...[ TAHUN 2019 ]...
Di Mahendra International High School, tengah melakukan MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) untuk siswa dan siswi baru yang sudah diterima di sekolah ini.
Pada pukul 06.00 para peserta MPLS berbaris di lapangan sekolah untuk melakukan senam pagi selama 15 menit. Selesai senam mereka diperbolehkan duduk untuk sarapan bersama.
“Selamat pagi teman-teman,” ucap Ketos (Ketua Osis) dan wakilnya bersamaan.
“Pagi kak,” jawab serentak peserta MPLS dengan semangat.
“Semuanya sudah bawa roti yang diinstruksikan oleh panitia?” tanya Ketos.
“Sudah kak,” jawab serentak lagi peserta MPLS.
Para peserta MPLS diwajibkan untuk membawa roti tertutup (yang ada bungkusnya) untuk sarapan bersama, jika tidak membawa maka mereka akan mendapatkan hukuman.
“Loh ... Han, roti kamu mana?” tanya Zarina karena melihat tangan sahabatnya yang hanya memegang air minum.
“Rotinya ada di paper bag," jawab Hana.
“Terus paper bagnya dimana?” tanya Zarina lagi.
“Di mobil. Tadikan buru-buru jadi aku lupa,” tubuh Hana mulai terserang panik yang berlebihan. “Zar ... gimana nih?” kini matanya pun mulai berkaca-kaca.
“Yauda kamu ambil ini.” Zarina memberikan roti miliknya kepada Hana. Seperti biasa, Zarina akan selalu melindungi Hana dan secara sukarela menggantikan hukuman sahabatnya itu.
“Terus kamu gimana Zar?” tanya Hana.
“Nanti aku coba minta ijin buat ambil roti yang ada di tas. Aku bawa 2 cuma yang 1 nya ada di tas,” kata Zarina yang mencoba untuk meredam rasa panik Hana.
“Oke teman-teman ... sekarang angkat rotinya ke atas,” ujar Ketos.
Para peserta MPLS pun mengikuti arahan dari Ketos untuk mengangkat rotinya ke atas.
“Waduh ... sepertinya ada yang tidak membawa roti nih kak,” kata wakil Ketos yang sadar bahwa ada satu siswi yang mengangkat tangannya ke atas namun tidak memegang roti.
“Yang mana tuh kak?” tanya Ketos.
“Yang itu kak ... itu tuu ... barisan bu ibu.” Wakil Ketos menunjuk barisan Zarina.
“Hayo ... bu ibu yang tidak bawa roti silahkan maju ke depan,” suruh Ketos.
“Zar ...” lirih Hana yang takut sahabatnya ini kena hukuman karena kesalahan dirinya.
“Gapapa tenang aja,” jawab Zarina sambil tersenyum.
Zarina berdiri dari posisi duduknya lalu berjalan ke depan menuju Ketos dan wakilnya berada.
“Ck... ck... bu ibu nya cantik tapi sayang gak bawa roti nih,” decak wakil Ketos.
Kini Zarina sudah berada dihadapan Ketos, wakilnya, serta teman-teman seangkatan.
“Nama kamu siapa?” tanya Ketos.
“Zarina Qarira kak,” jawab Zarina.
“Namanya cantik sama kayak orangnya,” gombal Ketos.
“Huuuuuuuuh ... inget pacar udah 9 tos,” teriak member (anggota) Osis yang ada di lapangan.
Zarina terdiam dengan wajahnya yang datar, dirinya memang tidak mudah salting (salah tingkah) dengan gombalan seperti itu karena Zarina sudah terlalu sering mendengarnya.
Tak bisa dipungkiri, Zarina Qarira gadis kelahiran 9 Maret 2004 itu memang memiliki paras wajah yang cantik hingga bisa menghipnotis siapapun yang melihatnya.
“Syuuut ... syuuut ... ini para member gue kenapa gak bisa diajak kerja sama dah.” Ketos kemudian melirik member Osis nya.
“Oke Zarina, kenapa kamu tidak membawa roti?” tanya Ketos.
“Ketinggalan di tas, kak,” jawab Zarina.
“Kamu pilih tantangan atau hukuman?” Ketos memberikan pilihan.
“Tantangan kak.” Zarina menjawab tanpa berpikir panjang.
Aku gak bisa pilih hukuman karna aku khawatir Hana akan lebih panik lagi, _Zarina.
“Saya kasih waktu 30 detik untuk ambil rotinya dan balik lagi ke sini. Setelah hitungan mundur dari 3 kamu langsung lari oke,” ujar Ketos.
