♧ ♧ ♧ ♧ ♧
"Kamu yakin,dengan keputusan kamu ini nak?" tanya ibu.
"Tentu saja bu,aku ingin membantu perekonomian keluarga kita.Meskipun tidak banyak nantinya,tapi setidaknya aku bisa meringankan beban ayah dan ibu." balas ku.
"Sejujurnya ibu sangat berat melepaskan kamu."
"Kamu itu,anak ibu satu-satunya perempuan pula.Tapi,melihat tekad kamu ibu hanya bisa mendukung dan mendoakan kamu nak."
"Makasih ya bu,udah kasih ijin sama aku."
"Nanti,ibu bantu bicara sama ayah."
"Iya bu....."
♧ ♧ ♧ ♧ ♧
Namaku Naima Siswanto,aku merupakan anak tunggal di keluarga ku.Ibu ku bernama Susi asli tanah sunda dan ayah ku bernama Baharudin Siswanto asli dari jawa.
Sebenarnya aku mempunyai dua kakak tiri,namun mereka sudah mempunyai kehidupan masing-masing atau bisa di bilang sudah berkeluarga.Kak pertama bernama Heru dan kedua bernama Dani.
Kenapa aku memutuskan untuk pergi merantau,alasan terbesarnya adalah kehidupan di desa tidak bisa mencukupi kami semua.
Aku tidak bisa terus-terusan berpangku tangan sama orang tua ku atau pun kakak tiri ku.Karena kehidupan mereka juga tidak beda jauh dari kami.
Apalagi,aku merasa segan dan malu kalau harus berpangku tangan sama kedua kakak tiri ku.Apalagi mereka berdua sudah berkelurga dan mempunyai seorang anak.
Ibu sendiri,bekerja sebagai buruh jahit,di salah satu tetangga yang mempunyai konveksi yang tidak begitu besar.
Pengasilannya pun tidak menentu,kadang kalau barang nya lagi banyak hasil yang ibu dapatkan akan lumayan.Tapi,saat sepi atau tidak ada barang ibu akan memilih untuk membantu bapak atau menjadi buruh tani dari orang lain.
Ayah ku pun bekerja hanya sebagai buruh serabutan,yang terkadang pekerjaan nya tidak selalu ada.Dan itu sangat mempengaruhi akan pemasukan pada perekonomian keluarga kami.
Aku sendiri merasa bersyukur,bisa lulus sampai SMA itu juga sudah menjadi hal yang sangat mewah dan jarang di kampung ku.
Untungnya,aku mempunyai paman adik dari ibu yang seringkali membantu biaya dan peralatan sekolah ku selama ini.
Karena memang,di kampung tempat tinggal ku bisa lulus sampai SMA pun sudah menjadi hal yang sangat luar biasa.Karena kebanyakan tidak pada melanjutkan atau menikah muda di usia dini.
Dan ada juga,yang merantau ikut dengan saudaranya ke kota meskipun hanya berbekal ijasah SD atau SMP.
Dulu saat aku baru masuk SMP, ayah sempat juga merantau ke kota sebrang sana.Akundan ibu hanya bisa bertahan dari hasil usaha ibu yang bisa di bilang kurang.
Karena selama 3 bulan pertama,gajih ayah di potong oleh perusahaan untuk mengganti biaya keberangkatan ayah saat itu.
Aku dan ibu sempat menderita dan tidak mampu membeli bahan makanan dan hanya bergantung dari pemberian dari saudara atau nenek dan kakek.
Kami sering kali memasak ikan dengan cara di bakar,karena saking tidak punya uang untuk membeli minyak.
Aku dan ibu sempat menangis di dapur sambil memasak nasi.Karena menerima kabar,ayah di sana sedang sakit dan tidak bisa pergi berobat karena memang berada di pedalaman.
♧ ♧ ♧ ♧ ♧
Sebenarnya aku juga memiliki ke khawatiran untuk pergi merantau sendirian tanpa ada saudara atau orang yang aku kenal di sana.
Hanya saja,itu semua bisa aku kesampingkan kalau aku ingat kembali alasan utama untuk aku pergi.
