Aruna melipat kedua tangannya. Tidak ada cara lain lagi selain pura pura mencintai danis, hanya cara inilah yang bisa memisahkan mamanya dengan om hardi.
"meski aku menikah denganmu jangan harap aku akan memberikan kamu nafkah, lahir maupun batin!" teriak danis dengan kesal.
"aku tak meminta apapun darimu, lagipula otaku lebih cerdas darimu, aku akan lebih berhasil, masalah keuangan tenang saja!! Uangku masih sangat banyak, usaha onlineku berkembang" jawab aruna sombong.
"besok setelah acara pernikahan, kita akan keluar kota kita bilang saja ingin bulan madu, dengan begitu aku tidak perlu lama2 sekamar denganmu" ucap danis memandang kesal aruna.
Misi menikah dengan danis anak om Hardi adalah misi aruna, sudah hampir 3tahun orangtua mereka memadu kasih, Aruna yang pernah memiliki kenangan buruk dengan ayahnya takut memiliki ayah baru, Aruna menganggap semua lelaki sama kasarnya, hanya manis diawal setelah mendapatkan apa yang mereka mau bisa seketika berubah menjadi makluk penerkam. Aruna tidak ingin mamanya kembali kecewa, berbagai cara sudah dilakukan aruna untuk memisahkan mamamya dari papa danis, tapi sayang hubungan keduanya malah semakin erat.
Sebulan yang lalu aruna membuat mamanya kaget.
" ma aku ingin menikah dengan danis, aku sudah lama mencintainya oleh karena itu aku selama ini menentang hubungan mama dan om hardi" dusta aruna malam itu.
linda saat itu sangat terkejut mendengar pengakuan putrinya, tiga hari setelah ungkapan aruna, linda hanya bisa terdiam dan kehilangan keceriaan, Aruna tau beberapa hari mamanya mengunci diri dikamar dan menangis, tapi setelah hari ketiga semua berubah.
"Aruna, mama restui kamu dengan danis, tapi janji kalian harus bahagia, dan saling mencintai, mama sudah mengakiri hubungan dan berusaha melupakan om hardi sesuai mau kamu" ucap linda tersenyum.
Aruna terbelalak kaget mendengar ucapan mamanya, tapi misinya telah tercapai memisahkan mama dari lelaki yang dipikirnya hanya akan menambah luka baru.
Beda dengan danis yang sebenarnya menerima hubungan papanya dan mama aruna. Danis melihat mama linda orang yang baik dan penyayang cocok sebagai pengganti mamanya.
Tapi saat linda mengetahui cinta aruna, linda memaksa Hardi, menikahkan putranya danis agar keinginan putrinya tercapai.
Sementara danis tak ada pilihan lain selain mengiyakan ucapan papanya. Danis melihat usaha papanya membesarkannya sejak kecil seorang diri dengan penuh cinta dan kasih, hingga danis lupa hanya memiliki papa tanpa seorang mama, karena kasih sayang papanya sudah teramat cukup. Hanya dengan melihat papanya bahagia danis merasa bisa membalas kebaikan papanya, Apalagi setelah lulus kuliah danis belum memiliki pekerjaan yang layak. Apa yang bisa ia banggakan kecuali patuh.
****
Aruna terlihat cantik dengan kebaya putihnya, hanya ada acara akad tanpa resepsi sesuai kemauan Aruna. linda tersenyum bahagia melihat putinya akan menikah, menjaga jarak dari Hardi. Sebenarnya Aruna tidak tega melihat mamanya sedih, tapi apa ada jaminan setelah menikah mamanya akan bahagia.
Akad berlangsung secara secapat, kerabat yang diundang juga bisa terhitung oleh jari.
"sayang kalian tinggal dirumah mama kan" ucap mama linda pada aruna dan danis yang mencoba tersenyum padahal keduanya merasa risih.
"makasih ma, tapi kita ada rencana langsung mau kepuncak, bulan madu ma" ucap danis mencoba meyakinkan mamanya aruna.
"terserah kalian aja, sekarang sudah menikah tolong ya, saling menjaga satu sama lain, pernikahan itu menyatukan dua hati dan pikiran, harus saling percaya" ucap mama membuat aruna tak nyaman.
"danis, jangan coba2 sakiti aruna ya awas kamu?" ucap om hardi dibalas senyum oleh danis.
