Dentuman keras terdengar suara musik menggema diantara lautan manusia di sana seseorang wanita cantik berjalan lenggak-lenggok dengan gaun hitam nya yang ketat dan seksi.
"Test.. Test.. Bagaimana penampilan ku?" Ucap si wanita cantik itu bergumam sendiri
"Perfek! Kau ratunya di sini." Sahutan di ear phone yang dikenakan oleh Wanita itu membuat lengkung menghiasi wajah cantik itu.
Mengikuti irama musik yang diputar wanita itu bergerak dengan gemulai. "Apa aku boleh menari di sana ? " Wanita itu bertanya dengan mata sayu menatap tiang untuk menari para penari striptis.
"Buat senatural mungkin!" Perintah ini dengan senang hati ia terima. Dia berjalan mendekati lelaki berpakaian hitam-hitam berbadan besar. Setelah beberapa saat berbicara lelaki itu memberikan kodenya.
Sang wanita mulai naik dan menunjukkan kebolehannya dalam menari. Sontak para lelaki itu mendekat bersorak kegirangan. Karena tariannya yang panas membakar libido.
"Guys, arah jam 9. Lihatlah woow.. " Suara Adam membuyarkan obrolan ke lima lelaki itu. Afrizal, Thomas, Dante dan Hisam menatap ke arah panggung yang ada penari striptis. "Wow, she so sexiest." Komentar Dante nyaring.
Thomas dan Hisam menelan ludah dan Afrizal hanya menatapnya dengan pandangan nyalang. Dia mengenali wanita itu.
Beberapa kali ia melihat wanita itu hilir mudik di kantornya juga di taman kota. Dengan pakaiannya cleaning servis. Walaupun rambutnya berbeda, namun wajahnya ia ingat.
wanita itu bekerja dengan kacamata tebal, dan berambut pendek sebahu. Bagaimanapun dia pernah melihatnya saat melepas kacamatanya saat wanita itu sendirian.
"Cantik, sudahi tariannya kau nanti dapat masalah jika keterusan!" Suara interupsi membuat wanita itu mengakhiri tariannya. Dia hanya menari dua lagu saja lalu turun.
"Pergilah ke kamar VVIP tempat kami." Suara perintah nya sekali lagi mampir di telinga sang wanita.
Wanita itu berjalan sedikit lebih cepat namun tak terkesan buru-buru, setenang mungkin ia naik ke lantai tiga. "Woi.. Lihat lah dia mendapatkan boking job langsung." Seru Dante.
Afrizal menatapnya kesal ke arah wanita itu pergi. "Aku duluan, ada yang kutemui dilantai atas." Pamit Afrizal. "Kau balik lagi kemari kan? " Tanya Thomas dan dijawabnya dengan anggukan kepala.
Lelaki itu langsung menuju tempat tujuannya sesekali celingukan mencari keberadaan wanita itu. Rasa penasarannya membuat nya mencari keberadaan nya.
Sementara itu dikamar di lantai yang sama. Tiga lelaki duduk dengan santai dengan headset dan ada yang mengenakan earphone juga.
"Target tak melakukan apapun. Dia hanya bersenang-senang dengan wanita." Seru Sena. Mereka menatap laptop layar lcd di depannya dengan santai. Wanita cantik penari striptis itu juga duduk tak jauh dari mereka. Menata rambutnya yang panjang juga makeup nya.
"Kurasa dia tak ada kaitannya dengan nya." Sahut sang wanita yang tak lain adalah Andita Prasetyo.
"Bagaimana kau seyakin itu?" Tanya Tama menatapnya dengan tatapan mata datar.
Tama adalah ketua tim mereka.
Tama yang sedari tadi berbicara dengan Andita Prasetyo lewat ear phone. Mereka adalah tim kepolisian bagian kriminal dan narkotika. Sena dan Bima duduk bersama, tadi nya bersama dengan Tama. Namun lelaki itu memilih berdiri menutupi Andita yang menata rambutnya.
Satu-satunya wanita di tim mereka. Wajahnya yang halus juga body nya sangat proporsional, kulitnya yang putih mengkilap jika bercampur keringat dan dibawah matahari sangat menggoda iman, sangat kontras jika dia masuk ke kepolisian.
