Perusahaan 'Omerooft
Disebuah ruang kerja CEO yang sangat luas terlihat dua orang pria tampan berbeda generasi tengah sibuk dengan pekerjaannya masing- masing.
Pria yang satu fokus pada berkas-berkasnya adalah William Abayomer CEO sekaligus pemilik perusahaan omerooft, pria dengan guratan guratan halus diwajahnya namun tidak menghilangkan wibawa dan ketampanannya.
Dan pria yang satunya lagi sedang berkutat santai didepan laptopnya, pria yg terlihat msih sangat muda atau lebih tepatnya remaja laki laki.
"Done!" seru remaja laki- laki sambil menyunggingkan bibirnya lalu mengarahkan laptopnya ke arah William.
William mengecek pekerjaan yang ia berikan kemudian menggeleng gelengkan kepalanya bukan karna remaja itu salah, tapi karna remaja itu menyelesaikannya dengan waktu yang terbilang sangat singkat padahal pekerjaan yang ia berikan terbilang sulit.
"Kau memang selalu bisa diandalkan! semakin hari kemampuanmu semakin bertambah...."
"Pekerjaan ini sangat mudah! Apa tidak ada pekerjaan yang sedikit sulit untukku? Bukankah sudah waktunya aku untuk mengambil alih? Atau uncle Kevin yg akan menggantikanmu?" sela remaja itu dengan beberapa pertanyaan yang keluar dari mulutnya, sambil mendekati William yg tengah duduk di kursi kebesarannya
"Meski kau handal bukan berarti usiamu cukup matang untuk itu! Kau masih harus terus belajar untuk mampu memegang kendali dan tanggung jawab yang besar sebagai seorang pemimpin! Dan Kevin, dia tidak terlalu pandai dalam hal seperti ini" balas William lalu memijat kepalanya yang tiba tiba terasa pusing.
"Oh come on daddy! Aku adalah satu satunya yang bisa! Otakku ini sangat pintar dan Aku sudah sangat mampu! Aku terlahir untuk ini!" ucap remaja itu dengan sangat angkuh.
"Tapi bukan berarti kau lebih baik, Vian! kau hanya pintar tapi tidak cukup dewasa! Kau tidak seharusnya bersikap sombong! Kau tidak seharusnya selalu meremehkan pekerjaanmu! menjadi sepertiku membutuhkan keberanian dan tanggung jawab yang sangat besar!" tegas William yang mulai terpancing emosi dengan kesombongan anaknya.
"Dad?! Kau marah?" tanya anak itu tapi langsung mendapat jawaban hanya dengan melihat raut wajah William.
"Padahal aku hanya mengatakan kemampuanku yang sesungguhnya, dan itu semua benar adanya.. tapi kenapa daddy malah marah?" gumam remaja itu dalam hati.
"Sebentar lagi aku akan lulus, dan aku bukan lagi siswa sekolah menengah atas. Aku akan melanjutkan kuliahku, setelah itu aku akan meminta syarat beserta janji - janji itu dan aku akan menepatinya!"
"Hmm ya" singkat William yang ingin segera menyelesaikan pembicaraan itu.
"Hmm? What do you mean Hmm?" remaja yang tadinya memasang wajah serius pun berganti menjadi wajah yang bingung. Bingung dengan apa yang dimaksud William.
William tidak menjawab, dengan wajah tegang ia mengangkat tangannya mengarahkan ke pintu keluar yang berarti agar remaja itu pergi dari ruangannya.
"Wwhat?! Daddy mengusirku?" remaja itu terkejut tak percaya tapi tetap juga memilih pergi dari ruangan sang daddy karna dia tau daddynya pasti sedang emosi.
Setelah remaja itu pergi, William memijat pangkal hidungnya karna kepalanya yang mula terasa pusing. Semakin bertambah usianya semakin cepat ia tersulut emosi. Apalagi jika sedang berhadapan dengan remaja sombong itu.
Ya remaja sombong yang tengah bersamanya tadi adalah anaknya atau lebih tepatnya anak satu - satunya.
Reviann Abayomer adalah remaja berusia 18 tahun keturunan London Singapore, remaja yang tidak hanya tampan tapi juga sangat cerdas.
Di usianya yang terbilang masih sangat muda, dia sudah mampu menguasai semua hal yang berhubungan dengan perusahaan. Dia bisa dengan mudah mempelajari hal hal baru.
