NovelToon NovelToon

Belenggu Cinta, Mafia Kejam

Bertemu

Halo Guys..

Buat kalian yang mampir di cerita ini. Aku ucapin Terima kasih. Ini cerita pertama aku. Masih pemula. Mohon jangan dikritik, cukup diberikan saran. InsyaAllah akan aku perbaiki kedepannya. Mohon dukungannya 😇

🌙🌙🌙

"Cari di semua tempat, dia tidak akan bisa lari karena terluka" perintah seorang lelaki dengan penuh penekanan

"Aku harus bagaimana sekarang?" Batin gadis tersebut

Laki-laki yang saat ini berada di depannya tidak terlihat baik-baik saja. Terdapat sebuah luka tusukan di perutnya.

"Huh...." rintih laki-laki tersebut seraya menekan lukanya dengan tangan untuk mencegah pendarahan yang berlebihan 

"Mereka sedang mencarimu?" Tanya gadis itu panik

"Huh...." rintihnya lagi hingga kemudian pingsan tak sadarkan diri

"Hei ! Kenapa kamu pingsan?" Mencoba menggerakkan tubuhnya namun gagal karena laki-laki tersebut sudah tak sadarkan diri akibat luka tusukannya

"Dia terluka parah" batin gadis tersebut memperhatikan lukanya

"Tuan memerintahkan segera membunuhnya jika menemukannya! Cari di setiap lorong yang ada disini, jangan sampai kalian melewatkannya, jika tidak nyawa kalian taruhannya!"

"Siap" ucap orang-orang tersebut serentak

Deg

Gadis itu mulai panik kemudian menoleh ke arah sumber suara, ada lebih dari 5 orang pria dewasa tengah mencari laki-laki yang saat ini didepannya.

"Aku akan mendapat masalah jika ikut campur. Tapi jika kubiarkan dia akan mati" batin gadis itu  "Ahh dasar... padahal aku bukan orang yang baik" lanjutnya

Dia menarik tubuh lelaki tersebut kemudian membopongnya menuju ke rumahnya karena rumahnya tidak terlalu jauh dari tempat kejadian.

Dan lagi, dia seharusnya sudah berada di rumahnya lebih awal dan tengah menikmati cemilan malamnya sembari menonton drama kesukaannya.

Semuanya gagal, karena dia tanpa sengaja bertabrakan dengan seorang laki-laki asing yang tengah dalam pengejaran dengan luka tusukan di perutnya. 

"Kenapa dia berat seka..li ahhh" keluh gadis tersebut namun terjatuh saat hendak membaringkannya di sofa

Gadis itu meringis kesakitan, karena tubuh laki-laki tersebut terjatuh di atas tubuhnya membuatnya tidak bisa bergerak. Dengan sekuat tenaga, ia berusaha mendorong tubuh laki-laki tersebut hingga ia akhirnya bisa lepas.

"Akhh.." ringis laki-laki tersebut

Gadis itu menghela nafasnya sebelum akhirnya memeriksa luka laki-laki tersebut "Lukanya sangat parah. Aku harus segera menghentikan pendarahannya. Semoga saja di baik-baik saja. Aku tidak ingin dia mati di sini" ujar gadis tersebut cemas seraya melepas pakaian yang dikenakan lelaki tersebut.

Ia kemudian mengambil kotak P3K yang ada di rumahnya. Mencoba membersihkan lukanya dengan alkohol. Mengoleskan antibiotik kemudian memasang perban untuk menghambat pendarahannya.

