NovelToon NovelToon

Mertua Rasa Pelakor

July

Mertua rasa pelakor (MrP)

part1

By : ✍️Amoy Shanghai ✍️

" Ada tantangan yang harus dihadapi, ada perjuangan yang harus dimenangkan. Itulah hidup. "

🍂🍂🍂🍂🍂

Salam kenal semuanya, terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca cerita MrP 😚

*****

"Yank, hari ini si Mami mau kesini. " Tiba-tiba Mas Boeng bersuara di balik pintu dapur dan membuatku kaget.

"Masa Allah, Mas. Kamu ini ngagetin aja sih bisanya? " umpatku kesal. Tentu saja aku kaget setengah mati, untung saja jari ini ga kepotong. Sebenarnya, bukan kaget karena suara mas Boeng. Akan tetapi, berita yang baru saja ia sampaikan itu yang membuatku kaget.

"Ya maaf, aku kan ga tau. Makanya, kalau lagi masak itu jangan bengong. Kesambet baru tahu loh. " Jawabnya lagi tak mau kalah.

Dia Boeng, suamiku. Anak kesayangan Mamanya. Delapan tahun aku hidup berumah tangga dengannya, terkadang sifatnya romantis, bahkan tak jarang Dia pun cuek bila si Mama datang. Dan terkesan me nomor dua kan aku, selalu ada rasa iri dan cemburu ketika sang mama datang. Dan itu ku rasa amat wajar.

"Makanya, kalau pulang itu biasakan ketuk pintu dulu kek, ucap salam kek. " Aku pun tak mau kalah. Ya, kami memang selalu seperti ini. Sama-sama keras kepala, bahkan hampir setiap hari debat bak anggota DPR yang lagi di ruang rapat.

"Memang dasar ngeyel kamu itu. " Jawabnya lagi seraya berlalu meninggalkan dapur.

Hmm, kenapa harus datang besok sih? " gumamku dalam hati. Ya, nasibku teramat malang rasanya. Mempunyai mertua tapi rasanya sedang menghadapi seorang PELAKOR. Jika mengingatnya, akupun geram sendiri.

Bayangkan saja, jika sedang berhadapan dengan pelakor sungguhan pun enak rasanya. Bisa menjambak, menampar, menendang, bahkan tak segan-segan menyirami susu basi ke wajahnya bukan? Tapi ini yang sedang ku hadapi adalah Ibu dari suamiku sendiri. Hanya bisa membayangkan step by step penyiksaan itu saja rasanya sudah membuatku tersenyum puas penuh kemenangan.

"Ayo Mas makan dulu, sudah matang semuanya. " Kataku kepada Mas Boeng, yang sedari tadi sibuk memainkan game cacingnya.

Apa cuma aku yang tidak tertarik dengan game itu? Enakan juga main game Mobile Legend, apa itu main game Cacing? Sembari merem juga bisa. " Cibirku sembari memonyongkan mulutku, persis seperti pantat bebek. Ya tentu saja Aku berbicara dalam hati.

"Masak apa hari ini? " Mas Boeng pun bertanya seraya melaju ke arah meja makan dan mencoel-coel sayur yang ada. Akupun kesal dibuatnya.

"Ya itu dilihat saja sih, kan kelihatan tanpa bertanya juga? " Aku pun menjawab sekena nya saja. Habis, bagaimana tidak kesal coba? Kebiasaan bertanya nya itu loh hampir selalu Ia lakukan.

"Ya aku kan cuma nanya sih? "jawabnya lagi dengan suara seperti tidak senang.

"Nih nasi nya, jangan lupa cuci tangan dan berdoa dulu sebelum makan. " Cetusku lagi. Mas Boeng seperti bocah bagiku, harus selalu di ingatkan. Tentang ini dan itu, tidak boleh ini dan itu.

Sehabis makan, kami pun duduk di ruang tamu sembari menonton TV dan sekedar mengobrol dan sedikit bercanda, meski akhirnya selalu beradu argumen.

Namaku July, diumurku yang terbilang masih muda aku menikah dengan Mas Boeng di usiaku 21tahun. Dan memiliki putra di usiaku 22tahun. Putraku bernama Yogi, saat ini usianya baru menginjak 7tahun.

Aku bahagia memilikinya, tetapi tidak bagi mertuaku.

Yogi adalah anak yang cukup cerdas, dan selalu juara kelas. Aku dan Mas Boeng begitu menyanyangi nya, maklum anak pertama. heheh.

Pikiran ku pun mulai mengembara, besok adalah hari pertempuran sengit melawan si pelakor tua ehhh mertuaku maksudnya heheh.

"Kenapa kamu senyum-senyum begitu? " tanya nya mengagetkanku. Bagaimana tidak kaget? Andai saja Dia tau aku sedang membayangkan bagaimana strategi untuk besok, bisa-bisa Dia akan mengutukku menjadi batu nanti. hahahhaa.

Mas Boeng selalu saja mengagetkanku, seperti hantu yang datang selalu tiba-tiba.