Dia bahkan bisa melacak data rahasia milik perusahaan lain. Dengan kemampuannya itu pula yang membuatnya menjadi remaja yang sangat sombong dan angkuh.
Vian yang kesal dengan daddynya memilih pergi untuk mengembalikan moodnya yang rusak. Dia tidak kesal daddy yang mengusirnya, mengingat itu bukan kali pertama ia diusir dari ruangan dad William karna setiap daddynya emosi entah apapun penyebabnya, maka tidak ada yang boleh masuk ke ruangan itu termasuk dia, uncle Kevin dan semua karyawannya.
Tapi Vian merasa kesal karna pembicaraannya yang harus terpotong karna dad William yang selalu emosi dan akhirnya meragukan kemampuannya.
Padahal ia yakin bahwa ia sudah sangat mampu untuk menjadi pemimpin dan mengambil alih perusahaannya, tapi selalu saja berakhir dengan perdebatan.
"Argghhhh" teriak Revian yang kesal sambil terus berjalan sampai ia menyadari bahwa dirinya sudah berada di tempat parkir.
"Vian, mau kemana kau?" Kevin yg baru saja memarkirkan mobil hendak masuk ke kantor melihat keponakannya berjalan dari kantor menuju tempat parkir.
"I have to go!" seru Vian yang terus berjalan menuju mobilnya.
"Where are you go?" tanya Kevin sedikit berteriak karna melihat Vian yang berjalan melewatinya tanpa sapaan sedikit pun..
Vian mengangkat bahunya tanda tak tau dan tak peduli kemana tujuannya. Tanpa menoleh ke arah uncle nya, Vian masuk kedalam mobilnya yang masih terparkir.
"Dasar Anak Muda!" umpat Kevin yang kesal dengan ketidaksopanan keponakannya.
Vian melajukan mobilnya dengan sangat cepat menelusuri jalanan dengan Lamborghini nya, sambil berpikir kemana dirinya akan menghibur diri.
~
Sementara itu di sebuah perusahaan besar lebih tepatnya perusahaan omerooft. Pria tampan dewasa, dengan setelan jasnya terus berjalan menuju ruang kantor CEO "ceklek.." suara handle pintu yang dibuka Kevin.
"William, kemana Vian pergi?" tanya Kevin yang baru datang kepada sang kakak. Sambil melihat wajah William yg terlihat menahan emosi.
"Keluar..." ucap William sambil menahan suaranya
"Biasanya jam segini dia sibuk dikantor.." ucapan Kevin terhenti saat William memukul mejanya.
"brakk.." William menggebrakkan mejanya.
"Keluar! Apa kau tidak dengar perkataanku?! Aku bilang keluarr!! Apa kau tuli? Hah?!" bentak William dengan rahang yang mengeras dan mata yang tajam ia mengeluarkan segala emosinya yang ia tahan sejak tadi.
"iiiiyaa.." jawab Kevin dengan terbata dan langsung berlari keluar dari ruangan sang kakak sebelum ia mendapat amukan yang lebih lagi..
"Dasar pria berumur!" umpat Kevin kepada sang kakak dari balik pintu. Padahal niatnya ke ruangan William hanya untuk menanyakan kemana Vian pergi, tapi dia malah terkena amukan macan.
Kevin sambil berlari memilih untuk masuk keruangannya dan segera duduk di kursinya. Kevin menarik turunkan nafas nya mengatur ulang deru nafas yang sempat seperti roller cosser karna amukan tiba tiba dari William tadi.
"Huuft.. Semoga saja disaat umurku seperti William disaat aku sudah mulai berumur, Aku tidak menjadi Pria Pemarah sepertinya.." gumam Kevin setelah duduk di kursi ruangannya.
Dia tau kakaknya yang semakin lama menjadi semakin pemarah bukan karna William jahat, tapi karna faktor umurnya yang semakin bertambah menjadi semakin sensitif.
~
Dijalanan di sebuah perkotaan terlihat Vian yang masih belum menemukan tujuannya.
"Kemana aku harus menghibur diri? Vian yang masih berpikir akhirnya menemukan sesuatu, ia menepikan mobilnya dan berhenti dipinggir jalan.
"Oh ya! Aku tau kemana aku harus pergi!" Vian mengambil handphonenya dan menelpon nomor seseorang.
"halloo..."
