Prolog
Apa yang kita anggap spekta belum tentu membuat pasangan suka.
Contohnya dengan Jumi atau Jumini bela Bela in operasi muka ala Korean Style, tapi nyatanya suaminya tak sejalan dengan pemikirannya.
Yuk ikuti bagaimana rumah tangga mereka setelah ada wajah Korea menyusup
Selamat membaca
Jangan lupa jempolnya ya
Terima kasih
Salam sehat dan semangat.
Jumini yang akrab dipanggil Jumi baru pulang dari Korea. Perempuan dua puluh enam tahun itu kini ia merasa sebagai wanita beruntung. Betapa tidak, karena kini ia tak lagi berwajah sebagai Jumi perempuan kampung yang menurutnya biasa saja. Bahagia memenuhi tinggal dadanya. Karena wajahnya kini bak artis Korea yang jelita.
Jumini merasa sempurna sebagai perempuan dengan memiliki wajah baru. Kulit putih mulus menggantikan kulitnya yang sawo matang. Hidung mancung bertengger dibatas sepasang bibirnya yang mungil memerah alami. Kedua pipi merona, dengan sepasang alis yang sudah ditato berwarna hitam kecoklatan
Sudah setengah jam ia mengatur dirinya di depan cermin. Sesekali ia tersenyum dan sesekali tertawa sendiri.
"Cantik sekali aku ini," pujinya pada diri sendiri. Tak sia sia terbang ke Korea," batin Jumi yang sudah berhasil operasi plastik wajah di Korea Selatan. Makanya wajahnya kini berubah total Dari wajah manis sederhana Jumini, menjadi wajah petpafuan Dari beberapa artis Korea.
Negara yang kerap dijuluki The World's Plastic Surgery Capital itu, sudah memenuhi angan Jumi untuk menjadi perempuan cantik.
"Pasti Bang Dahlan akan bangga dan bahagia jika pulang ke rumah nanti," tak sabar Jumi menunggu kedatangan suaminya dua hari lagi.
Rasa Rindu sudah memenuhi dadanya pada lelaki yang menikahinya dua tahun lalu, dan mereka belum dikarunia anak.
Dahlan seorang pelatuk yang memiliki waktu termasuk tak banyak bersama Jumi istrinya. Namun begitu setiap pulang dari melaut, lelaki lulusan sebuah Sekolah Tinggi Pelajaran itu, selalu menumpahkan kasih sayang penuh pada Jumi sang istri.
Sehingga Jumi merasa kebersamaannya yang terkadang sebulan atau sampai dua bulan bersama sang suami begitu membuatnya bahagia, walau kemudian ia harus menanggung rindu Karena ditinggal Dahlan belayar hingga jangan waktu enam bulan kadang sampai delapan bulan baru pulang.
Mereka melampiaskan rasa rindu lewat hubungan telepon. Video call hampir setiap malam.
Tapi sejak sepuluh hari lalu Jumi menolak untuk dihubungi secara video call. Tentu saja ia tak bersedia walau suaminya memohon Mohon karena kangen, karena dirinya berada di Korea dan sedang menjalani masa pemulihan pasca operasi plastik di wajahnya.
Jangan ditanya bagaimana wajahnya membengkak kemerahan sekeluarnya dari klinik operasi plastik wajahnya.
Luka bekas operasi merubah wajahnya itu sangat menyiksa dirinya. Sakit bila tersentuh wajah yang baru dioperasi itu. Nyeri tak terkirakan.
Jumini harus super sabar dan super duper bisa menahan rasa nyeri yang terjadi pada peradangan sel sel yang mengeluarkan bahan kimia untuk membantu penyembuhan Luka.
Kini penderitaan itu membuahkan hasil. Wajah Jumi telah delapan puluh Lima persen berubah, selain sinar mata tetap sebagai riak mata miliknya. Bentuk pipi yang tirus, serta hidung mungil mancung dan sepasang bibir mungil tipis memerah mendominasi dirinya menjadi Korean Style.
Jumi memang meminta pada dokternya supaya menyerupai wanita Korea. Dengan menculik gambar beberapa artis negara yang tak terlalu besar itu, kini dokter ahli bedah plastik itu telah berhasil menjadikannya orang lain.
"Sayang ayolah kita PC Kan Abang sudah kangen hampir sepuluh bulan tidak jumpa denganmu," bujuk rayu Dahlan tak mempan.
