NovelToon NovelToon

Terpenjara Pernikahan Berbeda

Mendapatkan hukuman mati

BHUG ...!

BHUG ...!

BRAK ...!

Dor, dor, dor ...

Timah panas itu bersarang di tubuh lima orang yang merupakan satu keluarga angkat bagi pria muda plontos tersebut ...

"Bangsat kau! Lepaskan aku!" teriak Carlos. Pria bertubuh tegap itu kembali meringis kesakitan di lantai rumah besar yang telah bersimbah darah.

Landong, pria paruh baya yang tengah menghisap cerutu mahal itu langsung berkata, "Bawa dia! Tenggelamkan pria brengsek ini, karena aku tidak ingin memiliki menantu seperti dia!"

Dengan cepat Landong melemparkan satu kantong plastik, berisikan pil laknat untuk menjebloskan Carlos kedalam penjara.

Carlos mendecih, "Ciih ... Aku akan membalas semua pembuatan mu tua bangka! Kau bunuh keluarga ku, tapi kau fitnah aku brengsek!!" teriaknya dengan wajah mengeras, dengan urat kepala yang terlihat mengeras dari raut wajahnya.

Pria paruh baya itu hanya tertawa kecil mendengar celotehan yang keluar dari bibir pria muda berusia 25 tahun tersebut.

.

Empat bulan sebelum persidangan ...

Kretek ...!

"Aaaa! Ba-ba-baik Pak, ba-ba-baik, ta-ta-tapi jangan cabut kuku ku! Aku mengakui nya!" teriaknya dengan deraian air mata, ketika tang penjepit itu menerobos kedua kuku kaki nya untuk segera terlepas dari sarangnya ...

Dapat dibayangkan betapa tersiksanya Carlos saat menjalani pemeriksaan, hingga putusan akhir menjalani persidangan yang hanya rekayasa.

Tok tok tok ...

Palu hakim ketua berbunyi lantang di ruang persidangan, ketika memberikan satu putusan akhir setelah delapan bulan kemudian untuk Carlos.

"Hakim memutuskan, mengingat dan menimbang, atas semua kesalahan yang telah di lakukan oleh Carlos Tevez, yang kini berusia 25 tahun. Dijatuhkan hukuman mati atas kepemilikan 40.000 butir pil ekstasi, serta pembunuhan berencana, yang telah ia lakukan secara sadar! Hukuman mati akan dilaksanakan setelah Saudara Carlos Tevez menjalani hukuman di sel yang terletak di La Costra selama lima tahun!"

Mendengar putusan akhir mahkamah agung Carlos tidak ada pilihan. Hatinya semakin terasa sangat sakit, atas fitnah yang dituduhkan padanya saat itu.

Air mata mengalir deras, karena tidak ada satu orangpun yang mampu memberikan perlindungan hukum padanya, termasuk pengacara yang sudah ia bayar untuk melakukan pembelaan.

"Hukum seperti apa ini. Apa yang harus aku lakukan. Kenapa Landong tega menyakiti aku. Bahkan memfitnah aku ...!" tangisnya di ruang sidang setelah putusan akhir pengadilan.

Hukuman mati, hukuman yang sangat di takuti oleh para narapidana, jika tidak melakukan kesalahan yang di tuduhkan padanya.

"Tuhan, apa yang harus aku lakukan ...!" teriaknya dalam hati, saat akan di bawa meninggalkan ruang sidang menuju rumah tahanan.

Carlos Tevez, pria bertubuh tegap, juga kaku, telah kehilangan satu keluarga angkatnya. Hanya karena satu kesalahan, telah menghamili sang kekasih Latisa yang masih berusia 17 tahun, merupakan putri kesayangan dari Landong.

Pria paruh baya, yang merupakan orang terpandang, dan ditakuti di kalangan mafia kelas kakap di Kota San Moreno, membutakan mata hatinya atas ancaman yang selama ini ia lontarkan kepada Carlos, akan tetapi tak pernah di indahkan oleh pria muda tersebut.

Carlos menatap penuh dendam pada Landong, kembali berteriak keras sambil berkata, "Aku akan membalas mu, laki-laki brengsek! Kau akan mendapatkan hukuman yang setimpal atas fitnah keji yang telah kau lakukan pada ku!!!"

