Sebuah benda yang tampak seperti komet meluncur dengan kecepatan cahaya memasuki atmosfer sebuah planet dan jatuh di sebuah tanah lapang.
Benda yang berbentuk sebuah cahaya yang menyilaukan itu sangatlah aneh, walaupun jatuh dengan kecepatan tinggi tapi tidak ada satupun suara benda jatuh, bahkan rerumputan dan pohon di sekitarnya tidak ada yang rusak, hanya ada kesiur angin kembut yang membawa kesejukan.
"Hemmm ... sudah sampai di Planet Utama Alam 2.'' Benda yang tadinya bercahaya itu meredup dan terlihatlah seorang laki laki tinggi dan sangat tampan, berpakaian putih keemasan dengan seekor burung putih yang terbang di sampingnya. Serta menggenggam tongkat setinggi 2m dan bersinar layaknya matahari, laki laki itu juga terlihat sangat berwibawa karismanya memancar ke sekitar dengan kuat, layaknya seorang Kaisar.
Laki laki itu melihat sekelilingnya dan melihat tanah lapang yang di tumbuhi rerumputan dan di kelilingi pohon pohon besar menjulang ke atas.
"Aku sangat tidak beruntung, Sekali mendarat justru di sarang monster" Laki laki itu menghembuskan nafas.
Tanah bergoyang sangat keras dan meledak, membuat debu beterbangan. Seekor Cacing raksasa muncul dari dalam tanah dengan mulut menganga lebar, memperlihatkan gigi giginya yang sebesar pisang, tapi keanehan terjadi cacing itu justru mundur ketakutan begitu melihat Laki laki yang berdiri di depanya.
Cacing itu berniat kabur dengan kembali masuk ke dalam tanah, tapi laki laki itu tidak membiarkanya. Selarik sinar meluncur dari mata lelaki itu dan mengenai kepala cacing yang langsung membuatnya mati seketika.
" Menurut ingatan cacing itu 100mil dari sini ada sebuah kota aku akan memulai pencarian dari sana," laki laki itu bergumam sendiri dan tongkat yang dia pegang serta burung putih terbang di sampingnya menghilang, baju yang dia pakai juga berganti jadi jubah putih sederhana.
Laki laki itu berjalan dengan cepat seolah sedang berlari menunggang kuda, sesaat kemudian laki laki itu sampai di sebuah gerbang kota yang besar dan tampak ramai orang mengantri di depan gerbang.
Laki laki itu mengantri di barisan terakhir dan nampak mengamati apa yang di lakukan orang orang di depanya dengan kening berkerut.
"Pak Tua apa yang sedang terjadi, kenapa harus mengantri untuk memasuki kota" laki laki itu memegang pundak Laki laki Tua yang sedang menggendong keranjang rumput obat sambil bertanya.
"Kita harus di periksa lebih dulu sebelum masuk kota untuk mengindari terjadinya masalah, kita juga harus punya plakat identitas" Pak tua itu lalu menunjukkan plakatnya.
"Begitu" di kota langit kami bisa bebas masuk keluar kota, begitu juga di alam 1, apa di alam 2 ini peraturanya berbeda.
"Pak Tua apa semua orang bisa bebas masuk kota hanya dengan sebuah plakat identitas atau ada sarat lainya" tanyanya lagi.
Pak Tua itu akhirnya berbalik dan melihat lelaki itu dengan seksama karna pertanyaanya yang aneh.
"Anak muda apa kamu seorang yang baru turun gunung dan mau pergi bertualang, bagaimana kamu tidak tau peraturan dasar seperti itu" tanyanya yang merasa aneh.
Laki laki itu tertawa canggung
"ya, aku baru turun gunung untuk mencari pengalaman dan belum banyak tau peraturan di kota."
"Ah ....... pantas, untuk masuk kota selain plakat identitas kamu juga harus menulis surat ijin tinggal untuk seorang petualang, kecuali kamu punya identitas seorang pedagang, tabib, guru, murid sekte atau pembesar negri. Kamu bisa tinggal tanpa harus menulis surat ijin" Pak Tua itu menerangkan dengan sabar.
"Bukankah seharusnya seorang petualang bebas masuk keluar kota."
"Itu dulu, sebelum terjadi kerusuhan di semua kota akibat petualang gelap, pengikut Dewa Gelap menghancurkan banyak kota di berbagai kerajaan."
