NovelToon NovelToon

Pahitnya Cincin Di Jari Manis

Part 1

"Terimakasih ya sayang sudah membuktikan cinta mu kepadaku, dengan melamar ku di depan kedua orang tuaku dan semua orang." ucap Maura di samping tunangannya.

Maura yang mempunyai nama panjang Maura Geraldine, umur 25 tahun, baru saja selesai menempuh pendidikan kedokteran selama empat tahun di Universitas internasional di luar negri., hari ini adalah hari yang paling bahagia baginya, pasalnya Maura baru saja di lamar oleh laki-laki yang di kenalnya selama enam bulan yang lalu yaitu Panji Kristian yang lebih muda satu tahun darinya.

Maura begitu bahagia kala Panji membuktikan cintanya dan membuktikan ucapannya dengan melamar Maura setelah selesai kuliah, Panji adalah putra bungsu dari pemilik perusahaan batu bara di kota tersebut. Kini Panji pun masih ber status sebagai mahasiswa semester akhir, walaupun Panji masih mahasiswa ia tidak ragu untuk melamar sang pujaan hati dan rencana mereka berdua akan melangsungkan pernikahan satu tahun lagi setelah Panji menyelesaikan kuliahnya.

Sedangkan Maura adalah putri kedua dari dokter kecantikan yaitu Dokter Geraldine Masayu, sedangkan sang ayah adalah Dokter ahli bedah yang bernama Guntoro Biliar salah satu Dokter di sebuah rumah sakit besar di kota tersebut. Kehidupan Maura cukup mewah dan terjamin, hingga Maura pun mengikuti jejak sang ayah dan ibu yaitu menjadi Dokter kandungan.

"Sama-sama sayang, setelah lamaran ini kamu gak boleh ya main-main sama cowo lain, karena kamu sudah aku ikat." ucap Panji di sebelah Maura.

"Siap sayang." Maura yang tersenyum kepada Panji, dan Panji pun juga tersenyum balik ke arah Maura.

Maura terus saja menatap ke arah cincin yang begitu cantik melingkar di jemari manisnya, ia benar-benar begitu bahagia, bukan hanya Maura kedua belah pihak keluarga pun juga ikut bahagia setelah menyaksikan pertunangan Panji dan juga Maura.

Tidak hanya keluarga, Teman-teman Panji dan Maura pun juga ikut datang menyaksikan pertunangan mereka, acara pertunangan lancar tanpa halangan apapun, setelah acara pertunangan selesai para tamu pun di persilahkan untuk menikmati hidangan yang sudah di sediakan, kediaman Maura begitu sangat ramai, di penuhi dengan keluarga, kerabat serta teman-temanya.

"Ya udah sayang, aku nyamperin teman-teman aku dulu ya, kasian kalau mereka aku anggurin." ucap Panji kepada Muara.

"Iya sayang, aku juga akan menemui Tasya dan Mala temanku." ucap Maura.

Panji pun sudah beranjak berdiri dari kursinya dan mendekat ke arah teman laki-laki nya. Sedangkan Maura menemui teman masa kuliahnya sampai sekarang yang duduk tidak terlalu jauh darinya.

Namun saat Maura baru berjalan beberapa langkah tiba-tiba ponsel yang ia genggam bergetar.

"Dretttss.. Drettss...." seketika membuat Maura sedikit terkejut.

Maura pun seketika membuka ponselnya, ia mendapat pesan dari nomor yang tidak di kenal, yang bertuliskan"Kenapa kamu ambil Panji dari ku, kenapa kamu tega sekali, padahal aku sedang hamil anak Panji."

Saat Maura membaca pesan tersebut, Maura tidak mengindahkan nya, karena ini bukan pertama kalinya Maura mendapat pesan dari nomor yang tidak dikenal yang mengaku-ngaku menjadi pacar atau selingkuhan Panji, Maura sudah tidak lagi percaya dengan pesan-pesan tersebut. Maura sudah tidak heran karena banyak yang ingin menjadi pacar Panji bahkan banyak cewek yang sengaja mengirim pesan lewat media sosial kepada tunangannya.

Maura kembali melangkahkan kakinya menemui sang sahabat. "Hay Sya hay Mala." Sapa Maura.

"Hay Maura, selamat ya atas pertunangan kalian." sapa Tasya. sambil tersenyum karena bahagia melihat sahabatnya hampir sold out.