Hari ini aku berkunjung ke rumahnya Riki teman sekolah ku sejak SD,dia sendiri merupakan anak dari teman ibu ku yang mempunyai usaha konveksi.
Jadi kami cukup dekat satu sama lain,tadi pagi dia sempat mengirimku pesan untuk pergi ke rumah dia.
"Rik......" seru ku.
Tidak lama kemudian,dia pun langsung membukakan pintunya.
"Mau di dalam apa di luar kita ngobrolnya?" tanya nya.
"Di luar aja,"
Kami pun memutuskan duduk di bawah pohon manggis yang ada di samping rumah dia.
"Jadi gimana?" tanya nya.
"Aku sudah memutuskan untuk pergi ke kota P******a"
"Kebetulan aku tidak sengaja berteman di facebook dengan salah seorang yang tinggal di sana.Dia membuat status kalau ada lowongan pelerjaan di salah satu perusahaan di sana.Jadi,aku ingin mencobanya,kali aja aku beruntung."
"Kamu yakin?" tanya nya kembali.
"Tentu saja."
"Kamu sendiri bagaimana?" tanya ku balik.
"Aku sih,mau ke kota B."
"Di sana ada saudara dari ibu ku,katanya dia akan membantu ku untuk masuk ke mini market yang ada di sana."
"Oh gitu,"
"Ya cocok sih,kan kamu pintar banget dalam pelajaran akutansi." lanjut ku.
"Ya di coba aja dulu,moga aja aku di terima."
"Tapi aku dengar,masuknya pakai admin yang lumayan." lanjut nya.
"Ya kamu kan pasti mampu untuk membayar nya,secara kan keluarga kamu terhitung mampu.Kalau aku,uang dari mana untuk bekal sehari-hari aja kadang aku tidak punya." jelas ku.
Dia pun terdiam sambil menatap ku.
"Aku tidak menyangka,akhirnya kita akan berpisah seperti ini."
"Meski pun keluarga ku terbilang mampu,tapi aku tudak ingin berpangku tangan sama mereka.Aku ingin mandiri dan menghasilkan uang sendiri." lanjut nya.
"Kapan kamu akan berangkat?" tanya nya.
"Senin depan,aku sudah berkirim pesan dengan orang itu."
"Apa kamu yakin dan kamu tidak takut.Aku khawatir aja,kan kalian kenalan hanya lewat facebook aja." balas Riki.
"Ya rasa khawatir sih pasti ada.Tapi,semoga aja orang itu benar-benar baik dan ingin membantu ku."
"Aku sempat lihat juga,postingan foto yang dia kirimkan sama aku semalam.Tapi emang iya,perusahaan itu lagi membutuhkan pekerja." jelas ku.
"Emang perusahaan apa sih?"
"Pabrik garmen,katanya sih produksi baju-baju kayak gitu."
"Dengar-dengar kalau kerja di garmen tuh jarang ada yang kuat.Ada sepupu ku juga kerja di pabrik garmen di B******g,dia hanya bertahan satu minggu aja."
"Ya kan aku belum pernah mencobanya,ya namanya kerja pasti capek dan sulit untuk beradaptasi di tempat baru." balas ku.
"Iya sih...."
"Nanti kabar-kabarin aja,kalau kamu udah di sana.Kalau kamu butuh bantuan,jangan sungkan untuk hubungi aku." ucap nya.
"Oh iya,aku dengar Santi juga pergi ke B******g ya?"
"Iya kemarin malam kalau tidak salah,aku lihat di antar sama pacarnya.Dengar-dengar sih,dia juga kerja di pabrik,tapi nggak tahu juga pabrik apa nya." jelas Riki.
"Eh iya,sebelum kita berpisah dan merantau bagaimana kalau kita pergi ke pantai hari ini." ajak nya.
"Kedengarannya bagus,ya udah yuk...."
Kebetulan memang desa ku terletak di dekat pantai,meskipun tidak dekat juga.Untuk sampai ke sana,aku biasanya membutuhkan waktu sekitar 10-15 menitan.
♧ ♧ ♧ ♧ ♧
♧ ♧ ♧ ♧ ♧
Sesampainya di pantai,aku dan Riki sempat mengambil foto bersama dari ponsel milik nya.Karena kebetulan,ponsel ku yang terbilang masih jadul dan ketinggalan jaman.