“Baik kak,” respon Zarina.
Semua orang yang ada di lapangan diintruksikan Ketos untuk menghitung mundur bersama. “Tiga ... dua ... satu ....’’
Zarina bergegas lari setelah hitungan selesai, ia berlari dengan sangat cepat dan berhasil mengambil roti dengan catatan waktu 29 detik.
“Sekarang kamu buka rotinya,” perintah Ketos.
Zarina segera menyobek bungkus roti tersebut dengan napas yang masih terengah-engah.
“Tantangannya adalah ... kasih tahu saya gimana caranya makan tanpa harus melipat tangan?” kata Ketos.
Wait! ... tantangannya kan gak gini. Si Ketos dapet ide darimana dah? _Wakil Ketos mengangkat sebelah alisnya.
Gue yakin dia gak akan bisa. Dia berhasil jawab tantangannya, gue putusin si Mentari setelah acara MPLS ini, _batin Ketos meremehkan.
Tantangan macam apa ini? ... Ayo dong Zar mikir. Gimana caranya makan tanpa harus melipat tangan? _Zarina membatin.
Ketos nya ngadi-ngadi nih, _Hana pun ikut membatin.
“Zarina. Kamu sudah tahu gimana caranya?” tanya Ketos.
“Sudah kak,” jawab Zarina.
“Oke ... silahkan tunjukkan,” suruh Ketos.
Zarina mendekat ke arah Ketos dengan berdiri tepat di depannya, tangan kanannya memegang roti lalu meluruskan tangannya itu hingga roti yang sedang ia pegang menempel ke bibir Ketos.
Semua orang yang berada di lapangan itu senyap. Termasuk Ketos yang terdiam membeku ketika dia merasakan roti itu menempel pada bibirnya, matanya membulat menandakan dia kaget dan tidak menyangka Zarina akan menjawab tantangannya seperti ini.
“Beginilah caranya makan tanpa harus melipat tangan. Disuapin.” Zarina tersenyum sambil menatap kedua netra hitam milik Ketos.
Melihat senyuman Zarina yang begitu manis hingga berhasil menusuk ke dalam jantungnya. Ketos pun akhirnya membuka mulut dan menggigit roti yang sedang Zarina pegang.
“AAAAAAAAA ...” teriak serentak kaum bu ibu yang gemas melihat keuwuan ini.
Member Osis yang tengah memegang handphone tak lupa mengabadikan momen pagi ini 'lumayan buat jadi bahan gibah' kira-kira begitulah isi pikiran mereka.
Ketos mengunyah roti sambil tertawa kecil. Karena baru kali ini dia menemukan perempuan yang tidak mudah ditebak seperti Zarina.
🗣️ “Ketos menang banyak.”
🗣️ “Modus banget woiii.”
🗣️ “Ketos bisa gantian gak?”
Satu lapangan gaduh dengan suara teriakan. Semua itu terjadi karena kelakuan Zarina dan si bapak Ketos.
“Oke teman-teman stop dulu yak meltingnya. Sekarang kita lanjut ke acara sarapan bersamanya,” ujar wakil Ketos mengambil alih karena Ketos nya masih salting dan agak sulit untuk berbicara.
“Sekarang angkat lagi rotinya ke atas dan kepal rotinya sekuat mungkin sampai berbunyi,” perintah wakil Ketos.
Duuuuuur ....
Terdengar suara ledakan kecil yang berasal dari bungkus rotinya secara bersamaan.
“Oke semuanya ... selamat makan,” ucap Ketos yang baru sadar dari saltingnya dengan senyum yang masih terlihat jelas di wajahnya.
Semua peserta MPLS memakan rotinya masing-masing, mengisi perutnya agar mendapat energi untuk melakukan kegiatan selanjutnya.
Pukul 07.15 peserta MPLS masuk ke dalam kelas untuk menyimak materi kedisiplinan yang disampaikan oleh dewan guru. Dilanjutkan latihan fisik yang dipimpin oleh TNI Angkatan Darat hingga siang hari.
Pukul 11.30 para peserta MPLS diberikan waktu selama 30 menit untuk istirahat, sholat dan makan siang. Setelahnya mereka dibuat berkelompok untuk melakukan kegiatan outbound di luar sekolah hingga sore hari.
Setelah makan malam. Para peserta MPLS kembali dikumpulkan di tengah lapangan untuk melakukan peresmian sebagai siswa dan siswi Mahendra International High School tahun 2019.
