Bab 1 Prolog
...🍁🍁🍁...
Jendaya Pratiwi Astuti. Seorang wanita cantik yang sangat sederhana. Orangnya lemah lembut dan juga baik hatinya.
Karena wajahnya yang sangat mirip dengan seorang gadis bernama Laras Bristama, membuat Jendaya harus terjebak di dalam pernikahan dengan seorang pria kejam bernama Arga Wijaya.
Jendaya tidak tau apa-apa, tapi malah menjadi korban kekerasan oleh pria kejam berhati dingin itu.
...----------------...
...****************...
Arga Wijaya Kusuma, seorang pria tampan yang sangat berkarisma. Dia adalah pengusaha kaya yang terkenal dengan sejuta pesonanya.
Arga di kenal juga sebagai seorang pria yang sangat kejam. Karena penolakan Laras terhadap perjodohan mereka, membuat Arga menjadi murka.
Tak sengaja, dia menemukan seorang gadis yang sangat mirip dengan mantan kekasihnya, dan dia pun berniat membalas dendam. siapa sangka, bahwa orang yang dia nikahi dan dia siksa adalah kembaran Laras, mantan kekasihnya.
...****************...
Laras Bristama. Seorang wanita cantik dan modis yang berkerja sebagai Model di kotanya.
Siapa yang tidak mengenal Laras? Dialah sang wanita yang selalu di incar oleh semua kaum laki-laki termasuk Arga Wijaya.
Namun, Laras malah menolak lamaran Arga lantaran Arga yang terkenal akan kekejamannya. Laras memilih untuk kabur dari pernikahan yang sudah di tetapkan oleh ayah angkatnya itu, dan menikah bersama seorang pemuda yang Laras anggap lebih tampan dan kaya dari Arga.
...***************...
Sore itu. Di sebuah rumah yang mewah. Arga yang marah menepuk meja itu dengan kasar. Wajahnya terlihat merah padam, Sehingga membuat beberapa orang di ruangan itu bergetar ketakutan.
Ayah Laras menunduk takut ketika mendapati tatapan tajam Arga, wajahnya langsung pucat ketika melihat kemarahan yang sangat luar biasa dari calon menantunya.
"Kau sudah menyetujui lamaran itu, lalu kenapa Laras kabur dari rumah mu?" Teriak Arga menggema marah di ruangan itu.
Ayah Laras bernama Pak Bristama langsung tersentak. tubuhnya gemetar, tidak berani menatap wajah Arga yang sangat menakutkan itu.
Pelan namun pasti, Dengan ragu, ia menjawab pertanyaan Arga, "Sa-saa-saya tidak tau tuan kalau Laras tidak menginginkan pernikahan ini" Jawabnya tergagap.
"Apa?" Bentak Arga lagi dengan wajah merahnya yang sulit untuk diartikan.
"Bisa-bisanya Kau tidak tau? Lalu apa kau menyetujui pernikahan itu agar aku menikah dengan patung? Begitu?" lanjut Arga lagi dengan amarah yang semakin tidak terkendali.
"Sa-saya akan mencari Laras tuan!" Ucap lelaki tua itu lagi. Mencoba membujuk Arga agar kembali mempercayainya.
"Pergi! Sebelum aku benar-benar akan menembak wajahmu itu, dan membuatnya hancur berkeping-keping." Bentak Arga. Pak Bristama pun berlalu pergi secepat mungkin, sebelum nyawanya benar-benar akan hilang karena ini.
"Tunggu!" Teriak Arga lagi. Membuat pak Bristama gemetar ketakutan, dengan ragu ia kembali menoleh kebelakang dan,,,,,
Doarrrrrrr!
Sebuah peluru pistol mendarat dengan sempurna di tubuh Pak Bristama. Membuat pria tua itu mengerang kesakitan dan tergeletak di lantai dengan darah yang mulai bersimbah di lantai.
"Hans! Bereskan mayat lelaki tidak berguna itu. Jangan lupa untuk mencari keberadaan Laras secepat mungkin. Aku akan menghukum wanita itu karena telah mempermainkan aku" Ucap Arga dengan wajah yang dingin.
"Baik tuan" Jawab Hans mengiyakan.
Arga sedikit merapikan jasnya, lalu pergi begitu saja.
Ya, begitulah Arga. Pria yang tidak memiliki belas kasihan kepada siapapun. Ia tidak segan untuk membunuh siapapun yang telah bermain api kepadanya.
Dari kecil, Arga memang terdidik dengan sifat yang keras. Kedua orang tuanya adalah seorang Mafia yang sangat kejam. Setiap hari, Arga akan selalu melihat aksi pembunuhan yang di lakukan oleh kedua orang tuanya. Memiliki sifat yang keras, dingin dan tanpa ampun adalah sifat yang di dasari oleh keinginan yang di tanamkan oleh orang tuanya. Karena menjadi kuat, adalah dia yang tidak pernah memiliki rasa kasihan. Itulah kata yang selalu Arga ingat dari kedua orang tuanya. Walaupun pada kenyataannya, Arga harus hidup sendiri setelah kedua orang tuanya berhasil di bunuh oleh Agen rahasia yang bertugas untuk membunuh mereka. Beruntung, Arga bisa selamat karena ibunya meninggalkan dia di tempat khusus persembunyian bila sewaktu-waktu musuh menyerang mereka.