"Eh lihat,bukan nya itu Rafi?" tunjuk nya.
"Eh iya," balas ku.
Rafi sendiri nerupakan laki-laki yang tengah dekat dengan ku sekarang.Hubungan ku dengam dia sudah berjalan hampir 8 bulan.Meski pun terbilang sebentar,tapi sebenarnya aku dan dia sudah dekat sejak kami satu kelas dari kelas X.
Namun,baru beberapa bulan yang lalu aku dan dia meresmikan hubungan kami berdua.
"Sana temui dia,sepertinya dia memang sengaja ke sini untuk bertemu sama kamu." suruh Riki.
Aku pun menghampirinya yang tidak jauh dari tempat aku dan Riki tadi duduk.Rafi masih duduk di atas motor nya dan tidak melepaskan pandangan nya ke arah ku.
"Maksud kamu apa?" tiba-tiba saja dia membentak ku.
"Apa yang kamu bicarakan?" tanya ku balik.
"Aku dengar dari Ulfa kamu akan pergi untuk bekerja ke kota.Kenapa kamu tidak memberi tahu aku? Kenapa aku harus tahu dari Ulfa?"tanya nya.
"Soal itu,aku memang bermaksud sore nanti untuk berkunjung ke rumah kamu." balas ku.
"Naima....."
"Aku tahu betul,kehidupan di desa tidak akan banyak mengubah kehidupan kamu.Tapi,apa harus kamu pergi sejauh itu?"
"Kamu tahu sendiri,bagaimana keadaan keluarga ku.Aku ingin membantu,meskipun tidak banyak.Aku harap kamu bisa mengerti,"
Rafi pun terdiam dan mengalihkan pandangannya dari hadapan ku.
"Tadi nya,aku ingin kamu yang menemani ku untuk daftar ke sekolah kepolisian.Aku ingin kamu yang menyemangati ku langsung," ucap nya.
"Kepolisian?" tanya ku.
"Kamu sendiri bukan,yang bilang waktu itu.Kalau kamu berharap aku untuk mengikuti tes kepolisian.Tapi apa? Sekarang kamu malah pergi lebih dulu meninggalkan aku." jelas nya.
Aku pun langsung meraih tanganya dan mengelusnya lembut.Hati ku sebenarnya merasa berat,untuk berpisah dengan nya secepat ini.Aku tahu,perhatian dan kasih sayang yang selama ini Rafi berikan pada ku begitu tulus.
"Aku ingin mewujudkan harapan kamu itu,meskipun ayah ku meminta ku untuk kuliah saja." lanjut nya.
"Aku tahu....." balas ku.
Setahu ku memang,keluarga dia semua nya berprofesi sebagai guru.Ayah nya pun,merupakan dosen di salah satu universitas di kota ku.
Aku tidak menyangka,pembicaraan ku waktu itu.Menjadikan pertimbangan dia untuk mengambil jalur yang berbeda dengan keluarga nya.
Sejujur nya,ibu ku pernah mengatakan kalau dia merasa malau dan minder.Karena tahu aku dan Rafi berpacaran,kondisi keluarga ku yang serba kekurangan.Berbanding terbalik dengan kondisi keluarganya Rafi yang bisa di bilang terpandang di Desa ku.
Numun,untungnya keluarga dia sangat menerima kehadiran ku.Saat dia mengajak ku ke rumahnya,ibu dan ayah nya menyambutku dengan sangat baik.
♧ ♧ ♧ ♧ ♧
Aku pun meminta Riki untuk pulang lebih dulu,karena Rafi mengajak ku untuk pergi ke tempat lain untuk berbicara.
Setelah kepergian Riki,aku pun langsung naik ke atas motor nya.Kami berdua pun akhirnya sampai di salah satu objek wisata yang letaknya tidak begitu jauh dari tempat aku dan Riki tadi.
Sesampai nya di sana,Rafi langsung mengajak ku untuk duduk di hamparan rumput yang terbilang landai dan menghadap langsung ke laut.
Aku dan Rafi sempat saling terdiam satu sama lain dan bergulat dengan fikiran kami masing-masing.Sampai akhirnya,Rafi pun meraih tangan ku dan mengelus nya.
