Nun, Disebuah rumah sederhana berbilik Kayu rimba dengan serutan kasar.
seorang gadis sedang membelah kayu dengan pisau untuk memasak dibagian belakang rumah.
Gadis yang tampak cantik dengan kulitnya yang halus itu berwajah oval agak lonjong.
beralis tebal dan rapi bagai celak tangan dewa.
berhidung mancung dengan bibir merahnya yang penuh.
memakai daster berlengan pendek.
rambut panjangnya diikat memakai karet gelang.
seorang wanita setengah baya memasukkan helaian daun pandan ke periuk besar terbuat dari Aluminium tebal, setelah direbus lalu dijemur diterik matahari dan siap diolah menjadi bakal tikar pandan.
"La, Yang sudah diangkat dari periuk, Langsung diangkat kepenjemuran depan, Nak," Perintah wanita yang setengah tua itu ternyata Ibunya si Gadis.
Gadis itu dengan patuh membawa beberapa ikat daun pandan yang siap direbus itu kearah depan.
masih berasap dan terasa wangi sampai kehidungnya.
"Kak Lara, yuk kita mencari siput kesungai," Ajak beberapa orang gadis remaja yang melintas dari depan rumah.
"Kak, Lara gak bisa pergi siang ini Na, Kk harus membantu Emak," Jawab Lara ramah.
Biasanya mereka mencari siput disungai yang berair dangkal dan tenang sedikit berlumpur.
Tempat para siput itu berkumpul.
siput hitam sepanjang lima sentimeter itu bisa diolah menjadi lauk disiang hari.
sangat nikmat dengan kuah pedas.
Jika siputnya banyak maka sebagian dijual, kepada penduduk disekitar kampung yang mau membeli.
Dan uangnya akan dibelikan minyak goreng atau gula pasir.
Kehidupan yang tak ramah bagi Lara adalah hal yang biasa.
Diusianya yang sudah menginjak angka 30 an tak menjadikan dirinya merasa tua.
Dia tetap terlihat bagai gadis berusia dua puluhan.
teman teman sebayanya yang telah menimang anak anaknya, Lara masih betah dengan kehidupannya yang bersahaja.
Pengalaman Ibunya dimasa lalu membuatnya takut untuk menerima pinangan dari para keluarga pemuda dari kampung sebelah dan bahkan lamaran dari penduduk kampung ini.
Diantaranya Tarman, Putra kepala desa yang jadi Idol kampung. Mati matian mendapatkan cinta sang perawan desa.
Namun hasilnya selalu nihil.
Cinta ditolak, Fitnah bertindak.
Tarman menuduh Lara memiliki pelet perekat sukma dan ajian mencabut Cinta.
Lara tak bergeming.
Dia memang sudah cantik sejak lahir.
Rambut hitamnya yang tebal dan mengkilat hitam lurus memanjang bagai sutra nan lembut.
pipinya yang merona tak berubah sampai kini.
Bibirnya yang penuh berisi berwarna kemerah merahan dengan lesung pipi yang berdekik membuat mata lelaki blingsatan.
Ditambah bodynya yang aduhai.
Tubuh kuning langsat langsing berisi bak gitar Spanyol. Dengan Dua gundukan besar didadanya membuat mata lelaki matapun pasti tergoda.
Bahkan Juragan Belut didesa sebelah menaksir harga mahar Lara dengan 7 ekor kerbau yang gemuk gemuk.
Dan itupun ditolak mentah mentah oleh Lara.
Mengapa lara bersikap demikian?
Kisah kelam Ibu Warsini sang Emak menorehkan luka dalam dihati Lara.
Pak Karyo Ayah Lara merantau kekota dan akhirnya menikah dengan seorang penjual nasi uduk yang bahenol bernama Ibu Nana.
Ibu Warsini yang tengah mengandung tak berdaya menyaksikan sang suami yang menikah lagi dikota.
Langsung minta cerai dan melahirkan Lara disa'at senja hari menjelang, sepulang mencari siput.
sejak sa'at itulah Nama Lara dibuat Lara Senja.