Nyatanya dia tak menyerah dan masuk di tim inti dipimpin Tama Samudera. Gadis itu sangat pintar tak hanya strategi namun juga aktingnya jago. Beladiri itu pasti dia kuasai. Bahkan disela kesibukan bekerja di kepolisian wanita itu kuliah umum mengambil fakultas ekonomi.
"Jadi kita udahan ini aku balik duluan karena ibuku masih di rumah sakit." Sela Bima. "Kalian pulang aja, Kau dan Bima jalan bareng. Aku dan Sena jaga melihatnya. Nanti aku hubungi." Perintah Tama.
"Baik Pak. Saya undur diri." Pamit Andita meninggalkan tempat itu bersama Bima. Keduanya keluar dari ruangan itu. Bergandengan sesekali Bima merangkul pundak Andita saat turun ke lantai satu.
"Terimakasih kak. " Ucap Andita, Jujur saja ia khawatir karena penyamaran nya sebagai wanita nakal. Dandanan bold pada malam ini benar-benar menggoda iman lelaki.
"Sama-sama kita se tim harus saling menjaga. " Jawab Bima. Saat mereka tiba di depan halaman luar parkiran depan gedung itu.
Ponsel Bima berbunyi, "Maaf Andita dari rumah sakit." Katanya. Andita hanya tersenyum dan memberikan kode pamit dan di balas lambaian tangannya Bima.
Lelaki itu sudah tak memperdulikan Andita yang tertabrak lelaki dan menyeretnya masuk ke mobilnya. Ferrari merah itu melajulah secepat angin membelah jalanan.
Menuju ke bangunan apartemen tak jauh dari sana. Apartemen griya Tawang yang hanya pemilik tertentu yang bisa memiliki nya, tak ada tetangganya dan milik pribadi lengkap dengan parkiran mobil. Juga ada lift pribadinya, Andita memberontak dan melakukan perlawanan di perjalanan namun berhasil di pukul tengkuknya. Kini ia di gendong ala bridal style menuju ke kamar utama.
Apartemen berwarna puti abu-abu mendominasi hingga ke seluruh ruangan nya. Andita ditidurkan di ranjang besar itu. Lelaki itu langsung melepaskan pakaiannya dan mencumbuinya di setiap tubuhnya di tinggalkan bekas percintaannya.
Kiss mark bertebaran di mana-mana. Lelaki itu melepaskan hasratnya tanpa ada kendala karena Andita pingsan tak merespon dengan pergerakannya.
Andita tersadar saat merasakan ada sesuatu yang menghempas tubuh nya terasa sentakannya mengalirkan gelenjar nikmat dan perih, sakit bercampur satu.
Suara erangannya yang mampir ditelinga jelas suara lelaki, Andita membelalakkan matanya detik selanjutnya bibirnya diraup dengan brutalnya. Bersamaan dengan hentakan masuk ke dalamnya. Air matanya mengalir bersama erangannya yang tertahan, lelaki itu tak pernah berhenti bergerak, mengeksploitasi tubuhnya yang menerimanya dengan senang.
Ia merasakan banjir dibawah sana berkali-kali lipat saat tangannya hendak melakukan perlawanan terhadap lelaki itu dia dicengkeram diatas kepalanya dengan melesakkan serangan nya dengan kasar.
Setelah lelaki itu puas melampiaskan hasratnya, ia pun tergeletak di sampingnya Andita dan tertidur pulas. Wanita itu hanya mengerjap matanya letih, marah dan jijik.
Hari berganti cahayanya matahari yang masuk di sela tirai yang tertiup air conditioner, Alina terbangun dari pingsannya menatap sekeliling lalu mencoba mengingat nya. Matanya membulat mana kala mendapatkan seorang lelaki tidur membelakangi nya, di punggungnya ada gambar tato naga menghiasi nya.
Andita terpekik tertahan, antara takut, marah bercampur aduk. Dia ingat dia dipaksa jalan menuju ke mobil dan lalu di pukul tengkuknya pingsan seketika. Lalu berakhir dengan disetubuhi parahnya tubuh nya menyukai nya, sesekali ia mengerang nikmat.
Andita bermaksud untuk diam dan turun, naasnya tubuh nya terasa jelly. Dentuman keras suaranya nyaring membuat lelaki itu terjaga, Andita melihatnya dari sisi ranjangnya, menunduk menggapai baju yang berterbangan di depan nya.