Landong hanya bertepuk tangan, dan meletakkan tangan di dadanya, sambil membungkuk sebagai penghormatan terakhir kepada pria yang sangat ia benci tersebut.

"Selamat menikmati keindahan di dalam penjara anak brengsek! Karena sampai kapanpun, aku tidak ingin menikahkan anak gadis ku, pada pria seperti mu ...!" tawanya menyeringai kecil, dengan tatapan mata penuh kepuasan atas apa yang telah ia lakukan selama persidangan.

Ketika langkah kaki Carlos akan menaiki tangga mobil tahanan, seketika terdengar suara teriakan dari gadis yang sangat ia cintai ...

"Carlos, aku sangat mencintaimu! Jangan pernah lupakan aku, aku akan mengunjungi mu!!"

Latisa di gendong selayaknya karung beras, oleh salah satu pengawal yang berotot besi, untuk membawa anak majikan mereka, menuju mobil yang telah menunggu sejak tadi di depan gedung kantor pengadilan.

Tidak ada keadilan, tidak ada yang dapat di lakukan oleh Carlos saat ini. Dia di fitnah, atas perbuatan yang tidak ia lakukan. Butuh waktu yang panjang dia harus menerima kenyataan, dan hantaman untuk mengakui semua kesalahan yang tidak ia lakukan, sehingga akhirnya dia harus mengakui dihadapan penyidik ketika ...

Sehingga satu keputusan, membuat Carlos harus menerima walaupun hati dan akal pikirannya terus menolak atas tuntutan dan hukuman yang harus dijalani. Akan tetapi, berjuang demi mendapatkan keadilan dalam kurun waktu yang tersisa selama lima tahun, bukan hal yang mudah.

"Aku harus melakukan sesuatu ..."

.

Teng teng teng ...!

Kembali terdengar lonceng rumah tahanan telah berbunyi, sebagai tanda bahwa makan siang untuk para narapidana yang berada di dalamnya.

"Makan!!!" terdengar teriak sipir penjara memberikan perintah.

Sudah lebih tiga bulan Carlos menjalani kehidupan sehari-harinya di dalam penjara, seketika ...

Carlos bertanya, pada salah satu sipir wanita yang mengenakan pakaian tertutup, "Maaf ... Apakah saya bisa meminta makan siang yang lebih layak?"

Gadis yang menggunakan jilbab berwarna hitam, dengan pakaian dinas tertutup, namun sopan itu langsung mendelik tajam menatap kearah Carlos.

Gadis bernama Erika itu menjawab pertanyaan Carlos, dengan pertanyaan, "Maaf! A-a-a-apa maksud mu? Bukankah makanan kalian seperti ini setiap harinya?"

Carlos yang masih mengenakan rantai di pergelangan tangannya hanya mendengus dingin, kemudian menjawab dengan enteng ...

"Aku ini mendapatkan hukuman mati Nona! Kenapa tidak ada etikat baik dari pihak kalian, untuk memberikan makanan yang sehat dan lezat sebelum kematian ku!!" hardiknya dengan tatapan tajam.

Erika menelan ludahnya berkali-kali, ia menoleh kearah lain, untuk mencari perlindungan, karena merasa sedikit ketakutan pada pria kejam yang baru masuk beberapa bulan lalu.

Erika bertanya pada salah satu sipir yang menjadi rekan kerjanya, "Si-siapa dia? Apa masalah pria ini? Kenapa dia mendapatkan hukuman mati? Aku lihat wajahnya tidak seperti narapidana lainnya. Apakah ada kesalahan?"

Carlos yang masih kesal dengan dua petugas wanita tersebut kembali berteriak lantang, "Hei! Aku bicara padamu! Bisakah kau memberikan aku makanan yang lebih bergizi dari pada muntah kucing ini!"

Erika menelan ludahnya, dia menganggukkan kepala, bergegas menuju dapur umum, memberi perintah kepada salah satu petugas yang berada di sana ...

"Tolong berikan makanan untuk pria plontos yang masih berdiri itu," tunjuknya kearah luar.

Salah satu petugas mengangguk patuh, "Baik Bu. Dia itu Carlos Tevez kan? Yang baru masuk dan mendapatkan hukuman mati lima tahun lagi?"

Erika menautkan kedua alisnya, kembali meyakinkan penjelasan yang diucapkan oleh petugas dapur padanya ...