"siap pa, danis kan lelaki setia dan penyayang seperti papa, aruna sangat beruntung bisa menikah dengan danis, ya kan?" danis memandang istri yang baru dinikahinya.
Aruna hanya tersenyum kecut menahan kekesalan karena ucapan danis.
"ma aruna siap2 ya, ayo danis" ucap aruna meninggalkan mamanya dan om hardi.
Segera menarik tangan danis masuk ke dalam kamarnya.
"tunggu Aruna, ini belum malam kamu sudah ingin berduaan?" danis melepaskan tangan aruna setelah mereka didalam kamar
"Segera bantu aku!! kita akan segera meninggalkan rumah ini, kita cari kontrakan sesegera mungkin" ucap aruna masih mengenakan kebaya dan riasan membuat kecantikannya terpancar
"heh aruna, apa kamu mau nafkah batin?mungkin bisa aku pertimbangkan" danis memperhatikan aruna yang mulai membuka koper dan memasukan baju
"jangan mimpi, akan kubuat kamu jadi suamiku selamanya agar mama tak akan pernah menikah dengan om hardi,tapi hanya menjadi suami pajangan" jawab aruna sengit
"menikah denganmu juga mimpi buruku, apa tadi katamu mencari kontrakan, hei wanita sombong, bukankah kemarin yakin otakmu cerdas, sukses mana ada orang sukses kontrak, beli!!!" danis membuat aruna semakin emosi.
"danis, kamu hanya akan menumpang dalam hidupku,jangan cerewet!! aku mau bersihkan riasanku dan ganti baju!" ucap aruna lalu keluar kamar.
Danis melihat seluruh isi kamar aruna, tertata sangat rapi, ada photo terpajang dimeja. Aruna sewakti kecil lalu mama linda dan seorang lelaki yang pasti papanya, namun wajah lelaki itu dicoretnya. Sebenci itukah aruna dengan papanya batin danis.
Pandangan danis kembali tertuju pada sebuah diary berwarna kuning disamping lampu. Ini kesempatan danis mencari tau bagaimana sifat asli aruna.
"tunggu!! awas kamu ya! Jangan sentuh barang2ku" teriak aruna saat masuk kedalam kamar.
"aruna, apa ini? Kenapa kamu berteriak pada suamimu, itu sangat tidak sopan" sial linda mendengar teriakan aruna.
"bukan ma, danis ingin membuka diaryku" aruna melakukan pembelaan.
"apapun itu tidak benar, kalian tinggal disini dulu, sampai mama yakin bisa melepaskan kalian, mama ingin kamu bisa hormati dulu suamimu" ucap mama menatap aruna dan danis.
Linda meninggalkan mereka dan aruna segera menutup pintu kamarnya kembali.
"danis, apa2an kamu! Untuk apa kau sentuh diariku" aruna segera memasukan diari ke almari dan dikuncinya dengan rapat, kuncinya dia masukan kedalam kantong celananya.
"udahlah aruna, ini belum seberapa? Kamu sudah merampas kebebasanku, pura2 mencintaiku agar aku bisa menikahimu, terima saja jika aku akan membuatmu jauh dari kata bahagia" jawab danis tersenyum.
"apa maksudmu!" bentak aruna dengan suara keras.
"tenang saja tetaplah terlihat jadi istri yang baik, tapi akulah yang akan jadi suami jahat didepan mamau, sampai mamamu memintaku untuk segera menceraikan kamu!" danis melipat kedua tangannya menatap tajam aruna.
Aruna menarik nafas dalam, mencari cara mengendalikan danis, agar pernikahannya bertahan tanpa adanya perceraian. Aruna hanya ingin menikah sekali, untuk formalitas. Dan Aruna tak akan membiarkan danis menceraikannya karena alasan apapun.
Jika mereka bercerai misi aruna menjauhkan mamanya dari om hardi juga akan sia2.
Aruna mendengus kesal, melihat kelakuan danis yang tak seperti harapannya.
"kenapa menatapku!! kalau kamu bisa membuat misi, aku juga bisa, dengar akan aku ajak teman wanitaku datang kerumah ini" danis membuat aruna melotot.
"silakan!! Jangan harap mamaku menyuruhmu menceraikanku, mamaku orang yang sangat baik, baginya pernikahan itu sekali untuk selamanya" jawab aruna berusaha menutupi kekawatirannya.
Jika danis benar2 nekat itu akan sangat menyulitkan.
"jadi kamu menantangku, wanita sombong!! " danis meninggalkan kamar.
