari temanku yang paling tak peduli dengan pelajaran. Kebanyakan sih mereka laki-laki dan bangku sebelah paling belakang.

Ibu guru memeriksa jawabanku.

"Iya ini benar sekali" kata guruku.

Secara tidak langsung aku menjadi dekat dengan guru matematikaku. Dia selalu memanggilku saat dia membutuhkan bantuan. Karena aku adalah murid kesayangannya hehe.

Tapi di sela-sela ini ada beberapa teman cewekku yang merasa tak dianggap dan iri terhadapku. Membuatku untuk tidak ingin melakukan hal yang terlalu mencolok lagi. Dan menjadi murid yang sewajarnya saja.

...****************...

Pelajaran hari ini selesai. Lagi-lagi sekarang adalah jadwal pertemuan dari kegiatan extrakulikuler PMR ku.

Seketika pikiranku mengingat apa yang aku lakukan minggu lalu.

Duh,, rasanya sangat memalukan.

"Aku ingin absen saja hari ini" batinku.

Dengan mengendap-ngendap aku mempercepat langkahku untuk melewati tempat perkumpulan.

Yang kebetulan merupakan jalan menuju arah pulang gerbang sekolah.

Tak disangka Kiki datang dari arah depanku.

"Milanie, kamu mau kumpulkan hari ini?" tanya Kiki.

"Ah, iya" kataku.

"Kalau begitu ayo kita bareng kesana!" ajak Kiki.

"Ah, Iya ayo" jawabku.

Padahal aku sudah berencana untuk bolos hari ini. Berhubung aku tak memiliki alasan khusus untuk tidak menghadirinya.

Jadi dengan terpaksa aku harus menghadiri pertemuan ini. Bersama Kiki Aku berjalan bersama.

"Haduh,,, ku pasang dimana wajahku saat bertemu dengannya" gumamku khawatir atas keadaan ini.

"Apa Mil? " tanya Kiki.

Sepertinya Kiki remang-remang mendengar perkataanku yang lirih tadi.

"Oh tidak, tidak ada. Aku hanya penasaran pertemuan kali ini akan membahas apa hehe" kataku berdalih.

...****************...

Terlihat semua anggota telah berkumpul di sana. Hanya Aku dan Kiki yang terakhir masuk kali ini.

Aku membuang wajahku agar tak melihat Senior yang cuek itu. Melihat wajahnya saja mebuatku merasa malu sekali.

Ku putuskan Aku memilih duduk di pojok bagian ruangan dan menepi.

Bersembunyi di balik punggung junior seangkatanku.

"Mil, sini!" ajak Kiki.

"Syuuuuutttt!!!"

Dengan menempelkan jari telunjukku pada mulutku sendiri. Memberikan kode waspada kepada Kiki.

Kiki yang tak mengerti dengan maksudku dia hanya mengernyitkan alisnya ke atas. Menggambarkan dia butuh penjelasan dariku.

"Aku hanya tak ingin bertemu dengan kak Lucky" kataku berbisik pada Kiki.

Mendengar penjelasanku, Kiki menoleh kesana kemari. Matanya liar memandang ke segala arah.

Namun dari semua sudut ruangan, Kiki tak melihat sosok kak Lucky di sini. Lalu Kiki memberitahukan padaku jika kak Lucky tidak ada.

"Ada apa? Kenapa kamu tak mau bertemu? Dia kan ganteng?" kata Kiki.

"Aku takut nanti dia menghukumku" jawabku.

"Dihukum? Kenapa?" tanya Kiki penasaran.

"Kamu lupa dengan apa yang aku lakukan minggu lalu?" tanyaku balik.

Sekilas Kiki mengingat tingkah Milanie yang berani membohongi kakak Seniornya.

"Oh, iya, iya aku faham. Tapi kamu tenang saja kakak ganteng itu sekarang nggak ada kok" kata Kiki.

"Benarkah?" tanyaku.

"Iya" jawab Kiki.

Di gerumunan seluruh anggota PMR itu. Mataku melihat kesana kemari dengan serius. Memastikan memang keberadaan kakak cuek itu tidak ada di sana.

Karena saat ini adalah pengangkatan junior baru. Khususnya kelas 1, jadi semua anggota PMR senior berkumpul saat ini. Senior Kelas 2 dan kelas 3.

Betapa leganya perasaanku tidak bertemu dengan kakak Senior cuek itu.

Dipertemuan kali ini, para anggota junior sedang di bimbing oleh 1 orang senior kelas 2.

Dia memerintahkan agar kami duduk membentuk lingkaran.

Setelah membentuk lingkaran, senior kelas 2 itu menjelaskan tentang Definisi dan Tugas PMR.

Dan senior kelas 2 itu memberikan selembar kertas yang diperintahkan untuk menulis nomer ponsel masing-masing junior.

"Kakak akan memasukkan kalian ke grub generasi PMR"

"Jadi tulis nomer ponsel kalian di kertas itu, khususnya nomer Whats up ya?" kata Senior tingkat 2 itu.

"Baik" jawab para Junior dengan kompak.

Satu persatu kami menulis ponsel secara bergantian. Kertas itu diberikan dari tangan ke tangan dengan arah memutar.

Saat Aku mulai menulis. Tak disangka Senior cuek itu yang paling aku hindari pertemuannya. Dia kini muncul dari balik ruangan sebelah.

Ruangan yang memang bergandeng dengan ruangan yang kini digunakan oleh para junior. Tapi ruangan itu setengah dipagar tembok. Sedangkan bagian lain ditutup oleh tirai. Jadi jika dipandang dari ruangan yang Aku duduki saat ini, tak terlihat ada seseorang atau tidak di sana. Saat tirai itu ditutup.

Melihatnya muncul saat mengibaskan tirai itu membuat mataku melotot dengan spontan ke arahnya.

Senior itu melihatku sekilas, lalu dia berjalan membelok kanan menuju pojok ruangan. Dia meraih sebuah botol aqua yang masih terisi air setengah dari botol itu. Lalu kembali masuk ke ruangan sebelah.

"Astaga, kenapa Aku harus melotot sih tadi. Bisa-bisa dia membalasku dengan sangat kejam setelah ini" batinku.

"Mil, sudah selesai?" tanya Kiki.

Seketika perang batinku terbuyar oleh pertanyaan Kiki.

"Ah, iya ini selesai" jawabku dengan mempercepat tanganku untuk menulis nomerku. Dan segera aku menyodorkan kepada anggota yang lain.

"Kamu melihatnya tadi Mil? Kakak ganteng itu ternyata ada" bisik Kiki diantara duduk melingkar itu.

"Iya, Aku jadi ingin pulang cepat saja" kataku.

"Kenapa? Aku justru semangat jika ada kakak ganteng di sini" kata Kiki.

"Kamu semangat, tapi Aku malah nyungsep" kataku.

"Coba gimana nyungsepnya?" kata Kiki menantang.

Dengan spontan Aku memaju-majukan kepalaku ke depan dan belakang beberapa kali seperti anak yang sedang menari potong bebek angsa.

Lagi-lagi diantara tingkahku yang konyol, kakak cuek itu melihatku sekilas. Bersamaan dengan tirai yang terhempas oleh angin sebentar.

Saat aku melihat, ternyata di ruangan sebelah banyak dari Senior kelas 2 dan kelas 3 sedang berkumpul. Mereka seperti merapatkan sesuatu.

"Astaga, kenapa selalu di waktu yang tidak tepat" batinku.

Sedangkan Kiki saat ini menertawakan tingkah konyol yang kulakukan tadi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!