"Apakah Ibu yakin? Dia dikenakan hukuman mati? Apa masalahnya? Bukankah wajahnya sedikit tampan, walau bengis?"

Wanita paruh baya itu menggeleng, "Katanya, tidak ada satu orangpun yang percaya kepada-nya. Saya juga melihat dia sangat tampan. Ya ... Semoga saja, ada yang mau menolongnya. Bagaimanapun wajahnya menunjukkan bahwa dia anak baik, tapi mungkin ada sesuatu, yang kita tidak tahu ..."

Erika terdiam, dia masih menatap kearah Carlos, masih berdiri di tempat yang sama, sambil menunggu makanan untuk pria gagah tersebut.

Erika bergumam dalam hati, "Aku akan mencoba membahas masalah pria ini bersama Daddy. Apa masalah pria ini sesungguhnya, karena Daddy menangani narapidana hukuman mati ..."

Aku akan menikahi mu!

Suasana penjara masih di sibukkan dengan berbagai kegiatan para narapidana. Setelah makan siang dengan makanan yang rasanya tidak mungkin lolos hingga di tenggorokan, membuat Carlos meminta keringanan soal makanan.

Sungguh tidaklah mudah, bagi Carlos harus menghabiskan masa mudanya di dalam tahanan, sementara kasus yang ia terima hanya sebatas rekayasa.

Erika yang melihat sosok pria itu masih berdiri sendiri di pembatas pagar, sambil memegang cangkul dengan tangan yang masih dirantai, membuat gadis muslimah itu mendatangi Carlos ...

"Ha-hai ..." sapanya hanya sekedar basa-basi.

Carlos mendecih, "Ciih, lebih baik kau pergi dari hadapan ku, sebelum aku menancapkan cangkul ini ke kepalamu, Nona!"

Erika terdiam tak bergeming, wajah cantik itu hanya bisa tersenyum lirih mendengar ucapan seperti itu. Ia melemparkan satu handuk kecil pada Carlos, agar membersihkan wajah dari keringat yang mengucur deras.

Perlahan Erika membuka bibirnya untuk kembali bersuara, "Bisakah kita berbincang sedikit? Karena ada beberapa hal yang ingin aku bicarakan."

Carlos mengalihkan pandangannya kearah narapidana lainnya, melihat sekeliling, untuk memastikan apa yang tengah di rencanakan oleh gadis muda tersebut, kemudian menjawab pertanyaan dengan pertanyaan dan raut wajah yang acuh, "Apakah aku melakukan kesalahan?"

Dengan cepat Erika mengangkat kedua tangannya, mengisyaratkan bahwa ia hanya ingin berbincang selayaknya seorang teman. Bukan menghakimi atau menyakiti pria muda tersebut.

Akan tetapi, Carlos langsung meraih tubuh wanita itu, langsung mendekap gadis berhijab itu dari belakang, sebagai ancaman kepada sipir penjara lainnya, yang langsung berlari mendekati mereka berdua ...

"Hei! Apa yang kau lakukan! Lepaskan dia!" teriak salah satu sipir yang bertugas.

Dengan cepat Carlos mengedipkan sebelah matanya, mengarahkan rantai itu kepada leher Erika, agar segera melepaskan rantai sialan itu yang sudah tiga bulan mengikat kebebasan tangannya ...

"Aku akan melepaskan dia, jika kalian melepaskan rantai jahanam ini dari pergelangan tangan ku! Aku bukan maling! Aku di fitnah! Tapi tidak seorangpun yang percaya kepada ku!" teriaknya lantang.

Erika yang merasakan lehernya semakin terjerat oleh rantai yang terbuat dari besi tersebut, hanya bisa mencari kelemahan pada Carlos dengan melirik sedikit kebelakang, seketika ...

Dengan cepat Erika meraih lengan Carlos yang kekar, membalikkan tubuh tegap pria itu dengan kemampuan bela diri yang ia miliki ...

BRAK ...!

Tubuh Carlos terjerembab di tanah, membuat ricuh narapidana lainnya, yang langsung memukuli para sipir yang berada didalamnya.

BHUG ...!

BHUG ...!

Secepatnya Erika duduk diatas tubuh Carlos, menghujami pukulan-pukulan keras di wajahnya.

"Aku berbicara baik pada mu laki-laki sialan! Tapi kau malah ingin melukai aku! Terima ini!" geramnya.