Aruna berlari menghentikan langkah danis.
"mau kemana, yakinkan mama kita harus pergi dari rumah ini danis? Kamu mau sekamar sama aku malam ini?" aruna menghadang danis.
"boleh saja hanya untuk malam ini, malam pertama kan, kamu dihalalkan untuku, aku berubah pikiran untuk nafkah batin aruna" tatapan danis membuat aruna merasa jijik.
"oke! Jika kamu menantangku, kelemahanku memang mamaku, tapi kelemahanmu om Hardi kan?" aruna merasa menang melihat danis sedikit terkejut
"sudahlah aruna, Jangan kamu pikir kamu bisa mengaturku, setidaknya belajarlah agama, suami itu imam" danis menampik lengan aruna yang menghalangi langkahnya.
Rumah masih sedikit ramai, petugas catering masih membereskan sisa hidangan.
"danis, mana aruna?" tanya mama linda.
"ada ma, daritadi aku sudah memanggil tante mama, boleh kan?" tanya danis.
"boleh danis, mama minta maaf ya dengan sifat aruna yang sedikit kasar, Mama yakin lambat laun hatinya akan melunak apalagi menikah dengan orang yang dia cintai" jawab mama linda menyiratkan tanya dibenak danis.
"mama, danis mau keluar sebentar saja mau ambil uang di atm deket sini" ucap danis.
"kenapa harus ambil uang, mau makan ada banyak makanan, mau apalagi? Kamu masih cuti kerja kan danis, besok saja ambil uangnya, habis menikah lho! Nanti kalau ada saudara kesini ucapin selamat masa penganti cowoknya ga ada?" linda meyakinkan danis agar tak meninggalkan rumah.
"sebentar saja" danis tetap berlalu tak mengiyakan permintaan mama linda.
***
Hari sudah sangat larut, Aruna duduk diruang tamu menunggu danis, tangannya mengepal ingin memaki lelaki yang baginya tak tau diri.
"aruna" panggil mama membuat aruna kaget.
"iya ma" jawab aruna tak bertenaga.
"kemana suamimu, ini sudah hampir jam1 sudah bukan malam lagi, tapi mau pagi, kalian bertengkar atau ada masalah" mama duduk disamping aruna.
"gak ada masalah ma" jawab aruna menutupi.
"ya sudah kamu telpon kamu tanya jam berapa pulang" suruh linda.
"sudah tadi katanya perjalanan, biar aruna yang tunggu mama istirahat ya" jawab aruna berbohong, bagaimana mungkin bisa menelpon nomor ponsel danis saja aruna tidak tau.
Tokk....tokk...
Suara ketukan pintu rumah membuat aruna segera keluar membuka. Matanya terbelalak melihat danis benar2 membuktikan ucapannya.
"hai runa, kenalkan resti" danis penuh dengan senyum kemenangan melihat wajah aruna pucat pasi.
"danis!!! Jangan gila" aruna melirihkan suaranya agar tak terdengar mamanya.
"maaf ya resti danis harus masuk rumah" aruna menarik tangan danis agar segera masuk rumah dan segera menutup pintu tanpa peduli keberadaan teman wanita danis.
"danis" mama linda menghampiri untung pintu rumah sudah tertutup sehingga tak melihat danis pulang bersama siapa.
"iya ma" jawab danis.
"atm mana nak? Sampai hampir pagi, kamu marah ya sama aruna?" tanya linda merasa ada yang tidak beres.
"ya ma, aruna masih ingin tinggal disini sementara aku ingin memiliki rumah sendiri, walau hanya kontrak tapi setidaknya bisa mandiri" jawab danis mulai mengikuti kebiasaan aruna berbohong.
"danis kita bicarakan besok ya, maafin tante membuat kalian bertengkar, sudah larut kamu istrahat" linda meninggalkan mereka.
Aruna menginjak kaki danis dengan sangat kuat.
"archhh.. brengsek!!" umpat danis kesal
"dengar danis kamu harus membayar mahal untuk apa yang kamu lakukan malam ini" aruna berjalan cepat kembali ke kamar.
Tidak ada pilihan lain selain mengikuti aruna masuk kedalam kamar.
"aku mau tidur dikasur!" ucap danis sambil membuka kemejanya.
"hai apa yang kamu lakukan, pakai lagi pakaiannmu" ucap aruna kesal.