"Jika aku perhatikan wajahnya cukup tampan, tapi kenapa orang-orang tersebut ingin membunuhnya" lirih gadis itu

"Hei" teriak gadis itu kaget saat tangan laki-laki itu tiba-tiba mencengkeram tangannya

"Siapa kamu? Ini dimana?" Tanya pria itu seraya memegang lukanya

"Justru aku yang harusnya bertanya. Bukannya kamu yang tiba-tiba muncul menarik tanganku di jalan tadi"

"Ukhh.." ringisnya saat mencoba menggerakkan tubuhnya

"Jangan bergerak. Lukamu akan terbuka lagi" pinta gadis itu menahan tubuhnya

"Tidak. Aku harus pergi sekarang, masih banyak yang harus aku selesaikan. Aku tidak punya waktu berlama-lama disini" ujarnya bangkit dari tidurnya

"Hei, jangan bergerak. Lukamu berdarah" pintah gadis itu lagi

"Dimana pakaianku" tanyanya tanpa memperdulikan perkataan gadis itu

"Segera baring dan jangan bergerak. Aku sudah susah payah menolongmu dan kamu ingin pergi. Baring sekarang juga!" Pintah gadis itu dengan penuh penekanan

Laki-laki itu terdiam kemudian berbaring dengan patuh mengikuti ucapan gadis itu.

"Ini pertama kalinya ada orang yang berani membentakku" batin laki-laki tersebut manatap gadis itu

Gadis itu kembali memperbaiki perbannya karena pendarahan yang terjadi tadi.

"Ini pertama kalinya aku bertemu orang dengan luka tusukan pisau seperti ini. Siapa nama kamu?" Tanya gadis itu penasaran dengan identitas pria itu

"Nevan Roderick"

"Jangan bergerak, aku akan segera selesai" ujarnya sembari mengikat perban

"Dengan mudahnya ia menolong dan membawa pulang orang asing.  Bagaimana jika ternyata orang jahat. Benar-benar gadis yang polos" batin laki-laki tersebut dalam hati, sudut bibirnya sedikit terangkat ke atas membentuk lengkungan

"Sudah selesai. Perbannya sudah aku perbaiki sekarang istirahatlah terlebih dahulu" ujarnya seraya  merapikan kotak P3K didepannya

"Siapa nama kamu?"

"Revalina Ainsley" jawab gadis tersebut sebelum akhirnya berdiri menuju ke kamarnya meninggalkan pria itu di ruang tamu

"Revalina Ainsley" batin Nevan kemudian memejamkan matanya

Jam di dinding menunjukkan pukul 2 tengah malam, saat Nevan bangun dari tidurnya, berusaha berdiri dengan menekan luka di perutnya. Ia berjalan menuju ke kamar Reva, memeriksa apakah gadis tersebut sudah tidur.

"Kita akan bertemu lagi" lirih Nevan kemudian pergi meninggalkan rumah Reva

...******...

Keesokan paginya Reva bangun mendapati laki-laki yang ditolongnya tadi malam sudah menghilang.

"Dia pergi begitu saja, tanpa mengucapkan terima kasih. Huh.. dasar" lirih Reva kesal

Tak mau berlama-lama memikirkan laki-laki tersebut. Ia segera bersiap-siap menuju ke kampusnya.

Sudah hampir 2 tahun, Reva memilih hidup sendiri tanpa kehadiran kedua orang tuanya. Semua keperluannya ia penuhi dengan bekerja di salah satu warnet. Sementara biaya kuliahnya ia dapat dari beasiswa.

Kelas masih tampak sepi, saat Reva datang. Jam masih menunjukkan pukul 07.25. yang artinya, Reva masih memiliki kesempatan untuk tidur 35 menit sebelum kelas paginya di mulai.

"Lagi-lagi kamu tidur di kelas" seru salah seorang mahasiwa menghampiri Reva dan duduk di sampingnya

Dia adalah Felicia Aprilia. Satu-satunya mahasiswa yang akrab dengan Reva. Karena beberapa mahasiswa lebih memilih untuk bergaul dengan sesama mereka. khususnya anak-anak orang kaya yang setiap hari menyombongkan kekayaan masing-masing.

Feli bukannya berasal dari keluarga sederhana. Keluarganya termasuk kaya, namun bedanya ia tidak pernah suka hubungan pertemanan yang hanya berlandaskan karena harta.