🍂🍂🍂🍂🍂

Resah

Mertua Rasa Pelakor (MrP)

part2

by. ✍️Amoyshanghai ✍️

" Tidak akan sempurna suatu kesuksesan, jika kau hanya menikmatinya seorang diri. "

🍃🍃🍃🍃🍃

Segera ku alihkan rasa terkejutku, bikin kaget saja anak ini. Gumamku dalam hayi, seraya menaikkan sedikit sudut bibirku.

"Besok dateng sama siapa si Mami Mas? " Aku berbasa-basi sedikit, membuka obrolan. Padahal sebenarnya aku males bertanya. Dan berdoa dalam hati, agar besok mertuaku tidak jadi datang.

"Sama Bianca, yank". Jawabnya tanpa menoleh, karena mata terfokus di cacingnya.

"Aaagggghhhhh, tuh kan MATI ! " teriaknya penuh kekesalan, dan menoleh kearahku serta menatap tajam, seakan-akan aku adalah mangsanya.

Aku pun terkekeh, bagaimana Dia tidak kesal? Aku menutup layar ponselnya dengan tanganku. Dan membuat permainanya game over.

"Makanya, kalau lagi diajak ngomong itu lihat kearah ku dong! " Aku pun membalas dengan suara tinggi dan melotot tajam kearah nya.

"Cacingku sudah 9juta beratnya, ahhh kamu ini! " persis seperti anak bocah umuran 5tahun, yang ketika mainannya dirampas dan menangis.

"Lagian laki-laki kok main nya game cacing. Ga gentle banget. "

"Main game itu yang seperti ini, daripada main game yang nguras emosi. " Timpalnya lagi.

"Pantes aja ga dewasa! " Aku pun berlalu meninggalkan si Boeng sendiri. Lebih baik aku melihat Yogi belajar. " ucapku dalam hati.

Segera ku tengok anakku di dalam kamarnya.

"Kak, sudah selesai belum ngerjain PR nya? " tanyaku kepada buah hatiku, seraya tangan ini mengelus lembut kepalanya dan menciumnya.

"Sudah Ma, ini juga mau beresin buku untuk pelajaran besok. " Yogi selalu disiplin dan mandiri. Tanpa disuruh pun, ia belajar dan merapihkan baju seragam serta buku pelajaran yang akan dibawa dan dipakainya besok.

"Besok Oma mu dateng, " kataku lagi.

"Ohh. " Jawabnya singkat.

Aku bisa merasakan bagaimana anakku pun tidak bersimpatik dengan neneknya. Neneknya acuh dengan anakku, anak kecil pun bisa merasakan orang yang sayang dengan yang tidak kan?

Mertuaku hanya perduli dan perhatian dengan cucunya yang "Kaya". Iya, adiknya Mas Boeng laki-laki bernama Boim terbilang mapan, tidak seperti Mas Boeng. Maka, anak-anak Boim lah yang selalu di publikasikan di halaman Fb mertuaku. Dengan Caption "Cucu Kesayangan Oma", hati mana yang tak meradang dan merasa cemburu? Ingin rasanya ku hapus pertemanan atau blokir langsung Fb mertuaku itu.

Hanya kepada Mas Boeng saja yang ia matre kan, kepada Boim ia tak berani untuk meminta! Aku bukan tidak berbakti atau rela jika suamiku memberi untuk Ibunya? Hanya saja, perlakuan nya terhadap ku juga anakku seperti Mantu tiri dan cucu tiri saja.

Suamiku anak pertama, ibunya memiliki tiga orang anak. Boim anak kedua mertuaku, terbilang cukup mapan dan memiliki aset usaha dimana-mana. Bianca bungsu mertuaku, belum menikah dan sudah bekerja di salah satu perusahaan swasta di Jakarta.

Ayah mertuaku sudah lama meninggal, Beliau amat adil dalam menyayangi semua cucunya. Tanpa membedakan, mana yang punya mobil mana yang tidak.

"Kalau sudah selesai, Kakak tidur duluan aja yaa. " Ucapku seraya merapikan tempat tidur anakku.

"Iya Ma, mama ga bobok? "

"Mama mau beberes dapur dulu kak, besok kan Oma kamu dateng. "

"Aku tidur duluan ya ma. " Yogi pun memgecup keningku, begitu pun aku segera membalasnya.

Begitulah anakku, bibit romantis nya telah tertanam sedari kecil. heheh. Sama seperti papanya, mas Boeng. Sebelum tidur, dia selalu mengecup keningku.

Setelahnya, Aku pun beranjak menuju dapur tercintaku.

"Kamu belom tidur, Yank?" Suara mas Boeng kembali mengagetkanku.

"Aduh Mas kamu ini, kenapa sih selalu saja buatku jantungan? " Cetusku kepadanya.

"Kamu ini kenapa sih, kalau kerja pasti selalu bengong dan melamun? " Dia pun menaikkan alisnya sebelah.

"Kamu itu Mas, yang selalu membuatku kaget. " Ku majukan bibirku 5centi. Kulihat dia pun terkekeh setelahnya.