Rochor, Singapore
Tanpa terasa hari mulai gelap, Revian masih terus melajukan Lamborghini nya menelusuri jalanan kota Rochor tanpa peduli sudah berapa lama ia mengendarai mobilnya.
Ia belum tau kemana ia akan berhenti, sampai ia teingat sesuatu dan kini menepikan mobilnya di tepi jalan. Lalu menelpon seseorang
[Halloo! Wah ada angin apa kau menelponku?!]
Vian menjauhkan handphone yang berada di telinganya saat orang di balik handphone itu sudah lebih dulu bicara dengan berteriak
[Kirim lokasi mu sekarang aku akan segera kesana!] Vian mematikan sambungan telponnya tanpa menunggu jawaban dari orang di balik telpon itu.
Vian membaca pesan yang baru saja masuk, kemudian kembali melajukan mobilnya menuju ke tempat tujuannya.
Masih disekitar putaran kota yang sama tapi tidak terlalu dekat, membutuhkan waktu 20 menit akhirnya Vian sampai ke tempat yang ia tuju.
Norxx Special Club
Dua remaja tampan tengah duduk di kursi bar favoritnya meneguk minuman dan menikmati alunan music sambil menunggu kedatangan seseorang.
Akhirnya orang yang mereka tunggu datang "Wah wah long time no see!" seru Nathan sambil memeluk Vian.
"look at you! You are getting old!" (Lihat dirimu! Kau bertambah tua!) timpal Bryan dengan ejekan tapi juga sambil memeluknya.
Vian melepaskan pelukannya dari Bryan "Kita tidak bertemu tiga bulan, bukan tiga abad!" tanpa basa basi Vian langsung duduk di tempat yang sudah disiapkan oleh Nathan dan Bryan.
"Kenapa kau tiba tiba ingin menemui kami? tanya Nathan dengan heran, lalu di timpal oleh Bryan "Apa kau sedang ada masalah?"
Bukan tanpa alasan mereka bertanya seperti itu kepada Vian, tapi karna mereka tau betul sifat temannya itu. Vian akan menemui mereka hanya saat dia merasa suntuk dan ada masalah.
Ya Revian, Nathan, dan Bryan sudah berteman cukup lama. Sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama mereka berada di kelas dan sekolah yang sama. Mereka selalu bermain dan belajar bersama.
Hingga mereka tau sifat- sifat teman temannya. Mereka adalah perkumpulan remaja tampan dan cerdas, dengan sifatnya masing - masing.
Bryan yang suka mengejek dan mencari masalah, Revian yang sombong dan angkuh, Nathan yang selalu jadi penengah dan pendengar yang baik tetapi lemah soal wanita. Vian selalu menghabiskan waktu liburnya bersama mereka.
Sampai mereka naik ke bangku sekolah menengah atas. Nathan dan Bryan masih tetap sama, tapi tidak dengan Revian. Vian menjadi sangat sibuk, Vian ikut berkumpul hanya saat di sekolah saja.
Setiap libur sekolah Vian selalu menyibukkan dirinya dengan mempelajari perusahaannya dan memilih bekerja bersama daddynya daripada menemui teman - temannya.
Dan sekarang mereka sudah tamat, lebih tepatnya tiga bulan yang lalu, hanya tinggal menunggu hasil kelulusan saja.
Tiga bulan itu pula Vian mengisi kekosongannya dengan sibuk mempelajari perusahaannya demi menjadi pemimpin yang layak.
"So? Ada angin apa yang membuatmu menemui kami?" tanya Nathan setelah melihat Vian yang diam saja dengan sedikit melamun.
"Aku sedang suntuk! Akhir akhir ini daddyku berubah menjadi pria yang tempramental.. Setiap aku mengatakan apapun apalagi membahas perusahaan, aku harus berbicara dengan sangat hati- hati, Jika salah berbicara sedikit saja dia akan berubah menjadi macan yang kelaparan! Itu membuatku sangat kesal.. Aku butuh hiburan untuk melepas kekesalanku!"
"Ck.. Sudah ku duga... Lalu kenapa kau kesal?! Bukankah sifatmu juga sama seperti daddymu?" ucap Bryan dengan pertanyaan mengejek pada Vian.
Dan benar saja Vian langsung terpancing emosi hanya dengan pertanyaan Bryan tadi.
