NovelToon NovelToon

MAFIA 'gadis mawar'

kecelakaan

Suasana tengang terjadi didepan ruang operasi.

Seorang wanita paruh baya bahkan sedang menangis tersedu-sedu dikursi tunggu, ditemani seorang pria muda yang berdiri didepannya,raut wajah mereka dipenuhi kekhawatiran dan hanya doa yang bisa membantu mereka.

Dikubu yang sama namun dilorong yang berbeda,seorang wanita muda dengan raut wajah khawatir,ditemani satu pria yang hampir seumuran dengannya dengan raut wajah yang sama,keduanya tidak bisa tidak menunjukan kehawatirannya atas orang yang didalam ruangan.

Kedua orang yang berjenis kelamin berbeda itu tengah duduk berdampingan,dengan suasana yang sepi menunjukan aura yang menyeramkan tersirat dari mereka berdua.

.

.

.

Seorang pria dengan pakaian santai tengah mengendarai sebuah mobil berwarna putih dengan laju yang sangat normal,ia mendengar suara dari ponsel yang ia taruh didekat setir,sebelum pergi.

Pria itu mengambil ponsel dengan sebelah tangannya dan tangan yang lain memegang setir,sebari sesekali melihat kearah jalan .

Dia adalah Liam kenrika,anak kedua dari mafia yang menjual senjata dan sesuatu yang antik juga menarik,dan beberapa hari lalu ia baru sampai dinegara ini dengan kedua adiknya,untuk bertemu mitra bisnis yang membeli sesuatu yang istimewa,sampai dia sendiri yang harus mengantarkannya.

Setelah ponsel berada ditangannya,ia mengeja huruf yang tertera di layar ponsel,sebelum jarinya menyentuh ikon menerima,ia merasakan sesuatu mengenai wajahnya diikuti suara keras dan juga benturan.

Pecahan kaca melukai wajah Ken sampai bercak darah membasahi wajahnya yang putih menjadi merah,Ken masih sadar namun ia tidak bisa melakukan apapun selain menyaksikan dirinya.

Mobil hitam menabrak mobil putih dipersimpangan jalan,mobil yang melaju kencang dikendarai pria dengan raut datar,tidak ada ekpresi diwajahnya saat ia menabrak mobil didepannya,dia hanya menatap kosong kearah depan.

Pria yang mengendarai dimobil hitam bernama Maringgai Azonafra Amlias dengan baju jaz hitam dan kemeja putih,bagian atas kemeja yang tidak tertutup jaz sudah berubah menjadi merah,bercak darah dari tubuhnya ia dapat saat menabrak mobil ken menyebabkan kaca depan mobil hancur dan mengenai tubuhnya.

Kaki Maringgai yang seharusnya menginjak rem malah,menaikan kecepatan,raut wajahnya yang dingin menunjukan kebencian dalam dirinya.

Tidak tau apa yang dipikirkan kedua pengendara itu,Ken malah mematikan mesin mobilnya dengan sengaja setelah saling menatap dingin,beberapa menit pria yang menabrak dengan mobilnya,dan Maringgai malah menaikan kecepatan,semakin cepat disaat mobil putih milik Ken berada diatas bagian depan mobil Maringgai.

Semua orang yang sedang diarea itu seketika menjadi bising dengan teriakan,mereka sangat merasa bernasib buruk karna sedang menyaksikan kecelakaan itu,mereka menjadi histeris.

Kejadian mengerikan itu terhenti saat mobil hitam terbalik menindih mobil putih,tidak bisa dibayangakan, bagaimana keadaan mobil mereka,begitu juga dengan pengendaranya,sangat sangat menyeramkan!,

Bahkan orang-orang yang menyaksikan bisa trauma setelah kejadian ini.

Kedua mobil yang mengalami kecelakaan sama-sama ringsek kecuali dibagian belakang,serpihan kaca dari mobil tersebar dimana mana.

Untungnya jalanan tengah sepi dari pengendara bila tidak,akan memakan banyak korban atas kecelakaan ini.