"Aaa.. makasih Tasya." Maura yang langsung memeluk sahabatnya.

"Gila kamu cantik banget Ra memakai baju itu, pas banget di badan seksi mu." puji Mala kala melihat Maura begitu cantik menggunakan kebaya berwarna merah muda dengan rambut di cemol ke atas.

"Thank you Mala." Maura yang juga memeluk tubuh Mala.

"Sama-sama cantik."

"Agnes kemana kok gak ikut sih? jahat banget padahal kan ini adalah hari bahagia sahabatnya." tanya Maura.

"Katanya mamanya lagi sakit, jadi gak bisa datang, lagi nungguin mamanya di rumah, bokap nya kan lagi dinas di luar kota, maklum dia anak tunggal." ucap Tasya.

"Emang dia gak kirim WA ke kamu?." tanya Mala.

"Kirim sih, tapi aku belum sempat membukanya" jawab Maura.

"Hihh.. seleb bener dah." ucap Mala sambil tersenyum.

Namun saat mereka saling bercanda tiba-tiba Agnes menelfon Maura. Maura yang mendapat telfon pun segera mengangkatnya.

"Yah baru di omongin ni anak langsung telfon." ucap Maura.

"Agnes kah?." tanya Tasya.

"Yes." jawab Maura.

"Ya udah angkat dulu sana, mungkin mau ngucapin selamat ke kamu." sahut Mala.

Maura pun sedikit menjauh dari keramaian untuk mengangkat telfon dari Agnes sahabatnya. "Hallo Ag." Maura yang yang sudah menjawab telfon.

"Hallo Ra, lebih baik kamu dan Panji batalkan pertunangan kalian." ucap Agnes di dalam telfon.

"Hah!." Maura yang terkejut dengan ucapan Agnes."Why, apa maksud kamu, kenapa kamu bilang seperti itu, seharusnya kamu beri ucapan selamat dong untukku bukan malah berkata seperti itu kepadaku." Maura yang sedikit kesal dengan ucapan Agnes.

"Bukan begitu Ag, Panji itu tidak baik untukmu, batalkan pertunangan kalian, atau kamu akan menyesal." ucap Agnes lagi.

"Apa-apaan sih Ag, aku dan Panji sudah resmi bertunangan, baru aja selesai."

"What! yang bener, astaga Maura, kamu sudah resmi bertunangan, berati aku telat memberi tahu mu."

"Kamu kenapa sih Ag, memang kenapa dengan Panji, apa ada masalah?."

Sebelum Agnes menjawab pertanyaan dari Maura, Tiba-tiba Maura di panggil oleh sang mama karena keluarga Panji akan segera pulang.

"Bentar ya Ag. mama memanggilku, nanti kita sambung lagi." ucap Maura.

"Maura bentar Maura......" sebelum Agnes melanjutkan ucapannya Maura sudah mematikan telefon terlebih dahulu.

Part 2

Setelah acara pertunangan selesai, dan keluarga Panji juga sudah pulang, Maura pun segera membersihkan diri di kamar, namun sebelum Maura mandi ia kembali teringat dengan ucapan Agnes sahabatnya, apa sebenarnya yang ingin Agnes ucapkan kepada dirinya. Maura begitu sangat penasaran dengan ucapan Agnes di telefon bahwa Panji tidak baik untuknya. Maura pun memutuskan untuk segera menghubungi Agnes kembali untuk mempertanyakan ucapan di telfon tadi.

"Sebaiknya aku telfon Agnes lagi." ucap Maura sambil mengetik nomor Agnes, dan tidak lama telefon pun tersambung.

"Tut.... Tut... Tut..." telefon sudah terhubung namun Agnes tak kunjung mengangkatnya, Maura kembali mencoba menghubungi Agnes namun lagi-lagi, Agnes tak kunjung mengangkat telfon darinya. Maura pun memutuskan untuk berhenti menelfon Agnes, pikirnya mungkin Agnes sedang sibuk menjaga ibunya yang sedang sakit di rumah. dan tidak sempat pegang HP.

Maura pun akhirnya meletakkan ponsel di atas meja. dan melanjutkan untuk membersihkan diri, ia harus tidur cepat malam ini, karena besuk harus berangkat bekerja. Tidak lama hanya 15 menit Maura pun segera merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan segera memejamkan mata, Maura tidak mau memikirkan hal-hal yang tidak penting, karena hari ini adalah hari bahagianya bersama Panji.