"Abang sabar ya sayang, nanti setelah Abang Di rumah pasti Abang semakin sayang pada Jumi,"
"Memangnya kenapa sayang?" Penasaran suara Dahlan kemarin Malam.
"Ada kejutan untuk Abangku sayang," ujar Jumini yang memang untuk membahagiakan Dahlan rela bersakit sakit merubah tampilan wajahnya.
"Oke sayang Abang sudah nggak sabar ingin melihatmu, awas ajah nanti pasti Abang habisi kamu ..." Ujar Dahlan tertawa senang.
Jumini tersenyum mengenang telepon Dahlan yang selalu menumpahkan kerinduannya. Cintanya dan kesediaannya.
"Bang Jumi suka khawatir Abang main cewek di sana, kan banyak yang cantik dan menarik, dibanding Jumi yang orang kampung lagipula nggak cantik," Rajuk Jumini yang memang selalu cemas jika Dahlan terpikat gadis cantik dan putih kulitnya, serta mungil tubuhnya bak artis Korea.
"Sayangnya Abang cuma Jumi. Abang nggak akan tergoda cewek mana pun," ujar Dahlan selalu menekankan tentang cinta dan kasih sayangnya.
Jumi tersenyum. Kini ia tak perlu lagi cemas dan ketakutan Dahlan terpikat cewek lain, toh dirinya kini tampil modis dan putih mulus serta cantik bak artis Korea kesukaannya.
Pakaiannya pun sudah pula berubah. Dari baju longgar kini diganti kaos pas Di badan serta celana ketat.
Rambut panjangnya telah ia potong terlepas menggantung di atas pundaknya. Bak gadis manja kini penampilannya dengan bentuk rambut lurus m, menggantikan rambut ikal legam miliknya.
Dahlan dan Jumini pasangan muda yang berangkat dari kampung halaman. Berdua mereka mesra ke Jakarta. Menumpang di rumah saudara Jumi beberapa hari, lalu mengontrak rumah petak sederhana di perkampungan. Hingga tiga Bulan kemudian Dahlan diterima sebagai pelaut dengan pangkat Masinis di sebuah kapal perusahaan milik Dubai.
Setiap Bulan Dahlan mengirimkan uang gajinya separuh pada Jumini. Perempuan kampung macam Jumini sangat pandai berhemat. Uang kiriman Dahlan lebih banyak ditabung. Ia makan seadanya, karena prinsipnya bersama Dahlan ingin beli rumah.
Bukan hanya uang gaji yang diterima Jumini. Bahkan setiap Dahlan pulang belayar suaminya menyerahkan sisa gaji yang masuk ke rekening lelaki itu, pada dirinya. Pokoknya semua keuangan Dahlan setiap pulang belayar diserahkan pada Jumi.
Kali ini Dahlan belayar untuk kali kedua, dan Jumi yang suka nonton drama Korea, atau istilahnya Drakor itu terobsesi ingin memiliki kecantikan bak artis yang kerap ditontonnya.
Si Jumi ini sangat naif pikirannya. Ia mengira Dahlan akan lebih menyayanginya setelah dirinya merubah wajahnya jauh lebih cantik.
"Aku sederhana saja Bang Dahlan sangat sayang padaku, apalagi secantik ini," batin perempuan yang memilih pindah rumah dari petakannya ke sebuah rumah di komplek perumahan.
Dahlan setuju saja yang penting istrinya senang, sewa yang empat kali lebih besar dari rumah petakannya tak masalah.
Dengan uang tabungan pemberian suaminya yang belayar sudah dua puluh bulan, tentu saja biaya operasi wajah tak jadi masalah. Kisaran gaji suaminya lumayan perbulannya dibayar dolar. Puluhan juta tiap bulan masuk ke rekeningnya. Sehingga dengan tempo dua puluh bulan belayar pundi pundi uang Jumi mencapai ratusan juta rupiah.
Besok suaminya belayar. Ini adalah hari pertamanya Jumini menempati rumah yang disewanya lewat agen. Maka kini tak Ada lagi foto lama yang ia padang disetiap sudut rumahnya. Bahkan foto pernikahannya dengan Dahlan dan foto lainnya telah ia sulap dengan wajah Koreanya kini.
Jumi tersenyum menatap foto foto dirinya dengan Dahlan dengan wajah barunya.