Acara MPLS hari ini ditutup dengan api unggun serta nyanyi-nyanyi bersama.
***
......................
......................
......................
Halo teman-teman👋🏻
Terima kasih sudah mampir di karya pertama loly.
Just information❗
Untuk tahun 2020-2022, wabah covidnya TIDAK AKAN loly masukan didalam karya ini yah. Karena wabah covid kemarin banyak merenggut nyawa saudara setanah air kita bahkan seluruh dunia, dan itu menjadi kenangan paling menyedihkan tersendiri untuk loly 😔
loly sendiri menganggap karya ini sebagai penutup, pengganti bahkan penyembuh kenangan tersaddest itu. Gimana menurut kalian?
And loly usahakan untuk update new bab setiap harinya. So, nantikan karya ini setiap paginya yah.
_Bebevlonely♡
Dihari berikutnya ....
...[ Senin, 15 Juli 2019 ]...
🎶 Jika dia memang bukan jodohmu ...🎶 Dipaksakan nanti sakit hatimu ...
🎶 Pilihan Tuhan pasti jauh terbaik ...🎶 Jadi jangan bersedih lagi ....
Ada panggilan masuk di handphone Zarina. Zarina memang menggunakan lagu Jangan bersedih by Tiffany kenanga, sebagai nada deringnya.
“Halo,” ucap Zarina saat panggilannya sudah tersambung.
📞“Zar ... Kamu dimana? kok rumah sepi,” tanya seseorang dari sebrang.
“Aku di warung bubur lagi bantuin nenek.”
📞“Kamu udah rapih belum? Atau ada barang yang perlu aku bawa ke sana ... tas, buku atau apa?”
“Gausah Han ... aku udah rapih. Kamu ke sini aja biar langsung berangkat sekolah.” Ternyata Hana yang sedang menelpon Zarina.
📞“Oke. Aku on the way ke sana,” kata Hana lalu menutup panggilan itu.
Beberapa menit kemudian. Sebuah mobil berwarna light blue berhenti tepat di depan warung bubur milik Zarina dan neneknya.
“Assalamualaikum,” ucap Hana.
“Waallaikumsalam ...” jawab neneknya Zarina yang bernama Salma.
“Nek. Zarina nya ada?” tanya Hana pada nenek Salma.
Zarina yang mendengar ada suara Hana langsung menjawab. “Bentar Han. Aku beresin mangkuk dulu,” ujar Zarina dari dalam warung.
“Nek. Hana ke dalam dulu yah,” ujar Hana.
"Iyah," jawab lembut nenek Salma sambil tersenyum melihat Hana dan Zarina yang sudah seperti saudara.
Hana kemudian masuk ke dalam untuk menemui sahabatnya itu.
“Zarina. Aku datang,” ucap Hana.
“Han,” sapa Zarina. “Kamu udah sarapan?” tanya Zarina.
“Belum ... tapi tenang, tadi mama udah siapin 2 bekal untuk aku sama kamu,” jawab Hana.
“Buat aku juga ada?”
“Ada dong.”
Mamanya Hana memang selalu membawakan bekal untuk Hana dan juga Zarina.
Zarina dan Hana memang sudah bersahabat sejak masih Sekolah Dasar. Hana Zahrana merupakan anak tunggal dari pasangan suami istri, Sanjaya Hermawan (CEO) dan Dinda Kirana (Dosen). Hana memang berasal dari keluarga yang terpandang namun Hana tak pernah sekalipun memandang rendah orang lain, karena orang tuanya selalu mengajarkan bahwa semua manusia itu sama dihadapan Tuhan.
Bahkan Hana dimasukkan oleh orang tuanya ke SD Negeri dengan harapan Hana tak pernah memandang orang lain dari status sosialnya dan bisa berteman dari kalangan apapun.
***
Hana selalu berangkat ke sekolah dengan mobilnya, dan tak pernah lupa dia selalu menjemput sahabatnya Zarina.
“Han. Lebih baik kamu telpon pak Mahmud untuk anterin kita ke sekolah deh,” bujuk Zarina saat mereka sudah berada di dalam mobil.
“Zar. Kamu tahu gak? Pagi ini tuh aku udah keluar uang 100 ribu buat nutup mulut pak Mahmud agar aku bisa bawa mobilnya sendiri,” kekeh Hana.
“Yakin mau bawa mobil sendiri?”
Hana menghembuskan napasnya. “Aku bahkan udah yakin 100%,” jawab Hana mantap.