**""

Keesokan harinya Maura bangun begitu pagi, setelah sarapan ia buru-buru berangkat bekerja, pagi ini rumah seperti biasa tampak begitu sepi, karena penghuni rumah sibuk dengan rutinitasnya masing-masing, Maura sudah tidak heran lagi jika rumahnya tampak seperti rumah kosong karena sang ayah dan ibu selalu pergi pagi-pagi sekali untuk berangkat bekerja, sedangkan sang kakak yang bernama Dinda Geraldine sedang berada di luar kota untuk menghadiri pernikahan temannya.

"Mama berangkat dengan siapa bik? apa dengan papa? ." tanya Maura kepada bik Lili yaitu ART nya yang sedang menyapu di depan rumah.

"Sepertinya tadi nyonya berangkat tidak dengan tuan besar Guntoro non, tadi ada mobil berwarna hitam menjemput nyonya di depan gerbang depan." jawab bik Lili.

Maura yang mendengar jawaban dari ART nya pun sedikit berfikir. siapa yang menjemput mamanya? apakah mobil hitam itu teman mamanya. Saat Maura terdiam di depan pintu tiba-tiba ponselnya berdering, ia mendapat telfon dari rekan sesama dokter di rumah sakit, dan rekannya bilang bahwa ada yang akan melahirkan.

Maura pun dengan cepat segera berangkat ke rumah sakit menggunakan mobilnya sendiri, bahkan Maura juga melajukan mobilnya tanpa seorang sopir pribadi. Dalam perjalanan Maura benar-benar fokus melajukan mobilnya sesekali menatap pada ponsel kenapa pagi ini Panji tidak menghubunginya.

Sesampainya di rumah sakit, Maura berjalan begitu cepat, Lagi-lagi ponselnya berdering berada di dalam saku jas putih nya. Maura pun segera mengangkat telfon dari Agnes temannya.

"Hallo Ag."

"Maaf Ra, tadi malam aku sedang sibuk, jadi tidak mengangkat telfon mu." ucap Agnes di dalam telfon.

"Iya Ag tidak apa-apa."

"Apa kita bisa bertemu Ra ada hal penting yang akan aku ceritakan kepadamu." ucap Agnes lagi.

"Maaf, sepertinya aku tidak bisa, karena jadwal ku hari ini sangat padat, banyak pasien yang harus aku tangani." Maura yang terus berjalan menuju ke ruangan persalinan.

"Cuman sebentar Ra, kita bertemu di cafe depan rumah sakit tempat mu bekerja, ini sangat penting, menyangkut Panji."

"Tidak bisa Ag, lain kali saja ya, aku benar-benar sangat sibuk, maaf ya." Maura yang langsung mematikan telefon begitu saja.

Maura pun sudah masuk ke dalam ruangan persalinan, dan siap-siap untuk menangani ibu yang akan melahirkan, setelah hampir satu jam akhirnya bayi pun telah lahir dengan selamat dan lengkap, dan Maura pun akhirnya bisa bernafas dengan lega, akhirnya bisa melayani masyarakat dengan penuh tanggung jawab.

Hari ini Maura begitu sangat sibuk, terus keluar masuk ruang persalinan untuk membantu para ibu hamil yang akan melahirkan, jadwal Maura begitu padat, sebab Maura adalah Dokter muda yang memiliki banyak prestasi, tidak heran jika jasanya selalu di butuhkan.

Saat Maura sedang ber istirahat di ruangannya setelah bekerja seharian, ia baru sempat melihat ponselnya, saat melihat ponsel, ia melihat ternyata Panji juga belum menghubunginya. Maura pun mencoba untuk menelfon nya. Namun saat Maura telfon, nomor Panji sedang tidak aktif. Namun Maura tidak ber pikiran apa-apa. Mungkin saja, Panji sedang ada kelas, jadi tidak sempat membuka ponselnya.

.

.

.

Yang mampir jangan lupa. like ya kakak-kakak❤biar Author semangat up nya.