Ah, rasanya perempuan itu tak sabar ingin segera bertemu suaminya besok. Pasti lelaki itu
Tibalah hari kedatangan Dahlan. Jumini berdandan semodis dan secantik mungkin untuk menyambut suaminya.
Tampilannya bagai bumi dan langit dengan Jumini waktu ditinggal Dahlan belayar dulu. Inilah yang dibanggakan Jumi. Tampil cantik dan modern untuk menyambut suami tercinta.
Dahlan mengetuk pintu. Tapi ternyata pintu sengaja tak dikunci Jumi. Maka lelaki itu masuk.
"Assalamu'alaikum, Jumi sayang Abang datang bawa selangit rindu padamu,"
"Wa' alaikum salam," jawab Sumi dari kamar.
Dahlan tercengang merasa Ada yang aneh saat memandang foto Jumi berwajah Korea digantung di dinding kamar.
"Wah aku salah masuk rumah," batin Dahlan panik.
Saat itu Jumi muncul.
Dahlan tercengang semakin yakin salah masuk rumah.
Jumini dengan percaya diri tinggi mendekat pada Dahlan yang masih berdiri tercengang.
Dengan senyum di bibir merah jambu nan menawan ia dekati suaminya yang masih mematung mengira salah masuk rumah orang.
Jumini terus saja mendekat dengan wajah sumringah menunjukkan kerinduannya. Dan saat sudah dekat langsung saja menghambur ke dada bidang Dahlan, dan kedua lengannya memeluk suaminya yang sangat dirindukannya itu.
"Maaf Anda siapa?!" Dahlan dengan halus berusaha menolak pelukan Jumi.
"Bang Dahlan ..." Tapi Juminii justru semakin manja memeluk ketat Dahlan
"Mbak, Zus tolong lepaskan dulu ..." Sebisa mungkin Dahlan berusaha lepas dari rangkulan Jumini yang sangat asing baginya itu.
Namun Jumi tak sudih melepaskan rangkulannya pada suami tercintanya. Malah justru ia berjinjit untuk bisa mencapai dagu Dahlan yang berbadan tinggi dan tegap itu.
"Aduh maaf, Mbak lepaskan dulu!" Dahlan bergidik ragunya dicium orang asing.
"Bang ini aku istrimu," rengek Jumi mendongak berusaha memberikan ciuman ke pipi Dahlan.
Namun Dahlan menolak dan berusaha melepaskan badannya dari rangkulan Jumini yang ketat itu.
"Lepaskan dulu Mbak, Zus, kita tidak boleh begini!" Dahlan sangat risi dipeluk dan dicium perempuan asing. Tubuhnya bergidik menolak pelukan perempuan yang tak dikenalnya itu.
"Tidak mau, Bang, aku kangen sama Bang Dahlan sudah sepuluh bulan nggak dipeluk Abang ..." Jumini masih memaksakan diri memeluk dan memberikan ciuman pada Dahlan.
Dahlan terkejut. Ia sangat kenal suara manja penuh kerinduan itu. Tapi tak mungkin perempuan yang memeluknya itu Jumini. Jelas sangat beda.
Bukan bukan Jumi.
"Bang aku istrimu," ujar Jumi ingin lebih meyakinkan Dahlan.
Dahlan menunduk memandang perempuan cantik yang masih memeluknya itu
Jumi menatap suaminya.
Mereka saling tatap lekat
"Tak mungkin pasti aku salah masuk rumah orang, maaf Dik tolong lepaskan tangannya dulu, tak baik jika dilihat orang, dan nanti kita ditangkap dibawa berkeliling ditonton orang banyak. Oh tidak, aku tak mau dipermalukan!" Rupanya Dahlan mulai tak sabar mendorong tubuh Jumini supaya melepaskan pelukannya.
Namun sebaliknya Jumini tetap bersikeras memeluk Dahlan. Bahkan kembali menyusupkan wajah ke dada lelaki itu.
Apa boleh buat bagi Dahlan tak ada jalan lain demi keselamatan dan kehormatannya tak tercelah jika sampai tertangkap warga.
Mempergunakan kekuatan tenaganya sebagai lelaki, maka lepas juga pelukan Jumini yang kini menatapnya dengan wajah setengah kesal.
"Maaf, Zus kalau tindakanku menyakitiku barusan," dengan tatap minta maaf Dahlan mundur beberapa langkah.
