Orang-orang pada sibuk bantu-bantu di acara nikahannya Sofia anak pak Darma. Acaranya lumayan besar, maklum anak wali kota.
Nampak raut kebahagiaan terpancar dari wajah ayu si pengantin wanita, namun nampak juga ia terlihat cemas, mungkin gugup karena mau menikah.
"Udah gak usah gugup gitu, yakin aja Agung nanti lancar ijab qobulnya, " seseorang meraih jemari Sofia yang mulai berkeringat.
"Ih gak bisa, deg-deg an banget ini aku, nanti kalau kamu nikah kamu bakal rasain kok gimana deg-degan nya mau akad, " Sofia mengerucutkan bibirnya pada orang yang sejak tadi menemaninya di rias.
Sedangkan orang tersebut malah menertawakannya.
"Wah ngeledek ya kamu, "
"Aku gak ngeledek kok, abis bibir kamu gitu lucu kek anak kecil lagi ngambek, " haha, gadis yang tak lain sahabatnya itu masih menertawakan dirinya.
" Sudah bismillah aja sayangku, cantik gak boleh cemberut senyum dong, biar Agung makin terpesona melihat senyumanmu nanti, "
Mereka hanya tinggal berdua di dalam ruangan ini, karena periasnya sudah pergi ke kondangan lain buat make up lagi, berhubung Sofia hanya akad dan tidak ganti kostum jadi bisa di tinggal.
Keduanya terus mengobrol, agar Sofia merasa rileks.
Hari ini tak banyak tamu yang diundang, karena ingin kesakralan acara akadnya lebih terasa.
Tok Tok Tok
Ketukan pintu mengalihkan atensi kedua sahabat itu.
"Masuk aja, " pinta Sofia pada orang di balik pintu.
Ceklek
Pintu pun terbuka menampilkan seseorang bertubuh gemuk yang usianya di taksir 50 ke atas, siapa lagi kalau bukan mbok Yem.
"Mba Sofia sama mba Laura di minta keluar, " ujar mbok Yem, ART keluarga Sofia memintanya keluar.
"Baik mbok kami akan keluar, " saut Laura.
Senyum di wajah Sofia makin merekah, namun ia merasa semakin gugup.
Laura dan Sofia berjalan bersisian bersama satu lagi sepupu Sofia, Maya namanya.
Maya dan Laura mengantarkan Sofia pada Agung, yang kini akan segera menghalalkannya.
"Bagaimana saksi? " tanya pak penghulu.
"SAH, " jawab saksi beserta tamu undangan.
Kini Sofia sudah memiliki suami, lelaki yang menjadi kekasihnya sejak dua tahun lalu.
Laura terharu, bahagia melihat sahabatnya menikah hari ini.
Laura membayangkan dirinya ada di posisi Sofia saat ini, namun sayang ia tersadar dari lamunannya karena ada yang menepuk pundaknya.
"Eh Maya, " cicit Laura, canggung karena kepergok tengah melamun.
"Di panggil dari tadi gak nyaut, ngelamun ya? " ujar Maya. Laura hanya tersenyum.
"Eh kenapa, May? "
"Foto yuk, itu mereka sudah nampak lengang, "
"Ayuk, "
Keduanya berjalan menuju pelaminan sederhana, karena ini hanya foto-foto biasa. Untuk resepsi mereka nanti akan mengadakan di balroom hotel bintang lima. Dan tamunya mungkin akan kebanyakan dari petinggi pemerintahan dan petinggi perusahaan.
Maklum saja yang menikah ini anak wali kota dengan seorang pengusaha muda Agung Wirawan.
"Hai beb, makasih ya sudah ada buat aku temanin aku sejak kemarin acara siraman, pengajian, hingga hari ini, aku do'ain kamu lekas nyusul, dan menemukan pria yabg baik, " ucap Sofia ketika Laura tiba di hadapannya.
"Tak usah berterimakasih, aku senang selalu ada untukmu, aku menikmati saat-saat terakhir kebersamaan kita, kini kamu sudah punya Agung yang akan gantiin aku untuk selalu ada disampingmu dalam keadaan apapun, " Laura memang selalu ada untuk Sofia begitu pula sebaliknya.