"aku masih mengenakan kaos, atau jangan2 kamu menagih nafkah batin yang tadi aku janjikan, pantas saja kamu dengan setia menungguku hingga larut, ternyata kamu gatal juga ya?" jawab danis sambil membuka jam tangannya.
"seandainya kamu tau, aku tidak suka bicara kasar, tapi melihat tingkahmu!!!" aruna berusaha menarik nafas menghentikan kemarahanya.
Aruna naik ke atas ranjang lebih dahulu, ditutupnya selimut. Dan segera dipejamkan matanya.
"aku sudah bilang aku yang tidur dikasur!!! Tuli kamu??? Pergi atau aku akan" suara danis sangat lantang membuat aruna bangun.
"atau apa??? Tidak bisa lihat ya kasurku sangat besar, kamu bisa tidur disebelahku, kamu dengar danis!! Kamu yang akan menumpang hidup padaku, harusnya bersyukur aku masih mau berbagi tempat tidur, matikan lampunya aku lelah" jawab aruna kembali menarik selimutnya.
Dengan terpaksa danis tidur bersebelahan dengan wanita menghancurkan masa depannya. Jika bukan karena papanya danis pasti tak sudi menikah dengan wanita sombong seperti aruna. Danis ingin segera istrahat agar besok bisa segera mencari pekerjaan yang layak. Agar aruna tak bisa menghinanya lagi.
****
Sarapan pagi danis dan aruna tampak kompak melahap masakan mama linda.
"mama sudah putuskan mama kabulkan permintaan kalian untuk kontrak rumah, jadi tak perlu lagi ada perselisihan" linda membuat wajah putrinya berseri.
"terimakasih mama, aruna dan danis sangat gembira" aruna tertawa bahagia.
"terimakasih ma" jawab danis tak nampak bahagia sama sekali.
"kalian lanjutkan sarapan, mama ada perlu mau keluar sebentar ya?" linda berpamitan.
Sesaat setelah mama linda pergi aruna kembali menginjak kaki danis.
"aruna!!!" teriak danis menyemburkan makananya.
"jijik kamu" jawab aruna segera mengambil tissue membersihkan mukanya.
"makanya yang sopan, aku mau kerumah papa beresin baju, kalau sudah dapat kontrakan kamu bersihkan, baru kabari aku!" ucap danis membuat mata aruna melotot
"siapa kamu!! Enak saja, aku yang cari kontrakan, aku juga yang bayar!!" jawab aruna berontak.
"kamu!! Yang mau aku nikahi, wajar kan kamu yang berjuang juga mempertahankan pernikahan yang kamu bilang untuk selamanya, baru sehari saja aku sudah tidak betah, apalagi selamanya" ucap danis melempar serbet ke meja makan.
"danis!!! Cukup! Oke sini ponsel kamu, nanti kalau sudah dapet kontrakan aku kabari" aruna melunak.
"kamu tanya mama kamu?" jawab danis meninggalkan meja.
"danis pliss! Mana mungkin aku tanya ke mama, jangan gila!!" aruna mengikuti langkah danis
"mana ponselmu sini" danis merampas ponsel dari genggaman aruna.
"ini sudah kutulis" jawab danis mengembalikan ponsel aruna setelah menuliskan nomornya.
Aruna sedikit tersenyum melihat nama yang tertera. SUAMI PAJANGAN tulis danis.
"aku tidak janji akan pulang malam ini ya?" ucap danis melanjutkan langkahnya.
Aruna mengekor dibelakangnya, saat danis mengambil tas, mencangklongkan aruna terus mengekor dan ikut mengambil tasnya sendiri.
"bi aruna dan suami pergi" ucap aruna kencang agar terdengar asisten yang sedang cuci piring didapur.
Danis hanya memandangnya aneh, Danis keluar rumah aruna masih saja mengekor. Saat danis naik ke atas motor aruna sudah mengenakan helm dan ikut naik.
"turun!!! Mau apa kamu?" tanya danis kesal.
"aku mau tau kamu kemana? ke percetakan kan? Tempat kamu kerja? Aku mau memperkenalkan diri dulu sebagai istri didepan teman2 kamu, agar tidak ada yang mendekati kamu!" jawab aruna kali ini tak berteriak.
"buat apa? Aku masih ingin menikah lagi suatu saat sama orang yang aku cintai bukan kamu!! Turun kataku?" danis menyingkirkan kaki aruna.