Jumi maju ke depan Dahlan, "Bang aku istrimu Jumi, lihat itu foto pernikahan kita, Bang Dahlan, itu foto kita waktu menikah, Bang," ujarnya untuk meyakinkan Dahlan jika dirinya memang Jumi istri lelaki yang tak mengenalnya itu.
Dahlan mengikuti telunjuk Jumi kearah foto pernikahannya yang Di gantung Di dinding.
Dahi Dahlan mengernyit pertanda ia kebingungan teramat sangat. Betapa tidak bingung. Foto pengantin yang di gantung itu mempelai prianya memang dirinya. Tapi mempelai perempuannya bukan Jumi tapi justru perempuan cantik yang kini ada di hadapannya.
"Sudah ingat, kan, Bang Dahlan jika itu foto pernikahan kita dua tahun lalu Di kampung, lalu dua bulan kemudian kita metantau ke Jakarta mengontrak rumah petakan milik Pak Gaji Rauf di gang buntu di kampung Jambu dulu," secara terperinci Jumi menyebut kroniloginya mereka tinggal di Jakarta.
Dahlan menatap Jumi lekat. Siapa perempuan ini, kok tahu semua tentang perjalanan Hidupku bersama Jumi awal sampai di Jakarta?
"Setelah tabungan cukup Abang telepon aku untuk mencari rumah yang lebih besar karena Abang akan mempersiapkan ruangan lebar untuk anak kita," lanjut Jumi.
Dahlan mengangguk mengiyakan bahwa apa yang didengarnya benar memang begitu adanya. Kepulangannya kali ini fokus untuk persiapan punya anak. Terlebih lagi perusahaan memberinya waktu tiga bulan di rumah.
"Abang juga bilang padaku bahwa keberangkatan Abang belayar adalah hadiah pernikahan kita, karena tak perlu berlama lama menganggur. Lalu Abang juga mengatakan bahwa rejeki kita sangat besar karena Abang diterima perusahaan bekerja dengan kontrak panjang selama lima tahun, dengan demikian tak perlu Abang tiap tahun mencari kerja setiap habis kontrak, karena sudah langsung kontrak lima tahun, dengan masa kerja sepuluh bulan di laut dan dua bulan di darat."
"Lho kok perempuan ini tahu semua, ya?" Dahlan semakin bertanya tanya Dalam hati.
"Dan Abang bilang setelah selesai kontrak lima tahun Abang mau.ambil Ijazah lagi di sekolah pelayaran untuk mengejar cita cita Abang jadi KKM Di kapal."
"Walah kok benar semua?!"
"Aku anak petani coklat di kampungku, dan Abang anak tunggal Pak Haji Ali dan Bu Hajjah Ruminya, kita dari kampung yang Sama jauh dari Jakarta,"
"Oke semua ucapan Zus ini benar. Biar giliranku yang bertanya," ujar Dahlan akhirnya merasa penasaran juga.
Jumi mengangguk. Ia paham jika Dahlan suaminya tak mengenali dirinya.
"Siapa dirimu kok tahu semua dengan detail tentang diriku?"
"Bang tatap mataku," pinta Jumi hampir mau menangis.
"Untuk apa?!" Dahlan bagai orang bodoh menatap Jumi tak mengerti.
"Abang mata ini asli mataku masa Abang nggak ingat mata perempuan yang Abang cintai, sih?!" Jumini merajuk.
"Lha Zus ini siapa aku tak mengenalnya tiba tiba ngaku istriku Jumi," kesal sudah Dahlan.
"Aku memang Jumi, Bang," ujar Jumini mengulurkan tangannya meraih tangan suaminya lalu digenggamnya, "Abang masih ingat genggaman tangan ini, kan?"
"Aduh semakin bingung aku jadinya," gumam Dahlan.
"Pandang mataku, Bang," pinta Jumini
Tapi Dahlan tak fokus ke Mata Jumi karena pandangannya terpengaruh oleh wajah Koreanya.
"Abang masih ingat suaraku, Kan, ini aku Jumi, Bang,"
"Ju ... Mi?!" Dahlan semakin dibuat bagai orang bodoh.
"Ya Jumini istrimu yangvAbang nikahi tanggal tanggal 20 bulan 2 tahun 2020 dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan cincin kawin emas, serta maharnya kebun coklat,"
"Ohk!" Dahlan terdesak lalu batuk batuk.
Segera Jumini mengambil air untuk diberikan pada Dahlan yang baru selesai dengan batuk.batuknya.