.

.

Dokter mengatakan bahwa pasien bernama Liam Kenrika Kay mengalami benturan keras dibagian kepala yang menyebabkan ia koma dalam waktu yang tidak diketahui.

Xlara Zadrianka Kay adik kandung Ken yang melakukan perjalanan bersamanya beberapa hari lalu,tertunduk lesu dengan wajah basah karna cairan bening,ia sudah menahan agar tidak menangis,namun saat menatap kakaknya yang tertidur entah kapan terbangun,mulai meneteskan air matanya.

Begitu juga Rain Kay adik sepupu Ken yang mengikuti perjalanan mereka,wajahnya sempat basah namun sudah mengering,karna ia berpikir ia harus kuat untuk menemani Xia,wanita yang sudah ia anggap adik kandung,disaat terpuruknya.

"Kakak pasti sadar"ucap rain sebari menyentuh pelan pundak xia sebagai tanda penyemangat.

"Aku tau,kakak gaakan ninggalin aku,itu janji dia yang akan dia buktikan"lirih xia menjawab nada penghibur dari Rain,ia masih menatap ke wajah sang kakak saat mengangkat kedua sudut bibirnya lagi"Apa mereka sudah tau?"

"Sudah,mereka bersiap kesini"

"Tidak! "xia bicara tegas sampai rain sendiri tersentak dan terdiam"cegah mereka kemari,kita belum tau siapa dalang dalam masalah ini,bisa saja mereka sedang menyiapkan jebakan baru untuk kita"

"Aku ceroboh"ucap rain mengutuk dirinya yang cereboh karna bisa saja satu tindakan kecil menghancurkan keluarganya.

"Aku akan bicara dengan mereka"

"Biar aku saja"rain bersuara saat xia mengetuk layar ponselnya.

"Tidak papa,ada hal penting yang harus aku diskusikan dengan mereka"jawab xia sebari mengutak-atik ponselnya,lalu kembali bicara"kesedihan jangan membuat kita lengah"

Rain kembali tersadar setelah terdiam merutuki kebodohannya,ia mengerti dengan tindakan selanjutnya setelah mendengar ucapan Xia"Aku akan keluar,mengurus beberapa semut"

Xia tersenyum pucat sebelum menjawab"Hati-hati,dan bertindak tenang"

"Tentu,maaf,,,"

"Tidak ada yang salah kecuali orang yang berani bermain-main dengan kita"xia memotong ucapan rain dengan memberikan senyuman.

"Aku tau"jawab rain membalas senyuman xia dengan senyuman,ia menghela nafas dan menatap Ken dan melangkah pergi"hu,,"rain menggantung kalimatnya sebari bergeleng pelan dan kembali bersuara"aku pergi"

Xia tersenyum menatap Rain yang menghilang dibalik pintu,sebari mengangkat sudut bibirnya,bicara dengan orang disebrang telepon.

Kalimat Rain yang tergantung meminta Xia menguhunginya jika ada masalah,namun ia sadar bahwa tanpa ia ingatkan pun Xia akan melakukannya,dan wanita itu paling tidak suka diingatkan seperti itu,jadi Rain memutuskan menggantinya dengan perkataan lain agar tidak membuat suasana hati Xia lebih buruk,andai saja mereka tidak mengalami masalah ini mungkin sekarang mereka tengah bercekcok satu sama lain seperti biasanya.

Setelah bicara dengan orang disebrang telepon,Xia pergi untuk menemui orang yang polisi sebutkan sebagai korban dan tidak ada tersangka diantara mereka,polisi setempat memponis semua yang terjadi murni kecelakaan,tentu saja sebagai pendatang hanya bisa percaya,namun hanya pura-pura percaya,mereka mencari kebenaran dengan cara mereka.

Xia berada didepan pintu ruangan VVIP berwarna putih,sebenarnya semua pintu rumah sakit dirumah sakit itu berwarna putih,hanya terhalang beberapa ruangan dari ruang rawat sangat kakak,disana tempat orang yang mengalami kecelakaan bersamanya,lebih tepatnya orang yang menabraknya.