BHUG ...!

BHUG ...!

Carlos hanya pasrah, menatap wajah cantik Erika, yang ternyata sangat berbahaya dari pikirannya. Ditambah, ia tidak ingin beradu otot dengan seorang wanita.

Dengan nafas terengah-engah yang menderu, bahkan masih terasa sangat sesak. Mereka berdua hanya terdiam saling menantang, namun Erika enggan untuk beranjak ataupun melepaskan kungkungan nya dari tubuh Carlos.

Carlos mendecih, menatap kearah langit yang sangat terik memancarkan sinarnya, "Apa yang kau inginkan dari ku! Aku merupakan orang yang tidak bisa berbuat apa-apa saat ini. Sudah tiga bulan aku berada di sini, tapi tak satu orangpun yang datang menjenguk ku! Malah kalian membuat ku seperti anjing yang terikat dalam kebebasan untuk bergerak!" sesalnya dengan rahang semakin mengeras.

Tanpa pikir panjang, Erika beranjak dari tubuh Carlos, menarik tubuh pria itu untuk berdiri, seperti tanpa beban, bahkan tak mengatakan bahwa pria itu memiliki tubuh yang sangat berat.

Semua mata tertuju pada mereka berdua, ada yang di hajar habis-habisan oleh sipir yang merasa kesal telah melakukan penyerangan pada mereka, ada juga yang hanya menyaksikan kedua insan tersebut.

"Bawa dia keruangan ku!" perintah Erika pada dua orang sipir yang memiliki bobot tubuh lebih tegap dari gadis tangguh itu.

Tak menunggu lama, mereka tiba di ruangan Erika, dengan pengawasan ketat, terhadap Carlos yang masih berada dalam penanganan khusus.

BRAK ...!

Dua orang sipir itu mendudukkan Carlos di kursi yang berada dihadapan Erika dengan paksa, tanpa mau mendengar teriakkan pria plontos tersebut.

"Sial! Kalian memperlakukan aku seperti binatang! Aku akan membalas perbuatan kalian!" hardiknya tidak terima.

Erika hanya menggelengkan kepalanya, meminta kepada para kedua sipir itu untuk segera meninggalkan ruangannya.

"Tinggalkan aku!"

Dengan sangat terpaksa Erika harus mengobati luka yang ada di wajah Carlos, tanpa harus di minta. Tidak ada kata maaf yang keluar dari bibir gadis itu, karena kali ini dia harus membantu pria itu.

"Apa yang kau lakukan sehingga mendapatkan hukuman mati? Kenapa kau tidak melakukan banding atau apalah untuk membantu mu. Kau bisa membayar satu orang pengacara untuk mengurus meringankan legalitas penahanan mu!" jelasnya dengan nada lembut.

Carlos hanya menyunggingkan senyuman tipisnya, sambil berkata, "Kenapa tidak kau yang melakukannya untuk ku! Maka aku akan melakukan apapun untuk mu, Nona!"

Erika menggeleng perlahan, "Tidak mungkin aku melakukannya, karena itu bukan tugas ku, Tuan Carlos Tevez!"

Carlos menautkan kedua alisnya, "Why? Bukankah kita bisa menikmati kehidupan bersama di dalam penjara ini? Tanpa perasaan takut ataupun berdosa. Aku sudah tidak ada harapan! Semua keluarga ku telah mati di bunuh oleh para mafia itu! Apa ada kata adil untuk ku, Nona! Bahkan tak satu orangpun yang mampu membela ku. Padahal, aku sudah membacakan semua pembelaan diri ku, tapi apa! Apa yang aku terima! Hukum terus berjalan dan aku hanya memiliki waktu lima tahun menghirup udara di sini. Setelah itu, EKSEKUSI MATI!!!" 

Erika terdiam, ada segelintir perasaan yang berbeda saat ia mendengar penuturan dari Carlos. Perlahan dia melepaskan tangannya dari wajah Carlos, dan mengambil gunting untuk memotong plaster di pelipis pemuda tersebut.

"Augh ..." ringisnya saat Erika memotong tanpa sengaja menoreh luka yang lain di sudut matanya.

Sontak Erika sedikit kaget, dan langsung mengusap lembut pelipis pria tersebut ... "Ma-ma-maafkan aku. Aku tidak sengaja!"