"heii!!! Aku istri kamu menikah sekali untuk selamanya, mana ada menikah lagi!!! Gak danis!" aruna bersikeras.
"jangan atur aku aruna, atau nanti malam aku akan membawa wanita lain lagi!" ancam danis.
"kalau bawanya dikontrakan tidak masalah, asal tidak ada mama kan? Ancaman kamu tidak berhasil" ucap aruna membuat danis dengan kasar menurunkannya dari motor.
Aruna sedikit terjatuh karena ulah danis, dan danis tertawa dengan kemenanganya.
"danis!!! Jangan kasar" ucap Hardi membuat aruna kaget.
"kamu gak papa" hardi membantu aruna berdiri.
Entah kenapa aruna masih saja menganggap perhatian om hardi palsu, lagipula pagi2 kerumah pasti alasan menjenguk danis, padahal masih saja ingin bertemu mamanya.
"tidak papa om, aruna mau pergi sama danis cari kontrakan, iya kan mas danis?" ucap aruna sambil mengernyitkan matanya menatap danis.
"iya pa, ayo naik aruna" kali ini danis tak bisa menyuruh aruna pergi.
"om maaf mama tidak dirumah juga" jawab aruna kembali naik ke motor danis.
"papa bisa kok bantu kalian cari kontrakan?" tawaran om hardi tak membuat aruna berminat
"nanti kalau sudah dapat om bisa kesana ya, kami permisi ya" jawab aruna ingin om hardi segera meninggalkan rumah mamanya.
"baik aruna, danis hati2 bawa motor nya" jawab Hardi.
"danis pergi ya pa" ucap danis menutup kaca helm dan berlalu.
hardi tersenyum melihat danis, hatinya sebenarnya sedih harus berpisah dengan mama linda. Tapi bagaimanapun juga kebahagiaan danis terpenting dalam hidupnya.
Aruna turun dari motor setelah sampai di percetakan tempat danis bekerja.
"turun!! Untuk apa kamu ikut kesini, lebih baik segera cari kontrakan?" danis membentak aruna.
"pelankan suaramu! Aku istrimu, aku akan kenalkan diriku pada semua teman kerjamu" jawab aruna lirih tapi sambil melotot.
"apa gunanya, aku kesini untuk resign! Percuma kenal besok aku sudah tidak kerja disini lagi" jawaban dani membuat aruna naik pitam.
"apa!! Danis sudah untung punya kerjaan, walau hmm aku yakin gajimu hanya seperseratus dari pendapatanku, tapi keluar aku tak menyarankan" aruna melipat kedua tangannya
"aku tak minta saranmu" danis masuk kedalam percetakan.
Aruna yang tadinya semangat memperkenalkan diri jadi malas.
"tunggu!!" aruna menarik jaket punggung danis.
"oke! Aku akan cari kontrakan, nanti akan aku hubungi kamu, aku pergi" aruna menyerah dan berbalik meninggalkan danis.
Danis tak terlalu memperhatikan sikap istrinya yang aneh baginya.
Sesuai dengan apa yang dikatakan aruna danis memilih resign dari pekerjaannya dan bertekat memiliki pekerjaan yang lebih layak, agar bisa memilih jalan hidupnya, keinginanya hanya menceraikan aruna, dan memulai hidup baru dengan wanita yang akan dicintainya kelak.
***
Aruna mendapatkan beberapa info kontrakan, ada 3 pilihan. Aruna memilih yang jaraknya tak terlalu jauh dari tempat usahanya. Tapi sayang pilihannya itu sedikit kecil dan hanya memiliki satu kamar. Aruna sudah mempersiapkan tabungannya untuk membeli tanah, untuk dibangun rumah megah sesuai keinginannya nanti. Jadi untuk kontrakan yang hanya digunakan sementara aruna tak ingin menghambur hamburkan uangnya.
Aruna ditemani imas salah karyawannya kepercayaannya. Imas bahkan yang menemani aruna sejak usahanya pertama kali dibuka, sebelum pesanan membludak seperti sekarang.
"mba, beneran milih yang ini mba? Kecil lo?" tanya imas.
"udah gakpapa, kamu bantu aku ya? Kamu panggil 4 karyawan lagi untuk hari ini bebas tugaskan ya imas, bersihkan kontrakan ini, aku mau lunasin untuk dua tahun kedepan, syukur2 sebelum 2 tahun rumahku udah jadi" jawab aruna.