"Tak usah terima kasih," Dahlan menolak, lalu ia mengambil botol air mineral yang ia simpan di bagian luar tas pakaiannya.
Dahlan melakukan beberapa tegukan air dari botol di tangannya.
"Nah Coba sekarang Abang ingat ingat suaraku ini kan suara Jumi istrimu?"
Baru Dahlan menyadari betul jika suara perempuan bertampang Korea ini memang suara Jumi yang sedikit cempreng mirip kaleng rombeng, tapi biar begitu ia cinta.
"Ya kenapa Zus ini memiliki suara seperti istriku?!"
"Karena Aku Jumi istrimu, Bang Dahlan, kalau nggakana.mungkin tahu semua silsilah pernikahan kita,"
Dahlan meneliti perempuan di depannya. Sekarang ini banyak penipuan jangan gampang percaya. Masalah suara barangkali bisa dipelajari lewat alat tertentu mungkin bisa menyamai suara seseorang. Lalu masalah riwayat pernikahannya dengan Jumi, sampai pada nama orang tuanya, bisa saja sudah ditelusuri.
"Dahlan ini jaman canggih kamu harus waspada!" Sebuah suara memperingatkannya.
Bersambung
"Dan ini cincin pemberian Abang Ada initial D di dalamnya, yang berarti namamu, Bang," lanjut Jumini untuk lebih meyakinkan.
Dahlan menerima cincin yang dulu memang diberikannya pada Jumini. Benar cincin pemberiannya Dua tahun lalu pada Jumi istri tercintanya saat lamaran.
Dahlan menatap lekat Jumi cantik di depannya.
Jumini mengulurkan tangannya. "Udah yakin kalau aku Jumi mu, Bang?"
"Jangan sentuh Aku haram!" Dahlan mundur dua langkah.
Jumini tertegun, "Aku tahu kamu memang lelaki berikan, tak mau menyentuh perempuan yang bukan mahrammu, tapi aku ini istrimu, Bang!" Jumini berusaha meyakinkan Dahlan suaminya.
"Istriku ini Jumi," lalu Dahlan mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto Jumi yang sederhana. "Ini istriku Jumi," serunya pada Jumini di depannya.
Jumini sangat terharu pada Dahlan. Betapa foto dirinya selagi Di kampung dengan rambut panjang dijadikan foto profile pada ponsel suaminya.
"Itu juga aku, Bang selagi di kampung. Tapi sekarang ini aku menyesuaikan jaman, ingin tampil cantik bak artis Korea, supaya Abang semakin cinta padaku, makanya aku operasi plastik untuk membuatmu bangga, Bang, punya istri Cantik,"
Dahlan tetap tak percaya. Istriku tak pernah lupa diri, dia selalu mensyukuri pemberian Tuhannya," tampaknya Dahlan mulai kesal."Dimana Jumi istriku?!" Lalu ia menyadari sesuatu.
Sabotase atau kriminal.
Dahlan tercekat. Jangan jangan perempuan ini menyamar menjadi Jumi. Semua tentang riwayat pernikahan mereka sudah didapatnya dari Jumi dengan ancaman tentu saja, lalu dengan keji Jumini disingkirkan.
"Kamu sekarang harus kubawa ke kantor polisi!" Ujar Dahlan langsung memegang kedua pergelangan tangan Jumini ke belakang.
"Apa apaan ini, Bang, aku istrimu!"
"Kamu bukan istriku tapi perempuan jahat yang telah menyingkirkan istriku!!"
"Hah!!" Jumini terperanjat oleh tuduhan suaminya sendiri.
*
Dahlan melaporkan Jumini dengan tuduhan menyembunyikan istrinya, lalu dengan sengaja menjadi Jumini dengan wajah baru.
"Aku Jumi istrimu, Bang ..." Menangis Jumini sedih dan marah karena tak diakui oleh Dahlan.
"Tunjukkan Tanda Pengenal Ibu," seru polisi yang bertugas memeriksa Jumini atas tuduhan Dahlan yang telah melaporkannya secara resmi.
"Ini, Pak," berharap polisi bisa menolongnya, segera Jumini menyerahkan kartu penduduknya yang masih beralamat kampung halamannya.
Polisi memperhatikan kartu kecil di tangannya. Sedangkan Dahlan menyaksikan dari jarak tiga meter dengan raut muka penuh kemarahan.