"Heran deh. Kok bisa kamu dapat nilai tinggi, padahal tiap hari kerjanya cuma tidur di kelas" gerutu Feli

"Aku memang sedikit diberkati dengan otak yang cerdas" ucapnya menyombongkan diri sembari merenggangkan tangannya ke atas "Aku ke toilet bentar, mau cuci muka" ucapnya lalu melekang pergi meninggalkan Feli yang hanya bisa menghela nafas pasrah

Berbeda dengan mahasiswa lainnya yang datang ke toilet di pagi hari. Reva memilih membilas wajahnya untuk menghilangkan rasa ngantuknya. Di sisi lain, mahasiswa lainnya memilih memperbaiki riasannya.

Reva tidak terlalu memperdulikannya. Sudah menjadi tontonanya setiap hari memperhatikan mahasiswa tersebut berdandan. Selain itu, Reva bahkan tidak menggunakan make up sama sekali selain bedak putih dan pelembab untuk bibirnya.

"Seharusnya mereka masuk sekolah kecantikan saja" batin Reva sebelum beranjak pergi

🌙🌙🌙

Update tiap hari, jika tidak berhalangan😇

Pria Mes*m

"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Dr. Dani pada Nevan yang kini duduk menyesap rokoknya di meja kerjanya

Dr. Dani adalah dokter pribadi keluarga Caleis dan juga sahabat dari Nevan. Keduanya kenal dari sejak kecil karena hubungan kerja sama keluarganya.

"Luka seperti ini tidak akan membunuhku" Jawab Nevan santai seolah luka ini sama sekali bukan masalah besar untuknya

Tok.. Tok.. Tok..

Dari arah pintu kamar, seorang bawahan yang yang merupakan asisten pribadi dari Nevan yakni Rangga, masuk dengan sebuah berkas dokumen berisi informasi seseorang ditangannya.

"Hanya ini?" Tanya Nevan setelah membaca informasi tersebut

"Maaf tuan. Hanya ini informasi yang bisa kami temukan" Jawab Rangga sedikit ragu karena informasi yang dibawahnya begitu sedikit

"Kamu mencari tahu tentang siapa?" Tanya Dr.Dani merebut berkas itu dan membacanya "Revalina Ainsley. Seorang gadis?"

"Iya. Memang seorang gadis"

"Siapkan mobil untukku" Pinta Nevan yang kemudian segera diangguki oleh Rangga

"Kamu mau kemana? Lukamu belum sepenuhnya sembuh"

"Universitas Hopkins" Jawab Nevan lalu bangkit pergi meninggalkan Dr. Dani yang hanya menatapnya bingung

...***...

Universitas Hopkins..

Reva yang baru saja menyelesaikan kelasnya, kini bersiap untuk pulang. Malam ini ia masih harus bekerja paruh waktu di sebuah warnet yang tak jauh dari rumahnya.

"Apa kamu sibuk malam ini? Bagaimana dengan kencan yang kukatakan sebelumnya?"

"Aku kerja. Aku tidak ada waktu untuk berkencan" Tolak Reva dengan tegas

"Tapi dia benar-benar tertarik denganmu" Rengek Feli memohon

"Baiklah. Tapi ini terakhir kalinya" Balas Reva menyetujuinya dengan terpaksa, karena jika tidak Feli tidak akan berhenti memaksanya

"Nanti aku kirim alamatnya. Ingat untuk berdandan, jangan berpenampilan seperti ini" Ucap Feli memperingati sebelum pergi ke arah parkiran meninggalkan Reva yang hanya bisa menggeleng kepala pasrah

"Bukankah hanya makan malam, apa yang perlu diperhatikan" Ucap Reva santai tidak perduli

Ia lalu mengeluarkan earphonnya, berjalan keluar dari kampus menuju ke halte bus.

Hingga tiba-tiba sebuah mobil sedan hitam, tiba-tiba saja berhenti di hadapannya.