"Sekarang ini situasi tidak aman sejak 1500th lalu, banyak monster bermunculandan sering terjadi kerusuhan, kamu berhati hatilah anak muda."
"Terimakasih saranya Pak Tua, dan bolehkah aku melihat plakatmu Pak Tua" tanya laki laki itu.
Plakat ini terbuat dari kayu pole yang kuat serta pentagram di bagian belakang, membuatnya tidak mudah hancur.
"Trimakasih untuk plakatnya" laki laki itu mengembalikan plakatnya, selama percakapan mereka antrian ternyata sudah memendek dan hanya tingagal 5 orang yang belum memasuki gerbang kota.
Berdiri di depan gerbang kota yang tampak kokoh menjulang dan di cat putih serta nama kota terrukir di sana, suara riuh datang dari dalam kota menandakan kota ramai dengan aktifitas warganya.
Giliran laki laki itu telah tiba, 2 orang prajurit yang berjaga di depan gerbang bertanya,
"tunjukkan identitasmu dan apa tujuanmu masuk kota" Prajurit yang lebih pendek dari rekanya bertanya.
"Aku seorang dokter atau tabib, aku ingin membeli ramuan obat di kota ini." Laki laki itu memberikan plakat identitas yang dia tiru dari pak tua tadi dan menganti tulisanya.
Di plakat itu tertulis, Dokter Zhou Jiyu Kan' an.
Laki laki itu yang bernama Zhou Jiyu memasuki kota Nanking dengan santai, dan melihat sekitar.
Aku harus mencari informasi tentang dunia ini, sudah ribuan tahun aku tidak pergi ke planet lain.
Zhou Jiyu pergi ke purpustakaan kota setelah berkeliling dan bertanya ke orang orang.
Di Alam semesta ini di bagi menjadi berbagai Planet dan Alam, besar sampai kecil dan berbagai level alam.
...Tingkatan planet...
...1.Utama...
...2.Besar...
...3.Sedang...
...4.Kecil...
...5.Tak berpenghuni...
...Tingkatan Alam...
1.Alam utama
2.level 1---100
3.level 2---1000
3.level 3---10.000
4.level 4---100.000
5.level 5---1000,000
6.level 6--- Alam Dunia kecil.
Zhou Jiyu sekang ada di Planet utama Alam 2 level 1.
Kaisar Langit Zhou Jiyu atau Jiyu datang ke planet itu guna mencari 9 istrinya, yang terbunuh 1500th lalu, akibat peperangan dengan Dewa Gelap.
Zhou Jiyu berhasil mengalahkannya tapi sayangnya 9 istrinya berhasil di bunuh.
Sebelum nafas terakhirnya berhembus dia sempat mengambil jiwanya, dan membawanya ke altar renkarnasi.
Butuh waktu lama untuk ke 9 istrinya terlahir kembali, walaupun ketika terlahir kebali rupa meraka masih sama tapi mereka tidak akan mengingatnya.
Kecuali nasib mereka masih terikat dengan benang takdir, jadi tugas Zhou Jiyu selain mencari dan menemukan 9 istrinya, dia juga harus membawa kembali ke 9 istrinya ke puncak kekuatan mereka dulu, serta menyatukan ingatan mereka dengan raga barunya.
Untuk memulai semua itu Zhou Jiyu sengaja datang ke Planet Utama Alam 2 ini, dan dia berencana menyamar menyadi seorang alkemi, dan pencarian itu di mulai dari Kerajaan Timur atau Kerajan Qing kota Naking.
"Untuk sekarang aku ada di kerajaan Timur, kota Nanking ini kota perdagangan, banyak pedagang yang singgah di kota bahkan sampai ada pedagang dari luar kerajaan". Zhou Jiyu membaca buku bersampul kulit yang agak lusuh dan berdebu, saking lamanya tidak ada yang membacanya.
"Disini tertulis ada berbagai macam sekte dan asosiasi yang berdiri" Zhou Jiyu terus membaca dan membuka lembar demi lembar buku ditanganya.
Perpuskaan sangat hening hanya ada dia dan petugas perpustakaan yang tampak mengantuk duduk di kursi dan mennopang kepalanya ke meja.
"Hemmm ... untuk mempermudah pencarianku, aku akan menjadi dokter tingkat master dan bergabung di asosiasi pengobatan terbesar di kerajaan ini".