Part 3

Sore ini, Tasya, Mala, dan Agnes akan berkumpul bersama, mereka ber tiga memutuskan untuk berkumpul di sebuah Cafe. Mala lebih dulu tiba di Cafe Mutiara, lalu di susul oleh Tasya yang juga baru tiba di Cafe tersebut. Mala dan Tasya sudah cukup lama menunggu Agnes yang tak kunjung datang.

"Agnes mana sih kok lama banget, katanya di suruh datang tepat waktu, tapi dianya sendiri yang molor." ucap Tasya yang sudah mulai bete karena menunggu Agnes.

"Iya.. sebenarnya apa sih yang ingin di katakan sih Agnes kepada kita, kayaknya penting banget." sahut Mala.

"Katanya tentang Panji tunangan Maura?." jawab Tasya sambil menikmati jus Jeruk.

"Panji?." Mala yang terkejut menatap Tasya yang ada di sampingnya.

"Iya." jawab Tasya lagi.

Yang di tunggu-tungga Tasya dan Mala pun akhirnya datang juga, yaitu Agnes. Agnes berlari-lari masuk ke dalam Cafe sambil menenteng tas kerjanya.

"Tuh anaknya udah dateng." ucap Tasya sambil menatap ke arah Agnes yang masih berlari menuju ke arah mereka berdua.

Agnes yang nafasnya tersenggal-senggal karena lari langsung duduk di depan kedua temannya. "Maaf telat." ucap Agnes.

"Dari mana aja jam segini baru datang, dan mana Maura?." tanya Mala sambil menatap luar Cafe.

"Maura gak bisa kumpul hari ini, karena jadwal nya sangat padat, banyak pasien yang harus ia tangani." jawab Agnes dengan nafas yang belum beraturan.

"Hihh si bu dokter sok sibuk." ucap Tasya sambil tersenyum.

"Jadi kamu mau cerita apa Ag sama kita, emang sebegitu pentingnya sampai kita di suruh kumpul." Mala yang semakin penasaran dengan cerita Agnes.

"Sebenarnya aku hanya ingin cerita dengan Maura saja, karena menurutku ini adalah aib keluarga Maura." jelas Agnes.

Tasya dan Mala yang mendengar ucapan Agnes semakin bingung dan penasaran. "Emng keluarganya Maura kenapa sih, ada apa, kayanya mereka baik-baik saja, secara kan tahu sendiri keluarga Maura itu adalah orang kaya." ucap Tasya.

"Udah deh langsung ke intinya aja, jangan berbelit-belit aku udah penasaran nih." sahut Mala yang sudah tidak sabar.

"Jadi gini, satu bulan yang lalu, waktu aku nganterin bokap aku ke bandara, aku tuh gak sengaja melihat Panji bersama dengan nyonya Geraldine." Agnes yang mulai bercerita.

"Terus?." Mala dengan raut wajah serius.

"Tapi yang anehnya kenapa dia hanya berdua saja." lanjut Agnes.

Mala dan Tasya yang mendengar cerita Agnes pun seketika tertawa. "Hahaha ya elah Ag, namanya juga calon mantu sama calon mertua, ya gak heran lah kalau mereka berdua dekat, kamu aneh-aneh aja." Tasya yang terus tertawa.

"Iya nih.. lo gimana sih, namanya juga Panji sama calon mertuanya, mungkin saat itu Panji lagi nganterin tante Geraldine mau pergi ke luar kota, secara dia kan dokter kecantikan, pasti sibuk lah. sahut Mala juga.

"Tadinya aku juga berfikir seperti itu Sya.. La.. tapi gak cuman sekali itu aku melihat tante Geraldine dan Panji pergi bersama, waktu itu saat aku ke supermarket nemenin mamaku, aku juga melihat mereka berdua belanja bareng, cuman mereka berdua, dan lebih parahnya, beberapa minggu yang lalu, saat aku menghadiri acara keponakanku, waktu aku gak bisa kumpul sama kalian karena ada acara di hotel, aku melihat Panji dan tante Geraldine baru saja keluar dari sebuah kamar hotel, mereka keluar secara bersamaan dari kamar yang sama, apa itu tidak aneh." lanjut Agnes yang bercerita dengan begitu serius.

"Masa sih, ya mungkin waktu itu keluarga Maura dan keluarga Panji sedang liburan bersama di hotel." Mala yang belum percaya dengan ucapan Agnes.

