"Mami ada ide, bagaimana kalau Kinanti kita jebak dengan seorang pria di kamar hotel? Kalau perlu buat dia sampai hamil. Bagaimana menurut kamu?"
"Mami yakin, ayahnya pasti sangat marah kalau tahu Kinanti hamil. Hal itu dapat mencemarkan nama baiknya. Setelah Kinanti diusir, kita bebas menguasai harta kekayaan ayahnya," jelas Mami Cindy.
"Lantas bagaimana caranya Mi? Kinanti itu sulit dibodohi. Aku yakin pasti dia menolak, saat aku ajak dia pergi," sahut Emeli.
"Urusan Kinanti, biar Mami saja yang urus. Tugas kamu mencari laki-laki yang mau meniduri dirinya, dan berpura-pura kalau kamu mengajak dirinya ke pesta ke klub malam. Kamu atur di sana, buat dia mabuk dan masukan obat perangsang ke minumannya," ucap Mami Cindy dan Emeli tampak menganggukkan kepalanya.
Cindy adalah ibu tiri dari Kinanti. Ibu kandung Kinanti telah meninggal saat Kinanti duduk di bangku kuliah semester awal, karena sakit. Karena sang bunda terus memikirkan suaminya yang selingkuh dan bahkan telah menikah secara siri. Cindy adalah seorang janda beranak satu, dia memiliki anak yang bernama Emeli. Kehadiran Cindy dan Emeli membuat, Ayah Johan menjadi berubah.
Terlebih saat sang ayah membawa ibu tirinya ke rumah, rumah yang awalnya terasa tenang dan penuh kasih sayang berubah menjadi sebuah neraka bagi Kinanti. Namun, Kinanti berusaha untuk bertahan untuk tetap tinggal di sana. Dia tak ingin ibu tirinya merebut semua yang ayahnya miliki.
"Kinanti," panggil Cindy ketus. Seperti biasanya, Cindy tak pernah bersikap ramah kepada Kinanti.
"Ya, Mi. Ada apa?" jawab Kinanti lembut. Kinanti memang sosok wanita yang lemah lembut.
"Jadi begini, besok malam Emeli akan menghadiri acara ulang tahun temannya di sebuah Klub malam. Mami ingin kamu menemaninya," jelas Mami Cindy.
"Ta-tapi, Mi. Aku tak biasa mengunjungi tempat seperti itu. Maaf, aku tak bisa menemani Emeli," jawab Kinanti membuat Mami Cindy merasa geram.
Dia langsung menarik rambut panjang Kinanti dengan kasar, membuat Kinanti menjerit kesakitan dan bahkan sampai meneteskan air matanya dan meminta ampun. Hal ini bukan pertama kali ibu tirinya melakukan hal itu.
Namun, setiap kali dia mengadu kepada sang ayah. Sang ayah justru memarahi dirinya. Menuduh dirinya telah mengadu domba. Rasanya tak ada artinya, Kinanti mengadu tentang kejahatan yang dilakukan ibu tirinya kepadanya.
"Ampun, Mi. Iya, Kinan akan menuruti permintaan Mami," ucap Kinanti yang kini sudah terisak tangis. Air matanya mengalir deras, dan bahkan dia menangis hingga sesenggukan.
"Nah, gitu dong! Coba dari tadi, Mami 'kan tak perlu bersikap kasar kepada kamu. Untuk urusan baju, nanti mami yang akan belikan. Kamu hanya tinggal memakainya," ucap Mami Cindy dan Kinanti hanya menganggukkan kepalanya patuh.
"Ya sudah sana, persiapkan diri kamu untuk besok malam," usir Mami Cindy sambil tersenyum sinis.
Dia yakin rencananya akan berhasil, suaminya akan mengusir anak kandungnya. Itu pertanda, kesempatan untuknya menguasai harta kekayaan Johan semakin besar. Dia berniat akan membunuh Johan secara perlahan. Jika Kinanti pergi, tak akan ada lagi yang akan menghalangi rencananya.
"Mi, pakaian ini seksi sekali. Aku tak nyaman menggunakannya. Makeup ini juga terlalu tebal," protes Kinanti. Karena Kinanti tak pernah sekalipun berpakaian seksi, dia juga tak pernah memakai riasan di wajahnya. Kinanti selalu berpakaian sederhana, dan kecantikannya alami.
