NovelToon NovelToon

SUAMIKU ADALAH CALON IPARKU

episode 1

"Sudahlah jangan menangis terus, saya pusing mendengarnya. kamu pikir saya senang dengan pernikahan ini, saya juga korban."

Sebuah suara mengagetkan Bianca. dia menoleh kearah suara itu yang ternyata berasal dari Reyhan pria yang sudah sah bergelar suaminya kini.

"kalau pusing mendengarnya tutup saja telinga!" ujarnya ketus. Reyhan tersenyum getir menanggapinya.

"Tak pernah terbayangkan akan mengalami rasa malu seperti ini," ucapnya lagi masih dengan mata yang basah.

"Tentang malu, saya rasa semua kena imbasnya. saya, kamu dan semua keluarga kita."

Tangisnya sudah mulai mereda. diam diam dia memperhatikan Reyhan.

"Pria ini mengaku menjadi korban, tapi dia kelihatan tidak terlalu terbebani dengan masalah ini." batin Bianca heran.

"Saya juga sama. ingin marah, menangis, dan teriak sekencang kencangnya. rasanya tidak bisa terima dengan semua yang terjadi. tapi saya tidak melakukanya. tau kenapa? karena saya tau itu perbuatan konyol. mendingan cari solusinya ketimbang menyesali yang sudah terjadi," kata Reyhan seolah menjawab pertanyaan yang ada di hati Bianca.

"Benar juga sih kata katanya."

tapi bukan Bianca namanya kalau segampang itu menyerah kalau sedang berdebat.

"Anda bisa bicara begitu karna anda cowok.

secara moral cewek lah yang paling merasakan dampaknya," ucapnya sengit.

"Gadis keras kepala! tak ada guna meladeninya berdebat." pikir Reyhan.

"Kalau begitu menangis saja terus. siapa tau dengan begitu bisa merubah semua yang sudah terjadi."

Bianca terdiam. dia mengagumi cara pikir Reyhan yang dewasa menghadapi masalah.

Reyhan berlalu keluar kamar membiarkan gadis itu termenung sendirian.

Yang membuat Bianca bertambah sedih saat mengingat ayah dan ibunya. kesedihan terlihat jelas di mata mereka mengetahui masalah yang menimpa putri tunggalnya.

kata kata sang ayah kembali terngiang di telinganya.

"Yang sabar ya Nak. ayah percaya pasti ada hikmah di balik semua masalah. ayah juga yakin menyerahkan dirimu pada Reyhan. dia akan jadi imam yang baik untukmu, ayah sangat percaya itu," ucap ayahnya sambil mendekap kepalanya.

Setelah dua jam an merenung sendiri. dia merasakan perutnya berbunyi.

" Rasanya lapar sekali, dari mulai acara tadi siang belum di isi apa apa," keluh Bianca

Sambil memegangi perutnya.

setelah berpikir sejenak dia berjingkat mendekati pintu, di putarnya handle pintu pelan pelan, setelah merasa aman dia menuju kedapur dengan harapan masih ada sisa makanan acara tadi siang.

Tapi sial, tak ada satu makanan pun yang dia dapat. Bianca berjongkok memeluk lututnya.

" Ayah ibuu.." ratapnya. tak terasa air matanya kembali berlinang mengingat kedua orang tuanya yang begitu memanjakannya. walaupun berasal dari keluarga yang tidak sekaya keluarga Reyhan, namun Bianca selalu bermandikan kasih sayang dari orang tuanya, terutama dari ayahnya yang sangat dekat dengannya.

Bianca bermimpi jatuh kedalam jurang yang sangat tinggi, badanya terhempas membentur bebatuan. seketika matanya terbuka dan menjerit karna kesakitan.

tapi dia lebih kaget lagi saat menyadari itu bukan mimpi, baru saja Reyhan suaminya yang dingin itu menghempaskan tubuhnya di kasur.

"Kenapa? " tanyanya ketus saat melihat mata Bianca melotot padanya.

"Jangan berani pegang pegang ya, ingat kita ini menikah hanya pura pura!" kata Bianca tak kalah keras.

"Hei.. sebenarnya saya malas di dekat kamu apalagi pegang pegang, tapi kelakuanmu itu jangan sampai membuat mama saya curiga.

lagian kenapa meringkuk di dapur?"