Deg

Xia membuka pintu dengan perlahan sampai tidak menimbulkan suara,namun hal itu yang membuat keadaan menjadi terasa mencekam.

Xia memasuki kamar rawat pria yang bernama Maringgai Azonafra Amlias,dengan senyuman tipis dibibirnya,pandangannya tidak teralihkan dari wajah Maringgai yang terpejam seperti kakaknya,namun dengan raut wajah gusar.

"Maaf nona tapi pasien belum sadarkan diri,anda bisa keluar!"ucap seorang pria ber jaz putih lengkap dengan stetoskop yang menggantung di lehernya.

"Bukan begitu cara mainnya"

Jawaban dari wanita yang lebih muda darinya,itu membuat pria ber jaz putih dengan alat suntikan ditangannya terganggu,dia mulai berpikir dengan magsud ucapannya,tidak ingin peduli pria itu kembali dengan dunia nyatanya setelah beberapa detik terdiam"Anda bisa keluar nona!"

"Saya tidak mengganggu anda dokter,lanjutkan saja pekerjaan anda jika bisa,tapi saya belum ingin keluar dari ruangan ini"jawab gadis itu dengan senyuman yang seperti seringaian dibibirnya.

Pria ber jaz putih merasakan hawa dingin sampai ia mengusap lengannya beberapa kali,ia juga merasakan udara menipis disekitar sampai dadanya merasa sesak,tidak ingin banyak berpikir dan benunda tugasnya,ia kembali dengan aktifitasnya yang tertunda karna kedatangan tamu tak diundang yaitu wanita disebrang ranjang.

Tangannya terhenti saat akan memasukan jarum suntik kelengan pasiennya,wajahnya menjadi sangat pucat dan menatap Xia dengan raut wajah bingung yang kini berada di sampingnya,tanpa dokter itu sadari.

"Mati atau koma?"perkataan itu yang terdengar digendang telinga sang dokter,ia menatap wajah Xia dengan raut wajah bingung dan mengangkat bibirnya.

"Apa magsud anda nona?"

"Pilih salah satu!,Mood saya berada di ujung keburukan"jawab Xia dengan raut wajah dingin kini senyuman yang sempat dokter lihat,sampai ia memujinya dalam hati,lenyap tak terlihat,namun masih memperlihatkan kecantikan wajah Xia.

"Apa magsud anda?"tanya dokter itu sekali lagi.

"Tidak usah main drama,ingin dengan tangan saya,ck tapi saya penasaran dengan obat anda,saya boleh coba?"tanya Xia dengan memiringkan kepalanya dan menyeringai.

"Saya terlalu meremehkan anda gadis cantik,bagaimana kalo anda ikut saya setelah pekerjaanku selesai"ucap pria ber jaz putih dengan tatapan mesum menatap xia dari atas sampai bawah.

"Anda terlalu percaya diri pak tua"pria itu hendak menjawab namun sebelum mulutnya bersuara,ia merasakan tubuhnya melayang.

Bag.. Big.. Bug..

"Aaaa"ringisan terdengar begitu pilu jika ada yang mendengarnya,pria yang ber jaz putih bukanlah seorang dokter,itu hal yang Xia sadari dari awal.

Pria itu hendak berdiri setelah mendapati serangan yang cepat sampai ia tersungkur dilantai,harga dirinya sudah terluka oleh gadis kecil didepannya,raut wajahnya menunjukan kemarahan,dengan nafas yang memburu sebari menggetakan giginya.

"Anda akan menangis dibawah saya,gadis kecil"ucapnya dengan tatapan cabul dengan dipenuhi emosi.

Bag.. Bug.. Bugh..

"Amatir"ucapnya sebari menatap jijik terhadap orang yang tengah tersungkur didepannya.