"Sudah jangan protes! Mami paling tidak suka anak membangkang! Sekali-kali tak apa, agar kamu tak terlihat kampungan," ucap Mami Cindy. Hingga akhirnya mau tak mau Kinanti harus berpakaian kekurangan bahan.
Kinanti dan Emeli sudah dalam perjalanan menuju klub malam tempat Emeli akan menjebaknya. Emeli sudah menyewa seorang laki-laki untuk memper*kosanya. Emeli juga sudah menyewa sebuah kamar hotel untuk Kinanti melewati malam ini bersama laki-laki yang sudah dia sewa.
Kinanti tampak tak merasa nyaman saat berada di sana. Terlebih banyak mata pria yang memandang lapar ke arahnya.
"Em, jam berapa acara ulang tahun teman kamu?" tanya Kinanti. Dirinya sudah tampak gelisah.
"Mungkin sebentar lagi. Kamu tunggu dulu ya di sini. Aku mau pesan minuman dulu," ujar Emeli dan Kinanti mengiyakan.
Emeli memesan dua gelas wine untuk dirinya dan juga Kinanti. Tak lupa dia juga memasukkan obat perangsang ke dalam minuman Kinanti.
"Selamat datang kehancuran untuk kamu," ucap Emeli yang tersenyum penuh kepuasan.
"Ini untuk kamu, dan ini untuk aku," ucap Emeli.
"Ini minuman apa, Em? Mengapa rasanya tak enak?" tanya Kinanti saat meminum minuman yang diberikan Emeli.
"Sudah minum saja! Disini hanya minuman itu saja yang ada. Coba saja sekali-kali tak apa. Nanti lama-lama kamu juga suka," ujar Emeli.
Emeli tersenyum licik, saat Kinanti sudah menenggak habis minuman yang diberikan olehnya. Perlahan tingkat kesadaran Kinanti semakin menurun, karena Emeli bukan hanya memberikan satu gelas saja. Emeli memberikan kembali, hingga Kinanti menenggak tiga gelas wine. Membuat Kinanti meracau tak jelas, dia juga sudah merasakan tubuhnya yang terasa panas.
Di tempat lain, Gio seorang CEO di perusahaan Karya Semesta sudah terlihat mabuk parah dan dalam pengaruh obat perangsang. Semua ini karena ulah temannya. Dia menjebak Gio, karena selama ini Gio tak pernah menyentuh wanita. Dia sangat anti melakukan hubungan suami istri sebelum menikah.
Emeli sudah membuat tubuh Kinanti dalam keadaan polos. Setelah tugasnya selesai, dia langsung pergi meninggalkan Kinanti seorang diri. Emeli hanya tinggal menunggu laki-laki suruhannya datang.
Bertepatan itu, Gio pun sudah berada di hotel. Temannya sudah menyiapkan seorang wanita untuk dirinya. Namun, Gio justru memasuki kamar yang sudah ada Kinanti di dalamnya.
Gio tampak menelan salivanya, saat melihat tubuh Kinanti terlihat sangat indah. Jiwa kelelakian muncul. Padahal selama ini, Gio sangat anti dengan wanita. Namun, malam ini dia merasakan yang berbeda. Terlebih dirinya kini sedang dalam pengaruh obat perangsang dan dalam keadaan mabuk.
Gio sempat menatap sejenak wajah wanita cantik di hadapannya. Libidonya memuncak, dan dia butuh pelepasan. Kinanti pun terus menggodanya. Hingga malam panas pun terjadi. Gio mulai mencumbu Kinanti dengan mesra, keduanya tampak bergairah.
Gio sempat memberikan stempel di sekujur tubuh Kinanti. Tak butuh waktu lama, milik Gio kini sudah menegang. Gio mulai mengarahkan miliknya ke milik Kinanti.
"Aaahh, sakit," teriak Kinanti. Bahkan dirinya sampai meneteskan air matanya. Kinanti tampak meremas sprei. Di hentakan ketiga, Gio berhasil merenggut kehormatan Kinanti.