Bianca terdiam, sebenarnya dia mau bilang kalau dirinya kelaparan tapi saat melihat Reyhan menatapnya aneh dia mengurungkan niatnya.

"Sebenarnya apa sih maksud pria ini, kalau memang dia tidak perduli padaku kenapa dia membawku ke kamarnya, harusnya biarin saja aku pingsan di sana," omel Bianca .

"Ini sudah malam, ngomel saja kaya emak emak. saya harus istirahat. besok saja lanjutin dramanya!" kata Reyhan tanpa membalikkan badan. dia tidur di sofa yang ada di pojok kamar

""Apa? aku di bilang lagi drama, keterlaluan memang," dengus Bianca kesal.

Dia melirik jam dinding besar yang tergantung antik di tembok kamar itu. waktu sudah pukul tiga dini hari, karna lelah dan lapar, kantuknya tak tertahan lagi ahirnya dia tertidur dengan masih memakai kain dan kebaya saat ijab kemarin.

Bianca menggeliatkan badanya saat mendengar ketokan di pintu,

"Non di tunggu nyonya di meja makan." suara dari luar pintu.

"Iya sebentar," jawabnya., namun matanya mencari keberadaan Reyhan.

"Hah aku kesiangan. dimana monster itu?" pikirnya.

tanpa menunggu lagi Bianca membuka tas yang berisi beberapa baju ganti dan keperluan pribadinya.

Setelah mandi dan bersih bersih seperlunya dia bergegas keruang makan disana sudah menunggu sang nyonya besar alias mertuanya sedang duduk dengan anggun.

"Selamat pagi Bi..," sapanya dengan ramah.

"Pagi ma..," jawab Bianca kikuk.

"Ayo sarapan." mereka mulai menyendok nasi kepiring masing masing.

Bianca yang memang merasa lapar sangat bernafsu melahap hidangan yang tersaji.

"Uhuk uhuk.." karna terlalu bernafsu Bianca tersedak.

"Pelan pelan Bi..." bu Widya menyodorkan segelas air.

"Makasih ma," ucapnya malu.

"Gila, rasanya baru kali ini aku makan seperti orang yang tak pernah menemui makanan selama seminggu, pasti bu Widya ngetawain aku dalam hatinya." batin Bianca.

"Ohya.. kalau kamu mencari Rey, pagi sekali dia sudah berangkat ke kantor. ada meeting penting katanya." Bianca hanya mengangguk. lagian dia tidak perduli Reyhan berada di manapun.

Bu Widya sama sekali tidak menyinggung nyinggung tentang Arjuna.

sampai acara sarapan selesai Bu Widya hanya membahas tentang Reyhan saja. kalau di amati dengan seksama sama sekali tidak ada kesedihan di mata bu Widya karna putra keduanya menghilang tanpa berita.

"Ah mungkin ini cuma prasaanku saja."

Bianca menepis pikiran buruknya.

setelah itu dia sibuk mengontek teman temanya untuk mencari tau keberadaan Arjuna. namun tak satupun dari mereka yang memberi kabar gembira.

****

Sementara itu di sebuah rumah kosong di tempat agak sepi.

"Aah kepalaku berat sekali," keluh seorang pria sambil memegangi kepalanya. Ia baru terbangun dari tidurnya. Ia bertambah kaget saat menyadari dirinya tidur tanpa busana, begitu pula dengan tubuh perempuan di sampingnya.

"Kau sudah bangun sayang," ucap perempuan itu sambil menarik badan pria itu kembali tidur. namun sang pria menghempaskan tanganya dengan kasar.

"Jelaskan padaku! kenapa aku bisa di sini dan kau siapa? bukankah aku harus menikah dengan Bianca? astagaa apa yang terjadi?"

Arjuna meremas rambutnya sendiri stelah menyadari apa yang terjadi.

"Kenapa nanya ke aku? kau yang sudah membawaku kesini, dan lihat apa yang sudah kau lakukan padaku. dan kau masih bertanya apa yang terjadi?"

Arjuna bangun dan memunguti pakaiannya.

"Apa maksudmu? aku tidak mengerti dengan semua ini."