"Dd..dia..? Pria semalam? Bagaimana bisa dia ada disini" Batin Reva kaget saat pintu mobil terbuka memperlihatkan pria yang baru saja ditolongnya semalam

"Apa yang kamu lakukan disini? Bagaimana dengan lukamu?" Tanya Reva menatap ke arah lukanya yang tertutupi baju

"Bantu aku melihatnya.. " Jawab Nevan menarik lengan Reva masuk ke dalam mobil dengan paksa

"Hah? Apa yang kamu lakukan? Biarkan aku pergi" Ujar Reva mencoba berontak karena saat ini ia duduk di pangkuan Nevan

"Diamlah. Bukankah kamu ingin memeriksa lukaku"

"Aku hanya menanyakan keadaanmu"

"Bukankah itu sama saja. Jadi mengapa tidak melihatnya secara langsung" Goda Nevan dengan seringai nya

"Dasar mesum.. " Umpat Reva lagi-lagi mencoba berontak melepaskan diri

"Sstttthhh.. " Ringis Nevan tiba-tiba

"Oh.. Maaf-maaf.. Apa aku memukulmu terlalu keras

Nevan tersenyum simpul melihat gadis dihadapannya ini khawatir "Dia benar-benar lucu" Batin Nevan

"Kamu mempermainkanku?" Tanya Reva menyadari ulah Nevan

"Ini memang sakit" Ujar Nevan menarik kemejanya keatas memperlihatkan lukanya "Jadi menurut lah, aku hanya ingin membawamu ke sebuah restoran untuk makan siang"

"Baiklah. Tapi lepaskan aku terlebih dahulu" Balas Reva lirih

Melihat wajahnya yang kini memerah karena malu, Nevan pada akhirnya menuruti permintaan Reva dan menurunkannya dari pangkuannya.

"Kamu mencari tahu tentangku?" Tanya Reva tanpa menoleh dan memilih menatap ke arah luar jendela mobil

"Hmm.. Tapi aku tidak menemukan apapun selain informasi kampus dan rumahmu yang kemarin"

"Tidak perlu mencarinya lagi. Aku hanya seorang mahasiswa biasa yang hidup sendiri"

"Bagaimana dengan orang tuamu?"

"Aku tidak memilikinya" Jawab Reva datar "Berhenti membahas ku. Bagaimana denganmu? Kamu seharusnya bukan dari kalangan orang biasa"

"Aku akan memberitahumu nanti. Ayo turun, kita sudah tiba"

Keduanya turun dari mobil. Beberapa pelayanan dengan cepat menghampiri keduanya, membungkuk memberi hormat.

"Silahkan masuk Tuan, Nona" Ucap salah seorang pelayan mempersilahkan keduanya masuk ke salah satu ruangan VVIP di restoran itu

"Mau minum wine?" Tanya Nevan mengangkat gelasnya menawarkan

"Tidak. Aku masih harus bekerja nanti malam"

"Aku sudah meminta cuti untukmu malam ini"

"Hah? "

"Bukankah kamu ingin mengetahui tentangku. Aku akan memberitahumu malam ini" Ujar Nevan

"Sebenarnya apa yang kamu inginkan dariku?"

"Bagaimana dengan menjadi wanitaku" Ujar Nevan mengedipkan matanya

"Maaf.. Tapi aku sama sekali tidak tertarik denganmu" Tolak Reva cepat tak ingin terlibat dengan pria seperti Nevan

"Aku tidak perduli. Karena aku menginginkanmu" Balas Nevan tak terima penolakan

Reva menghela nafas panjang, memijat pelipisnya yang terasa pusing "Seharusnya aku tidak membantunya semalam.. " Batin Reva menyesali perbuatannya

"Sudah terlambat untuk menyesal" Ucap Nevan menghampiri Reva dan menariknya duduk di pangkuannya

"Apa yang kamu lakukan? Mengapa begitu suka memelukku, aku bukan seorang p*lac*r"

Tidak perduli dengan kata-kata Reva, Nevan menarik dagunya, lalu mencium bibirnya.

"Nghh.. Ciuman pertamaku" Batin Reva mencoba melepaskan diri, namun percuma saja ia sama sekali bukan tandingan Nevan

Reva yang berhenti memberontak, membuat Nevan dengan cepat mengambil kesempatan itu, mel*mat bibir Reva, layaknya binatang buas yang tengah memakan mangsanya.