Darah segar mengalir dari area sensitifnya. Gio langsung mencium bibir Kinanti kembali, dan dirasa Kinanti sudah terlihat tenang, Gio mulai memompanya. Hingga akhirnya dia berhasil meninggalkan benih di rahim Kinanti. Ternyata bukan hanya sekali saja Gio melakukannya. Tak lama kemudian, dia melakukannya lagi. Membuat Kinanti tak berdaya.
Gio terbangun lebih dulu, dirinya terkejut saat melihat seorang wanita yang sedang tertidur nyenyak tanpa sehelai benang pun. Wanita itu menutupi tubuhnya hanya dengan selimut. Keterkejutan Gio semakin bertambah, saat melihat bercak darah di sprei tempat mereka tidur.
"Wanita itu masih perawan?" Gio bermonolog.
Gio tampak memegangi kepalanya yang terasa sakit, dia mencoba mengingat kejadian malam tadi dengan wanita yang berada bersamanya. Dia tak ingin memiliki masalah, hingga akhirnya Gio memutuskan untuk pergi meninggalkan Kinanti tanpa jejak, sebelum Kinanti terbangun dari tidurnya.
Setelah kejadian malam itu, Kinanti terlihat murung. Hatinya merasa tak tenang, dirinya merasa takut kalau dirinya sampai hamil. Dia takut kalau nantinya sang ayah tahu, dia yakin sang ayah akan marah besar.
"Siapa sebenarnya laki-laki yang merenggut kehormatan aku? Aku takut dia meninggalkan benih di rahimku. Sedangkan aku tak tahu siapa laki-laki itu," ucap Kinanti lirih.
Tiba-tiba saja Kinanti merasa perutnya diaduk-aduk, membuat dirinya merasa mual, hingga akhirnya dia berlari untuk memuntahkan isi perutnya. Kepalanya juga terasa pusing. Keringat dingin bercucuran membasahi wajahnya, dengan tertatih Kinanti berjalan menuju ranjangnya.
Kinanti mencoba membaringkan tubuhnya di ranjang. Namun, baru saja dia membaringkan tubuhnya. Dia merasakan mual kembali, hingga akhirnya dia berlari kembali ke kamar mandi kembali untuk memuntahkan isi perutnya. Tubuh Kinanti terasa lemas, bahannya dirinya berjalan sempoyongan.
"Mengapa tiba-tiba saja aku terasa mual dan pusing? Apa yang sebenarnya terjadi kepadaku? Apa mungkin karena akhir-akhir ini aku merasa stres?" Kinanti bermonolog dengan pemikirannya sendiri.
Tiba-tiba saja dia teringat akan kejadian lima minggu lalu. Mungkinkah kejadian malam itu, telah meninggalkan benih di rahimnya? Kinanti terlihat semakin stres. Hingga akhirnya dia memilih untuk membeli testpack untuk meyakinkan hatinya.
Dengan menggunakan sepeda motor matic dia pergi ke mini market yang letaknya tak jauh dari perumahan dia tinggal. Dengan perasaan malu, Kinanti membeli dua buah testpack dengan merk yang berbeda. Setelah membelinya, Kinanti kembali ke rumah untuk segera melakukan tes.
Untungnya saat itu di rumah tampak sepi. Mami Cindy dan juga Emeli sedang pergi ke salon. Hingga dirinya bisa bernapas lega. Tangan Kinanti terlihat gemetar membuka bungkus testpack yang akan dia gunakan. Dia berharap, apa yang dia rasa saat ini hanya ketakutan dirinya saja.
Jantung Kinanti seakan terhenti, tubuh Kinanti merosot ke lantai. Seakan dirinya tak mampu berpijak. Air matanya jatuh satu persatu, saat melihat testpack yang dia gunakan menunjukkan dua garis merah. Rasanya dia ingin mengumpat takdir yang begitu kejam kepadanya. Seakan dunia tak berpihak kepadanya.
"Kinan ... Kinan! Dimana kamu?" Suara Mami Cindy terdengar memanggil-manggil nama Kinanti. Kinanti langsung memasukkan testpack itu di dalam tasnya. Dia tak ingin ibu tirinya mengetahui soal kehamilan dirinya.
Kinanti langsung bergegas menemui ibu tirinya. Dia tak ingin ibu tirinya bersikap kasar kepadanya, yang bisa saja melukai anak yang didalam kandungannya. Kinanti diperlakukan seperti seorang pembantu di rumahnya sendiri. Padahal di rumah itu, mereka memiliki pembantu. Tetapi ibu tirinya tak betah, jika tak menyuruh Kinanti bekerja.