"Tak akan ada yang berubah di antara kita, meskipun aku sudah bersuami kamu tetap sahabat terbaikku, yang akan selalu ku cari kapanpun dan dimanapun, " Sofia terkekeh, karena melihat wajah sahabatnya itu yang sedikit cemberut.
"Iya, aku tau tapi tetap aja beda, antara sebelum dan sesudah nikah, "
"Dan aku gak akan melarang kalian untuk terus melakukan apa yang kalian lakukan biasany asebelum Sofia menikah, tapi asal jangan kamu ajak nginap terus tidur berdua sama Sofi ku, aku gak izinin ya, " Mereka semua akhirnya tertawa.
"Tenang masih ada Maya disini kalau Sofia gak bisa biar Maya nanti yang gantiin buat nemenin Laura jalan, "
"Mantap May, " Sofi mengacungi jempol pada sepupunya itu.
"Siap May, " sedangkan Laura mengangkat tangan hormat pada Maya.
Mereka semua akhirnya berselfi ria.
Hari pun berganti, Laura nampak sudah siap dengan dress brokatnya karena hari ini ia akan menjadi bridesmaid untuk sahabat tercintanya Sofia.
Mereka berdua bersahabat sejak di bangku kuliah, dan kebetulan ayah Laura bekerja sebagai orang penting untuk jabatan ayahnya Sofia.
Sejak tiga tahun lalu pak Wahyu menjadi staff khusus pak Darma sebagai wali kota.
Laura dan Maya sudah berdiri di belakang pengantin wanita bersama bridesmaid yang lain dan menggiringnya menuju pelaminan. Tak berbeda dengan Agung yang juga sedang berjalan bersama para bridesmaidnya menuju kursi pelaminan. Mereka akan bertemu di tengah-tengah tepat di hadapan singgasana raja dan ratu sehari.
Serangkaian acara resepsi pernikahan mewah itu mulai berjalan dan sesai tepat pukul sembilan malam.
Seharian penuh hari ini Laura berada di resepsi pernikahan sahabatnya itu. Kini ia harus pamit pulang.
"Sekali lagi selamat ya beb, aku pulang dulu ya, jangan lupa cerita pengalaman pertamanya nanti, " ujar Laura menggioda pengantin baru itu.
\*\*\*\*\*
Seminggu telah berlalu setelah pesta pernikahan sang sahabat Sofia, kini Laura merasakan kesepian karena sahabatnya itu tak lagi menjadi patnernya dalam bekerja.
Ya mereka satu tempat kerja yang bosnya tak lain dan tak bukan adalah Agung. Berhubung Sofia menikah dengan sang CEO kini statusnya bukan lagi seorang karyawan melainkan seorang Nyonya.
"Oy, nape lo bengong aje, " tegur Lidya dengan logat kental ala orang betawi, salah satu teman dekat Laura yang seorang HRD sedangkan Laura merupakan seorang Supervisor.
"Sepi aja gak ada Sofia lagi, " keluh Laura yang sejak tadi hanya mengaduk-aduk makanannya. Entahlah tiba-tiba ia merindukan sahabatnya itu.
"Ah elah, masih ada gue dimari kagak usah sedih lo, kayakagak punya teman aje, eh atau emang gue kagak lo anggap ya selama ini, " Lidya memasang wajahnya memelas, seperti sangat menderita karena tak dianggap ada oleh Laura.
"Ihh gak gitu, kamu tetap teman aku dan aku anggap kok, aku hanya belum terbiasa aja cuman berdua sama kamu, biasanya kan kita bertiga kemana-mana,"
"Jangan ngambek dong, plisss, entar aku beliin es krim deh ya, " mendengar kata es krim wajah Lidya berubag sumringah.
"Oke tapi janji ya es krim entar pulang kerja,"
"Iya, pasti, "
"Asiikkk, ya udah makan dong gue udah mau abis nih, jam istirahat juga bentar lagi berakhir, " Laura hanya menganggapinya dengan anggukan.
Mereka memang tengah menikmati santap siang di kantin perusahaan dan hanya berdua tanpa Sofia.
\#\#\#\#\#\#\#\#
Hayy aku datang lagi, semoga suka ya sama karya baruku ini.
Terimakasih sudah mampir. 🤗
Ting
Sebuah pesan singkat masuk ke HP Laura sesaat setelah ia keluar dari area kantin.