Setelah memakai pakaiannya. dengan tergesa dia menyambar ponselnya dan keluar dari rumah kosong itu.

"Bianca pasti sudah menunggu aku," ucapnya sambil berlari.

" Calon istrimu tidak akan mau terima kamu kembali Juna!" teriak wanita itu sambil tersenyum simpul.

"Misi selesai." ucapnya ringan.

Cukup jauh Arjuna berjalan kaki baru sampai di jalan besar. karna tak ada taxi di tempat itu maka dia terpaksa menyetop ojek.

Arjuna merasa bingung kenapa dia bisa bersama wanita itu di rumah kosong pula.

" Ayolaah Bi.. angkat!" kata Arjuna merasa kesal karena ponsel Bianca sibuk.

Dia berpikir kalau calon istrinya itu pulang ke kerumahnya. diapun langsung menuju kerumah Bianca.

Sesampainya disana dia mengetok pintu dengan terburu buru.

"Yaa sebentar, tidak sabaran banget," ujar suara dari dalam.

ketika pintu terbuka terlihat sosok pak Burhan muncul dari balik pintu.

"Arjuna?" Pak Burhan terlihat kaget.

"Pak saya mau bicara sama Bianca," ujarnya memohon.

"Bianca tidak ada disini," jawab pak Burhan. namun Arjuna belum percaya.

"Bi.. keluarlah Bi, aku mau jelasin semua."

Arjuna berteriak memanggil Bianca.

"Bapak tidak bisa berkata apa apa, sebaiknya kamu pulang dan selesaikan masalah ini dengan keluargamu," perintah pak Burhan dengan hati yang berkecamuk.

"Arjuna kembali secepat ini? lalu bagaimana nasib pernikahan Bianca dan Reyhan?" kata pak Burhan dalam hati.

Arjuna melangkah pergi dengan lunglai.

"Apa yang sebenarnya terjadi? dimana kamu Bi, dia pasti benci banget padaku" jerit hati Arjuna.

Saat Arjuna memasuki rumah. seisi rumah menatapnya dengan aneh.

"Ada apa, kenapa melihatku seperti itu?" bentak Arjuna pada para pelayannya.

tanpa berani berkata apa apa para pelayannya berlalu.

Mendengar suara ribut ribut dari ruang tengah membuat Bianca terusik dan keluar dari kamarnya.

"Kau masih ingat jalan pulang Jun?" sapa Bianca dengan suara yang di buatnya setenang mungkin.

"Ternyata kau disini Bi..," ucap Arjuna dengan gembira.

Arjuna melangkah hendak memeluk Bianca, namun Bianca menghindar dengan cepat.

"Stop! kau pikir setelah apa yang kau lakukan padaku masih berhak atas diriku?" bentak Bianca.

Arjuna tak tau lagi bagaimana cara menjelaskan pada Bianca bahwa dirinya telah di jebak seseorang.

"Kita mulai dari awal ya Bi.. aku mohon!"

Bianca masih menangis, tiba tiba dia merasa jijik dengan pria di depannya itu. dia juga tak mengerti kemana hasrat cinta yang menggebu pada Arjuna selama ini. yang ada kini hanyalah perasaan jijik benci dan semacamnya.

"Kamu masih mencintaiku kan, seperti aku mencintaimu. itulah yang membuatmu mau bertahan dirumah ini," kata Arjuna penuh percaya diri.

"hai para readers, salam kenal , ini karya perdana aku, mohon dukungannya ya, dengan like dan koment🙏🙏

Episode 2

"Kau masih mencintaiku kan, seperti aku mencintaimu. itulah yang membuatmu mau bertahan dirumah ini." kata Arjuna penuh percaya diri sambil meraih tangan Bianca.

Tapi Bianca menepisnya dengan kasar.

"Segitu bencinya sama aku Bi, semua yang terjadi bukan atas kehendak ku, aku di jebak, tolong percayalah!" suara Arjuna meratap.

"Owh.. di jebak ya? lalu apakah ini juga jebakan?" Tanya Bianca sinis sambil memperlihatkan sebuah rekaman video adegan panas berdurasi pendek antara Arjuna dan seorang wanita.