Rasa mual menyerang dirinya kembali, hingga akhirnya Kinanti langsung berlari ke kamar mandi untuk muntah kembali. Mami Cindy dan Emeli tampak saling pandang, dan akhirnya mereka tersenyum. Mereka yakin kalau Kinanti saat ini sedang hamil. Mereka bersorak gembira dalam hati, karena rencananya berhasil untuk mengusir Kinanti dari rumah itu.
"Dasar wanita murahan! Katakan laki-laki mana yang menghamili kamu?" Mami Cindy langsung menarik tangan Kinanti dengan kasar dan melemparnya ke lantai. Membuat Kinanti meringis. Dia langsung memegang perutnya yang masih terlihat rata.
"Aku tahu kalau semua ini jebakan kalian 'kan yang membuat aku hamil seperti ini? Masih aku ingat, saat sebelum kejadian malam itu," ucap Kinanti.
Namun, semuanya tak ada artinya. Ucapan Kinanti, membuat keduanya tertawa terbahak-bahak. Menertawakan kondisi Kinanti saat ini.
"Selamat datang kesengsaraan, aku yakin ayah kamu akan mengusir kamu dari rumah ini. Kalau dirinya tahu kalau kamu sedang hamil," ledek Mami Cindy.
"Breng*sek! Dasar licik kalian, aku akan membalas semua perbuatan kalian," umpat Kinanti.
"Ya Allah tolong lindungi aku dan bayi dalam kandungan aku," ucap Kinanti. Akhirnya, Kinanti memutuskan untuk mempertahankan bayi dalam kandungannya.
Ayah Johan baru saja pulang dari kantor, wajahnya terlihat lelah. Bukannya dibuatkan teh, dirinya justru langsung mendapatkan laporan yang membuat dirinya sangat marah. Dia tak percaya kalau Kinanti saat ini sedang hamil. Karena menurut dia, Kinanti anak yang baik tak mungkin melakukan hal itu.
"Ya sudah kalau kamu tak percaya, kamu tanya langsung saja sana sama anak yang kamu agung-agungkan," ujar Mami Cindy ketus. Dia merasa kesal, karena suaminya membela anak tirinya.
Mami Cindy langsung masuk ke kamar Kinanti dan menarik tangan Kinanti secara paksa. Membawa Kinanti ke hadapan suaminya.
"Kinanti, jawab pertanyaan Ayah! Apa benar saat ini kamu sedang hamil? Siapa Ayah bayi itu?" tanya Ayah Johan. Dengan berat hati Ayah Johan menanyakan hal itu, karena dia sangat mengenal anaknya. Kinanti adalah sosok anak yang baik.
Kinanti tampak terdiam, dia memilih menundukkan kepalanya tak berani menatap wajah ayahnya. Hanya air mata yang mengungkapnya perasaannya.
"Kamu dengar tidak Kinanti, Ayah sedang bicara sama kamu?" bentak Ayah Johan.
Mami Cindy berhasil membuat suasana semakin memanas. Hingga akhirnya Ayah Johan tersulut api amarah. Ayah Johan menatap Kinanti dengan tatapan tajam.
"Iya, Ayah. Kinanti sedang hamil. Tetapi, Kinanti tidak tahu siapa Ayah dari anak yang Kinanti kandung saat ini. Semua ini karena jebakan dari Mami Cindy dan juga Emeli. Mereka membuat rencana agar Kinanti mabuk, dia juga memasukkan obat perangsang ke dalam minuman Kinanti. Hingga Kinanti tak sadar, melakukan dengan siapa," jelas Kinanti. Membuat mata Mami Cindy dan Emeli membulat sempurna.
Satu tamparan mendarat di wajah Kinanti, Mami Cindy merasa tidak terima dituduh seperti itu. Padahal memang seperti itu yang terjadi.
"Bisa-bisanya kamu berbohong, menuduh kami. Kami tak mungkin berbuat keji seperti itu kepada kamu. Memang, kamu tak pernah menerima aku sebagai Ibu kamu. Namun, bukan berarti kamu bisa menuduh aku seperti itu." Mami Cindy berakting, berpura-pura merasa sedih karena dituduh Kinanti seperti itu.