"Menjadi dokter tingkat master akan mudah membuaku lebih terkenal, dan mudah masuk ke sekte atau asosiasi manapun, dokter di dunia ini kebanyakan hanya di bawah tingkat master" gumam Zhou Jiyu sambil memikirkan langkah selanjutnya.
"Selanjutnya aku akan pergi ke kota Nandao, tapi sebelum pergi aku harus mendapat plakat alkemi dari Kota Nanking" Zhou Jiyu lalu pergi dari perpustakaan.
Zhou Jiyu pergi ke asosiasi alkemi yang ada di pusat kota Nanking.
"Berhenti, ini asosiasi alkemi Nanking ada apa Tuan muda kemari" tanya prajurit penjaga gerbang.
"Aku seorang dokter" Zhou Jiyu menunjukkan plakat identitasnya.
"Kedatanganku kemari untuk mengikuti ujian alkemi."
"Silahkan masuk Tuan Muda" Salah 1 prajurit lalu membimbing Jiyu ke salah satu rumah yang ada di sana, dan Prajurit itu membuka pintu.
Sebuah ruangan yang luas dan tampak sepi, hanya ada seorang lelaki tua berjubah coklat yang hampir tidak terlihat karna ruangan yang remang remang, jika bukan karna jengot putih pendeknya yang terlihat.
Laki laki paruh baya itu sedang menulis di dinding, ruangan itu terasa sangat hening sehingga goresan kuas dari laki laki itu bisa terdengar jelas.
"Bukankah aku sudah mengatakan untuk tidak mengganggu ku, apa intruksiku kurang jelas aku belum bisa bayar hutang" marah Laki laki itu, sambil terus menulis di dinding kayu.
"Tuan Hu, Tuan Muda ini ingin mengikuti ujian alkemi" prajurit itu tergagap sambil membungkuk, Jiyu yang mendengarnya mengerutkan kening.
Tuan Hu menoleh dan wajahnya seketika berubah menjadi cerah tidak lagi berkerut.
"Apa bener kamu ingin ujian alkemi Anak Muda" tanyanya antusias menghampiri mereka.
"Ya, aku ingin ujian alkemi" jawab Jiyu heran melihat perubahan ekpresi Tuan Hu.
"Akhirnya ada anak muda yang mau menjadi seorang alkemi" kata Tuan Hu.
"Tuan kenapa kamu sangat antusias, bukankah sudah biasa menjadi seorang alkemi" tanya Jiyu menuntaskan rasa penasaranya.
"Jaman sekarang jarang ada anak muda yang mau nenjadi alkemi atau penempa, mereka lebih suka menjadi petarung, bergabung ke sekte dan memburu monster. Kalaupun ada yang mendaftar bakatnya biasa saja" Tuan Hu menjelaskan dan menghela napas.
"Mereka tidak tau seorang alkemi dan pennempa sangat di butuhkan, itu sebabnya sekarang pil dan senjata tingkat tinggi sulit di dapat, aku harap bakat mu tidak mengecewakan Anak Muda".
"Kamu alkemi pemula atau sudah ada tingkat tertentu" tanya Tuan Hu, sambil meletakkan kuas di meja tengah ruangan.
Apa karna itu sebabnya ruangan ini sangat kosong dan tidak ada murid yang mengikuti ujian, tidak adanya pemasukan membuat Tuan Hu berhutang.
"Aku alkemi pemula bintang 5, dan mengikuti ujian untuk naik ke bintang 10, aku sudah belajar selama 2th untuk mengikuti ujian ini, kata Guru aku bisa mengikuti bintang 10" jawab Jiyu berbohong.
"Bagus sekarang buatlah pil Linyun tingkat merah, dengan kadar kemurnian 100%. Kalau kamu berbakat itu mudah untukmu" Tuan Hu memberi intruksi dan meletakkan semua bahan dan tungku pil di atas meja.
Pil Lingyun adalah pil obat batuk dan mudah di dapat, semakin bersinar pil itu semakin berhasiat.
Untuk tingkatan alkemi
1.Pemula bintang 1---10
2.Master bintang 1---10
3.Suci bintang 1---10
4.surgawi bintang 1---10
5.Raja bintang 1---10.
Tingkatan pil
1.putih
2.merah
3.hijau
4.biru
5.emas.