"Kenapa tidak istirahat saja? Kau membuat ku kesal saja!" Gerutunya, lelaki itu adalah Afrizal Hutomo Wijaya.
Andita belum sepenuhnya menyadari lelaki itu siapa dia menunduk tanpa mau melihatnya. Mengancing kemeja putih itu di tubuhnya. Bunyi telepon seluler berbunyi dan jelas lelaki itu menjawab.
"Mhm.. Lakukan seperti itu. Jangan biarkan dia pergi! Lakukan sesuai rencana!" Afrizal meletakkan ponsel nya di meja samping lampu tidur. Berjalan memutari ranjangnya berdiri di hadapan Andita.
Berkacak pinggang menatapnya tajam, " Ini bayaran mu! " Lelaki itu melempar sebuah kartu hitam berlapis emas.
Dengan angkuh ia berlalu menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri nya. Andita kesal setengah mati. Tangannya mencengkram erat ujung kemejanya. Mencoba untuk berdiri lagi dengan tertatih ia mengambil dompet lelaki itu.
"Afrizal Hutomo Wijaya. Brengsek! Aku sudah menandainya, awas saja jika kita ketemu. Kau akan mati!" Geramnya.
Andita tidak mengambil apapun yang ada di dalamnya, hanya mengacak-acak mencari informasi tentang lelaki itu. Ia bahkan memotret foto-fotonya yang terselip di sana.
Dengan tertatih ia membawa clutch dan ponselnya saja. Mengenakan sepatu nya berjalan tertatih meninggalkan tempat itu, ia juga mengendarai mobilnya Afrizal Hutomo Wijaya.
Afrizal mengerutkan keningnya saat keluar ia menatap ranjangnya penuh isi dompetnya. Lelaki itu mengecek ulang dompetnya. "Tak ada yang hilang, bahkan kartu pembayaran nya juga ditinggalkan?" Batin nya
Matanya menatap tajam di samping ponselnya ada kunci mobil, benda itulah yang lenyap. "Cepat lacak dimana mobilku yang kupakai semalam. Seseorang membawanya!" Perintah nya pada orang di seberang sana
Dengan geram Afrizal mengenakan pakaian kerjanya. Ia melirik jam tangannya pukul 13.59. Ia terlambat bangun karena bercinta hingga pagi. "Semuanya karena obat sialan itu!" Umpat nya emosi. Matanya tak sengaja menatap ke arah ranjang lagi, banyak bercak darah di sana.
"Pantas saja dia nikmat, rupanya masih virgin." Batinnya sambil lalu. Mengambil kunci mobil Buggati miliknya. Ada dua mobil di apartemen miliknya yakni Ferrari yang dibawa kabur Andita dan Buggati yang dibawanya ke kantor hari ini.
Afrizal menyalakan sambungan telepon lewat earphone." Katakanlah! " Serunya.
"Mobilnya ditemukan tanpa pemilik di minimarket dekat apotek 24 jam. Wanita itu masuk ke apotek membeli tablet after morning. Lalu naik taksi online ke arah barat. Maaf kami kesulitan mencari pengemudi Taksi yang di sewanya."
"Beberapa titik cctv mati Tuan. Wanita itu meninggalkan nya begitu saja, kami sudah membawanya ke apartemen sekarang." Laporan yang diterima Afrizal membuat ego nya tertantang.
Wanita itu kan wanita bayaran kenapa juga dia menolaknya, apa dia mimpi jadi istri? Gila! Itulah yang dipikirkan Afrizal Hutomo Wijaya saat itu.
"Kerja bagus! Aku akan minta Doni mengirimkan bonusnya!" Afrizal memutuskan hubungan sepihak. Lelaki itu kesal menambah laju mobilnya.
Moodnya memburuk selama dia di kantor, ia mendapatkan informasi dan pekerjaan stafnya yang tak sesuai harapan nya
Semua terkena imbasnya di jadikan pelampiasan emosional nya yang tertampar oleh ulah Andita yang tak mau mengambil kartunya. Justru wanita itu terkesan melecehkan nya dengan meninggalkan mobil nya yang mahal di sembarang tempat tanpa di kunci.
"Menurut sumber data ia hanya hidup sebatang kara, di sebuah rumah petak kontrakan, terkadang ia lembur kerja di tempat lain itu menurut informasi para tetangga. "
"Komunikasi dengan orang sekitarnya berjalan baik, tak ada konflik dan 8a cenderung tertutup kepribadian nya." Jelas Davi sang asisten.