"Cukup! Kalian itu bikin Ayah pusing saja. Sekarang Ayah punya dua pilihan untuk kamu, kamu gugurkan bayi itu atau kamu pergi dari rumah ini. Karena kamu telah mencoreng nama baik Ayah. Sekarang tinggal kamu pilih, kamu pilih yang mana?" tanya Ayah Johan.
"Kinanti memilih mempertahankan bayi ini. Karena hanya bayi ini yang Kinanti miliki di dunia ini. Kinanti sudah kehilangan sosok Ayah yang dulu menyayangi Kinanti," ucap Kinanti diiringi isak tangis. Hatinya terasa sakit. Karena pilihan itu begitu berat. Namun, dengan keyakinan yang Kinanti miliki. Dia akan mempertahankan bayi yang masih dalam kandungannya.
"Ya sudah, jika itu keputusan kamu! Silahkan kamu angkat kaki dari rumah ini, jangan pernah sekali pun kamu menginjakkan kaki kamu di rumah ini. Karena mulai hari ini, kamu Ayah anggap mati," ucap Ayah Johan.
"Bunda, maafkan Kinanti. Kinanti harus pergi meninggalkan rumah ini. Karena Kinanti tak ada pilihan lagi. Kinanti menyayangi anak ini, hanya anak ini yang Kinanti miliki. Namun, Kinanti berjanji. Suatu saat nanti Kinanti akan kembali merebut apa yang menjadi milik Kinanti," ucap Kinanti lirih.
Kinanti memutuskan untuk pindah ke kota Yogyakarta dan menetap di sana. Dengan tabungan yang masih dia miliki, Kinanti pergi meninggalkan Jakarta. Sungguh tak mudah baginya, berjuang mempertahankan bayi yang masih dalam kandungannya.
"Siapapun laki-laki yang meninggalkan benih di rahimku dan pergi begitu saja meninggalkan aku, aku berjanji akan membenci kamu seumur hidupku. Karena kamu telah membuat aku sengsara bersama bayi ini," ucap Kinanti dalam hati.
Mulai hari ini dirinya berjanji untuk tidak bersikap lemah, dia harus menjadi wanita yang kuat untuk anaknya kelak. Demi bertahan hidup, Kinanti melamar sebagai pelayan restoran.
"Alhamdulillah aku diterima, doakan Bunda ya Sayang! Semoga Bunda banyak rezekinya, dan bisa memberikan kehidupan yang layak untuk kamu," ucap Kinanti sambil mengelus perutnya yang masih terlihat rata.
Ternyata di awal kehamilan kondisi Kinanti lemah, dia kerap mengalami mual dan muntah. Berat rasanya dia melewati masa kehamilannya. Namun, Kinanti tak pernah patah semangat. Untungnya dia memiliki bos yang baik. Dia bernama Dimas. Diam-diam Dimas menaruh hati kepada Kinanti.
"Apa kamu saat ini sedang hamil? Saya dengar dari teman-teman di restoran ini, kamu sering mengalami mual dan muntah?" tanya Dimas.
"Iya Pak, saya sedang hamil. Saya mohon jangan pecat saya! Saya membutuhkan pekerjaan ini, untuk membiayai anak saya. Saya janji akan bekerja sebaik mungkin, Pak," ungkap Kinanti. Dia terlihat ketakutan, air matanya mengalir sangat deras.
"Kata siapa saya ingin memecat kamu? Saya dengar dari Susan, kamu hamil tanpa suami?" tanya Dimas dan Kinanti menganggukkan kepalanya.
"Kalau seperti itu, maukah kamu menikah dengan aku? Saya akan menjadi Ayah dari bayi yang kamu kandung saat ini," ungkap Dimas membuat Kinanti melongo.
"Maafkan saya Pak, saya tak bisa menerima Bapak sebagai calon suami saya. Rasanya saya tak pantas untuk Bapak. Bapak pun belum mengenal saya, saya yakin keluarga Bapak pasti tak akan suka. Lagi pula, saya ingin membesarkan anak saya sendiri," ungkap Kinanti. Dia meminta pengertian dari Dimas.