"Kalau di pikir ya gais, mana ada calon menantu dan calon mertua sekamar, apa kamu lupa Maura pernah bercerita bahwa orang tua Maura itu sangat sibuk, hingga mereka tidak sempat berlibur bersama, bahkan Maura nya saja sibuk banget sampe gak pernah bisa kumpul bareng kita, lagi pula kita juga ada Grup WA.. pasti kalau Maura berlibur sama keluarganya akan konfirmasi sama kita, atau pamer lah.. biasanya kan gitu, kalau dia pergi sama Panji berdua aja selalu cerita sama kita, ini engga kan?."

Tasya dan Mala yang tadinya tidak percaya dengan ucapan Agnes kini mulai sedikit percaya, memang yang di bicarakan Agnes itu benar, Maura selalu sibuk dengan profesinya sebagai dokter kandungan, dan jarang berlibur, bahkan untuk kumpul sama teman-teman nya saja bisa di hitung cuman beberapa kali.

"Iya juga ya.. kok aneh ya?." Tasya yang sedikit berfikir.

"Dan yang paling mengganggu pikiran ku adalah, kenapa setiap aku bertemu dengan mereka, mereka hanya berdua saja, kemana Maura, kemana om Guntoro, dan kemana kak Dinda.. seharusnya jika mereka dekat ya paling engga minimal ada Maura lah, apa kalian gak merasa aneh?." lanjut Agnes.

Mala dan Tasya yang tadinya terus membantah cerita Agnes seketika diam, memang aneh jika Panji hanya pergi dengan nyonya Geraldine saja. Apa lagi keluar kamar hanya berdua saja.

"Apa kamu akan menceritakan semua ini kepada Maura?." tanya Mala kepada Agnes.

"Memang dia akan percaya?." sahut Tasya.

"Percaya atau tidak yang jelas, kita tidak akan mampu untuk menceritakan semua ini kepada Maura, apa kalian tega?." Tasya yang tiba-tiba merasa bersalah.

"Lalu kita harus bagaimana? apa kita harus diam saja, sedangkan ada yang aneh dengan tunangan serta mama dari sahabat kita sendiri." Agnes yang seketika juga bingung.

"Apa kita lebih baik diam saja, Pura-pura tidak tahu, biar Maura yang tahu sendiri seperti apa Panji dan juga mamanya, lagi pula kan semua itu belum tentu benar, yang melihat kan hanya baru Agnes, jadi aku takut kalau nanti hanya menjadi fitnah." ucap Tasya.

"Berarti kita juga tega dong menyembunyikan sesuatu dari Maura, dan membiarkan Maura menjalin hubungan dengan laki-laki yang tidak benar jika itu semua benar kalau mereka berdua ada hubungan, kita sama saja menyembunyikan rahasia itu di belakang Maura, padahal kita tahu." ucap Agnes yang tidak setuju dengan ucapan Tanya.

"Ya udah gini aja.. kita cari tahu dulu, dan cari bukti dulu, kalau memang benar Panji dan tante Geraldine ada hubungan, kalau kita udah dapet bukti, baru kita nunjukin dan cerita ke pada Maura, bagaimana apa kalian setuju?." Mala yang memberikan solusi.

"Baiklah.. kita buktikan dulu ucapan Agnes itu benar apa salah, kalau memang benar baru kita bilang sama Maura bahwa Panji tidak baik untuknya." Tasya yang setuju dengan pendapat Mala.

"Iya aku juga setuju, tapi jangan lama-lama gais.. aku kasihan dengan Maura, jangan sampai dia terlanjur menikah dengan si Panji." sahut Agnes.

"Iya benar.. tapi gak nyangka sih kalau memang benar Panji menjalin hubungan dengan tante Geraldine, itu kan calon mertuanya sendiri, gila apa." Mala yang seketika marah.

"Iya.. ya ngga heran sih, tante Geraldine juga cantik sih, masih kaya perawan walaupun udah beranak dua, Maura dan kak Dinda aja malah seperti adiknya bukan anaknya." ucap Tasya.

"Tapi ya engga mertuanya juga kali Sya yang di embat." Mala yang sedikit melirik ke arah Tasya.

"Hehehe." Tanya yang hanya tertawa kecil.

.

.

.

Apakah mereka ber tiga akan berpetualang untuk membuktikan perselingkuhan Panji, tunggu terus kelanjutannya..

Jangan lupa untuk like ya ❤

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!