"Maksudmu apa?! Kau mengatai sifatku sama seperti daddyku?! Kau mengatai aku pria tempramen ha?!" Vian yang tengah duduk langsung berdiri dari sofanya.
"Yang dikatakan bryan itu benar.. Duduklah! Apa kau tidak lelah terus berdiri?" jawab Nathan dengan santai.
"Ck... Yang benar saja!" ketus Vian sambil kembali duduk dan bergabung bersama Nathan dan Bryan yang tengah tertawa dan menatap ke arah dirinya.
"Jadi kita akan melakukan apa?" tanya Bryan pada mereka, lalu di jawab oleh Nathan "wait!" Nathan melambaikan tangannya memanggil pelayan cantik di club itu.
Merasa dipanggil, Pelayan cantik itu berjalan sambil berlenggok dengan pakaian seksinya menuju meja 3 pria tampan itu.
"What do you want Mr.Nathan?" (Apa yang kau mau, tuan Nathan?) tanya pelayan cantik itu pada Nathan sambil berbisik dengan suara yang terdengar dibuat buat agar menggoda dan sedikit membungkukkan tubuhnya agar bisa dekat dengan Nathan yang tengah duduk.
Bukan tanpa alasan pelayan itu mengenal Nathan, tapi karna Nathan yang hampir setiap hari datang ke club itu. Dan Nathan adalah anak dari salah satu pengusaha besar di Singapore.
"I want you, Pretty!" (Aku mau kamu, Cantik!) seru Nathan sambil mengelus wajah pelayan cantik itu dan menarik tangan pelayan cantik itu agak duduk di pangkuannya.
Tentu saja dengan senang hati kini pelayan cantik itu tengah duduk di pangkuan Nathan sambil mengalungkan tangannya ke leher Nathan.
"No! I want red wine! Bring us red wine now, Quick!" (Tidak! Aku mau red wine! Bawakan kami red wine sekarang, Cepat!) titah Vian dengan galak karna mulai muak melihat tingkah Nathan.
Pelayan Cantik itu terkejut dan takut dengan sikap pria yang sangat berbeda dengan nathan itu "iiiyya.." langsung berdiri dan berjalan dengan cepat menjauh dari meja mereka.
"Seleramu cukup buruk! Setidaknya kau menyewa hotel dan tidak merayunya di depan kami" ejek Bryan setelah pelayan itu pergi.
"Ck.. Kau menggelikan!" Ketus Revian sambil menggidikkan bahunya menandakan bahwa ia jijik.
"Oh come on guys, Thats pretty girl, I love Girl!" (Oh ayolah kawan, Dia perempuan yang cantik, Aku mencintai perempuan!) ucap Nathan dengan senyum lebar sambil mengerlingkan matanya ke arah wanita yang sedang berjalan melewatinya.
"Jangan kau pikir kami tidak tau apa yang ada dalam otak mesummu!" ejek Vian dan Bryan secara bersamaan.
"Sudah - sudah! Jadi kita akan melakukan apa? Kita mungkin akan sangat jarang bisa berkumpul seperti ini lagi, Kita akan segera berpisah, Karna minggu depan adalah kelulusan kita.." Nathan mengalihkan pembicaraan.
"Kau benar! Kita akan berpencar untuk mengejar cita cita di university masing masing. Oh ya, aku baru ingat.. di hari kelulusan kan akan ada pengumuman siswa - siswa berprestasi.." ucapan Revian yang terpotong.
"Bagaimana kalau kita taruhan saja?" sela Bryan sambil menaik turunkan alisnya.
"Taruhan apa maksudmu?" tanya Revian dan Nathan secara bersamaan sambil saling menatap dengan bingung.
"Mengingat kita bertiga termasuk kedalam siswa terbaik, Kita taruhan siapa yang akan mendapat gelar prestasi siswa terbaik dari yang terbaik! Yang menang akan mendapatkan hadiah taruhannya, Dan jika kalah dia akan memberikan taruhannya kepada pemenang.. Bagaimana?" jelas Bryan dengan bersemangat.
"Apa yang akan di taruhkan? Uang?" tanya Nathan yang sedikit bingung.
"Tidak! Yang ditaruhkan tidak boleh uang dan harus sesuatu yang berharga. Karna ini mungkin akan jadi permainan terakhir kita! Hadiah dan kenangan terakhir kita.." jawab Bryan yang kembali menjelaskan.