Dan Ibu Warsini selalu bercerita tentang pengkhianatan sang Ayah dengan berurai airmata.
membuat Lara menjadi paranoid.
Dan makhluk yang bernama Pria adalah momok menakutkan Bagi Lara.Setamat SMA Lara hanya berdiam dirumah.
Menemani Sang Ibu yang.mencari nafkah dengan membuat tikar pandan.
Dianyam menjadi tikar atau tempat nasi pergi keladang.
Yang dibawa hampir kesetiap pekan yang diadakan seminggu sekali diDesa sebelah.
Berbekal biaya hasil pinjaman sang Ibu.
Lara tiba dikota yang ramai pada sa'at matahari masih bersinar.
Suasana kota yang ramai membuatnya merasa tak nyaman.
Namun matanya melihat jauh kedepan dengan penuh harapan, Berkali kali nasehat sang Ibu terngiang ditelinganya.
"Harga diri itu lebih penting dari uang yang bisa saja mencelakakan diri sendiri, karena melupakan harga diri kita," Ucapnya.
Lara sebagai gadis dewasa yang terbiasa hidup didesa merasa tidak perlu mengorbankan harga diri.
karena uang dan hidup mewah tak akan bisa membiusnya kedalam kubangan dosa.
Dia terbiasa makan dengan sedikit garam dipiringnya.
dan terbiasa memakai pakaian yang telah bertambal disana sini dibadannya.
Jika mau mengorbankan harga dirinya mungkin sudah bisa hidup layaknya istri Lurah yang makmur dan memiliki perhiasan yang banyak. Sehungga Ibunya tak perlu bersusah payah merebus dan mengolah daun pandan berduri sebagai mata pencaharian mereka berdua.
"Mbak, Mau turun dimana?" kondektur itu membuyarkan fikiran Lara yang sedang melamun.
"Simpang II, Jl.Bandang 5," Balasnya sedikit kaget.
Kondektur Bis itu mengangguk mengerti.
"Turunnya diperempatan jalan didepan ya Mbak?" Katanya. Sambil memasukkan uang lembar lima ribuan itu ke Tasnya.
Dan lima menit kemudian Larapun turun bersama para penumpang yang satu arah dengannya.
Sambil menapak dijalan yang berdebu diantara para manusia dan kendaraan yang berlalu lalang, Lara mendengar teriakan dari Pom bensin tempat temannya Aini menunggu kedatangan Lara yang baru tiba. Berdiri diseberang jalan dengan kepala tertutup helm diatas motornya yang mendekat kearah Lara.
"Lara! Bagaimana keadaanmu diperjalanan?" Tanyanya mendekat dan memeluk Lara penuh kerinduan.
Lara tersenyum dengan penuh haru.
"Baik baik saja, Cuma krpalaku terasa pusing sedikit," Balasnya sambil membalas pelukan temannya itu.
Lara menatap Aini terkesima dan takjub.
Aini terlihat berbeda sekarang, Dia semakin cantik dan make up tebalnya terlihat menyolok.
"Ayo La, Kita kekost tempat tinggalku," Ajaknya dengan ramah.
Lara naik keboncengan dan merekapun meluncur pelrlahan menuju rumah kost kostan Aini.
Rumah itu adalah rumah petak tanpa kamar.
sehelai kasur yang mulai lusuh terhampar dengan seprei tipis.
dan merangkap tempat tamu dan ruang dapur kecil berisi beberapa peralatan masak sederhana.
"Lara, Beristirahatlah dahulu. Kamu kecapaian kan? aku akan menyiapkan makanan dulu," Saran Aini menuju dapur sambil bernyanyi nyanyi kecil.
Lara melihat sekelilingnya.
...Rasa capek yang menyerangnya begitu hebat dan tak sadar telah menutup matanya menghempaskan semua lelah yang didapatnya dari perjalanan yang memakan waktu hampir 20 jam....
...***...
Aini mematut Lara didepan cermin sambil berputar putar mematut diri sejak tadi.
seolah merasa ada yang kurang pada make up nya yang memukai menor.
baju karet berbahan tipis itu membalut tubuh sintalnya yang bahenol.
lipstick merah cabe yang menyala itu tampak meriah dan berkilau disa'at Aini berbicara.