Orang yang tersungkur tersebut secara perlahan mendongkak kearah orang yang menjatuhkannya,secara perlahan penglihatannya memudar sampai ia kehilangan kesadaran,

Setelah sebelah sepatu mendarat diwajahnya dengan cukup keras.

apa itu dirimu?

Empat orang dari dua berjenis kelamin berbeda dengan usia yang berbeda pula,mereka melewati koridor dengan terburu-buru,setelah mendapat laporan.

Seorang pria ber jaz putih dengan stetoskop di lehernya terlebih dahulu memutar hendel pintu.

Ceklek.

Setelah pintu terbuka lebar,mata mereka terbelalak,mereka saling pandang beberapa menit sebelum melakukan sesuatu.

Mereka melangkah dengan langkah lebar,yang tadinya dokter berdampingan dengan seorang suster wanita,kini berganti dengan seorang pria berpakaian serba hitam,dengan wajah yang tampan namun terlihat dingin.

Seorang wanita paruh baya yang datang bersama mereka,menghampiri putranya yang tengah berbaring diranjang rumah sakit,dengan perasaan bahagia dan juga khawatir.

Pria yang tadi disamping dokter mengangkat sudut bibirnya saat melihat pergerakan dokter,kearah lain

"Periksa tuan,baru perhatikan yang lain!"ucapnya penuh penekanan.

"Maaf,tapi pria ini"ucap sang dokter dengan menunjuk arah yang ia magsud.

Perkataannya terpotong karna azkara inqi kembali bersuara"Lakukan apa yang saya katakan atau anda menyesal"

Dokter yang tadinya berjongkok untuk melihat sosok yang tersungkur dilantai,bahkan hendak memeriksanya,menjadi mendongkak menatap tidak percaya pada pria yang baru saja mengancamnya,namun ancaman itu berhasil membuatnya takut,dan melakukan apa yang pria itu perintahkan.

Namun sebelum itu ia melihat sosok yang tersungkur dengan rasa iba,dokter itu heran sekaligus kaget saat mendapati ruang inap VVIP itu berisikan dua orang,salah satunya dengan kondisi memprihatinkan.

Ia bergegas melihat pria yang tersungkur dilantai dengan pakaian seperti dirinya,wajahnya yang mencium lantai tidak memperlihatkan bagaimana wajahnya,dokter itu membalikan tubuh pria itu dengan hati-hati.

Setelah menelisik wajah pria itu beberapa detik,ia tidak mengenalinya padahal ia sudah bertahun-tahun kerja dirumah sakit ini.

Saat mendengar ancaman Azkara ia merasa takut,ia pikir pria itu adalah dokter baru yang tidak merawat pasien seperti yang diinginkan pria yang tadi mengancamnya.

Setelah memeriksa pasien bernama Maringgai Azonafra Amlias,dokter pria itu diperkenankan memeriksa pria yang masih berbaring dilantai tak sadarkan diri.

"Pria tadi siapa nak?"tanya wanita paruh baya yang tak lain ibu dari maringgai.

Kini ruang inap maringgai hanya berisikan dirinya sang ibu dan satu orang kepercayaannya,beserta dua orang pria yang berdiri diluar dengan pakaian serba hitam dan tatapan mematikan,bahkan yang hanya sekedar ingin melewati ruang inap itu saja menjadi ketakutan,dan berpikir yang ada diruangan itu adalah orang penting negara sampai dijaga ketat seperti itu.

"Tikus kecil mom,tidak usah dikhawatirkan,bukan masalah besar"jawab maringgai dengan wajah datar,pria itu ingin menenangkan hati ibunya namun dari raut wajahnya malah membuat sang ibu menjadi semakin khawatir.

Namun ia tidak kembali bertanya karna ia yakin bahwa sang putra sungguh-sungguh dengan ucapannya.

Setelah menjawab pertanyaan sang ibu,maringgai mengalihkan pandangannya ke sisi lain,keberadaan pria bernama Azkara Inqi orang kepercayaannya sekaligus sahabat

"Bagaimana?"