.
.
.
.
Bersambung.
Jangan lupa untuk meninggalkan jejak kalian ya🙏. Dengan like komen dan vote cerita ini! Happy reading 🥰
...🌺🌺🌺...
Jendaya yang tengah berjalan sembari menghitung uang hasil jualan, seketika terkesiap ketika melihat beberapa mobil mewah berhenti tepat di depannya.
Beberapa orang keluar dari dalam mobil secara bersamaan, dan berjalan mendekat dengan menunjuk-nunjuk dirinya. Membuat Jendaya terheran sekaligus takut.
"Itu orangnya, cepat tangkap" Terdengar orang itu berteriak dengan setengah berlari menuju Jendaya.
Dengan wajah yang heran sekaligus Cemas, Jendaya menghentikan langkahnya.
Jendaya merasa sesuatu yang salah telah terjadi, pikirnya orang-orang itu adalah penculik yang menjual organ tubuh yang rumornya beredar akhir-akhir ini. Tanpa pikir panjang, Jendaya pun segera berlari dan kabur dari sana.
"Hei! jangan kabur!" teriak salah satu orang itu.
Jendaya semakin khawatir, dugaannya tentang Seorang perampok memang benar adanya.
"Ya tuhan! Tolong selamatkan diri hamba" Doa Jendaya dalam langkah yang terus pergi menjauh.
Sekuat tenaga, ia berlari dan menjauh dari para pria dengan baju senada bewarna hitam itu. Sayuran yang ia bawa untuk dijual pun berceceran dimana-mana tanpa dia hiraukan lagi.
"Hei, jangan kabur!" Teriak pria itu lagu yang terdengar lebih lantang. Namun Jendaya tidak mengindahkannya. Langkahnya terus berlari sejauh mungkin menghindari para pria itu. Entah apa sebutannya, Jendaya tidak mau memikirkannya. Dia hanya memikirkan cara agar terbebas dari kejaran orang yang tidak di kenal itu.
Sudah hampir jauh Jendaya berlari, namun para pria itu terus mengejar dirinya, membuat Jendaya kehabisan nafas untuk terus berlari. Tenaganya juga semakin lemah dan kakinya sudah semakin lemas. Terlihat ia berhenti sejenak, mengatur nafasnya yang tersengal karena kehabisan nafas, Lalu detik berikutnya ia kembali berlari setelah mengambil nafas dalam.
"Tertangkap!" Ucap pria bertubuh kekar itu dengan sudah meregang tubuh Jendaya agar tidak kabur lagi.
"Siapa kalian? lepas!" Teriak Jendaya dengan terus memberontak, mencoba melepaskan pegangan pria yang tidak ia kenal itu.
"Jangan banyak omong. Ayo ikut kami dan pertanggung jawabkan perbuatan mu kepada tuan kami,"
"Perbuatan apa? Aku tidak mengerti. Lepaskan aku!" Kata Jendaya berteriak, yang sejatinya tidak mengerti apa-apa akan apa yang pria itu bicarakan.
"Cepat! Bawa dia ke mobil" Titah seorang pria yang satunya. Terlihat tampan, jendaya pikir dialah pemimpin dari gerombolan orang-orang aneh ini.
"Siapa kalian? Jangan tangkap aku!" Jendaya tidak menyerah begitu saja. dia terlihat memberontak melepaskan diri, namun tenaga para pria itu jauh lebih kuat dari yang dia bayangkan, membuat Jendaya kesulitan untuk melepaskan diri.
Tanpa menjawab, dua orang pria itu meregang tubuh Jendaya dan membawanya masuk kedalam mobil dengan paksa.
...🍀***************🍀...
Jendaya yang pingsan, seketika menyerjapkan matanya. Sayup-sayup matanya mulai terbuka, mencoba mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.
"Dimana aku?" gumamnya di dalam hati. Wajahnya nampak bingung kala menyadari tangan dan kakinya yang sudah di ikat dengan tali.
Matanya seketika terpaku kepada seorang pria yang sedang duduk membelakanginya di depan cermin meja hias.
Tangannya yang terikat, serta mulutnya yang juga di beri lakban hitam, sangat sulit bagi Jendaya untuk bersuara sekedar untuk bertanya.
"Hmmmm Hmmmm" Jendaya yang mencoba melepaskan ikatan tali itu seketika terkesiap, matanya menengadah ke atas, menatap seorang pria asing yang sudah berdiri di dekatnya dengan kedua tangan bersilang di belakang.
Nampak pria itu tersenyum simpul, menatap kemalangan wanita yang ada di depannya ini dengan senyuman kepuasan.
Ya, dia adalah Arga Wijaya. Seorang pria berhati dingin dan sangat kejam yang pernah ada. Dia adalah pria yang tidak punya rasa belas kasihan kepada siapapun yang sudah melukai hatinya.
.
.
.
Bersambung.