Seketika ruangan Erika sedikit hening, karena dia mencari beberapa file tentang Carlos Tevez yang dimintanya kepada rekan sipir lainnya.

Berkali-kali Erika, menautkan kedua alisnya. Tidak sekali dua kali ia membaca artikel pembunuhan berencana yang Carlos lakukan satu tahun silam.

Kening gadis itu mengerenyit masam, kembali menoleh kearah Carlos yang duduk dihadapannya, dan kembali bertanya ...

"Apa yang bisa kau katakan pada pengacara ku, jika dia bisa membantu meringankan hukuman mu!"

Carlos mendecih angkuh, hanya menjawab, "Lakukan saja, maka aku akan menikahi mu! Tapi aku tidak akan mengikuti keyakinan mu, Nona!"

Pernyataan Carlos yang menohok, bahkan sangat jelas terdengar di telinga Erika, membuat dia tersedak sehingga terbatuk-batuk ...

"Apa kau gila akan menikah dengan ku? Aku tidak ingin menikah dengan narapidana seperti mu, apalagi di dalam penjara seperti ini. Di tambah lagi, kita sangat berbeda! Aku tidak mencintai mu, bahkan aku tidak mengenal siapa kamu!" tegasnya.

Carlos hanya tertawa sinis, kembali berkata, "Aku juga tidak memiliki perasaan apa-apa padamu, Nona. Tapi karena aku tidak bisa membalas semua kebaikan mu, yang ingin membantu ku. Makanya hanya pernikahan yang dapat aku tawarkan! Aku tidak memiliki uang, ataupun harta di luar sana. Makanya aku katakan pada mu, lakukan sesuatu untuk ku, maka aku akan melakukan apapun pada mu, Nona!"

Erika memberikan tangan kanannya, untuk menyalami Carlos, sebagai tanda kesepakatan mereka berdua di setujui ...

"Baik! Aku terima tantangan mu. Tapi kita menikah hanya di dalam penjara, tidak terjadi apa-apa jika kau bebas suatu hari nanti ..."

Carlos hanya tertawa mengejek, "Lakukan saja, karena aku sudah tidak mau berharap dengan semua drama yang di ciptakan oleh pria tua bangka bernama Landong! Kau cari saja keberadaan dia, maka dia akan memberi informasi tentang kepalsuan! Seharusnya, dia yang kalian bunuh, bukan aku!!!"  

Mengawasi ...

Setelah cukup lama mereka berdua berbincang tentang semua permasalahan yang tengah dihadapi oleh Carlos, Erika justru membuka rantai besi itu dari pergelangan tangan pria plontos tersebut.

Erika tak sengaja, beradu tatap dengan Carlos, dan langsung menundukkan pandangannya. Entah mengapa jantung gadis itu, sedikit berdetak lebih kencang, karena mereka hanya berdua saja di dalam ruangan yang cukup pengap tersebut.

Sedikit menjauhkan tubuhnya dari Carlos, Erika kembali bertanya, "Hmm bagaimana dengan 40.000 butir pil laknat itu? Apakah kau merupakan salah satu mafia di luar sana?" 

Carlos hanya bisa menarik nafas dalam-dalam, jika mengingat semua kejadian itu.

"Hmm aku tidak pernah menyentuh apapun untuk semua hal-hal yang sangat membahayakan bagi tubuh ku! Tapi saat test urine dan darah, semua dinyatakan positif. Aku lelah Nona, aku sangat lelah dalam menghadapi semua persidangan yang tidak pernah ada habisnya dalam memojokkan aku. Aku lebih memilih untuk mengikuti semua permainan tua bangka itu, karena dia memang sengaja merekayasa semua kejadian. Aku harap, izinkan aku keluar dari sini dua minggu saja, untuk membalaskan dendam ku, Nona!"

Mendengar permohonan Carlos, Erika terdiam. Bagaimana mungkin gadis itu akan membantu pria plontos tersebut, untuk keluar dari rumah tahanan La Costra.

Perlahan Erika menggelengkan kepalanya, "Ti-ti-tidak, aku tidak mungkin melakukannya! Karena ini semua akan mengancam karir juga keluarga ku, yang menjadi orang pemerintahan San Moreno!"