"Polisi negara ini mengurus kecelakaan yang terjadi terhadap anda tuan,mereka melarang kita ikut campur,namun anda tenang saja saya akan melakukan yang terbaik"jawab azkara dengan wajah datar.

Maringgai mengalihkan pandangannya melihat gelas dimeja dengan air yang tinggal setengah,melihat arah pandangan tuannya azkara mengangkat sudut bibirnya

"Apa tuan membutuhkan sesuatu?"tanyanya yang mengkhawatirkan keadaan tuannya,Azkara bahkan rela memberikan nyawanya jika meringgai meminta.

Kecelakaan yang terjadi terhadap tuanya membuat ia menyalahkan diri sendiri.

"Selidiki orang tadi"

.

.

.

"Mereka berhubungan tuan,sepertinya mereka sangat ingin anda meninggal"ucap Azkara sebari memberikan sebuah map,berisi informasi yang tuannya minta.

Bulan sudah menunjukan wujudnya,terlihat lelah diwajah dua pria yang tengah berbincang dalam ruang inap rumah sakit,namun mereka belum menandakan akan mengistirahatkan tubuh mereka.

"Gadis itu?"tanya maringgai dengan raut wajah datar,sebari membuka selembar demi selembar kertas didalam map yang diberikan Azkara.

"Saya hanya mendapat sedikit informasi tentang wanita itu tuan,namanya Xlara Zadrianka,dia adik dari orang yang mengalami kecelakaan bersama anda,pria itu bernama Liam Kenrika dan dokter mengatakan bahwa dia koma dalam waktu yang tidak diketahui"

Mendengar penjelasan azkara,maringgai sempat terbelalak namun ia kembali mengubah raut wajahnya,menjadi dingin kembali.

"Berikan informasi lengkapnya besok pagi!"titah maringgai.

"Baik,sebaiknya anda istirahat tuan,kondisi anda masih kurang baik,setelah kecelakaan,saya berjanji akan menangkap penyebab kecelakaan yang terjadi pada anda dan membuatnya menyesal"

"Saya percayakan semuanya pada kamu,istirahat yang cukup,saya tidak mau menambah ruang dirumah sakit"maringgai bukanlah orang yang suka basa basi,ia bicara apa yang dia inginkan tanpa memikirkan hati orang lain.

Sikapnya dingin pada siapapun bahkan orang tuanya sekalipun,banyak berita tentang kekejamannya tersebar di negaranya,sebagai pebisnis pria itu memiliki banyak musuh dan itu wajar menurut orang-orang didunia bisnis.

Yang lemah ingin menjadi kuat hingga menjilat dan yang kuat akan menjadi sasaran harimau-harimau tidak tahu diri.

"Baik tuan,saya ijin pamit untuk melaksanakan tugas"setelah diberi ijin Azkara pergi dari ruang rawat Maringgai.

Sebelum melangkah pergi Azkara lebih dulu menundukan kepalanya,seperti biasa menunjukan rasa hormat pada sang tuan yang usianya hanya lebih muda dua bulan darinya.

Maringgai menggeladahkan kepalanya kebelakang sofa sebari menatap langit-langit kamar inapnya dirumah sakit,pria itu menghela nafas panjang seolah mengeluarkan semua masalahnya lewat hembusan nafas yang baru dikeluarkan.

Maringgai mulai menutup matanya perlahan sebari berguman dengan nada lirih"itu kamu kan? "

.

.

.

Setelah keluar dari kamar inap VVIP milik sang tuan,Azkara bergegas menyelesaikan tugasnya,namun sebelum itu ia sudah memperingatkan dua pengawal untuk siaga didepan pintu,takut hal seperti tadi siang terulang.

Entah kemana dua pengawal yang ia tugaskan tadi,namun kini orang-orang itu sudah diganti.

Baru beberapa kaki melangkah,pergerakan azkara sedikit berhenti,bahkan saking belum jauhnya ia melangkah,dua pengawal didepan pintu ruang inap maringgai masih melihatnya.