"Bagaimana?" Tanya Afrizal menatapnya dengan tatapan dingin. "Tidak ada ulasannya satu pun pak. Identitas nya hasilnya sama, " Jawab Davi ragu sesaat.
"Memang siapa dia cuma cleaning servis plus penari striptis saja " Cetus Afrizal sinis. Davi menelan ludah sendiri mendengar komentarnya.
"Cari dia aku ingin dia!" Perintah Afrizal. Davi hanya mengangguk lalu undur diri. "Kau wanita pertama yang ku sentuh dalam keadaan virgin, tak ada salahnya kau jadi selimut hangat ku setiap malam." Batin Afrizal.
Di lain tempat Andita hanya duduk termenung di ranjang nya, Seharian ia mematikan sambungan telepon nya. Menangis seharian tak membuahkan hasil. Hatinya terasa sakit, tubuhnya letih seperti di gilas buldozer.
Remuk rasanya, dan kehormatannya juga tak akan pernah kembali semula. Semuanya hilang tak berbekas. "Ayah ibu maafkan putrimu yang sudah berbuat zinah." Gumam nya lirih.
Matanya terpejam karena keletihan ia pun tertidur, seharian penuh ia tak melaporkan diri pada atasannya juga absen ke perusahaan tempat ia menyamar sebagai cleaning servis.
Andita Prasetyo anak yatim piatu tinggal bersama om dan tantenya, ada nenek dan dua kakak sepupu. Om nya bernama Bayu Prasetyo dan istri nya Larasati mempunyai anak Setya dan Ardina.
Bayu lemah pada istrinya sehingga Andita sering menjadi bullying Larasati dan Ardina. Sedangkan Setya selalu cuek dan datar saja. Rumah yang mereka tempati adalah milik orang tuanya Andita. Sedangkan bisnisnya jatuh pada Bayu sang adik dari Adimas ayah Andita. Gadis itu diperlakukan seperti pembantu setelah dua bulan mereka pindah, tak ada kata manis atau janjinya seperti awal pertemuan mereka.
Kemudian Bayu berinisiatif untuk menyekolahkan nya jauh dari rumah. Dan Gadis itu memilih masuk akademi kepolisian. Walaupun tidak pernah membela gadis itu namun lelaki itu diam-diam mengirim dan menyisihkan dana pendidikan nya Andita.
Lelaki merasa bersalah pada keponakannya, sedangkan Andita tak pernah mempermasalahkan hal itu. Bayu hanya tahu keponakannya masuk militer tanpa mau ikut andil di dalamnya.
Saat wisuda gadis itu sendirian bahkan ia tak pernah kembali semenjak masuk akademi. Walaupun liburan ia stay di asrama sendiri. Dia hanya bertukar kabar dengan Bayu via aplikasi hijaunya.
Hanya mengabarkan tanpa sambungan langsung mereka seolah sepakat tidak saling menyinggung atau menyusahkan satu dengan yang lainnya.
Pagi tiba. Andita lagi mengulangi pekerjaannya melap jendela perkantoran tempat ia berkerja. Bekerja dengan pandangan mata yang kosong ia lakukan tanpa jeda. Tere menggelengkan kepalanya. "Mau kau gosok berapa kali kaca itu? Kau mengulangi pekerjaannya hingga tiga kali!" Tegur nya. Andita mematung konsentrasi tak ada wanita itu masih shock karena peristiwa dua hari lalu.
Belum lagi ia terkena amukan dari Tama Samudera yang memberikan peringatan kepada nya. Untuk fokus dan tak membuat rekan susah dengan tak adanya laporan nya ke markas.
Saat ia membuka ponselnya keesokan harinya, pesan beruntun mampir ke ponselnya. Tama sang senior, marah-marah padanya karena dia tak lapor juga tak datang ke markas.
Dia mendoktrin bahwasanya meruntuki dalam model apapun semuanya sudah berubah dan tak mungkin kembali seperti semula. "Maaf Tere. Aku terlalu banyak nonton Drakor jadi masih kebayang aja. Aku janji tak mengulangi lagi." Ucap Andita pada partner kerjanya.