Harusnya, Aku lebih menguatkan jantung nih. Ucapku dalam hati.

*****

Terimakasih untuk yang sudah membaca cerita Perdana ku. 😚

part3

Mertua Rasa Pelakor (MrP)

part3

by. ✍️Amoyshanghai ✍️

" Sabar itu mudah, kamu tidak perlu melawan, hanya perlu tenang menguatkan hati. Emosi dan egolah yang membuat sabar menjadi sulit. "

****

Aku bukan tidak sayang dengan mertuaku, mertuaku itu selalu membanding-bandingkan Aku dengan istri Boim, Lisa. Tentu saja membanggakan lebih tepatnya.

"July, kamu itu lihat dong kayak si Lisa tuh. Giat cari uang. " Ucap mertuaku kala itu tanpa sedikitpun perduli dengan perasaanku, entah tahun berapa saat ia datang kerumahku dulu.

"Iya Ma. " Aku tersenyum kecut kearahnya. Ingin rasanya teh panas yang sedang ku tuang ini, ku lemparkan ke kakinya. Ya memang, aku mantu durhaka. Habisny, aku kesal karena selalu di banding-banding kan. Selalu bernilai jelek di matanya.

Aku bukannya malas dan tak giat cari uang, kehidupanku dengan Lisa berbanding terbalik. Boim mencukupi semua fasilitas istrinya, Lisa hanya menjaga toko Boim ya sudah seharusnya Dia giat kan? Sedangkan Aku? Hanya ibu rumah tangga yang mengandalkan gaji suami saja. Sempat aku ingin bekerja di kantorku dulu, namun Mas Boeng melarangku dan menyuruhku dirumah saja.

"Paling besok Oma ngajakin Papa pergi-pergi seperti biasa kan Ma? " Tiba-tiba suara Yogi mengagetkanku.

"Ahh? Hahah kamu ini Kak. " Aku pun tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan anak 7tahun itu.

"Ga boleh ngomong gitu Kak, biar jeleknya gimana pun Dia adalah Nenek kamu. " Aku pun menasehati putraku dan membelai rambutnya dan kuberikan sebuah senyuman untuknya.

Aku memang tidak suka dengan mertuaku, boleh dibilang aku membencinya. Biarlah hanya aku saja yang membencinya, anakku jangan.

Aku membencinya pun punya alasan yang tepat, dan membuatku sakit hati. Pernah suatu hari, Mertuaku berkunjung seperti biasanya. Iapun meminta sebuah ponsel Nokiem E63 kala itu. Belum ada Android seperti sekarang, bukan tanpa alasan Mertuaku meminta pada Mas Boeng.

Karena, Beliau melihatku memakainya. Ya, dua minggu lalu Mas Boeng yang membelikannya untukku. Akupun amat senang mendapatkan nya kala itu. Beliau pun merengek pada Mas Boeng bak seorang anak kecil yang meminta mainan baru.

"Yank, Hp mu kasihkan Mami dulu aja ya? Nanti kalau ada rejeki lagi, Mas belikan Berryberry. " Mas Boeng merayuku dengan janji manisnya.

Sakit hati ini sebenernya, teganya si Boeng mengambil apa yang sudah Dia berikan? Haruskah aku merelakan milikku?

Terpaksa, dengan berat hati aku pun memberikannya. Hari itu aku amat kesal, tega-teganya mas Boeng! Aku mengumpatnya, mengutuknya, bahkan membencinya.

Ingin rasanya aku menangis, mengumpat diriku sendiri. Mengapa harus terjebak diantara mereka. Dulu, sebelum menikah mertuaku baik di depanku.

Aku pun amat yakin, bila mertuaku itu hanya sengaja meminta apa yang aku punya. Seperti biasanya, wajar bila aku pun tak perduli dengannya.

"Selalu dan selalu saja mengambil apa yang aku miliki! " umpatku kesal, sembari menahan tangis. Meski sesak yang kurasa telah memuncak dan dadaku terasa berhenti bernafas.

Untungnya aku tidak tinggal satu atap dengannya. Tuhan masih menolongku, membebaskan ku dari belenggu sihirnya.

Arghhhh!!!! Aku KESAAALLLLL!!!" Bathinku pun menjerit sekuat nya. Hingga menumpahkan seluruh air, yang sedari tadi ku tahan di sudut netraku.

Aku hanya bisa diam seribu bahasa kepada mas Boeng, entah lah rasanya bagaikan sudah tak ada kata-kata lagi yang mampu ku ucapkan pada nya.

Percuma saja mempertahankan apa yang kumiliki, jika sudah di minta oleh mertuaku itu pasti tak mampu ku amankan. Sedari dulu selalu saja begitu.

Apakah aku kurang ajar? Apakah aku berlebihan? Kurasa Tidak adalah jawaban yang benar. Dia lah yang keterlaluan, selalu merebut apa yang aku senangi! Bak pelakor yang selalu merebut suami, ini lebih sakit rasanya.

Aku begitu membencinya!

🍃🍃🍃🍃🍃

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!