"baik mba, aku telpon yang lain" imas menuruti perintah bosnya.
"oh ya imas jangan lupa pesankan makanan dan camilan, biar pada senang, setelah mereka datang kita siap2 beli perabot sekalian ya, aku mau beli kasur, kursi tamu, almari yang penting2 lainnya besok aja, yang penting malam ini aku sudah harus tinggal disini" aruna tersenyum senang kontrakan sudah dia dapatkan dengan bantuan karyawannya.
"siap mba" jawab imas.
Aruna sudah memiliki usaha makanan online, bahkan produksi tiap harinya sampai overload bahkan po, saking banyaknya. Padahal setiap hari sudah memproduksi 5000 lebih makanan kemasan. Usahanya sudah hampir 2tahun dibangunya bisa terbilang sukses. Aruna memiliki 30 karyawan, ada admin bagian masak, bagian gudang, bagian seller dan dibantu mesin2 canggih yang dibelinya untuk kelancaran produksi.
Aruna selalu menomorsatukan kenyamanan karyawannya, selalu memberikan bonus, mengajak liburan sangat hangat dan penyayang. Tapi aruna sangat disiplin dalam pekerjaan segala sesuatu untuk aruna harus balance.
"mbak anak2 udah dateng, makanan juga sudah aku pesankan, kita berangkat cari perabot ya?" ucap imas
Jarak kontrakan dan tempat usaha aruna hanya 5 menit menggunakan sepeda motoe jadi sangat dekat.
"oke imas, kita kerumah mama dulu ya ambil mobil aku, daripada kita naik taxi online terus"jawab aruna sambil menyalami karyawannya yang datang.
"selamat ya mba untuk pernikahannya" ucap salah satu nya mewakili
"terimakasih, kalian bantu aku beresin rumah dulu gpp kan? selalu ada bonus untuk misi kusus" aruna membuat mereka semua tertawa.
"siap mbaa!!" jawabnya bersamaan
"yaudah aku tinggal dulu sama imas ya" aruna berpamitan bertepatan dengan kedatangan taxi online.
***
Hari mulai larut Aruna sangat lelah dengan aktivitas hari ini. Kontrakannya sudah sangat bersih dan rapi, perabot juga sudah lengkap berkat bantuan karyawannya.
Aruna membersihkan tubuhnya, dan mandi keramas. Untuk menghilangkan kotoran dan menyegarkan diri. Selesai mandi aruna memakai lotion dan minyak wangi membuat harum seluruh ruangan.
Ditatapnya jam dinding menunjukan pukul 9malam, dari sore aruna sudah shareloc pada danis alamat kontrakan mereka. Sudah terbaca tapi tanpa balasan.
"kenapa danis, belum pulang ya? Sebenarnya kan aku takut sendirian, tapi dia tidak boleh tau jika aku takut" ucap aruna sambil mengeringkan rambutnya yang masih basah.
Bremmm.... Breemmm
Suara motor membuat aruna menyibakan gorden. Batinnya lega suara motor itu milik danis yang memasuki pagar halaman kontrakan baru mereka.
"bukaaaa" teriak danis dari luar menbuat aruna mendengus kesal.
"bisa gak pencet bel, gausah teriak2" jawab aruna sambil membuka pintu.
"yaelah, kecil banget ini kontrakan" ucap danis mengejek aruna.
"danis!! Baju kamu udah aku tatarapi di almari tadi om hardi mengantarkan kesini, sekarang kamu mandi kita cari makan malam aku lapar" ucap aruna.
"oke aku akan mandi, tunggu mana kamarku?" tanya danis sedikit bingung. Tak melihat kamar lain selain kamar aruna yang terbuka.
"kita satu kamar, kontrakan ini hanya ada satu kamar" jawab aruna sembari duduk dikursi yang hanya berjarak 2 meter dari kamarnya.
"sombong!!! Mana ada sukses kontrak rumah cuman satu kamar? tidur sama kamu? Mimpi kamu aruna?" danis terlihat sangat kesal.
"kamu hanya numpang tapi belagu banget, aku udah cape cari kontrakan, dalam sehari ga ada udah bisa kita tempati, harusnya terimakasih sama aku, bangga sama aku" jawab aruna bernada tinggi.
"bangga apaan! Rumah kontrakan kecil bangga, bangga itu rumah gedongan, nyonya aruna, makan tu kesombongan kamu!! Aku jadi gak yakin dengan kesuksesan usaha kamu, pasti hanya kebohongan" ucap danis marah.