"Hmmphhh... Kamu ingin membunuhku" Ucap Reva ngos-ngosan setelah Nevan melepas ciumannya karena gigitannya barusan

Sementara Nevan hanya menyeringai mengusap bibirnya, merasakan darah dari sudut bibirnya.

"Dasar mes*m" Umpat Reva memalingkan wajahnya kesal

.....

Tok.. Tok.. Tok..

"Semuanya sudah disiapkan tuan" Ucap Rangga sedikit menunduk tak berani menatap tuannya terutama karena ia yang sekarang tengah merangkul seorang gadis di pangkuannya

"Baiklah"

"Apa lagi yang ingin kamu lakukan?" Tanya Reva was-was setelah semua perbuatan mesum Nevan

"Bukankah kamu ingin mengetahui tentangku. Sekarang adalah waktu yang tepat menunjukkannya padamu" Ujar Nevan mengusap rambut Reva seolah merencakan sesuatu

"Perasaanku tidak enak.. " Batin Reva menduga

.......

Setelah meninggalkan restoran, keduanya kini tiba di sebuah bangunan tua yang tampak sepi.

"Ini dimana?" Tanya Reva takut

"Kamu akan tahu sebentar lagi" Jawab Nevan memegang tangan Reva masuk ke salah satu ruangan

"Bukannya mereka.." Reva tersentak kaget menatap 5 pria dihadapanya yang merupakan pria yang mengejar Nevan semalam

"Mereka belum bicara?" Tanya Nevan duduk di kursi begitupun dengan Reva yang hanya bisa pasrah duduk di pangkuan Nevan

"Belum tuan"

"Kalau begitu bawa besi panas" Ujar Nevan tajam

Reva yang mendengar perintah Nevan, dengan cepat sadar akan apa yang akan dilakukan pria mesum itu. Ia menyandarkan kepalanya di dada Nevan, tak ingin menyaksikan kejadian itu.

"Kamu takut? Bukankah semalam kamu sama sekali tidak takut"

"Biarkan aku pulang" Pinta Reva masih bersandar di dada Nevan

"Tidak perlu buru-buru. Mereka bahkan belum mengungkap pelakunya"

Selama hampir satu jam Reva terdiam. Tubuhnya yang bergetar menahan takut kini mulai reda, dengan tangan masih melingkar memeluk tubuh Nevan.

"Dia tertidur?" Gumam Nevan menatap Reva yang ternyata tengah tertidur pulas "Benar-benar gadis yang menarik" Batinnya merasa kagum

Untuk pertama kalinya ia bertemu dengan gadis menarik seperti ini. Dengan situasi barusan, gadis manapun sudah pasti akan menangis menyaksikan penyiksaan seperti tadi. Bukannya tertidur pulas seperti yang dilakukan Reva saat ini.

Menjadi Wanitaku!

Setelah mendapat informasi dari kelima pria itu, Nevan kembali ke mansion pribadinya dengan Reva yang masih tertidur pulas di pelukannya.

"Gadis kecil, sampai kapan kamu akan tertidur hmm?" Bisik Nevan lalu menggigit kecil telinga Reva

"Hmhhgg... Apa yang kamu lakukan? Apa kamu seorang anjing?" Balas Reva tersadar akan apa yang baru dilakukan Nevan "Ini dimana?" Tanya Reva kemudian setelah menyadari sekitarnya

Ada beberapa pelayan dan bodyguard yang saat ini menyambut keduanya. Membuat Reva tak kuasa mengangkat kepalanya karena malu, mengingat ia yang masih berada di rangkulan Nevan.

"Siapkan kamar mandi untuknya" Pinta Nevan tegas

"Baik Tuan" Jawab kepala pelayan sedikit menunduk sebelum pergi

Sementara Nevan kini membawa Reva naik ke lantai atas.