Arjuna tercengang. dia heran kenapa Bianca bisa punya rekaman itu.

"Kau dapat darimana rekaman itu?' tanya Arjuna kaget.

"Masih mau ngelak? sindirnya saat melihat Arjuna menjadi gugup.

Bianca berusaha menata hatinya yang bergemuruh.

" Aku akui, dulu aku cinta mati sama kamu, bahkan sampai dua jam yang lalupun aku masih mengharapkan dirimu. tapi mulai detik ini aku merasa muak bahkan jijik melihatmu," teriak Bianca dengan muka merah padam karna amarah.

Arjuna masih terdiam.

"Ternyata selama ini kamu sering jalan dengan perempuan lain di belakangku. bahkan tidak hanya satu mungkin sama puluhan cewek di luar sana. bodohnya aku selama ini percaya seratus persen sampai sampai aku tidak mau mendengar kebenaran, walaupun itu dari mulut sahabatku sendiri." sesal Bianca di sertai airmata yang membanjiri pipi mulusnya.

"Tidak Bi, itu tidak benar. entah siapa yang ada di balik semua ini," bantah Arjuna.

"Tidak usah mencari kambing hitam. karena kau sudah tertangkap basah," pekik Bianca.

Mau tak mau suara keributan itu memancing semua penghuni rumah besar itu untuk menyaksikan perdebatan mereka.

Di antara para pelayan di rumah itu terdapat sepasang mata yang mengawasi mereka dengan serius.

"Ok, aku ngaku salah. aku akui kalau sering jalan dengan mereka, tapi itu cuma sekedar jalan saja, mereka itu cuma selingan disaat kamu tidak ada waktu buatku, kau kan tau kalau kau susah banget di ajak jalan. dan kalau tentang rekaman itu, sumpah B, aku tidak tau," kata Arjuna membela diri.

Bianca membuang muka. mengatur nafasnya yang memburu karena emosi.

Memang Bianca akui, jarang bisa menemani Arjuna. dirinya adalah tipe gadis rumahan yang tak suka foya foya, shoping dan lainya. Arjuna sering mengeluhkan semua itu. namun Bianca tak pernah menganggapnya serius.

namun itu bukanlah alasan untuk selingkuh menurutnya.

"Oow jadi begitu ya? mereka cuma selingan? dan bukan tidak mungkin kau juga bilang pada mereka bahwa aku juga cuma selingan." ucap Bianca dengan nada semakin tinggi.

"Bukan gitu maksud aku sayang.." Arjuna menggaruk kepalanya yang tidak gatal. dia tidak menyangka Bianca akan membalikkan kata katanya.

"Bi.. harus gimana lagi aku jelasinnya?" Arjuna merasa putus asa.

Di lubuk hatinya yang paling dalam, Bianca merasa bersyukur karna tidak jadi menikah dengan lelaki hidung belang di depannya.

"Sudahlah Jun, aku mau istirahat. mulai sekarang aku tidak akan menangisimu lagi. Air mataku terlalu mahal untuk pria sepertimu."

Setelah berkata demikian Bianca hendak melangkah meninggalkan tempat itu. tapi dengan sigap Arjuna menangkap pergelangan tangannya.

"Jangan hukum aku seperti ini Bi." Arjuna menarik tubuh Bianca kedalam pelukannya.

"Lepaskan!" Bianca meronta dalam dekapan Arjuna.

"Tidak akan aku lepaskan sampai kau mau maafin aku." Arjuna semakin mengeratkan dekapanya. sedangkan Bianca terus meronta dan memukuli dada pria itu.

"Lepaskan Bianca Jun!!"

sebuah suara nyaring berwibawa memaksa Arjuna untuk menoleh ke arah suara itu.

"Lepaskan dia, Mama akan jelaskan semua." Bu Widya mendekati mereka.

"Mama." ucap Arjuna lirih sambil melepaskan dekapanya pada Bianca.

"Mama minta maaf, Mama lah yang paling bersalah dalam hal ini. mama juga penyebab kalian berpisah."

"Apa maksud Mama?"

Bu Widya menarik nafas panjang.