Dan jika azkara berbalik maka ia akan kembali keruangan itu.

"Apa?"suara dingin Azkara terdengar dengan raut wajah yang tidak kalah dingin dari suaranya.

Pria itu tengah memegang ponsel yang di tempelkan di daun telinga dan tangan lain bebas.

"Dari mana saja kau,ngangkat telepon saja lama sekali?"kesal sosok di sebrang sana.

"Sibuk,the de poin atau saya tutup teleponnya"

"Jangan dong,ck udah kaya wanita datang bulan saja,selalu sensian,bagaimana kabar bos mu itu,apa dia baik-baik saja?"nada sosok di sebrang saja berubah menjadi sendu.

"Ada banyak kabar mau dengar semuanya?"

"Ceritakan aku akan mendengarkan,aku akan bungkam saat kau bercerita"ucap jujur di sebrang sana.

Azkara yang menelepon sebari berjalan,ia menghela nafas panjang sebelum bercerita.

Azkara menceritakan mulai dari bagaimana tanggapan polisi tentang kecelakan Maringgai dan juga Maringgai yang memintanya menyelidiki seorang wanita,orang disebrang sana adalah sahabat kepercayaan tuannya,bahkan mereka saling membantu.

"Cari wanita itu sampai ketemu,kau akan dapat jet pot dari tuan mu itu"

"Aku tau,aku akan menemukan wanita itu dan akan membawanya kepada tuan,aku tutup kau hanya menggangu ku saja"setelah itu terdengar suara tuuuuut dari ponsel.

Telepon dimatikan sepihak oleh Azkara,

XLARA ZADRIANKA KAY

Setelah menumbangkan pria yang berpakaian seperti dokter diruang inap VVIP milik pria bernama Maringgai Azonafra Amlias.

Wanita bermata hitam dengan rambut yang dicepol itu kini menatap datar wajah pria yang tengah terpejam,memperhatikan setiap inci wajah itu.

Xia terkekeh saat mendapati wajah pria itu kini tengah tersenyum seolah merasa damai setelah dari tadi raut wajah pria itu terlihat gusar,sampai suaranya memecahkan keheningan.

"Anda sepertinya senang,penggangu tidur anda sudah tumbang,semua itu tidak gratis,anda harus membayarnya saat sadar nanti,bangun lah banyak yang menunggu,anda,anda tidak mau kan tidak melihat mereka bersenang-senang? "setelah berkata datar xia hendak menjauh dari ranjang milik pria yang tengah terbaring.

Tujuannya adalah keluar dari ruangan itu.

Namun pergerakannya tercekal saat merasakan sesuatu yang menyentuh pergelangan tangannya.

Xia mengerutkan dahinya seolah bertanya,apa yang menyentuh pergelangan tangannya?,tidak mungkin hantu bukan?,jika ya maka gender cerita ini harus diubah,menjadi dunia horor.

Tidak ingin menebak Xia mengalihkan antensinya pada tangannya,terlihat sebuah tangan besar tengah memegangi pergelangan tangannya begitu posesif,seolah wanita ini akan meninggalkannya selamanya.

Sorot mata Xia berganti melihat sosok yang tengah menatapnya juga hingga mata mereka saling bertemu.

Tatapan mereka terputus,saat xia terlebih dulu sadar dalam diamnya dan memalingkan wajahnya kesembarang arah.

Beda halnya dengan Maringgai,setelah sadar,pria itu memegangi pergelangan tangan wanita yang hendak pergi itu,sedari tadi tidak sadarkan diri,namun ia dengan jelas mendengar semua perkataan wanita dihadapannya ini.

Maringgai menelisik wajah wanita dihadapannya ini,dia seolah bertanya bukan mimpikan? sampai terdengar suara yang memecahkan kesunyian diantara keduanya.

"Bagus jika anda sudah sadar tuan,akan saya panggilkan dokter"suara itu keluar dari mulut Xia dengan dana datar seperti wajahnya,juga dengan pergerakan tangannya yang mencoba lepas dari genggaman pria itu.