Dengan teliti ia kembali melakukan tugasnya membersihkan koridor kantor dengan cepat seperti biasanya. Tere hanya tersenyum mengikutinya mengerjakan bagiannya.
Keduanya bertemu pada awal saat mereka melamar pekerjaan itu, dan kebetulan juga mereka satu tim. Dari mulai itulah mereka menjadi akrab berteman baik hingga sekarang.
"Tuan dia ada di sini. Di gedung milik tuan sedang membersihkan koridor." Lapor Davi saat mendapat laporan dari anak buahnya.
Afrizal meletakkan berkasnya dengan seringai nya. Cepat bawa dia ke rumah dan aku ingin dia siang ini sudah melayani ku. Aku akan menikahinya secara siri. " Perintah Afrizal, Davi langsung undur diri melakukan perintah nya.
"Dengan demikian jika dia hamil maka anak akan menjadi milikku penuh dia hanya beruntung karena aku yang memilih nya untuk dapat mengandung anak ku." Gumamnya sambil tersenyum puas.
Dengan segera mengerjakan pekerjaannya karena tak sabar bertemu dengan wanita yang membuat nya ingin melakukannya lagi.
Biasanya ia hanya bercinta sekali dan berganti setiap hari nya layaknya pakaian yang dikenakan. Namun dengan Andita ia merasakan perbedaannya.
Sementara itu Andita berjalan di taman karena ingin makan yang segar dan pedas. Di depan taman dekat gedung itu ada yang jualan asinan. Dia bermaksud untuk membeli nya.
Namun naas ia sudah di bekap dan di bawa masuk ke mobil. Mobil melaju dalam kecepatan tinggi menuju rumah besar megah, yang menjadi milik Afrizal Hutomo Wijaya.
Di sana sudah ada pelayan yang menunggu kedatangan Andita, atas perintahnya Andita akan serangkaian perawatan tubuh dan dirias apa pengantin.
"kalian salah orang. Aku tak kenal kalian tolong lepaskan aku." Andita memohon kepada para wanita pelayan itu.
"Tidak Nona. Tuan sudah memerintahkan kami agar mendadani Nona menjadi cantik." Jawab seorang lelaki gemulai yang memelototi Andita.
Setelah puas hasil karyanya lelaki gemulai itu mengajaknya turun ke lantai satu. Dan di sana ada para pelayan juga dua orang berpenampilan formal pakaiannya jas dan seorang berpakaian batik.
Dan saat mendekati mereka terdengar lah kata. "Sah". Yang menggema ke segala penjuru. Andita tersadar dan terkejut mendengar suara itu. Menatapnya dengan emosi saat mengetahui jika yang menikahi nya adalah lelaki yang memperkosanya waktu itu. "Kau ! " Belum mengeluarkan kalimat nya Andita sudah dibekap dengan ciuman oleh Afrizal.
Semuanya langsung menyingkir meninggalkan mereka berdua di sana. Afrizal langsung menggendongnya ala beras di pundak nya melangkah ke lantai dua ke kamar utama.
Lelaki itu langsung melempar nya ke ranjangnya. "Sayang sekali dandanan mu ini akan aku rusak dalam sedetik. Ck. Buang-buang waktu saja tapi itu sepadan." Ucapnya pongah sambil melepaskan pakaiannya.
"Pergilah kau!" Maki Andita sambil melempar bantal dan guling ke arah Afrizal, lelaki itu menangkisnya dengan seringai lebar.
Afrizal hanya mengenakan boxer saja langsung menarik kakinya Andita memulai aksinya. Mencumbui nya, wanita itu memberontak terhadap nya dan menjerit keras, melakukan perlawanan terhadap nya. Namun akhirnya ia kalah kekuatan. Afrizal akhirnya berhasil mendapatkan semua nya sesuai keinginannya.
"Aku menginginkan nya kapanpun aku mau kamu jangan melawannya. Yang ada kau tersiksa sendiri. Mengerti sayang." Afrizal mencubit kedua pipinya Andita dengan tangannya kuat. Lalu ia mencium bibir nya, meninggalkan wanita itu yang menangis sesenggukan dalam diam.
Afrizal masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri dari jejak percintaannya. Karena ia harus pergi ke kantor untuk pekerjaan yang tertunda.