"terserah mau ngomong apa" aruna tak ambil pusing.
Dengan terpaksa danis masuk ke dalam kamar, dan membuka lemari pakaian mencari baju ganti. Setelahnya masuk kedalam kamar mandi dan mulai menyegarkan dirinya.
Aruna segera mengganti pakaiannya, dan membubuhkan riasan sedikit bersiap untuk pergi makan malam bersama danis.
hampir setengah jam akhirnya danis keluar dari kamar mandi.
"cowok apa cewek, lama amat mandinya" aruna berkacak pinggang.
"suka2, cerewet banget!" jawab danis menuju meja rias dan mulai menyisir rambutnya
Dengan seenaknya menyemprotkan minyak wangi aruna.
"hei banyak banget, parfum mahal, boros amat si kamu" aruna merampas parfumnya dari tangan danis.
Karena terlalu kencang menarik, tak sengaja tangan danis ikut tertarik hingga saat tubuh aruna jatuh keranjang danis ikut menindihnya
Mereka sejenak beradu pandang
"kamu mau diberi nafkah batin, jangan harap" ucap danis segera berdiri.
"ihh, apaan kamu, aku memang ingin menjadi istrimu selamanya tapi hanya formalitas" jawab aruna sewot.
"dasar wanita gila!! Aku ini normal aku mau menikah dan bercinta dengan wanita pilihanku, bukan batu sepertimu" danis mengambil kunci motor.
Aruna bersiap segera mengambil tas dan mengejar danis yang berjalan sangat cepat.
"danis tunggu!" teriak aruna.
Danis berbalik dan berjalan kembali menuju aruna.
"kamu udah dandan mau kemana?" tanya danis melihat aruna dari ujung kaki sampai rambut.
"aku udah bilang kan kita makan diluar aku laper, kamu ga tuli kan danis?" jawab aruna lembut sembari mengejek.
"gak, tapi jangan harap kamu bisa atur aku ya! Aku mau pergi sendiri tanpa kamu? Urusan kamu lapar, sorry!! Bukan urusanku, satu lagi aruna jangan tunggu aku pulang" ucapan danis membuat aruna sangat kecewa.
"danis, kalau kamu gakmau kita cari makan sama2 oke! Tapi plis kamu pulang kerumah?" aruna tidak ingin tinggal sendirian dikontrakan baru mereka.
"ada tawaran mungkin agar aku mau pulang kerumah malam ini aruna" danis merangkul pinggang aruna dengan kasar.
"danis!! Aku wanita bisa sopan" aruna melepaskan cengkraman danis
"apa tawaranmu? Sudah jelas kan! Aku tidak suka diatur" danis kembali menegaskan.
"terserahmu danis, kamu bisa pergi dengan siapapun, aku tak akan keberatan bahkan jika kamu mempunyai pacar" jawaban aruna membuat danis tersenyum.
"itu semua bukan tawaran, jika aku bisa pergi dengan siapapun dan memiliki pacar kamu memang harus setuju!!! Itu bukan penawaran tapi keharusan" danis meninggalkan aruna tanpa berbalik kembali.
Entah kenapa air mata aruna mengalir kini, kenangannya akan papanya yang sangat kasar memenuhi benaknya. Walaupun ada perbedaan jauh antara papanya dan danis, tapi baginya semua lelaki sama saja termasuk danis. Apapun kesedihan aruna siap menerimanya daripada harus mamanya yang menerima perlakuan kasar jika harus menikah lagi. Lebih baik diganti dengan pernikahannya.
Bremm.. Bremmm...
Suara motor danis terdengar keras dengan cepat melajukan motornya tanpa ada aruna dalam boncengannya.
Pada siapa aruna harus berbagi cerita, ini adalah keputusannya. Bagi aruna danis adalah lelaki manja. Aruna menutup pintu rumahnya ingin jalan kaki saja mencari penjual nasi goreng atau sate diujung jalan rumahnya ada banyak pedagang disana.
***
Diperjalanan danis merasa sangat kesal, aruna selalu saja mengaturnya bahkan merendahkannya. perempuan itu melukai batinnya. Danis tak pernah mendapatkan kasih sayang seorang mama, melihat papanya akan menikah danis sangat gembira, tapi aruna mengacaukan semuanya. Membuat harapannya memiliki seorang mama kandas.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!