Jiyu menghampiri meja dan mulai memasukkan bahan pembuat Pil Lingyun ke dalam tungku, bahanya ada Daun Aprikot, kulit jambe, bunga panca warna, serta kulit manggis berdaun 1.
"Api biru magis keluarlah, murnikan" seru Jiyu sambil mengajungkan 2 jari kanan nya ke tungku, mendalami peranya yang seorang alkemi pemula.
"Tidak buruk api biru" Tuan Hu tertawa melihat api yang keluar dari dua jari tangan kanan Jiyu.
Lima menit berlalu tungku membuka tutupnya sendiri, dan pil merah bercahaya terbang keluar dari dalam tungku, Jiyu menangkapnya dan memperlihatkan pada Tuan Hu.
"Apa aku lulus" tanyanya,
"lulus kamu lulus" tertawa gembira, menyerahkan plakat alkemy pemula bintang 10.
"Anak muda kamu membuatku gembira jadi ujian ini gratis untukmu, masa depanmu masih panjang jarang ku lihat ada anak 13th yang sudah bisa membuat pil merah secara sempurna".
"Mana bisa begitu Tuan Hu, ini semoga bermanfaat untuk mu" Jiyu yang menyamar jadi anak berusia 13th memberikan sebuah pil tingkat hijau 1 botol penuh.
Tuan Hu membuka tutupnya dan terkejut, melihat Pil Laozi untuk penyakit jantung, tingkat hijau.
"I ... ini, dari mana kamu mendapatkanya,"
"Guruku seorang master alkemi bintang 10" Sebelum Tuan Hu bertanya lebih lanjut Jiyu segera pergi dari asosiasi alkemi meninggalkan Tuan Hu yang termangu.
Zhou Jiyu memutuskan untuk jalan jalan terlebih dahulu sebelum senja, di sepanjang jalan banyak orang berlalu lalang, kereta kuda lewati jananan dengan cepat, penjual menawarkan daganganya.
"Sate ... sate harimau murah meriah di belili di beli."
"Bakso ikan piranha, baru di goreng 2000."
"Bakso ikan piranha, baru di goreng 2000."
"Sayur sop tulang Naga di jamin kuat, dapat 1 tetap 1 tak ada gratisan."
"Satur sop tulang Naga di jamin kuat, dapat 1 tetap 1 tak ada gratisan."
"Awas kereda kuda lewat."
"Minggir."
"Minggir."
"Anak muda minggir kepenyet nanti jadi gorengan".
Begitulah suara riuh sepanjang jalan masalalu yang di lewati Jiyu.
Melihat lihat sambil beli cemilan dan puas, akhirnya Jiyu pergi ke tempat barang antik di jual.
Jiyu pergi ke utara dan masuk ke jalan kecil selebar 2m, memasuki beberapa toko tapi tidak ada yang menarik perhatianya, sampai tiba di depan sebuah toko yang terlihat berbeda dari yang lain dan kelihatan unik.
Jiyu masuk ke dalam toko dan melihat lihat.
"Adakah Tuan muda tertarik untuk membeli di toko kami?" kata pelayan perempuan itu ramah.
"Ini apa" tanya Jiyu menunjuk sebuah kaca mata berlensa 1 putih 1 hitam.
"Ah ... itu cocok untuk Tuan muda, kaca mata x ray anti intip,"
"lalu ini?" Jiyu menunjuk sembarangan benda yang ada di meja.
"Itu gelang sakti permen karet, di jamin anti setia, setiap tikungan ada".
"Atau Tuan Muda mau beli, jimat pemikat jangan setia"
"apa itu"tanya Jiyu penasaran pada selembar kertas kuning bertuliskan cina.
"jimat ini sangat ampun, Tuan tidak akan ketahuan kalau selingkuh" Jiyu yang mendengarnya melotot.
"Atau tuan bisa beli ini?" perempuan di toko itu menawargan daganganya dengan semangat dan menunjuk selendang merah muda.
"Selendang Kumala Joko Tarub anti tolak bala, sekali serang langsung ke KUA".
Toko ini bener antik, ternyata ada barang yang menarik. Seandainya di kota Langit juga menjualnya pasti laris sambil meringis, ketahuan bini jadi miris.
"Semua murah meriah, beli 1 tetep dapat 1".
Jiyu membeli beberapa barang yang dia angap menarik, dan dia kembali ke jalan utama yang di penuhi orang dan pergi ke pinginapan sederhana yang ada di pinggir kota Nanking dan jauh dari kebisingan kota.