Carlos mendecih menatap tajam kearah Erika, kemudian berkata, "Jadi mengapa kau ingin mengetahui apa kasus ku? Jika kau tidak bisa membantu ku! Lebih baik kau pergi, dan jangan pernah menemui aku! Ternyata kau sama saja dengan orang lain diluar sana, tidak ada yang percaya pada ku! Brengsek! Lebih baik kau masukkan aku kedalam penjara buangan yang ada di Amerika sana! Daripada aku harus membusuk di sini! Bahkan tidak ada seorangpun yang bisa mempercayai aku, Nona Sholehah!" sesalnya.

Erika terdiam, perlahan ia mengusap dadanya. Kini tidak ada pilihan, hari ini ia harus menemui pengacara keluarganya.

.

Benar saja, disaat malam menjelang. Di kediaman Bagnaya, Erika tengah berdebat panjang dengan sang ayah, yang merupakan hakim ketua yang memberi keputusan kepada Carlos tiga bulan yang lalu.

"Apa yang Daddy lakukan? Kenapa Daddy memutuskan orang yang tidak bersalah!" tegasnya pada Bagnaya.

Bagnaya terdiam, rahangnya mengeras, menatap nanar iris mata putri kesayangannya, Erika, "Apa maksudmu, Nak?"

Erika menggeleng, menjelaskan dengan nada lantang, "Daddy ingat Carlos Tevez? Pria muda yang Daddy jatuhkan hukuman mati, atas pembunuhan dan kepemilikan narkotika kelas dua? Ini enggak adil, Dad! Carlos tidak bersalah, tapi Daddy memberikan satu keputusan yang salah pada pemuda itu! Apa yang Daddy lakukan, apakah Daddy lupa pada sumpah pekerjaan kita? Kenapa Daddy melanggarnya!!"

"Erika! Ini semua harus Daddy lakukan, dan pemuda itu memang bersalah! Dia telah mengakui kesalahannya! Kamu kenapa malah memperdebatkan dia? Apa urusan dia dengan kita!" hardiknya pada Erika.

Erika menggeleng sebagai isyarat tidak setuju, "Berapa euro yang dijanjikan Landong kepada Daddy? Apa yang akan Daddy lakukan, jika Tuhan yang mengadili Daddy. Daddy salah, Daddy telah menghukum orang yang tidak bersalah. Aku kecewa sama Daddy, karena semua tuduhan itu tidak masuk akal. Bahkan di penjara, Carlos sangat baik! Dan dia bukan pelaku pembunuhan pada Keluarga Herald! Maaf Dad! Aku salah telah menganggap bahwa Daddy orang yang jujur dalam memutuskan sesuatu! Ternyata Daddy justru percaya dengan semua ucapan Landong! Aku kecewa sama Daddy! Sungguh kecewa!"

Hutang ... Ya, hanya karena hutang Herald pada Landong, membuat pria paruh baya itu menghabisi satu keluarga angkat Carlos tersebut, tanpa perasaan bersalah ataupun berdosa.

Lendong membentak Herald malam itu, membuat Ayah angkat dari Carlos Tevez bergidik ngeri, "Bayar hutang mu, Herald!" 

Herald membalikkan badannya, menjawab pertanyaan dengan pertanyaan dengan menantang kedua bola mata Landong yang kembali menatap kearahnya, "Hutang!? Bukankah kita telah menukarnya, dengan kerja sama!?"

Dengan cepat Landong menepis ucapan Herald, "Cih, apakah dengan kerja sama, kau membiarkan anak angkat mu ini tidur dengan putri ku! Kau tahu, Latisa itu masih belia, dan tidak mungkin akan menikah dengan Carlos yang tak memiliki pekerjaan apapun! Dia hanya sebagai asisten mu dalam penyeludupan! Tidak memiliki harta, atau kekayaan untuk membahagiakan putri kesayangan ku! Kau tahu itu, Herald!!"

Entah mengapa kemarahan Herald seakan-akan meledak, karena penghinaan yang dilakukan pria tersebut, membuat di benar-benar melayangkan satu bogeman mentah ke wajah Landong ...

BHUG ...!

"Jaga ucapan kau, Landong! Aku tidak pernah ingin mendengar mu menghina anak-anak ku!" bentaknya.

Landong yang mendapatkan pukulan dari Herald kala itu, mendecih, kemudian membalaskan sakit hatinya dengan menghajar pria berusia 45 tahun tersebut.