"Terdengar menarik dan menantang" timpal Revian "Okey, I agree!" (Oke, Aku setuju) jawab Revian dan Bryan secara bersamaan.
"Baiklah! Aku akan menaruhkan villaku yang berada di Kuningan, Indonesia. Itu cukup berharga. Do u remember when I won first prize in Biology Science in Singapore? The villa was a gift from my grandma.."
(Apa kalian ingat saat aku memenangkan juara satu Pengetahuan Biologi se Singapore? Villa itu adalah hadiah dari nenekku) seru Nathan setelah setuju dengan permainan mereka.
"Bukankah itu terlalu berharga? Itu adalah peninggalan dari grandma mu.." tanya Bryan yang sedikit terkejut tapi langsung di sela oleh Revian.
"Oh come on! Karna itulah yang menantang!" seru Revian dengan bersemangat, lalu ditimpal lagi oleh Nathan "Dan aku yakin aku yang akan menang!" sambil tersenyum lebar penuh percaya diri hingga menunjukkan rentetan giginya.
"Kurangi rasa percaya dirimu itu! Aku akan menaruhkan tanahku yang berada di Jakarta. Mungkin tidak sebanding dengan villa yang kalian punya, hanya sekitar 15 hektar, tapi itu adalah hadiah pertama dari dadku saat aku berusia 7 tahun.." ujar Bryan sambil menyilangkan kedua tangannya.
"Hadiah pertama? Apa Dadmu tidak pernah memberi hadiah sebelum kau berusia 7 tahun?"
"Dadku selalu memberiku hadiah, bahkan saat aku memenangkan perlombaan - perlombaan kecil, dan hadiahnya selalu mainan handphone laptop atau sepeda dan aku senang. Tapi pada saat Ultahku ke 7, dadku malah meminta sidik jariku untuk surat kepemilikan tanah, aku sangat kesal pada saat itu karna bukan itu hadiah yang aku inginkan. Tapi pada saat aku hendak mengecap sidik jariku Dadku berkata "Kau akan jadi pria yang sukses melebihi aku!" Itu langsung membuatku senang dan berpikir bahwa itu adalah hadiah berharga pertama yang aku punya! Kau? Apa yang akan kau taruhkan? Apa apartemen di Londonmu?"
"Kenapa kalian semua menaruhkan yang ada di Indonesia? Aku tidak punya sesuatu berharga di indonesia.. emm Aku akan menaruhkan My First Lamborghini!" ucap Revian dengan serius.
"Wwhatt?! Are you seriously?!" (Apa?! Kau serius?!) Tanya Bryan dan Nathan yang terlihat sangat terkejut.
Lalu ditimpal lagi oleh Nathan "Bukankah itu Lamborghini pertamamu yang kau beli dengan uangmu sendiri?"
"Aku masih ingat kau membelinya dari hasil semua perlombaanmu, terutama karna mendapatkan hadiah saat memenangkan Computer Technology Science Competition di London. Itu sangat berharga bukan? Apa kau yakin akan memenangkan taruhan kali ini? Apa kau tidak takut akan kehilangan Your First Lamborghini ha?" Bryan yang menakut nakuti Vian.
Ya pada saat mereka masih duduk di bangku sekolah menengah pertama lebih tepatnya kelas 9, Revian tiba- tiba izin libur sekolah karna pergi ke London untuk mengikuti Lomba Pengetahuan Teknologi Komputer itu.
Dan benar saja Revian memenangkannya dengan membawa hadiah uang dengan jumlah lumayan fantastis yang ia pakai untuk membeli Lamborghini nya.
Sebelumnya Revian sudah memiliki Lamborghini lain hadiah dari Daddynya tapi yang ini berbeda karna memakai uang hasil kerja kerasnya sendiri yang membuat Lamborghini ini sangat berharga.
"Uuhh.. Aku semakin tidak sabar akan memenangkan taruhan kali ini!" Semangat Nathan sambil menggosok gosokkan kedua telapak tangannya tapi langsung berubah kesal saal melihat ekspresi wajah Vian.
Vian yang mendengar perkataan teman temannya hanya tersenyum tipis menyunggingkan bibirnya dengan sangat sombong.
Nathan yang kesal melihat ekspresi Vian langsung berdiri dan menarik kerah baju yang dikenakan Vian, hingga Vian yang tadinya sedang duduk kini telah berdiri. Vian yang tidak terima ikut menarik kerah baju Nathan, hinga terjadilah tarik menarik.