"Mama panik saat tau kamu tidak ada. sedangkan waktu ijab kabul hendak di mulai, para tamu sudah menunggu. ahirnya mama minta kesediaan abangmu untuk duduk di pelaminan." Bu Widya mengahiri kalimatnya dengan tatapan bersalah dan berlinangan air mata.

"Jadi..?" Arjuna terduduk lesu di lantai saat tau yang sebenarnya terjadi.

"Iya nak, lepaskan Bianca!"

Bu Widya memeluk pundak anaknya. sedang Arjuna terdiam tidak tau harus berkata apa.

"Kau harus belajar menerima kenyataan, masih banyak wanita cantik yang menantimu di luar sana," ucap bu Widya menghiburnya. "sebenarnya mereka sudah menolak, tapi Mama yang paksa demi nama baik keluarga."

Bianca membuang mukanya saat Aruna menatapnya dengan sendu.

Entahlah.. setelah mengetahui perbuatan Arjuna selama ini di belakangnya membuat gadis cantik itu sangat membencinya. bagaimana tidak? dalam video yang di kirim oleh nomer yang tidak di kenalnya itu, juga memperlihatkan kemesraan Arjuna dengan beberapa wanita cantik di berbagai tempat dan waktu. Bianca pun bertekad akan mengahiri drama ini dan secepatnya angkat kaki dari rumah megah namun bagai neraka untuknya itu.

Arjuna tidak bisa menerima kenyataan bahwa kekasihnya kini menjadi kakak iparnya. dia menangis sambil mengacak acak rambutnya.

Bu Widya memberi isyarat pada Bianca agar meninggalkan mereka berdua.

Bianca yang mengerti langsung beranjak pergi ke kamar tanpa memperdulikan tatapan Arjuna padanya.

"Sebenarnya kau menghilang kemana Jun? ponsel tidak aktif, dan kau tau kan kalau kemarin itu adalah hari penting buatmu?" tanya Bu Widya sambil membelai rambut anaknya.

"Aku tidak mengerti Ma.. seingatku, aku hanya minum kopi bersama temanku di sebuah kafe, setelah itu aku tidak ingat apa apa lagi. saat aku tersadar, aku sudah bersama perempuan itu di sebuah rumah kosong. aku tidak tau apa pa Ma," ucap Arjuna menggeleng gelengkan kepalanya.

"Iya, Mama percaya.. " polisi sudah mengurusnya, nanti pasti ketahuan siapa dan apa motif dari semua ini." hati Bu Widya terenyuh melihat keadaan putranya.

"Ah paling juga ini hanya untuk beberapa hari saja. Arjuna akan segera melupakan Bianca,"

kata Bu Widya dalam hatinya.

Setelah itu dia menuntun anaknya menuju kamar.

"Bersihkan badan! Mama akan menyuruh bik Yam untuk membawakan makanan."

Arjuna tak menjawab.

Bu Widya menatap Arjuna sejenak sebelum dia menutup pintu,

"Mama janji, Mama akan ganti dukamu dengan sesuatu yang lebih berharga," gumam nya sebelum benar benar meninggalkan kamar Arjuna.

Sementara itu, Bianca merasa gelisah dan tidak sabar untuk melihat kepulangan Reyhan.

Ia bertekad malam ini juga semua harus selesai. Ia juga sibuk mondar mandir di dalam kamar itu sambil memainkan ponselnya.

"Bagaimana aku menghubungi Reyhan kalau nomernya saja tidak punya," gumamnya.

Ahirnya seharian itu di lewatkan Bianca dengan mengurung diri di kamar sambil menyusun rencana.

Malam pun tiba, saat yang sangat di tunggu tunggu oleh Bianca. namun sialnya tiba tiba dia merasakan sakit perut.

"Mudahan monster itu tidak datang dulu sebelum aku selesai.."

Reyhan si pria berwajah manis dan kharismatik itu pun datang saat Bianca masih di dalam kamar mandi.

Sepert kebiasaanya kalau pulang kantor, dia langsung masuk kamar lalu menanggalkan baju kebesaranya terus menghempaskan tubuhnya di ranjang yang empuk. Memejamkan mata sejenak dan melepas semua penat.

Baru saja matanya terpejam, tiba tiba ia kaget menyadari sesuatu.