Pagi hari Jiyu akhirnya pergi dari Kota Nanking sambil menunggang kuda hitam legam, untuk tidak menarik perhatian kalau berjalan.
Zhou Jiyu menunggang kuda dengan kecepatan sedang sambil melihat sekeliling, sebuah jalan tanah selebar 5m dengan kiri kanan hutan lebat, suara burung dan serangga bernyanyi di pagi hari serta aroma tanah basah sehabis hujan mengiringi perjalanan Jiyu ke kota Nandao.
"Di depan itu ada sebuah gua, Aku merasa ada hewan beas di sana, tapi energinya terasa samar." Kata Elang putih yang hinggap di pundak Jiyu. Elang itu yang mengikuti Jiyu dan sempat menghilang sesaat.
"Apa kita perlu memeriksanya" tanya Elang itu lagi.
"Ya, Aku ingin tau binatang macam apa yang ada di gua itu, kenapa sampai sekarang tidak ada yang menemukanya." Kata Jiyu tanpa membuka mulut karna mereka berkomunikasi lewat pikiran.
Jiyu lalu membelokkan kudanya memasuki hutan yang lebat, pohon pohon besar tampak menjulang tinggi ke langit dan semak belukar setinggi pinggang orang dewasa, hingga kuda sulit untuk maju kedepan.
Elang putih yang hinggap di pundak Jiyu terbang lebih dulu menuju kearah gua. Jiyu lalu melepaskan sedikit auranya dan semak belukar menyingkir membentuk sebuah jalan, sehingga kuda yang dia naiki dapat berjalan dengan mudah.
"Ada penghalang di pintu masuk dan sisa sihir ilusi menyebar di udara," kata Elang itu bertengger di atas pintu masuk gua.
Jiyu turun dari kuda dan mengepalkan tinjunya, menghancurkan penghalang dengan sekali serang.
"Ayo masuk Ergo" Elang putih bernama Ergo itu kembali hinggap di bahu Jiyu, mereka memasuki gua gelap dan lembap, semakin ke dalam gua semakin semit dan mengharuskan mereka menunduk.
Tanpa penerangan apapun Jiyu dapat melihat sekitarnya dengan mudah. Mereka terus masuk dan gua semakin menjorok masuk ke dalam bumi, udara juga semakin menipis, mempersulit mereka untuk masuk lebih dalam lagi.
"Ergo coba masuk dan periksa apa yang ada di dalam" perintah Jiyu, Elang itu langsung terbang masuk semakin ke dalam gua dengan mudah, sedangkan Jiyu menunggu karna dia sudah tidak bisa masuk ke dasar gua.
Beberapa menit berlalu dan Ergo kembali dengan 2 butir telur warna biru di cakarnya.
"Aku menemukan tulang burung di dalam bersama 2 telur ini, induknya sudah mati."
Ergo memberikan telurnya ke Jiyu.
"Ini telur ras burung phoenix biru, lebih langka dari phoenix merah bahkan di kota Langit sekalipun, burung ini hampir punah" kata Jiyu melihat telur itu.
Jiyu lalu meneteskan darahnya ke atas 2 telur itu, setelah menunggu selama 5 menit telur itu pecah dan 2 anak burung phoenix menetas.
"Untung dua telur itu cepat di temukan olehnu atau 2 telur itu akan menetes 500th lagi" kata Ergo.
Jiyu lalu membuat pentagram di lantai gua dan meletakkan 2 anak burung Phoniex itu di tengah pentagram, lalu menetaskan darahnya sekali lagi.
Tiga tetes darah jatuh ke pentagram dan serserap, lalu cahaya kabut memancar selama 1 menit lalu menghilang dan di lantai gua ada 2 ekor burung Phoenix dewasa berbulu biru serta yang 1 berjambul.
"Sepasang Phoniex jantan dan betina, ini lebih bagus dari perkiraanku" kata Jiyu.
2 burung Phoenix itu akhirnya Jiyu beri nama Aro dan Ace untuk betina, dan menyuruh mereka masuk ke dalam cincin semesta yang dia pakai di jari kirinya.
Akhirnya Jiyu dan Elang putih Ergo keluar gua sarang burung phonix sebelumnya dan mereka kembali melanjutkan perjalan ke kota Nandao.