Bryan yang dari tadi juga kesal melihat tingkah Vian akhirnya menyela.
"Kenapa kau tersenyum?! Apa maksud dari senyumanmu itu hah?! Kau tersenyum seolah - olah kau yang akan memenangkan taruhan ini!" Bryan yang dari tadi kesal karna sikap Vian yang terlihat sangat meremehkan akhirnya meluapkan emosinya.
Revian yang tidak terima dengan perkataan Bryan melepaskan cengkramannya dari kerah baju Nathan lalu mendorong nathan hingga Nathan melepaskan cengkramannya dan mundur beberapa langkah.
Kemudian Revian menghampiri Bryan Lalu "buugghh!" Revian memukul Bryan dengan sangat keras hingga Bryan yang tidak siap menerima pukulan kini jatuh tersungkur ke lantai karna tidak siap dengan pukulan yang di ia dapatkan dari Vian
"Kalau memang aku yang memenangkannya, kenapa hah?!"
Bryan yang tersungkur ke lantai, ia melihat Nathan dengan kesal dan langsung menghampiri Nathan.
"buughh!" Bryan memukul Nathan yang terlihat berdiri diam saja saat melihat dirinya dan sekarang sudah tersungkur sama seperti dirinya tadi.
Revian yang berdiri membantu Nathan yang terlihat masih terduduk di lantai kemudian mereka bertiga kembali duduk di sofa mereka dan saling menatap dengan tajam lalu "ahhahaaha!" terdengar tawa mereka bertiga yang pecah.
Seperti inilah mereka kadang saling melukai tanpa tersinggung satu sama lain. Dan itulah yang membuat pertemanan mereka bewarna dan tidak terasa hambar.
"Oh come on, Kita akan sangat jarang seperti ini lagi!"
"Ya, kau benar! Tapi aku belum sempat memukul siapapun!" jawab Nathan yang tadinya tertawa kini kesal
"Kita bisa melakukannya lain waktu! Sekarang kita cukup bersiap untuk menerima hasil kelulusan minggu depan!" seru Revian sambil mengambil red wine yang sudah datang dengan di antarkan pelayan lain.
"Hey! Kenapa kau yang bawakan? kemana pelayan cantik tadi?" tanya Nathan kepada pelayan lain tadi.
"Aku tidak tau tuan, dia yang menyuruhku dengan suara yang sedikit gemetar, untuk membawakan red wine ini pada kalian.. Permisi.." lalu pelayan itu pergi
"Look! Because of you, I lost my pretty maid!" (Lihat! Karna kau, Aku kehilangan pelayan cantikku!) ketus Nathan yang menyalahkan Revian
"Why me?" (Kenapa aku?) tanya Vian yang bingung karna di salahkan Nathan
"Perkataan dan sikapmu pada pelayan tadi terlalu arrogant dan dingin! Kau membuatnya takut!" Jelas Bryan dan dijawab "Oohh.." oleh revian, yang membuat Bryan menggeleng gelengkan kepalanya.
"Sudah sudah! Lebih baik kita bersulang untuk kelulusan dan taruhan kita minggu depan!" ajak Nathan kepada kedua temannya.
Lalu mereka bertiga mengangkat gelas yang berisi red wine lalu "Cheer's!"
Dan mereka kembali bercengkrama, tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul dini hari.
"Stop wasting your time! Women will only drive you crazy!" (Berhentilah membuang buang waktumu! Wanita hanya akan membuatmu gila!) ketus Vian yang sudah sangat malas melihat tingkah Nathan dengan wanitanya.
"My time will not be wasted! I only have time for pretty women!" (Waktuku tidak akan terbuang! Aku hanya ada waktu untuk wanita cantik!) balas dengan Nathan santai sambil mengerlingkan mata pada wanita yang berada di sampingnya.
Tidak ingin lebih lama menyaksikan tingkah Nathan yang menggelikan, Revian menatap arloji yang melingkar di tangannya "I have to go home! Ini sudah sangat malam!" Sambil berdiri dari duduknya.
"Iya sepertinya aku juga harus pulang!" Timpal Bryan sambil melihat Nathan yang mulai mabuk sedang merayu wanita yang sudah berada di sampingnya entah sejak kapan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!