Sofia : "Beb, ketemuan yuk sore ini di cafe, "
Laura senang membaca pesan yang ia dapatkan dari Sofia, sahabat yang ia rindukan. Karena selama satu minggu ini tak ada komunikasi apapun diantara keduanya.
Bukan tak bisa menghubungi namun lebih kepada sungkan bagi Laura jika ia menghubungi Sofia takut mengganggu quality time si pengantin baru.
Laura : "Hay beb, kirain sudah punya suami lupa sama aku ☹️, ok cus lah, "
Sofia : " Inget lah masa engga, emang seminggu ini lagi sibuk aja beb, maafin ya 🙏. Ok aku tunggu di cafe Ceria, "
Laura : " 🤗🤗🤗, sip dah. Aku sama Lidya ya, "
Sofia : " Oke, sampai ketemu 🤗, "
"Lid, pulang kerja kita ke cafe Ceria, di ajakin ketemu sama pengantin baru, " Laura mengajak Lidya sebelum mereka berpisah di lift.
"Oke siap, "
Keduanya pun berpisah menuju ruangan masing-masing.
*****
Cafe Ceria
Sekitar pukul lima kurang lima belas menit, Sofia tiba di cafe Ceria bersama sang suami Agung.
Dan ternyata kedua sahabatnya itu belum nongol.
Cukup lama menunggu, akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga.
"Hay, sory telat, biasalah macet, " sapa Laura ketika tiba di cafe Ceria.
"Its ok, btw kalian pesen aja dulu kita sudah pesen tadi, " pinta Sofia.
"Ngomong-ngomong nih nyonya gak mau pisah banget ya sama pak bos, " goda Lidya.
"Maklum pengantin baru, lagi anget-angetnya, entar juga masa bodo setelah lama nikah, " timpal Laura, tanpa rasa bersalah.
"Enak aja kamu, kita akan terus gini malah makin lama makin romantis iya gak Yang? " Ujar Sofia yakin.
"Oh tentu saja, gak usah dengerin mereka para jomblo Yang, mereka pada iri sama kemesraan kita berdua, " Agung si bos malah membuat dua jomblo itu kalah telak.
Laura mencebik kesal, sadar jika dirinya jomblo. Bahkan berkali-kali jatuh cinta selalu saja kandas sebelum berbunga.
"Sabar ya Ra, gue bakal temenin lo dalam kejombloan ini, " ujar Lidya,nyemangatin Laura sebagai teman seperjuangan dalam dunia jomblo.
"Tapi paling sampai akhir tahun aja, karena tahun depan gue pasti sudah nikah, " bukan tanpa alasan Lidya berkata demikian karena jika sampai akhir tahun ini ia tak bawa pacar kerumah, maka awal tahun depan ia akan dinikahkan dengan lelaki pilihan orang tuanya alias dijodohkan.
"Yakin amat mba, memangnya sudah punya calon? " Laura meremehkan teman satunya itu, yakarena setahunya selama ini mereka memang jomblo.
"Belum sih, ya kan omongan adalah doa, jadi didoain aja dulu, masalahterkabul atau enggaknya itu urusan belakangan, "
Hahahaha
Semua tertawa mendengar penuturan Lidya, tapi mereka juga membenarkan hal itu.
"Oh iya ngomong-ngomong maksud kita ngajak kumpul disini tuh mau ngasih ini buat kamu, kemarin kak Yoga ngasih ke aku, " Sofia mennyodorkan kertas undangan pada Laura.
"Wih keren kak Yoga mau nikah, " tanyanya tanpa menatap undangan yang disodorkan Sofia malah menatap orangnya, mencari jawaban.
"Bukan, tapi undangan reoni,"
"Hah undangan reoni, "
Laura mengambil lalu membuka undangan tersebut. Membaca dengan seksama aisi dari undangan itu.
"Seriusan nih minggu depan? "
"Iya, makanya pas di kasih kak Yoga juga kita juga terkejut, mana pas banget lagi itu kita lagi bulan madu, "
"Terus kalo kalian bulan madu, kamu gak ikut? " tanya Laura dengan wajah ditekuk.