“Hana Zahrana. Kamu lupa seminggu yang lalu nabrak kerbau sampai meninggoy?” Zarina kembali mengingatkan sahabatnya itu tentang kejadian yang pernah mereka alami.
“Astaghfirullah ... jahat bangat malah diingetin lagi.” Hana mengerucutkan bibirnya.
“Terus juga ... mobil ini baru turun 2 hari. Kasian tahu kalau lecet.”
“Zarina ku tersayang. Kalau mobilnya lecet lagi tinggal calling pak presiden (papanya Hana) sangat mudah bukan?” kata Hana sambil tertawa kecil. “Tapi aku janji kali ini aku bawa mobilnya pelan-pelan,” ujarnya lagi.
“Oke ... tapi pelan-pelan yah.” Zarina memastikan namun dengan perasaannya yang sedikit ketar-ketir.
Hana menepati janjinya untuk mengemudikan mobilnya dengan pelan-pelan dan mereka selamat sampai di sekolah.
Kini Hana sedang memarkirkan mobilnya tapi tiba-tiba!
Bruugh ....
Hana menabrak bagian belakang mobil berwarna hitam yang ada di depannya.
“Hana!” kata Zarina dengan posisi duduknya yang sudah tegap.
“Oh my God. Tenang Zar tenang.” Hana menyuruh Zarina tenang tapi satu detik kemudian. “Zarina. Gimana nih orangnya keluar.” Hana panik saat melihat pemilik mobil yang dia tabrak keluar dari mobilnya.
“Tadi aja kamu nyuruh aku tenang tapi sekarang malah kamu yang lebih panik,” cibir Zarina yang masih saja terheran-heran dengan tingkah sahabatnya itu.
“Zar. Gimana nih? A–aku,” ucap Hana yang terbata karena saking paniknya hingga keringat dingin mulai keluar dari keningnya.
Hana. kapan kamu bisa sembuh? Aku bener-bener gak tega liat kamu yang ketakutan kayak gini, _batin Zarina.
“Yauda kamu pindah ke belakang, biar aku yang turun dari pintu driver,” suruh Zarina, ia tahu sahabatnya ini masih memiliki rasa trauma.
Hana menuruti perkataan Zarina, dia langsung pindah ke belakang dan Zarina pindah ke kursi driver. Benar saja pemilik mobil di depan sudah mengetuk jendela mobil Hana, dan Zarina pun keluar dari dalam mobil.
“Kamu!” ujar si pemilik mobil.
“Kakak kenal aku?” tanya Zarina.
“Kamu!” kata si pemilik mobil.
“Kakak kenal aku?” tanya Zarina.
“Satu sekolahan ini pun udah kenal kamu Miss Bread.” (Miss Bread adalah panggilan yang didapatkan Zarina ketika menyuapi ketos roti saat MPLS).
Ini ... kenapa gue harus ngejelasin hal yang gak penting itu, _batin pemilik mobil.
“Oke Miss Bread, jawab pertanyaan saya. Siapa yang bawa mobil ini?” tanya pemilik mobil sambil menunjuk mobil Hana.
“Aku yang bawa kak. Aku minta maaf karena sudah menabrak mobil kakak. Aku benar-benar tidak sengaja,” ucap Zarina sambil menundukkan kepalanya.
“Karena kamu yang bawa, maka kamu yang harus bayar tagihan bengkel mobil saya. Bagian belakang mobil saya bukan hanya lecet tapi rusak parah,” kata si pemilik mobil.
Orang ini minta aku bayar tagihan bengkel, memangnya mobil dia gak ada asuransinya gitu? _Zarina membatin.
“Baik kak. Aku akan ganti semua biaya perbaikan mobilnya.” Zarina menyetujui dengan cepat.
“Oke ... besok saya akan kirim tagihannya ke kamu. Jangan coba-coba untuk kabur,” kata pemilik mobil dengan tatapan cutter pennya (tajam).
“Tenang aja, kak. Aku gak akan kabur karna aku bukan buronan.”
“Bisa aja kan ... kamu nanti tiba-tiba hilang?” kata pemilik mobil yang tak mau kalah.
“Kakak pikir aku hantu yang tiba-tiba bisa hilang.”
“Ya– kan gak ada yang tahu, kalau ternyata kamu siluman hantu.”
“Hish ... memangnya ada siluman hantu secantik aku?”
“Cih ... dasar narsis,” umpat si pemilik mobil sambil berjalan meninggalkan Zarina.