Dalam perjalanan Jiyu melihat di depan ada rombongan kereta kuda, berbendera coklat bergambar bunga kelapa dan bertuliskan Asosiasi Alkemy Nandao.
"Berhenti" bentakan keras terdengar.
"Serahkan barang barang kalian" segerombolan orang berbaju hijau tiba tiba mengepung rombongan Asosiasi.
Mereka ada 25 orang bersenjata pedang, golok dan panah, tingkat kultivasi mereka rata rata ada di tingkat naga level akhir, kecuali 5 pemimpinya yang ada di tingkat bumi level menengah.
Sedangkan di pihak asosiasi hanya ada 15 prajurit tingkat naga akhir dan 1 yang ada di tngkat bumi level menengah, mereka hanya membawa prajurit biasa karna hutan Nanking ini lumayan aman dari perampok.
"Cepat serahkan barang barang kalian atau mati" bentak pemimpin rampok berwajah tampan dengan luka di pipi kiri yang menambah ketampananya.
"Siapa kalian kami asosiasi kota Nandao tidak takut dengan kalian" jawab pemimpin rombongan itu pura pura tidak takut dengan badan gemetar.
"Apa peduliku, kami Perampok gagah tidak takut dengan asosiasi kalian, serang mereka" mereka langsung menyerang dan mengeroyok.
Dalam sekejap 5 orang dari asosiasi tewas dengan leher terpenggel dan dada berlubang.
"Kamu tidak ingin menolong mereka" tanya Ergo yang melihat Jiyu hanya melihat mereka tanpa berniat menolong.
"Biarkan saja aku bukan pahlawan," kata Jiyu santai dan terkesan tidak peduli.
"Keras kepala akhirnya mati semua" kata pemimpin rampok gembira terlihat di wajahnya yang tampan,
"cepat ambil semuanya" perintahnya lagi.
"Bos di dalam kereta ada sepasang anak kembar mereka semua laki laki" kata anak buah perampok gagah yang membuka kereta kuda paling depan.
"Bagus bawa mereka ke markas dan segera hilangkan semua jejak" sebagian perampok itu mengangkut barang hasil rampasan, dan membawa serta kuda kuda itu dan sisanya mengumpulkan mayat pengawal dan kereta yang sudah kosong lalu membakarnya sampai menjadi abu.
"Mereka cerdas juga"Jiyu malah memuji.
"Kita ikuti mereka ergo" Jiyu lalu mengikuti mereka yang ternyata malah justru mengarah ke kota Nandao.
Jiyu terus mengikuti mereka dan dia semakin penasaran, perampok gagah akhirnya sampai di kota Nandao dan mereka bisa masuk ke kota dengan mudah lewat pintu gerbang bagian barat kota.
"Ergo cepat ikuti mereka dan bawalah cermin tiktok dan rekam aktifi****tas mereka" perintah jiyu dan mengalungkan cermin yang dapat merekam ke leher Ergo.
"Tuan muda apa tidak masalah kita membawa bocah kembar dari asosiasi alkemi kota ini, kenapa tidak kita bunuh saja" usul salah 1 angota Perampok Gagah.
"Justru ini keuntungan untuk kita, ayahku wali kota Nandao tapi kami selalu di tekan bangsawan Nan hanya karna dia memiliki asosiasi alkemy, sekarang keadaan akan berbalik" katanya sambil tertawa.
"Bagaimana hasil kita hari ini" tanyanya pada anak buahnya yang habis menghitung hasil jarahan hari itu.
"lebih banyak dari kemarin Tuan muda, apa rencana untuk kedepanya Tuan muda" tanya si rambut putih dan tidak kalah tampan dari ketuanya.
"Kita akan jual perempuan yang kita culik di pasar gelap dan harta yang kita dapat untuk membantu pemberontakan jendral jung".
Mereka terus membicarakan rencana mereka tanpa di sadari kalau ada burung elang yang bertengger di jendela dan sedang merekam mereka.
Ergo terbang kembali ke Jiyu yang ada di kamar penginapan dan dia melihat hasil vidio di cermin tiktok,
"jadi mereka perampok sekaligus pembrontak" kata Jiyu acuh,
"apa kita akan mengungkapkan semua ini" tanya Ergo penasaran.
"Aku bukan pahlawan, jadi biarkan saja itu bukan masalah kita" kata Jiyu tidak peduli sambil menguap lalu mandi dan pergi tidur.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!