"Aku masih memiliki beberapa urusan, kamu mandi lalu istirahat disini. Jika butuh sesuatu katakan pada pelayan" Ujar Nevan mengusap rambut Reva

"Tidak. Biarkan aku pulang. Ini sudah malam"

"Justru karena ini sudah malam. Kamu sebaiknya bermalam disini. Besok pagi aku akan mengantarmu pulang"

Reva hanya bisa pasrah menuruti perkataan Nevan. Berdebat dengannya hanya akan membuang-buang waktu karena apapun yang ia katakan tidak akan ada gunanya di hadapan pria mesum itu.

...***...

Reva masih berada di kamar mandi berendam, saat Nevan datang ke kamarnya berniat mengajaknya makan malam.

"Non Reva masih di kamar mandi tuan"

"Aku tahu. Kamu bisa keluar" Ujar Nevan masuk ke dalam kamar berniat menunggu Reva

Ddrrt.. Ddrrt..

"Felicia?" Gumam Nevan menatap layar ponsel Reva yang kini berdering

"Halo! " Jawab Nevan

"Kamu siapa? Dimana Reva?"

"Dia di kamar mandi"

"Ka..kamar mandi?"

"Iya. Ada perlu apa dengannya?"

"Kalau begitu bantu aku memberitahunya, jangan lupa janji kencannya malam ini"

Mendengar ucapan Feli, Nevan secara tidak sengaja menutup panggilan itu.

"Kencan? Jangan harap aku akan membiarkannya begitu saja" Ujar Nevan kesal hingga membanting ponsel Reva ke lantai

....

Reva yang baru saja kembali ke kamar, kembali di buat kesal karena ponselnya yang kini sudah tidak tergolong lagi.

"Apa yang kamu lakukan? Kenapa merusak ponselku"

"Aku akan menggantinya" Jawab Nevan masih dengan nada ketusnya

"Ada apa? Kenapa raut wajahmu seperti itu?"

Nevan menatap Reva sekilas sebelum menariknya ke kasur. Lagi-lagi dengan sifat mendominasi miliknya, Nevan ******* bibir Reva buas.

"Hmm.. Hmm.. Hmm.. "

"Tidak jangan lakukan ini.." Ucap Reva mendorong tubuh Nevan menjauh "Apa sebenarnya yang kamu inginkan? Bukankah aku sudah menyelamatkanmu?"

"Bodoh. Justru karena kamu sudah menyelamatkanku. Aku tentu saja harus membalasmu"

"Yang kamu lakukan ini adalah pelecehan"

"Aku membalasmu dengan cara menjadi wanitaku"

"Tidak perlu. Aku sama sekali tidak tertarik menjadi wanitamu. Ada banyak wanita di luar sana yang lebih pantas untukmu dari pada Aku yang hanya seorang mahasiswa biasa"

"Apa karena lelaki itu?"

"Lelaki?" 

"Bukankah kamu memiliki kencan malam ini"

"Kencan?"

Reva menepuk jidatnya pelan, ia baru saja ingat akan janji yang dibuatnya siang tadi.

"Dari mana kamu tahu?"

"Temanmu yang memberitahuku"

"Jangan bilang kamu merusak ponselku karena itu?"

Nevan mengangguk mengiyakan "Karena sekarang kamu adalah wanitaku. Aku tentu saja tidak akan membiarkanmu berkencan dengan laki-laki lain"

"Tapi aku belum setuju"

"Cepat atau lambat kamu juga akan setuju" Tutur Nevan lalu kembali menc*um bibir Reva

Berbeda dengan ciuman pertama, kali ini ia melakukannya dengan lembut dan pelan.

...***...

Selama di meja makan, Reva tak berhenti cemberut sementara Nevan hanya menyeringai penuh kepuasan menatap tingkah lucu Reva yang tengah marah karena ulahnya tadi.

"Dasar pria mes*m" Batin Reva mengumpat sembari menikmati makan malamnya yang begitu lezat

Makanan memang solusi paling terbaik untuk perempuan yang tengah emosi. Buktinya saat ini, perhatian Reva benar-benar teralihkan pada semua makanan yang disiapkan pelayan.