Dengan bedak tebal entah berapa lapis menutup bekas jerawat yang menghitam menjadi seputih tepung.
Mereka mulai bergerak dari kost kecil digang sempit dan terlihat kumuh itu.
Lara hanya mengenakan terusan berbahan lembut berbunga bunga kecil berwarna lila.
wajah dan bibirnya dipoles seadanya.
Mengenakan sepatu teplek tipis tanpa tumit.
Dengan ragu naik keboncengan belakang Aini.
Dan motor Aini yang bercat kusam dan mulai tua itu membelah jalanan kota yang gemerlap.
Disisi kiri kanan jalanan tampak lampu lampu yang menyinari kesegenap penjuru.
begitu benderang dan kerlip yang indah.
sangat berbeda dari suasana desanya.
Yang sunyi sepi bermusik jangkrik malam.
diterangi pelita berbahan minyak tanah diatas kendil yang kerlap kerlip samar dan meliuk liuk dihembus angin malam.
"Ayo kita turun Lara," Ajaknya ramah.
Lara turun dan melangkah masuk memegang tangan Aini, Dan merasa ketakutan dan salah tingkah tatkala berpuluh puluh pasang mata lelaki yang menatap kehadirannya dengan tajam.
"Aini, Mengapa mereka menatapku seperti itu?" Tanyanya dengan tangan gemetar, mirip tatapan Tarman yang penuh nafsu sa'at melihatnya dimanapun berjumpa. Dan Aini selalu mengelak daru suatu pertemuan dengan lelaki itu dan lelaki lainnya.
"Karena kau sangat cantik dan....Sexy!" Sahut Aini sambil tersenyum senang. Bercampur genit.
Aini merasa tak enak dengan suasana seperti ini.
"Aku tak mau bekerja disini, Aini, Bolehkan aku dusuk saja dibangku dekat taman sana? sampai menunggu pulang? Besok Aku akan mulai mencari pekerjaan yang cocok," Mohonnya hampir menangis.
Dia tak merasa aman.
"Oh boleh saja, Lara! Janganlah bersedih, Aku hanya mengenalkan pekerjaanku Padamu, Jika kau merasa tertarik kau boleh bekerja disini.
Tapi jika tak tertarik juga tak apa apa," Kata Aini tersenyum tulus. sambil membelai wajah Lara.
Dan mengisyaratkan agar duduk dibangku yang ada ditaman kota dekat kelokasi tempat dia bekerja.
Sebagai pramusaji minuman dan makanan kecil di Cafe Biru ini.
Pelan pelan Lara melangkah ringan sambil menunduk , Dia benar benar jengah dengan tatapan beberapa orang pria yang masih lekat menatapnya.
Baru saja dia meletakkan pantatnya dikursi kayu taman yang temaram dipinggir jalan itu seseorang telah menyapanya dengan suara berat dan parau.
"Kau sangat Cantik Nona," Sapa suara itu.
Lara kaget dan menggeser duduknya dengan cepat.
matanya awas menatap sekeliling.
beberapa orang yan berlalu lalang tak memperdulikan ketakutannya.
Dua orang lelaki lain muncul duduk mendekatinya.
sambil mengendus ngendus nakal kearah Lara duduk.
Lara gemetar.
keringat dingin mulai mengeruak dari keningnya.
"Oh..Pergi! Aku tak mengenal kalian!" Usirnya spontan dengan panik.
"Makanya kita kenalan dulu Neng, Jangan sok jual mahal dong! Kita mau kok temenan," Kata pria itu sengau,Salah satunya yang berdiri disisi bangku taman menatap kearah dada Lara sambil menjilat bibirnya sendiri.
Lara semakin panik dan hendak bangkit ketika salah seorang dari mereka menarik lengannya membuat Lara terjatuh kepangkuan temannya yang bertubuh ceking.
"Tolong, Tolong aku!" Mohon Lara pada seorang pemuda remaja yang sedang memperbaiki kaca spion motornya yang keren agak dekat dengan taman.