"Aku akan mendukung keputusan kamu,begitu pun kamu."
"Aku ingin kamu membersamai aku,sampai nanti aku lulus sekolah kepolisian." lanjut nya.
Aku pun langsung melihat ke arahnya,matanya sudah memerah menahan tangis yang sebentar lagi akan tumpah.
Tanpa berpikit panjang,aku langsung memeluknya dan kami pun menangis dalam pelukan.
Rafi pun berusaha menenagkan aku dengan mengelus punggung ku lembut,begitu pun dengan aku.
"Aku harap kita bisa melewati ini semua sama-sama....." ucapnya.
"Iya......."
"Meskipun aku tahu,ini tak akan semudah yang kita bayangkan.Satu hal yabg harus kamu tahu,aku akan tetap membersamai kamu meskipun,raga kita berjauhan.Aku akan selalu ada untuk kamu."
"Makasih,"
"Makasih karena kamu,sudah memahami dan mengerti aku....." balas ku.
"Aku sayang sama kamu,Naima.Aku tidak ingin egois dengan perasaan ku saja.Aku juga harus mengerti dan memahami perasaan kamu."
"Aku tahu......"
"Aku tahu itu,"
Aku pun melepaskan pelukan ku dan menciumnya lebih dulu.Awalnya Rafi,tampak terkejut dengan apa yang aku lakukan.Tapi,pada akhirnya dia pun meresponnya dan kami pun berciuman cukup lama untuk pertama kalinya.
"Aku tidak menyangka,ternyata kamu seberani ini," ucap nya setelah kami menyudahi ciumannya.
"Aku juga tidak tahu,"
"Tiba-tiba saja,aku mempunyai keberanian untuk memulainya lebih dulu." balas ku.
Dia pun tersenyum sambil mengelus pipi ku lembut.
"Makasih Naima," ucap nya.
"Apa sebaiknya sekarang,kita mengambil beberapa foto.Aku ingin mencetaknya dan menyimpannya di kamar ku." lanjutnya.
"Bukan kah,waktu itu kamu sudah mencetak beberapa foto kita.Aku malu,nanti ibu kamu malah menertawakan nya lagi."
"Tidaklah,ibu tidak akan pernah mempermasalahkannya.Beliaukan tahu,kamu itu siapa di hidup ku." balas nya.
Aku dan Rafi pun akhirnya mengambil beberapa foto,menggunakan ponsel nya.Raut wajahnya terlihat senang saat melihat hasil dari foto yang kami ambil.
♧ ♧ ♧ ♧ ♧
Sore harinya,Rafi pun nengantarkan ku pulang ke rumah.Aku pun mengajaknya untuk mampir sebentar ke rumah ku.Meskipun hanya untuk sekedar menyapa kedua orang tua ku.
"Ayo masuk......" ajak ku.
Dia pun melepaskan sepatunya dan menyimpannya tepat berada di samping sendal milik ayah.
"Sore pak....." sapa Rafi sama ayah yang tengah duduk di ruang tengah.
"Eh nak Rafi......"
"Sini masuk....." ajak ayah.
Rafi pun langsung duduk tepat di hadapan ayah,
"Nak,ambilkan minuman untuk Rafi....." pinta ayah.
"Iya ayah....." balas ku.
Aku pun langsung berjalan menuju dapur,ternyata ibu tengah membuat goreng pisang dan beberapa gorengan lainnya.
"Pas sekali kamu ke sini,tolong bawakan gorengan yang di nampan itu ke depan." ucap ibu.
"Iya bu....."
"Tapi,aku mau buat dulu teh hangat untuk Rafi dulu."
"Oh dia ada di sini juga? Ya udah,untung saja ibu sore ini buat beberapa cemilan." balas ibu.
Setelah membuat minuman untuk Rafi,aku pun langsung membawa satu manpan penuh gorengan yang sudah matang buatan ibu.
Saat aku masuk ke ruang makan,aku bisa melihat dengan jelas keakraban ayah dan Rafi.Meraka tengah asik mengorol sambil nonton TV.