"Uhhuukk.. Uhhuukk.. "

"Pelan-pelan.. " Ucap Nevan memberikan air minum pada Reva "Tidak ada yang akan berebut denganmu" Lanjutnya menggoda kembali

"Hmmpp.. " Reva hanya memalingkan wajah kesal tidak berniat berbicara dengan Nevan

....

Setelah menikmati makan malamnya, Reva kini tersadar jika di rumah itu hanya ada dirinya dan Nevan dan beberapa pelayan dan bodyguard yang berjaga.

"Kamu tinggal sendiri? Bagaimana dengan orang tuamu?" Tanya Reva penasaran

"Mereka di rumah utama. Ini hanya rumah pribadiku"

"Ohh.. "

"Kenapa? Kamu ingin bertemu dengan orang tuaku?" Tanya Nevan lagi-lagi menggoda Reva

"Berhenti bercanda. Apa semua wanita yang kamu temui, kamu perlakukan seperti ini?"

Nevan meletakkan sendoknya di piring lalu bangkit menghampiri Reva "Kamu satu-satunya wanita yang aku perlakukan seperti ini" Ucap Nevan meraih dagu Reva

Namun belum sempat Nevan menciumnya, Reva dengan cepat menepis tangan Nevan "Dasar pembohong. Aku mengantuk. Aku tidur lebih dahulu" Ujar Reva lalu melekang pergi tanpa menoleh sedikitpun

"Sadar Reva. Dia itu pria mesum. Bagaimana bisa kamu deg-deg-an seperti ini" Gerutu Reva membenamkan kepalanya di bantal, dengan dada yang sejak tadi bergemuruh

Ini pertama kalinya ia begitu dekat dengan seorang pria dan bahkan berhubungan seperti yang dilakukan Nevan terhadapnya. Selama ini ia selalu menghindar pria, khususnya jatuh cinta karena hal seperti sangat tidak berguna bagi Reva saat ini.

"Lupakan. Sebaiknya aku tidur sekarang. Mungkin karena ini pertama kalinya" Gumam Reva menenangkan diri lalu memperbaiki posisi tidurnya

...***...

Keesokan paginya, Reva terbangun dengan mendapati Nevan tidur di sampingnya. Hal ini sontak membuatnya berteriak kaget melepaskan diri dari kunjungan Nevan.

"Kamu.. Kamu.. Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu tidur disini?" Tanya Reva menunjuk Nevan

"Hmmmgg.. " Nevan hanya bergumam memegang kepalanya "Aku tidak melakukan apa-apa. Biarkan aku tidur sebentar. Kamu sebaiknya mandi sekarang. Bangunkan aku jika selesai" Ucap Nevan dengan suara berat lalu kembali melanjutkan tidurnya

Reva hanya bisa mendengus kesal pergi ke kamar mandi. Sebelum ia terlambat masuk ke kelas.

30 menit berlalu..

Reva kini selesai bersiap dan kini duduk di meja makan untuk sarapan pagi karena paksaan dari kepala pelayan.

"Nevan belum bangun Bi?"

"Iya Non. Tuan baru pulang jam 5 pagi tadi. Karena itulah tidak ada yang berani membangunkannya"

"Jam 5? Dia darimana bi?"

"Soal ini.. "

Melihat pelayan itu sedikit ragu, Reva lalu menyela "Tidak perlu menjawabnya Bi, sepertinya aku sudah bisa menebaknya" Ujar Reva mengingat kembali kejadian kemarin, saat Nevan menyiksa ke lima pria itu

"Kalau begitu Aku akan naik melihatnya sebelum aku terlambat masuk" Tutur Reva beranjak naik menghampiri Nevan

Reva yang baru tiba di kamar, melihat Nevan yang masih tertidur pulas mengurungkan niatnya untuk membangunkannya. Karena wajahnya yang terlihat begitu kelelahan.

"Bantu aku membungkusnya Bi. Aku akan makan di kelas. Sepertinya aku akan terlambat jika terlalu lama disini" Pinta Reva sopan

"Bagaimana dengan tuan, Non?"

"Biarkan dia tidur Bi. Dia terlihat begitu kelelahan" Jawab Reva

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!