"Ohya, dimana gadis itu?"

matanya mencari cari di seluruh ruangan, yang ada hanya beberapa barang milik gadis itu yang tercecer di lantai.

"Dasar gadis jorok." pikirnya.

Setelah beberapa menit berlalu gadis itu tak jua muncul, membuat Reyhan penasaran.

"Ngapain juga aku perduli sama dia, gadis jutek." lalu Reyhan mengambil handuknya di lemari dan masuk kamar mandi.

"Astaga kamu ngagetin saya saja. ngapain disitu?" tanyanya dengan suara agak keras.

Gadis itu tak menjawab, malah terus meringis memegangi perutnya yang kram.

menyadari ada yang tidak beres, Rey mengulurkan tangannya.

"Ayo bangun!"

Tapi Bianca menolaknya.

"Tidak usah sok baik,"

ucapnya terbata menahan sakit.

"Bukanya saya sok baik, masalahnya kamu itu di kamar saya, kalau ada apa apa kan saya terseret juga."

"Huh terseret terseret... emang banjir apa?"

Bianca masih sempat menggerutu sebelum menyadari tubuh kekar itu sudah mengangkatnya.

"Hey.. apa apaan ini? lepasin saya!" teriak Bianca meronta. namun apalah daya tenaganya di bandingkan tenaga pria seperti Reyhan.

Ada yang mau lanjut lagi nggak? kalau iya tolong tinggalkan jejaknya ya! biar kita tambah semangat nulisnya🙏🙏

Episode 3

"Auw! bisa pelanan nggak sih? sergah Bianca saat Reyhan menghempaskankan tubuhnya begitu saja di atas kasur.

tanpa bicara Reyhan memberikan sesuatu kepada Bianca.

"Sakit perut kan, minum itu waktu makan malam segera tiba, kamu harus hadir di meja makan!" ucap Rey tegas.

Bianca mengamati obat yang di berikan Reyhan.

"Mau ngasi obat apa racun? aku kan belum makan di suruh minum, lagian tuan monster sok tau, ini sakit perut yang lain," kata Bianca.

"Tidak usah hawatir, saya juga masih waras untuk bermasalah dengan meracunimu. itu obat yang sering saya konsumsi tanpa makan terlebih dulu," ucap Rey tanpa menatap Bianca sedikitpun.

Bianca meringis menahan sakit di perutnya.

"Saya tidak mau minum ini, saya punya obat sendiri, tapi sayangnya tidak ada persediaan." Reyhan yang sudah hendak masuk kamar mandi, jadi berbalik menatapnya.

"Jangan keras kepala, saya tidak perduli apapun tentangmu, cuma yang saya jaga adalah perasaan mama saya. jangan sampai dia tau dan kecewa kalau mengetahui keadaan kita sebenarnya."

"Tuan monsteeer.. saya hanya mau minum obat yang biasa saya minum, gimana ngejelasinya." Bianca ikut bingung karna Reyhan tidak peka, kalau sebenarnya dia mengalami sakit perut rutin setiap akan datang tamu bulanan.

Rey menatapnya serius.

dia membandingkan sifat antara Bianca dan Clara.

Clara adalah wanita yang dekat dengannya sudah empat tahun lamanya.

Bianca mempunyai sifat pemberontak namun mandiri,

sedang Clara lebih penurut, manja tapi banyak menuntut.

Bianca merasa kikuk di tatap seperti itu.

"Ini biasa terjadi pada wanita kalau mau datang bulan." tanpa di sadari Bianca keceplosan karna menyangka Rey marah akan sifat kerasnya.

Mendengar itu Reyhan mengurungkan niatnya ke kamar mandi. dia membuka lemari dan mengacak isinya. tak disangka dia mengeluarkan jamu datang bulan yang di maksud Bianca.

"Ini kan? cepat minum, lalu bersiap untuk makan malam!" ujar Reyhan lalu menghilang di balik pintu kamar mandi.

Bianca masih tercengang.

"Kenapa dia punya obat husus wanita, ah masa bodo yang penting aku bebas dulu dari rasa sakit yang menyiksa ini." lalu dia meminumnya seperti biasa.

setelah beberapa menit Reyhan keluar dari kamar mandi dengan baju santai, hanya memakai kaos dan celana rumahan sebatas lutut. rambutnya yang lebat masih setengah basah, bibir tipis dengan rahang yang tegas menambah pesonanya.