Tanpa mengeluarkan tenaga lebih,tangannya sudah bebas dari maringgai,pria itu masih terlihat lemah.

Bukan lemah hanya lemas!.

Xia melangkahkan kakinya menjauh dari Maringgai,langkahnya terhenti karna suara maskulin pria itu seperti sihir

"Berhenti! "seperti yang dikatakan tadi,seolah terkena sihir,langkah Xia terhenti setelah pria itu memerintahkannya.

Mau tidak mau Xia membalikan tubuhnya dan menatap Maringgai dengan tatapan datar seperti tadi.

Melihat Maringgai sedang menatapnya sendu,tidak!tidak!tatapan itu penuh kerinduan.

Tanpa mengeluarkan satu katapun,membuat Xia berdecih didalam hati,dia sudah mengumpati pria itu karna sudah membuang waktunya beberapa detik.

Beberapa detik saja sangat penting baginya saat ini.

"Apa?"tanya xia monohok dengan sedikit bentakan.

"Kau mirip seseorang yang aku rindukan"guman maringgai didalam hati,dia tidak ada niatan untuk mengeluarkan suaranya.

Melihat hal itu,membuat gadis itu marah dan membuka bibirnya dengan nada tegas"anda membuang waktu saya."

Xia menghentikan langkahnya lagi,saat melewati tubuh pria yang tengah terkujur tak sadarkan diri dilantai atas ulahnya,namun tak berselang lama ia kembali melangkah.

Suara bariton maringgai kembali terdengar ditelinga xia"jangan pergi lagi!"

Suara itu tidak menghentikan langkahnya lagi,wanita itu sedang diujung pintu bahkan sudah ia buka.

Maringgai melihat wanita itu pergi,ingin sekali mengejarnya namun tenaganya hilang,ia bahkan tidak bisa menggerakan tubuhnya kecuali tangan.

Ingin sekali ia meminta tolong,tolong cegah wanita di depannya tadi untuk tidak pergi,siapapun tolong.

Setelah keluar Xia mencari suster atau dokter yang bisa ia temukan untuk menangani pasien bernama Maringgai itu,walaupun pria itu bisa dibilang pelaku atas apa yang terjadi pada kakanya.

Namun ia masih punya hati yang sajak lama tidak ia gunakan.

Ia kembali keruangan sang kaka yang masih tertidur tanpa tau kapan akan terbangun,tatapan wanita itu berubah menjadi sendu yang menandakan kekhawatiran.

Saat Xia ketempat pria yang sudah menabrak sang kakak, tadinya ia hanya ingin melihat,sekedar melihat.

Setelah melihat si pengganggu membuat pertanyaan wanita berambut pirang itu terjawab.

Ia menatap sendu wajah sang kakak yang terlihat tenang didalam tidurnya,sampai suaranya memecahkan kesunyian.

"Ka,aku akan menyelidiki semuanya,jika sudah puas dengan tidurmu,kembalilah bangun dan memasak lah untuku,aku lapar. "lirihnya sebari mengingat dimana kakaknya yang sedang memasak.

Xia terbilang manja pada keluarganya,ia suka masakan kakaknya,bahkan jika sedang ngambek masakan kakaknya adalah sogokan kedua untuk mendapatkan maafnya.

Xia juga suka membuat ulah bersama teman sebayanya,usianya yang 19tahun masih mencari jati diri,namun cara yang ia tunjukan sangat berbeda dari teman sebayanya,ia bersama beberapa orang terdekat yang seumuran dengan dirinya,melakukan dengan cara ekstrem bahkan tak jarang menyeret kepolisian.

Terlalu asik mengingat kenangan indah bersama kakaknya sampai tidak terasa waktu sudah berputar begitu cepat.

Waktu sudah menandakannya akan datangnya malam.

Xia menatap pintu setelah mendengar ketukan dari arah luar,sampai pintu terbuka dan memperlihatkan tubuh tegap,tegas,dan juga menawan.