Entahlah, malam itupun Carlos harus menerima kenyataan bahwa dirinya tidak mampu berbuat apa-apa, setelah pria paruh baya itu menoleh kearahnya, yang di tahan oleh dua pengawal berotot besi.

Sehingga tubuh Carlos tidak mampu untuk bertahan, setelah menerima pukulan tepat di ulu hatinya.

Landong berkata, "Jangan pernah kau berharap akan menikah dengan Latisa, karena dia putri kesayangan ku, laki-laki bodoh!" Ia menoleh kearah dua pengawalnya, kemudian memberikan perintah, "Lakukan sesuai perintah ku! Cepat!"

Tanpa menunggu lama, senjata api yang memiliki ukuran kecil dan tidak mengeluarkan suara itu, langsung menghujami timah panas di tubuh keluarga angkat Carlos. Tanpa perasaan kasihan sedikitpun, setelah mengikat ketiga anak, dan istri dari Herald di hadapan Carlos. 

Air mata mengalir deras, membasahi wajahnya, membuat Carlos berteriak lantang, karena melihat anak bungsu Herald langsung meninggal bersimbah darah, dalam pangkuan sang Mama.

Berkali-kali Carlos berusaha, melepaskan diri, namun Landong tidak memberikan celah sedikitpun untuk melepaskan pria muda tersebut, karena perasaan bencinya terhadap pria yang telah menghamili putrinya tersebut.

Landong tertawa kecil, melihat Carlos yang terus mencaci-maki dirinya, seketika ...

"Kau tahu dengan siapa, kau berurusan anak muda! Kau tidak lebih dari seorang pecundang yang mengambil keuntungan dari kelemahan seorang wanita!" ucapnya sarkastik, sebelum senjata api itu ia alihkan ke tangan Carlos.

Pukulan yang bertubi-tubi harus Carlos terima, membuat dia hanya bisa pasrah menerima kenyataan yang sangat menyakitkan di malam tragis itu.

Bergegas Erika beranjak dari ruang keluarga, meninggalkan Bagnaya terdiam seorang diri. Bagaimana mungkin, putri kesayangannya akan mengetahui semua tentang keputusan yang dia lakukan beberapa waktu lalu.

"Erika! Erika, Daddy berjanji akan membantu Carlos Tevez untuk melaporkan ke mahkamah lebih tinggi!"

"Aagh! Aku tidak peduli lagi, Dad!! Yang pasti aku akan melakukan sendiri dengan cara ku!" tegasnya dengan membanting pintu kamar.

BRAK ...!

Bagnaya tersentak, mendengar bantingan pintu dari kamar Erika. Lagi-lagi ia hanya bisa menahan rasa sakit yang teramat sangat, karena terjebak dalam memutuskan satu keputusan, yang telah menjebaknya.

"Sial! Apa yang harus aku lakukan? Jika aku membantu pemuda itu, maka akan berdampak pada keselamatan ku, juga Erika ..." sesalnya, meremas kuat kepalanya.

Sementara Erika masih terus mencari informasi tentang Landong, yang ternyata mafia kelas atas di kota kecil itu. Dia menelan ludahnya, saat melihat wajah Latisa yang merupakan putri satu-satunya dari pria paruh baya tersebut.

"Hmm, ternyata pria ini termasuk orang terkaya di Italia. Pantas saja, tidak ada yang berani melawannya. Tapi mengapa dia justru memusuhi Carlos ...? Apa yang telah di lakukan pria itu pada Keluarga Landong? Apakah Landong juga hmm ..."

Dengan cepat tangannya mengetik nama Herald famili yang ternyata memiliki dua putri dan satu putra berusia lima tahun.

Kedua bola mata Erika membulat seketika, saat melihat dengan jelas kematian Keluarga Herald yang terjadi dini hari waktu San Moreno.

"Ya Tuhan, aku turut berduka cita, atas kematian keluarga ini secara tragis. Tapi Carlos Tevez dinyatakan sebagai pelakunya ..."

Kedua tangan Erika, menutup rapat mulutnya, kemudian mencari keberadaan site plan penjara La Costra tempat ia bekerja.

"Hmm, ini bisa untuk membantu pria itu keluar masuk dari penjara. Dan aku akan mengawasinya ...!"

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!