Anak itu cuma diam sambil memiringkan wajahnya dari balik helm yang besar bertuliskan logo Balap dunia.
Dengan sekali sentakan keras Lara terbebas dari tangan pemabuk yang sedang fly tersebut.
Lara menghambur kearah pemuda yang hanya diam tak mau menolongnya itu.
Pemuda itu sibuk menatap kebenda yang didepannya sambil melihat dengan teliti apakah letak kaca itu sudah benar atau masih kurang kekiri.
"Mas, Tolong saya, Mereka mengganggu saya," Mohonnya sambil mrnangis mengguncang guncang lengan anak muda yang lagi fokus pada objek yang lain.
Dengan wajah horror pemuda berhelm itu menatap kearah tiga pemuda penganggu tersebut.
"Hentikan gangguan cecungguk itu ,Ben! Aku tak suka diganggu sa'at Zacho terluka begini! Perempuan malam ini bisa merusak konsentrasiku" Ucapnya pelan namun mengerikan.
sehingga Pemabuk gila yang dipanggil Ben itu mundur bersama kedua temannya.
Lara membungkukkan kepalanya berulang kali sambil mengucapkan terima kasih.
Prmuda itu hanya diam, tak menggubrisnya walau sedikit.
Lara terkesiap sa'at pemuda itu membuka helm besar penutup kepalanya yang berambut agak gondrong.
Tampan, Dingin dan menakutkan.
Tubuh Tinggi itu melewati Lara yang menatapnya dengan terima kasih yang tak terbalas.
Lalu melihat sekilas kearah Lara dengan malas dan dengan tatapan jijik dan menghina.
"Kau bisa memakai ponselmu untuk memulai pekerjaanmu, Dan melayani mereka dihotel jangan dipinggir jalan dan berpura pura takut. Mengganggu saja! Perempuan menyebalkan!" Desisnya dengan marah.
Dan deru Motor bagus dan besar besar itu berkeliling didekat pemuda kejam itu.
"Boss, Apa spionmu masih utuh? , Jika belum Ayo kita buat rusak wajah rivalmu yang dungu itu," Kata anak anak muda yang sebaya dengan pemuda itu sambil tertawa tawa.
Dan seorang remaja cantik memeluknya pemuda didekat Lara dari belakang dengan mesra.
"Hai Zac, Apa kau tak merindukanku?" Tanyanya sambil mencium pipi si Pemuda yang dipanggil Zac.
pemuda itu hanya diam.
Naik kemotornya dan meletakkan kaki ke sadel motor.
derum motornya meraung raung.
Gadis itu dengan cepat naik keboncengan dan memeluk tubuh sipemuda dari belakang dengan erat.
Dan motor itupun menderum menjauhi Lara meninggalkan Angin dan debu halus kewajah Lara
"Kau terlalu memanjakan Anak setan itu Ambar! Apa dia sudah gila? Meniduri calon kakak Iparnya sendiri," Suara laki laki yang terdengar menggelegar memenuhi seisi rumah besar itu.
"Gadis itu yang menggoda Zac! Jadi kau tak bisa menyalahkan anak kita, Glory mencintai Devon dan merayu adik lelaki tunangannya yang masih anak ingusan, Zac! Dan kau menyalahkan Zac? Dia masih hijau Hasril! ini tidak adil bagi Zac." Balas seorang perempuan tak mau kalah.
"Masih Ingusan katamu??? Bolos berminggu minggu dari sekolah dan pergi Hiking dengan pasangan lawan jenis dan terkadang pulang dalam keadaan mabuk, Melawan Aku! Ayahnya sendiri, dan sekarang meniduri wanita yang notabenenya adalah Tunangan Kakak laki lakinya. Lalu itu yang kau sebut masih hijau Ambar? Kau adalah seorang Ibu yang tidak becus mengurus anak. Kau menyembunyikan kelemahanmu dalam ketidakmampuanmu mendidiknya. Dan kau menyembunyikan segudang kenakalan Zac , Akibat dari didiikanmu yang salah.!" Katanya masih dengan nada tinggi.