Pria itu sangan tampan dengan mata sipit dan juga bibir pink kecil,dengan warna tubuh putihnya,selain tampan ia juga menawan.

Pria itu berjalan namun tidak menghampiri Xia yang duduk disamping ranjang ken,melainkan menghampiri sofa disudut ruangan.

setelah menaruh paper bag yang di bawa tadi dimeja,ia bergegas mendaratkan bokongnya diatas sofa,barulah bibir nya terangkat sebari menepuk dua kali tempat disampingnya.

"Duduk disini"suara maskulinnya memecah kesunyian,dengan gerakan malasnya xia berpindah tempat duduk.

Pria itu Rain Kay sepupu Xia yang umurnya lebih tua satu tahun darinya.

Rain membuka paper bag lalu menata isiannya dimeja dengan sangat rapi,dan suaranya kembali terdengar"makan dulu!,cacing diperut mu sudah bendemo,seperti berdemo kelangkaan solar"ucapnya dengan raut dingin berbeda dengan perkataannya yang bermagsud candaan.

Jika itu orang lain maka mereka tidak akan tau bahwa pria itu tengah mengatakan candaan karna wajahnya menyorot datar tanpa ekpresi.

Xia hanya memutar matanya malas sebagai jawaban,jujur ia sedang tidak di mood baik-baik saja,bahkan nafsu makan tidak datang padanya hari ini,sejak kecelakaan kakanya pagi tadi sudah merusak hatinya,bahkan kondisinya kini koma.

Jika itu bukan Rain mungkin ekpresi yang ditunjukkan Xia bisa menipu,wajah yang datar dan juga tenang di kondisinya yang tidak baik-baik saja,sungguh Xia pintar memanipulasi diri.

Mereka tetap memakan makanan yang dibawa,walau tidak nafsu namun demi kesehatan akan memakannya,apalagi mereka tidak boleh ikutan sakit,mereka harus membalas semua orang jahat yang berani bermain-main.

Setelah makan dan juga membersihkan meja dari makanan barulah mereka mulai membicarakan suatu hal.

"Polisi menutup akses,mereka bilang ini murni kecelakaan."

"Kau percaya?"tanya Xia,setelah melihat gerakan kepala yang seolah menjawab pertanyaanya tentu saja tidak membuat Xia kembali menarik sudut bibirnya.

"Ya,apa lagi setelah kau mendengar cerita ku"sambungnya dengan wajah datar.

"Apa aku ketinggalan sesuatu?."

"Mungkin,saat aku menemui orang bernama Maringgai Azonafra."

"Kau menemuinya?"suara Rain terpotong suara Xia"kenapa?"tanyanya setelah pertanyaan pertama dianggukin lara sebagai jawaban ya.

"Jangan dibahas!,dengarkan saja ceritaku!"

"Sepertinya ini sedikit rumit"rain bersuara setelah mendengar cerita lara saat bertemu maringgai dan tanggapan pria tersebut.

"Hanya sedikit,bukan masalahkan?"

Rain mengedikan bahunya tak tau,tangannya bergerak mengambil benda berwarna hitam gelap dimeja,barang yang ia bawa tadi,dan bibirnya mulai terangkat.

"Kita tidak bisa menyimpulkan,ini masih potongan pazel,istirahatlah nanti sakit,dombetku bisa terkuras jika begitu"

Xia memutar matanya malas,baru bersuara"menyingkirlah,aku akan tidur disini!"

"Kau menjengkelkan"umpat Rain namun tak bergerak,hanya jarinya yang mulai menari diatas keyboard.

Matanya membelalak dan wajahnya diperdekatkan dengan laptop untuk memperjelas informasi yang ia dapatkan,setelah membaca beberapa kali wajahnya menjadi sedingin es,dan melirik Xia yang meringkuk disampingnya dengan mata terpejam.

"Kita harus pergi!"gumannya lalu mengambil ponsel disakunya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!