"Ikut kok, kita menunda keberangkatan aja, jadi setelah acara reoni aja kita berangkat bulan madunya, " bukan Sofia tapi Agung yang menjawab.
"Ihhh pak bos keren, ok aku ikut, " Laura nam0ak begitu bersemangat.
Namun semangat yang tadi nampak jelas di raut wajahnya, kini berubah suram kala teringat kenyataan jika Sofia sudah menikah dan pasti Agung juga akan ikut, masa Laura harus jadi obat nyamuk diantara mereka, iiihhhh ogah.
"Eh tapi kalau kalian berdua, aku sama siapa? "
"Ogah banget jadi obat nyamuk, " dengusnya.
"Tenang ada Lidya, saya kasih izin Lidya ikut sama kita reoni kepuncak, toh gak ada larangan jugakan orang luar sekolah ikut selama itu ada hubungannya sama alumni sana, "
Seketika wajah Laura dan Lidya berbinar kala mendengarkan kata yang diucapkan Agung.
Mereka akhirnya sepakat berangkat lusa, karena mereka akan reoni disana selama tiga gari dua malam.
*****
Laura nampak cukup sibuk hari ini karena memberikan breefing pada para karyawan untuk acara hari ini.
Bahkan makan siang pun Laura terlambat. Namun semua itu tak memudarkan semangatnya.
Lidya sengaja membawakan makan siang untum laura keruangannya.
Waktu berlalu, jam pulang kerja telah tiba, namun nampak awan hitam yang sejak tadi menyelimuti area perkantoran ini kini mulai menangis.
Laura yang pulang menggunakan motor, harus menunggu hujan reda terlebih dahulu baru ia akan pulang.
"Hujannya gede banget lagi, mana sudah jam segini, " Laura mulai gusar sembari melirik jam tangannya.
Pasalnya hari ini ia juga punya acara keluarga, Laura sekeluarga akan makan malam di luar sebagai perayaan ulang tahun adiknya.
Drrrrtttt Drrrtttt Drrtttt
HP Laura bergetar panjang menandakan ada panggilan suara.
Tertera nama di layar ponselnya Ibu.
"Halo assalamualaikum bu, maaf kaka bisa-bisa telat sampai ke restorannya soalnya disini masih hujan deras, " ucapnya sambil sedikit berteriak suaranya beradu dengan hujan yang turun begitu derasnya.
"Pantas kamu gak pulang-pulang ibu kira kmau lupa, ya sudah hati-hati pulangnya, nantilangsung susul aja ya sayang resto biasanya, "
"Iya bu nanti Laura nyusul, semoga keburu ya, kalau gak keburu kalian makan malam bertiga aja sama Lukman, aku gak apa-apa kok, tapi jangan lupa bungkusin ya bu, " Laura terkekeh usai mengucapkan kalimat terakhir.
"Ya sudah ibu tutup dulu ya teleponnya, assalamualaikum"
"Waalaikumsalam, "
Percakapan Laura dan ibunya pun berakhir, tetapi hujan masih tak mau berhenti.
Beruntung masih banyak yang belum pulang, tapi kalau Lidya sudah pulang sebelum hujan tadi, arah rumah mereka pun berlawanan dan rumah Laura cukup jauh dari kantor.
Setengah jam berlalu, tepat pukul tujuh hujan mulai reda. Sebelum pulang Laura menunaikan kewajibannya terlebih dahulu di musholla kantor.
Di dalam doanya Laura berharap segera dipertemukan dengan jodohnya. Dia yang notabane nya ingin sekali menikah doa tentang jodoh tak pernah ketinggalan di setiap sujudnya.
Laura memang berbeda dengan orang kebanyakan yang malah ingin mengejar karir terlebih dahulu dan menunda-nunda untuk menikah, dia malah ingin sekali menikah walau karirnya saat ini sedang bagus.
Baginya berkarir hanya sebagai selingan menanti ada yang menafkahi. Karena ia bercita-cita ingin menjadi ibu rumah tangga bukan wanita karir. Dapat dipastikan setelah bertemu dengan orang yang telat nanti ia langsung berhenti bekerja.
Tiba sudah waktunya reonian, Laura, Lidya, Sofia dan Agung suaminya bersama yang lainnya berangkat ke arah puncak, menggunakan bus yang sudah di sediakan pihak sekolah.