Bianca tak berkedip menatapnya.

merasa dirinya di perhatikan Rey menatap balik.

"Kenapa?" tanya Rey sambil mengernyitkan dahinya.

"Eengg.. tidak, cuma mau bilang makasi, obatnya manjur, nih saya sudah sehat" Bianca berdiri sambil memutar tubuhnya, tapi yang sebenarnya dia merasa malu dan gelagapan karna ketahuan sedang mengagumi Reyhan.

"Owwh" hanya itu yang keluar dari mulut Reyhan.

Di saat yang sama..

"Tok tok tok.. mas Rey, mbak Bianca silahkan turun sudah di tunggu nyonya" suara bik Yam memecah keheningan di antara Rey dan Bianca.

"Tuh sudah di panggil, cepetan rapiin rambut kamu tu berantakan" ucap Rey sambil berlalu keluar.

"Ngapain aku harus rapi rapi, toh malam ini yang terakhir aku disini, tapi bentar, kalau di perhatikan dia keren juga."

Pikirannya melayang pada sosok Rey yang cuek, berwajah manis dan bersahaja. Yang membuat Bianca terkesan adalah sikapnya yang bertanggung jawab dan dewasa, walaupun tersembunyi di balik sikapnya yang cuek dan dingin. Inilah yang di harapkanya selama ini dari Arjuna., "Aaah apa yang ku pikirkan." Bianca menepuk jidatnya sendiri.

"Lho Rey mana Bianca?" tanya Bu Widya saat melihat Rey turun sendiri tanpa istrinya.

"Bentar lagi nyusul. oh ya, Rey dengar Juna pulang Ma, dimana dia.. Rey mau bicara penting padanya" Bu Widya terdiam sesaat.

"Ada di kamar.. dia belum mau keluar, kita harus maklumi kalau dia belum bisa menerima dengan ikhlas pernikahanmu dengan Bianca." Reyhan termenung mendengarkan.

"Tapi kamu jangan agu, mama yakin Juna bisa melewati masa masa sulit ini." ucap bu Widya.

"Justru yang akan ku katakan ada kaitannya dengan masalah ini Ma."

"Baiklah, coba kamu bujuk adikmu."

Reyhan berjalan menuju kamar Arjuna.

"Jun buka pintunya, Abang mau bicara sesuatu." cukup lama Arjuna tidak membuka pintu. namun Reyhan terus membujuknya.

ahirnya Juna menyerah dan membuka pintu

"Ayo makan malam, Abang mau bicara penting pada kalian, ini menyangkut Bianca kamu dan Abang."

"Abang mau bilang apa? aku memang salah Bang, tapi tak pantas juga di hukum seperti ini."

"Iyaa Abang sangat tau prasaanmu saat ini, makanya ikut yuk! kalau semua setuju Abang akan menceraikan Bianca."

Arjuna yang semula tertunduk jadi kaget dan menatap Rey tidak percaya.

"Iyaa.. kalau itu kebahagiaanmu satu satunya kenapa tidak?" ucap Rey yakin.

Ada sedikit harapan di hati Juna, tapi kembali menciut saat teringat sikap Bianca kini yang sangat membencinya.Mungkinkah dia akan menerimanya kembali?

Rey merangkul adiknya.

"Dasar anak bodoh, bertahun tahun kita bersaudara kau tidak kenal Abangmu ini. masak hanya karna seorang gadis persaudaraan kita akan hancur."

Arjuna membalas rangkulan abangnya.

Dengan beriringan mereka menuju meja makan.

Bu Widya sangat heran melihatnya.

"Bisa kita mulai acara makannya?"

" Owh.. bisa, bisa. tapi sebaiknya kita tunggu Bianca dulu."

Saat itu datang Bianc. dia berjalan dengan gemulai, rambutnya di biarkan tergerai.

semua mata tertuju kearahnya tak terkecuali Reyhan.

"Silahkan duduk Bi.." Juna menarik kursi untuknya, Bianca tak bereaksi.

"Ok, semua sudah lengkap ayo kita mulai."