Aku sangat bersyukur,karena Rafi memperlakuakn orang tua ku layaknya ayah nya sendiri.Selama ini,saat dia bermain ke rumah,perhatiannya akan langsung beralih sama ayah atau pun ibu.
♧ ♧ ♧ ♧ ♧
Setelah kepulangan Rafi,ayah pun memanggil ku untuk membahas keberangkatan ku nanti.
"Nak,tadi ayah dan ibu sudah membicarakan niatan kamu untuk bekerja di kota.Sebenar nya,ayah dan ibu sangat merasa keberatan untuk melepaskan kamu sendirian."
"Tapi,mengingat ini adalah keputusan kamu.Ayah hanya bisa mendukung dan mendoakan yang terbaik untuk kamu." lanjut ayah.
"Tadi ibu sempat berkunjung ke rumah paman.Kata paman,anak tiri nya tinggal di daerah yang dekat dengan kota tujuan kamu.Jadi,sebaiknya kamu nanti datang ke rumah sepupu kamu dulu." ucap ibu.
"Maksud ibu siapa?"
"Namanya Marlina,dia anak dari istri paman sebelum menikah dengan bibi.Tadi paman sudah menelpon anak nya dan untung nya,anaknya mengijinkan untuk kamu sementara tinggal di sana." jelas ibu.
"Iya nak,lagi pula kan kamu belum tahu daerah sana.Ayah dan ibu khawatir,nanti kalau kamu sudah tahu seperti apa situasinya,baru kamu cari kontrakan yang dekat dengan tempat kerja kamu nanti." sambung ayah.
"Jauh tidak katanya,takutnya jauh...." balas ku.
"Katanya kalau naik kendaraan umum sekitar 1,5 jam.Tapi,kalau naik motor kurang lebih satu jam." jelas ibu.
"Baiklah,kalau begitu....."
♧ ♧ ♧ ♧ ♧
Pagi hari nya,seperti biasa aku mengunjungi nenek dan kakek.Kebetulan jarak menuju ke rumah beliau lumayan jauh dan hanya bisa di lewati dengan berjalan kaki.
Aku pun dan ibu pagi-pagi,setelah ayah berangkat bekerja langsung menuju ke rumah nenek.
Waktu yang kami butuhkan untuk sampai ke rumah nenek sekitar,10 menitan.Dan kami pun akhirnya sampai di rumah yang kondisinya tidak jaih berbeda dengan kondisi rumah ku.
Ternyata kakek tengah membuat anyaman yang terbuat dari bambu di depan rumah.Sedangkan nenek tengah masak untuk sarapan.
Aku pun langsung duduk di dekat kakek,sedangkan ibu langsung menuju ke dapur untuk membantu nenek masak.
"Pagi kek....." ucap ku.
"Tumben,kamu ke sini pagi-pagi sekali." ucap beliau.
"Iya kek,sengaja.Soalnya biar aku lebih lama di sini nya."
Kakek pun tersenyum mendengar ucapan ku,
"Oh iya,itu buah jambunya sepertinya kemarun kakek lihat sudah ada matang.Coba kamu ambil," suruh kakek.
Aku pun langsung beranjak dari duduk ku dan langsung berjalan menuju pohon jambu yang letaknya tepat di samping rumah kakek.
Dan ternyata benar,ada dua buah jambu yang sudah matang dan siap untuk di panen.Aku pun langsung naik.dan meraih kedua buah jambu yang sudah matang tersebut.
"Nih kek....." ucap kunsetelah mendapatkan buah jambunya.
"Sok di makan aja,kakek sudah tidak kuat untuk memakan buah jambu.Soalnya itu terlalu keras untuk kakek," balas ku.
Aku pun tersenyum mendengar ucapan kakek,aku pun teringat kalau tadi ibunsudah menyiapkan pisang goreng untuk kakek.
"Sebentar ya kek,aku mau ke dapur dulu...."
Sesampainya di dapur,ternyata kotak makanan nya belum di buka sama ibu.Beliau malah tengah asik mengobrol.dengan enenk sambil melihat kolam ikan yang berada di belakang rumah.
Aku pun langsung memindahkan pisang gorengnya ke dalam piring dan langsung membawanya ke depan untuk di berikan ke kakek.