"Glory yang menyeret Zac keranjangnya! Wanita itu memanfa'atkan keluguan Putra kita, Kau jangan terus menyalahkan Aku Hasril!!!" Pekiknya tak mau kalah.
"Samirah! Katakan pada Pak Hasril apa yang telah terjadi antara Glory dan Zac! Samirah melihat dengan mata kepalanya sendiri," Sambung wanita iyang bernama Ambar itu.
Dengan sontak Lelaki berpostur tinggi besar itu melirik kearah bar mini yang ada disudut Atrium rumah yang luas itu.
"Benar semua seperti yang dikatakan oleh Ibu Ambar Samirah?" Tanya Pak Hasril menatap salah satu asisten rumah tangga yang terlihat ketakutan itu.
wanita berusia sekitar 25 tahun itu mengangguk dengan gemetar.
"I.i.iya Pak, Irah melihat Nona Glory setiap kemari selalu pergi kekamar Tuan Zac , Memeluk dan mencium Tuan Zac sa'at lagi tidur, Mereka lupa.menutup pintu kamarnya dan Irah melihat semuanya,Pak," Terang Samirah kepada Pak Hasril dengan suara pelan dan terbata bata.
Hasril hanya mendesah panjang,
Tangannya merogoh saku kemeja depan mengambil Ponselnya yang berdering nyaring.
"Iya, Edu! Saya akan segera datang, silakan menghubungi sekretaris saya untuk menyusun Jadwal rapat dan rancangan susunan kerangka topik yang akan dibahas dalam rapat nanti," Perintahnya kepada Bawahannya yang bernama Edu.
dengan suara tenang dan berwibawa sa'at berbicara.
Sementara Samirah dengan cepat undur diri pada Ibu Ambar yang kini sedang mengutak atik ponselnya.
Mungkin membaca beberapa informasi penting tentang bisnis penjualan Berliannya atau Bisnis desain bentuk Grafis pada motif Batik yang akan diluncurkan Minggu ini.
Samirah menarik nafas panjang setelah berada diluar ruangan luas yang membuat dadanya sempit itu.
Tak ada kedamaian dirumah ini.
Suami istri itu benar benar membuatnya dan asisten rumah tangga lain pusing.
Setiap ada pertemuan keluarga selalu dimulai dengan pertengkaran dan saling menyalahkan satu sama lain.
Padahal mereka berdua salah dengan cara mendidik anak anak mereka.
Devon yang introvert dan penurut.
Zachary yang liar dan pembangkang.
Tak ada yang mampu mengendalikan anak berusia 17 tahun lebih itu.
Tak ingin berpapasan atau berurusan dengan anak nakal itu, Pembuat masalah dan kontra dengan fihak yang sering berhubungan dengannya.
Kejam dan kasar.
Zachary pernah membunuh kucing kesayangan Devon yang dianggapnya mengganggu.
Atau melempar vas bunga yang dianggapnya tidak indah dan tidak sesuai dengan warna kesukaannya.
merokok dan membuang puntung rokoknya sesuka hatinya.
Dan membawa sepatu ketsnya yang berlumpur kesemua ruangan yang dilewatinya.
Berkata kasar hampir disetiap ucapan.
Termasuk hampir tiap malam pulang dalam keadaan babak belur karena perkelahian.
Terkadang mabuk dan membuat keributan sa'at Clubbing dengan teman temannya.
Hampir tak ada hal baik dalam dirinya selain seraut wajah tampan yang membingkai wajahnya.
Berpostur tinggi jangkung dan berisi melebihi anak remaja seusianya.
Para Asisten dan koki lebih suka Zac tidak makan diruang dapur mereka.
Karena ada saja yang membuatnya mengomel dan marah marah dengan makanan yang tidak cocok dilidahnya.
Padahal tidak ada yang salah dengan masakan para koki dan penataan meja.
Yang salah adalah lidah dan penglihatannya yang tidak sempurna.
Samirah terjengit sa'at Ibu Ambar memanggilnya.
"Iya Bu," Katanya dengan takzim setibanya didepan sang Nyonya rumah yang selalu berpenampilan cantik diusianya yang menginjak angka 50 an.