Acara makan malam keluarga terhormat itu pun di mulai.

Acara makan malam itu terasa kaku, namun Reyhan berusaha mencairkan suasana dengan banyak bercerita masalah kantornya.

Bianca merasa heran kenapa tidak ada perselisihan di antara kakak beradik itu, setelah apa yang terjadi.

Makan malam pun selesai.

"Oh ya, Rey mau bilang sesuatu. Seperti kita tau apa yang terjadi sempat membuat ketegangan di keluarga ini. karna itu Rey mau meluruskan ya." Reyhan membuka perbincangan dengan serius tapi terkesan santai.

"Ma, karna Mama yang paling di tuakan disini. Rey mohon maaf sebelumnya, tapi apa yang jadi keputusan Rey ini adalah yang terbaik untuk kita, terutama untuk Juna dan Bianca."

Dada Bianca berdebar mendengarnya.

"Apa yang mau di omongin tuan monster ini," batin Bianca.

"Ma, Rey tidak mau menyakiti hati mereka." Mata Reyhan melirik kearah Juna dan Bianca.

"Karna itu Rey akan mengurus perceraian dengan Bianca, biarkan dia kembali pada cintanya."

"Rey??" Bu Widya kehilangan kata katanya.

Sedang Bianca merasa shock tidak menduga apa yang sudah di rencanakan Reyhan.

sedangkan Arjuna? tentu saja dia merasa senang, memang itu harapanya.

"Mama tidak setuju! taroh dimana muka mama kalau di tanya baru sehari kalian nikah sudah cerai" Bu Widya membetulkan kaca matanya yang melorot karna emosi.

"Tapi apa Mama tega mengorbankan kebahagiaan anak Mama hanya karna kehormatan keluarga?" tanya Arjuna.

"Apapun alasannya mama tidak setuju!" Bu Widya tetap pada pendiriannya.

"Ayolah ma.." Reyhan belum sempat melanjutkan karna teriakan Bianca yang cukup keras.

"Stop semuanya..!!" semua beralih memandang Bianca yang bercucuran air mata sambil memegangi kedua telinganya.

"Bi.." Arjuna berusaha menyapanya.

"Diam!, aku bukan binatang yang bisa kalian over kesana sini, yang hari ini menikah dengan kakaknya dan besok dengan adiknya. aku punya hati, aku juga punya kemauan. kenapa kalian tidak bertanya apa pendapatku?" semua terdiam mendengar kemarahan Bianca.

"Ok, saya salah karna tidak meminta pendapatmu, tapi bukankah bersatu kembali dengan Juna itu keinginanmu?" Reyhan menatap lekat gadis di depannya.

"Tuan Reyhan yang terhormat, anda memang genius, tapi anda buta tentang hati dan perasaan. dengarkan baik baik. saya ingin bercerai dengan anda!"

Seulas senyum tersungging di bibir Arjuna.

sedangkan bu Widya hanya diam.

"Tapi saya juga tidak mau kembali pada dia!" ucap Bianca tegas.

semua tercengang.

"Bi.. pikirkan lagi keputusan kamu itu."

Bianca tidak menggubris rengekan Arjuna.

" Sementara tuan Reyhan mengurus surat cerai, malam ini juga saya mau pulang kerumah orang tua saya." Bianca melangkah dengan tenang meninggalkan meja makan. Namun tiba tiba Bu Widya ambruk dari kursi.

Serentak Reyhan dan Arjuna m mendekat dan menolongnya.

"Rey.. cegah dia pergi, apapun caranya cegah dia keluar dari rumah ini." Reyhan dan Arjuna saling pandang.

Bianca yang melihat Bu Widya jatuh ahirnya kembali untuk melihatnya.

"Tolong jangan pergi Bi.. mama mohon dengan sangat" Bu Widya memegang tangan Bianca. Reyhan memberi isyarat pada Bianca untuk mengiyakannya.

Di tengah kebingungannya Bianca mengangguk.

Sementara ini kesehatan Bu Widya lebih penting, yang lain biarlah nanti di bahas lagi, kata Bianca dalam hati.

MAU LANJUT? MOHON DUKUNGANYA DOnG! masih ingatkan caranya? dengan like, koment dan vote nya🙏🙏

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!