Acara reoni akbar pertama yang diadakan SMA Nusa Bangsa sebagai bentuk perayaan satu dekade (10 tahun) sekolah itu berdiri.
Sekolah yang masih sangat muda usianya.
Tidak semua ikut reoni meskipun semua diundang.
"Semuanya sudah siap? " tanya salah satu panitia cowok.
"Jangan sampai ada yang ketinggalan ya, kakak-kakak, ibu, bapak semua, " lanjutnya lagi.
Panitia acara kebanyakan dari pelajar yang masih belum lulus namun juga dibantu sama teman-teman alumni.
Dirasa semua sudah masuk bus, mereka pun berangkat dengan iring-iringan tujuh buah bus untuk para alumni dan panitia beserta tiga mobil pribadi untuk para guru.
Cukup banyak memang, membawa sekitar 250 orang. Entahlah dimana mereka akan tidur. Nyewa hotel berapa duit tu, banyak banget pastinya. Mungkin mereka akan menyewa penginapan.
Atau numpang tidur di rumah warga, ih gak etis banget masa reonian gak modal.
"Wah seru ya, ini pertama kalinya gue ke Bogor, " kata Lidya.
"Sama aku juga, pertama kali ke puncak Bogor, tapi kalau ke Jawa Baratnya pernah, " kata Laura, sembari mengingat kenangannya kala di Bandung.
"Kemana lo ? "
"Ke Bandung, "
"Oh katanya di puncak dingin, gue penasaran sedingin apa, "
"Gak tau juga aku, nanti tinggal kita rasakan aja disana, " Laura dan Lidya asyik mengobrol, membayangkan dinginnya puncak Bogor.
" Yang pasti sih dingin banget, saya yakin kalian gak akan tahan akan dinginnya, beda sama saya yang tak akan kedinginan disana, " Agung yang duduk di depan mereka tiba-tiba ikut bicara.
"Ah elah pengantin baru nimbrung aja, " Laura tau kemana arah pembicaraan bos nya itu.
Mereka terus melanjutkan obrolan dengan berbagai macam cerita yang kadang menerbitkan tawa.
Perjalanan berjam-jam dari Jakarta ke Bogor tak membuat Laura bosan, padahal dia tipikal orang yang bosanan jika lama di perjalanan. Mungkin karena suasana di dalam bus rame dan Lidya dan Sofia yang tak berhenti mengoceh.
"Tak lama lagi kita akan sampai, " ujar Agung yang memang sudah hafal jalanan daerah kota hujan ini. Itu karena ia sudah sering ke Bogor untuk urusan bisnis.
"Wah keren banget pemandangannya, terasa banget ademnya,banyak perkebunan juga" Sofia mengagumi keindahan kota itu.
"Bener banget, sangat memanjakan mata, " timpal Laura.
"Bisa juga mata lo dimanjain sama pemandangan beginian? gue kira mata lo itu cuman akan seger kalau liat cowok-cowok bening, " ujar Lidya, meledek.
"Eh... itu beda lagi, tentu saja aku juga bisa terpesona dengan alam indah ciptaan Allah SWT bukan hanya terpesona sama makhluknya doang, "
"Lagak lo Ra... Ra... sok-sok an bawa nama tuhan segala, insyaf lo? " gelak tawa akhirnya menggema, bukan hanya ketiga temannya itu tetapi juga seisi bus.
Ya Laura memang gadis berhijab yang juga insyaallah mampu menjaga sholatnya, tapi satu yang belum bisa ia jaga. Yaitu pandangan matanya pada cowok-cowok keren.
Bukankah muslimah sejati harusnya mampu menundukan pandangannya? Nah itu belum bisa Laura lakukan.
****
Kini mereka sudah tiba di tempat dimana nanti akam di adakan acara reoni yang sesungguhnya. Laura heran melihat tempatnya yang ternyata bukan di penginapan, melainkan ditengah hutan.
"Kenapa? Kaka semua pada bingung ya? " tanya Yura sala satu pantia.
"Iya, dikirain kita bakal nginap di villa atau hotel gitu," celetuk salah satu alumni.
" Itu sudah biasa kak, reoni kita ini beda berbaur dengan alam, kita nginapnya di tenda aja, " ujar Rangga.