"Carilah seorang pengurus wanita yang sanggup mengurus Zachary. Penyabar, lembut dan mampu mengambil hati Zachary,"
Kini wanita itu duduk dan melipat kakinya yang putih ramping itu, Tampak anggun dan berwibawa.
Samirah yang berdiri didepannya dengan jormat itu mengangguk menerima keterangan dari majikannya.
"Kali ini Ibu akan pergi agak lama, Ibu akan launching ke Jogya dan kemudian ke Bali, Mungkin Ibu pulang agak lama, seprei dan keperluan Zac yang berada didalam kamarnya pasti tak akan ada yang berani menyentuhnya, oleh karena itu Ibu membutuhkan sesorang yang dapat membantu Ibu dalam mengurus keperluan Zac, Carilah seseorang dari kau kenal untuk bekerja disini, mudah mudahan bisa diterima Zac walau kemungkinan itu sulit,Dan satu lagi Ibu akan membayarnya lebih" Jelas Ibu Ambar pelan sambil menatap Samirah dan berharap.
"Iya Bu, Akan Irah coba mencarinya," Katanya setengah yakin.
"Baiklah, Kembalilah bekerja dengan urusanmu, Ibu akan mulai mengecek keberangkatan Ibu," Kata wanita itu bangkit dari duduknya.
Samirah teringat dengan penghuni baru dirumah petak yang ditempatinya, Lara.
Gadis desa yang cantik dan lembut itu mungkin bisa diajak bekerja disini.
Bukankah semalam Lara yang baru dikenalnya itu sedang mencari pekrjaan untuk membantu Ibunya dikampung?
Samirah akan mengabarkannya tentang pekerjaan ini untuknya.
"Kamu punya seseorang untuk bekerja sebagai pengurus Zac, Irah?" Tanya Ratih.Dia juru masak dirumah ini.
Berlatar belakang pendidikan Sarjana Tata Boga yang Handal.
Cantik ,Rapi, cerdas dan terpelajar.
Bu Ambar dan Pak Hasril menggaji dengan sangat besar untuk bekerja dirumahnya.
Mungkin melebiji gaji pegawai Negeri.
Dan hal itu semua tidak menjadikan Zac menyukai masakannya, Zac selalu meminta Ibunya yang memasak untuknya.
Atau dia akan menyuruh Samirah memasak Mie instant goreng kesukaannya.
Dan sedikit saja salah dilidahnya maka piring berisi makanan itu akan melayang kelantai.
Samirah mengangguk pelan, merasa ragu.
"Wanita?" Tanya Ratih lagi penasaran
"Iya, Tih," Sahut Samirah.
"Aku juga punya seorang teman Sarjana Psikologi dan Perkembangan anak. Pasti mau bekerja disini dengan gaji yang sangat besar itu, Tapi setelah kupikir pikir lebih baik jangan, Aku tak ingin temanku jadi samsak tinju tangan Zac yang keras, atau menjadi Trampolin yang dipijak dan ditendang, jika melakukan kesalahan yang sedikit," ujarnya dengan pelan takut terdengar Ibu Ambar yang sedang menelepon temannya.
Samirah mendelik ngeri, teringat beberapa bulan lalu seorang wanita muda yang mengganti seprei Zac, Dan anak muda itu mencekik wanita muda itu dengan pitingan keras dan menendangnya keluar dari kamarnya.
Dan Pengasuh itu langsung meminta keluar dari pekerjaannya. hari itu juga.
Lapor polisi?
siapa yang mau berurusan dengan orang kaya seperti Pak Hasril dan Ibu Ambar yang jelas jelas membela anaknya.
Dengan masalah kecil itu melapor kepihak berwajib sama seperti meludah keatas.
akan mengenai wajah sendiri.
Paling juga Pak Hasril dan Bu Ambar akan memberi sejumlah uang untuk pengobatan.
Lagipula Majikannya adalah orang baik,Dan selalu loyal terhadap pekerja dirumah mereka, sedangkan pembawa masalah pembuat Toxic itu adalah Zac seorang.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!