Dalan perjalanan ke kantor Afrizal Hutomo Wijaya memeriksa email di ponselnya. "Sepertinya aku sudah keterlaluan pada nya, tapi aku butuh seseorang yang bersama ku. Malas juga berganti pasangan tiap kali. Kebanyakan mereka baper mengharapkan lebih, ck."
Pikiran Afrizal berkecamuk antara keduanya yakni perbuatannya yang salah dan membenarkan hal tersebut.
"Dia wanita sederhana, tinggal sendirian. Mungkin lebih baik aku bersikap lunak sedikit? Bagaimanapun ia sudah memenuhi kebutuhan khusus ku." Batinnya.
Begitu sampai di kantornya Afrizal Hutomo Wijaya langsung menuju ke ruangannya.
Andita tersadar setelah hari menjelang sore, wanita itu menangis di ranjangnya hanya berbalut selimut hangat yang menutupi seluruh tubuhnya yang polos. Ia tertatih menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Saat keluar ranjangnya sudah rapi, dengan memegang tali bathrob putih yang kebesaran dikenakannya ia meringis perih merasakan ngilu di ************ nya.
"Apa kalian merapikannya?" Tanya Andita saat melihat dua pelayan itu. "Nyonya mau kami bantu berganti pakaiannya?" Tanya salah satu pelayan. Andita terdiam dan berjalan ke ranjangnya.
"Tolong pilihkan yang disukainya." Ucapnya lirih. Mereka langsung melakukan apa yang diperintahkan Andita mencarikannya pakaian, pilihan nya jatuh di dress putih berlengan pendek, sebatas lutut.
Membantu Andita memoleskan make up natural juga mengeringkan rambut nya yang panjangnya. Andita hanya duduk pandangan mata kosong menatap cermin rias didepannya.
"Makan malam sudah tersedia Nyonya, silahkan." Seorang pelayan mempersilahkan Andita keluar menuju ke meja makan.
Namun wanita itu hanya berdiri, dan berjalan ke arah balkon. Terdiam di sana menatap ke arah langit. "Nyonya." Sapaan itu terdengar lagi.
"Tinggalkan aku sendiri, maaf merepotkan mu." Ucap Andita lirih. Para pelayan pun saling bertukar pandangan, lalu mereka meninggalkan nya sendirian.
"Mengapa demikian tragisnya nasib mu Andita, di usir dari rumah sendiri sekarang juga menjadi istri simpanan. " Batin Andita, perlahan air matanya luruh dengan sendirinya.
Ia pun berjalan kembali masuk ke kamarnya, menutup pintu balkon naik ke ranjang. Merebahkan diri meraba ranjangnya, memejamkan mata dengan jelas ia ingat disetubuhi oleh lelaki yang berstatus sebagai suaminya.
Di lain tempat Afrizal menyelesaikan pekerjaan, ia mendapatkan notifikasi sahabat nya untuk kumpul di club milik sahabat nya Thomas. Lelaki itu langsung meluncur ke sana dengan mobilnya.
Meninggalkan Davi mengurusi sisa pekerjaan nya, tak lama sampailah diparkiran Club' tempat tujuannya.
"Eits, selamat datang kita di sini menemaninya. Lihatlah dia benar tak tertolong lagi." Sapa Thomas menyalami ala lelaki pada Afrizal yang baru datang.
Dante juga yang lainnya.
"Wanita tak cuma Sofia mengapa juga dia seperti itu." Gumam Adam sambil meneguk minuman nya
"Masalahnya apa? Mengapa dia mabuk?" Tanya Afrizal seraya menunjuk dengan dagunya ke arah Hisyam yang minum langsung dari botol nya.
"Sofia pergi ke luar negeri mengikuti parade fashion. Sementara ibunya menyuruh ia menikahi wanita pilihan orang tuanya." Jelas Dante.
"Beruntung aku tak memiliki siapapun.” Sahut Afrizal pongah. Menyesapnya beberapa teguk minuman nya.
"Kenapa kau kemarin pulang awal, enggak gabung senang-senang sama kita." Tanya Adam sambil bermain dengan wanita nya yang bergelayut di lengannya.
"Diandra yang mau ngajak kerjasama sama aku hendak menjebakku. Sayang sekali niatan itu tak terwujud. Aku berhasil kabur." Ujar Afrizal sinis.
"Wanita uler itu selalu menggunakan metode sama benar menjijikan. Berapa banyak yang pakai dia. Herannya tubuhnya masih oke saja." Celetuk Adam.