Jangan lupa untuk memberikan like dan komennya ya setelah membaca! Terimakasih.
...🍀🍀🍀...
Arga duduk berjongkok. Terlihat ia tersenyum miring, menatap Jendaya yang sudah menatapnya dengan wajah yang takut.
"Aku menyukai ketakutan di matamu!" Ucap Arga. Tangannya meraih benda hitam yang masih menempel di mulut Jendaya.
*Krakkkkkk*.
Suara lakban yang dibuka dengan paksa, yang membuat Jendaya langsung menjerit kesakitan.
"Akhhhhhhh" ringis Jendaya. Lalu sorot matanya mengarah kepada Arga.
"Si-siapa kamu?" Tanya Jendaya gemetar, kala mulutnya sudah tidak tertutup oleh lakban lagi.
Arga terlihat mengerutkan keningnya, "Apa kau lupa siapa aku? Atau jangan-jangan kamu sengaja melupakan aku setelah kabur dari pernikahan kita?" Tanya Arga balik dengan masih menyeringai licik.
"Aku tidak mengenali mu. Tolong lepaskan aku! Siapa Laras? atau jangan-jangan, kamu yang sudah gila mengira kalau aku ini adalah Laras" Ucap Jendaya dengan tegas.
Arga menggeram, dan langsung mencengkram erat dagu Jendaya.
"Setelah apa yang kamu perbuat, kamu bisa melupakan aku begitu saja?" Teriak Arga marah dan langsung membuang wajah Jendaya dengan kasar.
Arga berdiri setelahnya, dan membelakangi Jendaya, lalu kembali berkata, "Kamu pikir aku akan sebodoh itu melepaskan kamu kembali, setelah apa yang sudah kamu lakukan kepada ku Laras"
"Laras? Siapa Laras?" Gumam Jendaya masih tidak mengerti.
"Apa maksud anda? Namaku bukan Laras. Aku Jendaya!" Ungkap Jendaya.
Arga berbalik menghadap Jendaya, dengan rahang yang sudah menggeram.
"Jangan berpura-pura lagi Laras. Aku sudah tau akal licik mu itu. Kamu harus membayar mahal akan apa yang sudah kamu lakukan kepadaku. Mulai sekarang, kau bukan lagi kekasih ku, tetapi kamu adalah budak ku. Yang setiap detik akan merasakan kehancuran yang tiada duanya. Inilah hukuman untuk seseorang yang berani menghianati aku" Ucap Arga geram, dengan sudah mencekam dagu Jendaya dengan kuat.
"Sa-sakit. Lepaskan!" Lirih Jendaya yang sudah menumpahkan kristal beningnya karena menahan sakit.
Entah pria seperti apa yang Jendaya hadapi saat ini, setiap ucapan yang Arga katakan seakan menjadi sebuah kutukan untuknya yang siap membuat hidupnya menderita seumur hidup.
Jendaya menangis tersedu-sedu, entah kesalahan apa yang telah ia perbuat, sehingga pria itu begitu membenci dirinya. Akankah takdirnya akan berakhir bersama pria kejam yang saat ini siap untuk menyiksa setiap inci dari batin dan jiwanya itu.
Arga tersenyum getir, senyumannya seakan menikmati setiap tetesan air mata yang keluar dari mata indah Jendaya.
Dengan kasar, Arga membuang wajah Jendaya, yang membuat Jendaya tersungkur ke lantai.
"Persiapkan dirimu. Kita akan menikah hari ini juga. Dan ingat untuk tidak menunjukan wajah menyedihkan mu itu di hadapan semua orang. Inilah akibatnya jika kau mempermainkan pernikahan dan membangunkan Singa yang tengah tidur, maka akan aku tunjukan bagaimana Singa itu bangun dan siap untuk memakan mu hidup-hidup. Jika kau melakukan kesalahan sedikit saja, maka aku akan mencincang tubuh mu itu tanpa sisa," Ucap Arga mengancam dengan aura yang sedingin es.
Jendaya seketika terkesiap, bersusah payah ia menelan salivanya yang terasa mencekik. Ucapan Arga, terasa seperti sebuah pisau yang tajam dan siap menghunus dirinya saat itu juga jika ia membantah perkataannya.
"Apa kau siap untuk pernikahannya sekarang?" Arga kembali bertanya dengan tatapan tajam.
"Ba-baik. Sa-sa-saya mengerti" Ucap Jendaya tergagap. Takut? Itulah yang ia rasakan saat ini. Entah apa yang akan terjadi kepada hidupnya setelah ini?
Menikah bukanlah suatu perkara yang dapat kita permainkan begitu saja, apalagi Jendaya memegang teguh pendirian keluarganya untuk tidak akan bercerai bila sudah menikah. Jika itu terjadi, maka dia tidak dianggap lagi sebagai bagian dari keluarga. Namun apakah itu bearti? Jika boleh memilih Jendaya lebih memilih untuk bercerai dari pada hidup bersama pria kejam yang tidak ia ketahui asal usulnya itu.
.
.
.
Bersambung.
Jangan lupa untuk memberikan like dan komen ya ☺️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!