"Iya sih beneran kek mengenang masa-masa SMA sih, "
"Ini sih hoby gue, mantap bro konsepnya beda dari yang lain, "
Ucap beberapa alumni yang mengungkapkan isi hatinya.
"Kita hanya camping biasa kok, nanti kita akan melakukan kegiatan di perkampungan, perkebunan gitu, ini kan areanya masih di kampung gak di hutan belantara gitu, ada rundown acaranya kok kak, " Rangga menjelaskan sedikit.
"Ranti sama yang lainnya, tolong bagikan rundown acara selama kita disini," pinta Rangga pada temannya yang sesama panitia.
"Ok Ga, sip, " saut Ranti dan langsung berjalan membagikan print out yang berisi rundown acara.
Setelah semua mendapatkan rundown acara tersebut mereka nampak bersemangat.
"Wah seru nih ada perlombaan juga, berasa agustusan dah, " ujar Lidya.
"Iya nih seru, gak cuman makan-makan doang, ok kita satu tim, " Laura ikut berkomentar.
"Selalu," saut Lidya.
"Kok gue gak diajak? " sudah dipastikan wajah Sofia tertekuk kek baju kgak di setrika.
"Iya iya sama lo juga, kan cewek sama cewek, cowok sama cowok, " ujarnya.
"Yeyy," sorak Sofia.
Hari masih siang mereka saling bantu bangun tenda, yang perempuan satu tenda ada 3 sampai 4 orang begitupun laki-lakinya.
Tenda terpisah walaupun mereka yang ikut serta sudah pada menikah, tetap dipisahkan, biar lebih terasa reoninya.
Kasian juga yang gak bawa pasangan karena biar pun sudah menikah tidak semua dari mereka membawa pasangannya ada yang lagi sakit, lagi ngemong bayi, atau punya urusan yang lainnya yang lebih penting.
Tak ada jurit malam kek anak pramuka, yang ada hanya api unggun. Api unggun pun nanti akan terbagi tidak hanya satu titik mengingat banyaknya mereka.
Setiap malam akan ada api unggun, sedangkan untuk perlombaan besok, dan besoknya lagi akan keliling kebun ditutup makan malam lalu kembali pulang.
Mereka berbagi tugas, para lelaki mencari kayu bakar dan memasang tenda sedangkan para wanita menyiapkan makan yang berupa nasi kotak yang sudah disiapkan panitia.
Mereka sambil-sambil berbincang mengenang masa-masa remajanya dengan rekan sejawat. Banyak kisah yang mereka rasakan selama di SMA.
Mulai dari tentang guru killer, murid yang suka keluar masuk ruang BK, anak yang culun, si penguasa sekolah, si miskin, bullying dan masih banyak lagi.
Bahkan tak sedikit dari mereka yang menikah dengan sesama anak seangkatan, ada pula yang dulunya musuh bebuyutan malah menjadi suami istri. Pokoknya banyak sekali kisah masa remaja yang hanya bisa mereka kenang tanpa bisa mereka ulang kembali.
Sesekali mereka tertawa mengingat masa itu, mereka juga bercerita tentang keadaan sekarang yang sudah masing-masing memiliki keluarga, meski ada juga sih yang masih jomblo kek Laura.
Laura tersenyum mengingat kelakuannya kala SMA, dia gadis bar-bar yang hobinya manjat pohon.Sewaktu SMA Laura belum berhijab, ia mulai berhijab tiga tahun lalu hingga hari ini dan insyaallah selamanya.
Saat asyik sendiri mengenang masa lalu tiba tiba...
BRUKKK
Laura mundur kebelakang beberapa langkah, meskitak terjatuh karena baru saja bertabrakan dengan seseorang.
"Eh sory gak sengaja, makanya jangan berdiri di tengah jalan, " ucap orang itu bernada ketus.
Laura masih tertunduk belum melihat siapa yang bertabrakan dengannya, namun meski begitu hanya dengan mendengar suaranya saja Laura sudah mampu mengenali orang itu.
.
.
.
.
.
Huhhb akhirnya aku bisa up juga setelah beberapa hari, maaf ats keterlambatannya. Insyaallah aku akan lebih fokus lagi biar bisa up terus.
Terimakasih sudah mampir 🤗
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!