"Nih kek,tadi sebelum ke sini ibu sudah buat pisang goreng."
Aku pun menaruhnya di atas meja yang ukurannya tidak besar.Hanya cukup untuk menyimpan mug yang biasa kakek.gunakan dan satu piring saja.
Kakek pun langsung meraihnya dan memakannya dengan lahap.
"Kebetulan sekali,kakek tadi hanya sempat makan rebusan singkong sisa semalam." ucap nya.
Hati ku merasa sakit,kalau melihat keadaan kakek dan nenek.Mereka berdua,tinggal di pelosok desa yang rumahnya hanya sedikit saja dan sangat jarang.
Sebenarnya,anak-anak beliau sudah mengajak untuk tinggal di perkampungan yang akses jalan nya gampang dan dekat dengan anak-anak beliau.Namun sayang nya,kakek dan nenek sering kali menolak dengan alasan supaya mereka lebih dekat dengan kebun dan ladang yang mereka garap.
♧ ♧ ♧ ♧ ♧
Setelah masakan yang nenek matang,kami pun akhirnya makan bersama di teras belakang sambil menikmati pemandangan yang ada di sana.
Sesekali kakek dan nenek tertawa,dengan obrolan kecil yang kami bicarakan.
Setelah selesai makan dan beres-beres,ibu pun langung berbicara prihal kedatangan kami berdua pagi-pagi ini.
Kakek dan nenek tampak terkejut,dengan apa yang di katakan ibu barusan.Beliau berdua pun langsung melihat ke arah ku dengan tatapan yang sedih.
"Kakek hanya bisa berpesan,jaga ucapan kamu,jaga telinga kamu dan yang terpenting jangan pernah meninggalkan shalat." pesan kakek.
"Iya kek,aku pasti akan mengingat pesan kakek ini."
"Nenek tidak bisa memberikan apa-apa sama kamu nak,hanya doa yang bisa nenek panjatkan.Semoga apa yang kamu cita-cita kan lancar dan semoga di sana kamu dalam keadaan sehat." sambung nenek.
"Amin......."
Aku dan ibu pun cukup lama tinggal di rumah kakek dan nenek.Baru sekitar jam 3 sore kami pun berpamitan untuk pulang,karena memang ayah juga pasti sudah dalam perjalanan dari tempat kerajanya.Ibu harus menyiapkan makanan sebelum ayah tiba di rumah.
Sesampainya di rumah,tidak lama kemudian Riki pun datang dengan membawakan beberapa makanan yang dia tengteng.
"Apa itu?" tanya ku.
"Ah ini,"
"Kebetulan saudara ibu ku,mengadakan acara syukuran anaknya yang akan menikah.Tadi ibu sempat pukang ke rumah dan membawa ini semua.Katanya suruh di kasih ke kamu saja,soalnya kan di rumah tidak ada siapa-siapa." jelas nya.
"Wah,makasih ya....."
"Kebetulan sekali,ibu ku baru saja bersiap untuk masak.Kalau ada ini,ibu ku tudak harus masak dong." balas ku.
Riki pun menyimpannya di atas meja yang ada di ruang makan.Dan menghampiri ibu ku yang berada di halaman belakang tengah memberi makan ayam dan bebek.
♧ ♧ ♧ ♧ ♧
''Kalau makan enak kayak gini,aku jadi teringat sama nenek dan kakek." ucap ku saat duduk berdua sama Riki di teras depan.
"Ya kalau mau,ayo aku antar kamu ke sana...." ajaknya.
"Yang benar?" tanya ku.
"Seriuslah,lagi pula kan itu makanannya lumayan banyak juga.Mereka pasti senang kalau kamu membawakan itu,untuk mereka." ucap Riki.
"Bawakan apa nak?" tiba-tiba saja,suara nenek yang baru saja datang dari samping rumah.
"Eh nenek......"
"Baru saja aku dan Riki mau ke rumah nenek.Kebetulan tadi Riki membawa banyak makanan dari tempat saudaranya yang syukuran.Eh ternyata nenek sudah di sini aja,"
"Iya soalnya,kakek mengajak untuk menginap di rumah kamu katanya," balas nenek.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!