“Kak, aku masih bisa denger loh,” pekik Zarina saat dirinya dibilang narsis.
Si pemilik mobil itu tidak memperdulikan dan hanya melenggang pergi.
“Hey kak. Namanya siapa?” Zarina bertanya dengan suara yang agak kencang agar pemilik mobil itu bisa mendengarnya.
“Aprian Mahendra.”
Mahendra? Jangan-jangan dia anak pemilik Mahendra IHS ini? _batin Zarina.
Setelah Aprian sudah jauh. Zarina mengetuk jendela mobil dan meminta Hana untuk turun.
“Kamu gapapa, Zar? Orang itu gak marahin kamu kan?” tanya Hana.
“Dia gak marahin aku, dia bilang aku harus ganti bengkel mobilnya,” jawab Zarina.
“Huuh ... syukur deh dia cuma minta ganti biaya bengkel aja.”
“Cuma? Han ... coba deh kamu liat kerusakan mobil dia lumayan parah, pasti mahal banget biayanya.” Zarina menunjuk mobil milik Aprian.
“Zarina Qarira. Calm down okay, aku bisa kok ganti biaya mobil itu. Yaa tapi ... paling 1 minggu ke depan kamu yang bayarin jajan aku,” kata Hana sambil menyenggol bahu Zarina.
“Oh Tuhan. Cobaan hari pertama macam apa ini?” lirih Zarina sambil tertunduk lesu.
“Zarina Qarira, di dunia ini tuh banyak cobaan jadi kita harus cobain satu-satu,” kata Hana sambil menepuk pundak Zarina.
“Huft–” Zarina tidak bisa menahan tawanya ketika mendengar kata-kata bijak keluar dari mulut Hana yang justru berubah menjadi sangat aneh. Dua sahabat ini memang sering berdebat namun akhirnya mereka berdua tetap tertawa bersama.
“Udah yuk masuk,” ajak Zarina.
“Oh iya ini hari Senin. Kita upacara, Zar.”
“Yauda ayo lari, jangan diem aja.” Zarina langsung menarik tangan Hana sampai masuk ke lapangan.
Untunglah mereka tidak terlambat dan upacara bendera hari Senin pun dimulai. Setelah upacara bendera selesai dilaksanakan, kini saatnya Zarina dan Hana mencari letak kelas mereka.
“Kelas kita dimana Zar?” tanya Hana yang mulai kebingungan karena sekolah ini benar-benar sangat luas.
“Miss Bread.” Panggil seseorang dari samping kiri Zarina. Zarina pun menoleh ke kiri untuk mencari tahu siapa yang memanggil julukan barunya.
Seorang anak laki-laki yang tinggi dengan kulit sawo matang berjalan mendekat ke arah Zarina dan Hana.
“Hai,” sapa orang itu sambil melambaikan tangannya.
“Eoh– hai,” jawab Hana.
“Miss Bread?” Orang itu menunjuk ke arah Zarina.
“Aku Zarina,” respon Zarina dengan wajah datarnya
“Oh iya ... Zarina maaf aku lupa. Kenalin aku Diki Zulfian.” Diki mengulurkan tangan kanannya kepada Zarina dan Hana bergantian sebagai tanda perkenalan.
“Aku Zarina Qarira.”
“Aku Hana Zahrana.”
“By the way kalian kelas apa?” tanya Diki.
Sebenarnya aku udah tahu. Tapi gapapa lah buat basa-basi, _batin Diki.
“X IPA F,” jawab Zarina dan Hana bersamaan.
“Berarti kita satu kelas,” kata Diki.
“Kamu tahu kelasnya dimana?” tanya Zarina.
“Di sana.” Diki menunjuk bangunan yang berada di lantai 2.
Setelah mengetahui letak kelasnya, Zarina dan Hana saling pandang lalu secara bersamaan mereka menghembuskan napas kasar. Sontak hal tersebut membuat Diki kebingungan karena mereka berdua terlihat kompak padahal tidak berbicara sama sekali setelah dia memberitahukan dimana kelasnya.
“Yabai (yabai \= hebat, bahasa gaul Jepang). Kalian bisa bicara lewat telepati,” puji Diki sambil tepuk tangan.
Zarina, Hana dan Diki mereka bertiga jalan bersamaan menuju kelas yang berada di lantai 2 itu. Sebenarnya Zarina dan Hana termasuk kedalam kategori manusia yang malas untuk turun naik tangga makanya mereka langsung menghembuskan napas kasar dan mereka pun mau tidak mau tetap harus naik ke atas.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!