"Kamu pernah memakai nya? " Tanya Thomas menatapnya curiga.
"Gitu deh, dia yang mulai duluan. Sedikit ada ya, lumayan untuk pelampiasan." Jawabnya santai.
"Sudah berhenti lah mabuk Syam. Enggak ada untungnya kau terlalu bucin seperti itu." Afrizal menarik botol yang hampir habis itu.
"Kamu bisa mati muda jika terus menerus seperti ini." Sungut Afrizal.
"Aku cinta dia, aku sudah mensponsorinya, juga mendukung niatannya. Mengapa dia harus pergi?" Hisyam menggumam tak jelas karena mabuk.
"Apa kau tahu sesuatu tentang pacarnya?" Tanya Thomas pada Afrizal.
"Kenapa? Bukankah sudah bukan rahasia lagi tentang dia, kalian pun tahu itu?" Tanya Afrizal ketus.
Dante hanya geleng-geleng kepala menyeringai.
"Benar banget. Kita kenal mereka saat kuliah bersama, cuma Hisyam itu parah diantara kita." Sahut Adam.
"Namanya juga bucin, apapun te tentang nya adalah perfek. Dan tak perduli dunia menentang keras hubungan mereka, tetap lanjut." Sela Thomas.
"Ngomong soal wanita balik ke Diandra, apa yang di harap6 dari pertemuan kalian?" Tanya Dante kepo berat.
"Incaran para wanita pada ku itu apa tak perlulah ku jawab." Ujar Afrizal dengan sinis menyingkirkan tangan wanita bayaran yang menemani mereka minum bersama.
"Enggak salah tuh? Wajarlah bila ia melakukannya, secara dia suka sama kamu sejak kuliah dulu." Sahut Dante.
"Aku sih ogah sama dia, secara dia bekas siapapun itu ia bersedia sekali membuka lebar-lebar pahanya. Untuk tujuan nya." Jawab Afrizal dengan santai.
"Bagaimana kau bisa lari dari jeratan nya?" Tanya Thomas.
"Ada sedikit aku mengalihkan perhatiannya lalu ku pukul dia dari belakang. Hanya membuat dia pingsan saja, Lalu keluar dari sana tanpa menutup pintu kamar."
"Bisa kau bayangkan kejadian selanjutnya? Aku yakin ada orang yang senang hati menungganginya. Secara ia juga minum minuman nya yang sama dengan ku." Jelas Afrizal.
Sontak bikin semua hanya menggelengkan kepalanya.
"Kau sadis balas dendam nya!' Seru Dante. Semuanya langsung tergelak sesudah itu. Bertos ria menenggak minuman bersama.
Tepat tengah malam Afrizal pulang ke rumah dimana ada Andita yang tidur di ranjangnya yang melewatkan makan malamnya.
Wanita itu telah lelah dengan pikirannya sendiri hingga tertidur pulas karena itu. Afrizal melepaskan pakaiannya dan merangkak ke ranjangnya. Dan memulai aksinya mencumbui tubuh Andita.
Wanita itu akhirnya terjaga setelah terusik dalam tidurnya. Andita mencium bau minuman keras, ia berusaha mengelak dari ciuman di bibirnya. Rasanya ingin muntah hebat.
Namun tenaganya tak sebanding dengan Afrizal, sehingga dia hanya pasrah saat ia menyentuh nya. Bukan kenikmatan yang ia rasakan namun sakit karena tindakan pelecehan seksual.
Walaupun dia sudah di nikahi secara siri, namun setidaknya dia berubah. Karena semua yang dialami Andita juga tak mengharapkan.
"Aku hanya ingin hidup tenang tanpa ada orang yang menyakiti ku lagi Apakah sesulit itu? Aku tak ubahnya seperti pelacur nya. Seandainya ini mimpi, sayang nya ini nasib ku yang getir sungguh menyedihkan. " Batinnya kelu. Menatap lelaki itu yang terkulai setelah mendapatkan pelepasannya. Andita menarik selimutnya menutupi tubuhnya yang polos.
Tanpa memperdulikan nya yang tertidur pulas dalam posisinya tengkurap. Air conditioner AC yang dingin membuatnya nyaman dan tertidur kembali. Terbuai kembali oleh alam mimpi nya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!