Sungguh tak mudah bagi Kinanti untuk melewati masa kehamilan sendiri dan kelak dirinya akan menjadi single mom. Namun, Kinanti berusaha untuk bangkit dari keterpurukannya. Ada perasaan sedih dalam hatinya, saat harus melewati masa–masa kehamilan kembar sendirian. Tanpa didamping seorang suami. Bahkan sampai saat ini dia tidak pernah tahu siapa ayah dari anaknya.
Kinanti membanting tulang demi mengumpulkan uang untuk persalinan kembar dan bisa menghidupkan kedua anaknya nanti saat lahir.
"Semoga kalian selalu sehat di dalam kandungan Bunda. Rasanya Bunda sudah tidak sabar menanti kelahiran kalian," ucap Kinanti sambil mengelus perutnya yang sudah terlihat membuncit.
Perlahan, kondisi Kinanti semakin membaik. Dia tak lagi mengalami mual dan muntah lagi. Justru Gio yang kini mengalami kehamilan simpatik. Membuat dirinya harus merasakan mual dan muntah. Membuat sang asisten merasa bingung. Melihat bosnya yang tiba-tiba saja seperti orang yang sedang mengidam. Ditambah lagi permintaan Gio yang aneh.
"Tuan, maaf. Mengapa Anda seperti orang yang mengidam?" tanya Erland sang asisten.
"Kau pikir aku wanita, sedang mengidam? Cepat kau belikan saja rujak yang di ujung jalan! Ingat jangan pakai timun dan pepaya rujaknya, karena aku tak suka," titah Gio kepada sang asisten.
"Mengidam itu bukan hanya seorang wanita saja Tuan, bisa saja wanita yang memiliki hubungan dengan Anda," jelas Erland membuat Gio menatap sang asisten dengan tatapan tajam.
"Tahu apa kau ini? Menikah saja kau belum," sahut Gio ketus. Sepertinya Gio lupa, kalau dirinya pernah berhubungan cinta satu malam dengan seorang wanita.
Erland akhirnya pergi membeli rujak untuk menuruti permintaan bosnya itu. Di sisi lain, Kinanti sedang tersenyum bahagia. Sang dokter mengatakan kalau dirinya sedang mengandung anak kembar, dan kedua bayi itu dalam keadaan sehat.
Kehamilan Kinanti semakin besar, hingga akhirnya dirinya memutuskan untuk berhenti bekerja menjadi pelayan restoran. Dia ingin membuat usaha, agar dirinya kelak bisa mencari uang sambil mengurus kembar.
Dimas berniat membantunya. Namun, Kinanti menolaknya. Dia tak ingin memiliki hutang budi kepada Dimas. Dengan tabungan yang dia miliki, Kinanti membuka warung bakso dan mie ayam. Kinanti bersyukur, karena perlahan warung baksonya rame di datangi pengunjung. Kinanti mempekerjakan satu orang pekerja untuk membantunya.
Meskipun dirinya memiliki keterbatasan ekonomi, tak membuat Kinanti tak mempedulikan kandungannya. Kinanti selalu membaca artikel tentang kehamilan di aplikasi google, dia juga selalu memperhatikan asupan vitamin dan gizi untuk kedua buah hatinya. Kinanti juga rutin memeriksakan kondisi kembar.
”Anak Bunda lincah sekali di perut Bunda. Semoga kelak kalian menjadi anak yang sholeh dan sholeha, meskipun kehadiran kalian karena kesalahan Bunda dan Ayah. Kalian juga bisa menjadi anak yang pintar dan selalu mendapatkan kebahagiaan. Bunda akan selalu berusaha menjadi Bunda yang baik untuk kalian," ucap Kinanti sambil mengelus perutnya yang sudah sangat besar.
Kembar merespon, bergerak lincah di perut sang Bunda. Seakan mereka mengerti ucapan sang Bunda. Usia kandungan Kinanti kini sudah 9 bulan, dirinya hanya tinggal menghitung hari saatnya kembar lahir ke dunia. Kinanti sudah menyiapkan semua perlengkapan kembar. Dia juga sudah menyiapkan nama untuk kedua anak kembarnya.
“Aw, perut aku sakit sekali. Ela, tolong bantu aku ke rumah sakit. Sepertinya aku mau melahirkan," ucap Kinanti kepada pekerja di warungnya.
Untungnya saat itu dirinya sedang berada di warung baksonya, dan saat itu sedang tidak ada pelanggan.
"Sabar dulu ya, Bu! Aku tutup dulu warung baksonya, sambil menunggu taksi online datang," ucap Ela. Kinanti sudah memesan taksi online.
Kinanti tetap ingin melahirkan secara normal, apapun yang terjadi. Agar dirinya segera pulih, untuk mengurus kedua buah hatinya.Keringat bercucuran membasahi wajahnya. Wajahnya sudah terlihat pucat, karena rasa sakitnya semakin bertambah.
"Ya Allah aku mohon, tolong kuatkan aku untuk melahirkan kedua buah hati aku," doa yang Kinanti ucapkan.
Setelah sampai di rumah sakit, Kinanti langsung mendapatkan pertolongan. Dia langsung dibawa ke ruang persalinan. Ela membantu Kinanti mengurus administrasi. Untungnya ada Ela yang membantunya, karena Kinanti harus berjuang sendiri melahirkan kembar. Tanpa sanak keluarga.
Hal serupa juga kini dirasakan Gio. Saat sedang meeting tiba- tiba saja Gio merasakan sakit melilit diperutnya. Wajahnya bahkan terlihat pucat, dan tubuhnya juga keluar keringat dingin. Membuat meeting terpaksa harus dihentikan dan Gio terpaksa dilarikan ke rumah sakit.
"Ibu yakin mau melahirkan secara normal? Karena Ibu melahirkan dua anak sekaligus, Ibu harus memiliki tenaga yang kuat," ucap sang dokter yang akan menangani persalinan Kinanti. Dengan tenaga yang dia miliki, dia akan berjuang melahirkan kedua buah hatinya. Meskipun tanpa suami di sampingnya.
"Pembukaan sudah lengkap ya bu! Ibu dengarkan aba-aba dari saya! Kalau ibu sudah merasa ingin melahirkan, Ibu coba mengejan sekuat mungkin. Ingat jangan angkat bokong ya Bu apapun yang terjadi, karena bisa menyebabkan robek," ucap sang dokter. Suasana di dalam ruangan persalinan tampak tegang. Dokter menjelaskan secara rinci teknik melahirkan.
"Ibu jangan tegang, coba rileks!" titah sang dokter.
Dokter mulai membantu persalinan Kinanti Dengan sekuat tenaga, akhirnya terdengar suara tangisan anak pertamanya yang berjenis kelamin laki–laki. Napas Kinanti terengah-engah. Namun, Kinanti mencoba menahan rasa sakit selama persalinan. Selang 5 menit lahir anak keduanya yang berjenis kelamin perempuan.
Selama proses persalinan Kinanti, Gio pun merasakan hal yang sama. Pihak dokter yang menangani Gio sampai dibuat bingung dengan penyakit yang dialami Gio. Karena menurut hasil pemeriksaan medis, kondisi tubuh Gio tidak ada yang bermasalah.
"Sebenarnya anak saya sakit apa, Dok?" Camelia sang mama sudah terisak tangis bertanya kepada sang dokter.
"Pasien mengalami penyakit langka, pasien seperti orang yang akan melahirkan," ucap sang dokter. Membuat sang mama melongo dengan penuturan sang dokter. Karena tanpa sadar Gio terkadang ikut mengejan. Sama halnya dengan sang mama, Gio pun tersentak kaget.
Kini semua mata menatap ke arah Gio.
"Ah, dokter ada-ada saja. Sudahlah tak perlu dibahas lagi, aku sudah tak merasa sakit lagi. Aku sudah sembuh. Ya sudah ayo kita pulang saja," ucap Gio dengan santainya.
"Kau ini, bikin semua orang panik saja. Sekarang dengan santainya kau bilang sudah tak merasa sakit lagi," gerutu Mama Camelia.
Gio masih belum menyadari kalau apa yang dia rasa saat ini karena kontak batin
Kinanti yang saat itu sedang berjuang melahirkan kedua buah hatinya.
Rona bahagia terpancar dari wajahnya, saat melihat putra putrinya yang sehat dan memiliki wajah cantik dan tampan.
"Kamu adalah kebahagiaan untuk Bunda yang tak terhingga. Ya Allah terima kasih atas karunia yang engkau berikan kepada aku, aku sangat bersyukur," ucap Kinanti dalam hati.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!