"Perempuan Itu sudah memegang KTP istriku," gumam Dahlan marah, sayang kamu dimana Jumi, ini Abang sudah pulang membawa rindu padamu," bisik hatinya sedih membayangkan istrinya sudah dianiaya oleh perempuan cantik tapi tak waras itu.
"Nama Ibu?"
"Jumini, Pak," sahut Jumi cepat.
"Lahir tanggal ..."
"20 Pebruari tahun 1996, Pak,"
"Umur sekarang?"
"Dua puluh enam tahun, Pak,"
Polisi wanita yang berjaga jaga di samping Jumi menatap perempuan cantik bak artis Korea itu.
"Darimana Ibu mendapatkan kartu Pengenal milik Saudari Jumini ini?!" Polisi yang memeriksa menatap lekat Jumi.
"Itu KTP saya, Pak,"
"Ibu katakan Yang benar. Jelas fotonya berbeda di KTP ini dengan raut muka Ibu sekarang, lalu ini ada bukti foto Saudari Jumini yang asli, bagaimana mungkin dipercaya Ibu ngibul begini?!"
"Aduh Bapak kenapa malah ikut nggak percaya seperti suami saya?!" Jumi tampak hampir putus asah, harapannya bisa dibantu polisi, eh malah ditelan pula oleh polisi yang menuduhnya mencuri kartu Pengenal dirinya sendiri.
"Bukti sudah Ada. Ini KTP milik Saudari Jumini, ini bukti foto Jumini, jadi siapa pun tak percaya Ibu mengaku aku sebagai Saudari Jumini!" Polisi meninggikan intonasi suaranya.
Jumini menoleh pada Dahlan, berharap suaminya mempercayainya, dan mencabut laporannya.
"Sudah Pak penjarakan saja dia!" Seru Dahlan dengan tatap marah pada Jumini
"Ya Allah kenapa maksud hamba ingin membuat suami lebih sayang memiliki istri cantik, kok jadi begini?"
"Ibu jawab dengan jujur. Berapa lama kenal Saudari Jumini, dan benar demi untuk menjadi istri Pak Dahlan, Ibu menyingkirkan Saudari Jumini yang asli?!"
"Itu tidak benar!" Jumini mengeraskan suaranya. Lalu menoleh pada Dahlan, "Bang Dahlan aku Jumini istrimu, Bang, aku begini cantik karena aku operasi plastik, Bang!"
Pak
Polisi menepuk meja di depannya.
"Ibu jangan berisik. Jawab yang jujur!"
Jumini menitikkan air mata karena tak Ada yang percaya dengan ucapannya.
"Sungguh Pak saya Jumini,"
"Ibu jangan main main, ya, kalau Ibu tak mau mengaku jujur hukuman untuk Ibu akan lebih berat!!"
Jumini terkejut. Air matanya meleleh Di kedua pipinya. Lalu menoleh pada polisi wanita yang berdiri di sampingnya.
"Ibu bicara yang jujur saja supaya proses ya cepat selesai, ya?" Bujuk polwan manis itu membujuk Jumini.
"Sumpah Bu Polwan, saya Jumi, saya mengenal diri saya sejak saya kecil, dan saya tak pernah menyingkirkan siapa pun, Bu Polwan, apalagi menyingkirkan diri saya sendiri, tolong Bu Polwan percaya saya ini Jumi, Bu Polwan, Jumini istri Dahlan Rahman yang itu," tangan Jumi memegang tangan polisi wanita yang sangat memperhatikan wajah cantiknya yang putih kemerah merahan kedua pipinya itu.
"Ibu tak sayang dengan wajah cantik Ibu jika di penjara?" Polisi wanita itu berbicara dengan penuh perhatian, "Tidak enak lho, Bu dipenjara itu, semua serba terkekang, ayo bicarakan yang jujur, ya?"
Jumi menggeleng dengan air Mata berlinang.
"Bagaimana lagi saya harus berkata, Bu Polwan, saya sudah mengatakan yang sebenarnya sayalah Jumini,"
"Pengakuan Ibu sulit dipercaya, Bu, kan foto asli Ibu Jumini sangat beda dengan wajah cantik putih Ibu?" Ujar polisi wanita itu membujuk Jumini supaya merubah pengakuannya.
"Sumpah Ibu Polisi saya si Jumi," tangis Jumi pecah Karena tak ada yang percaya jika dirinya adalah Jumini yang asli.
"Kami kasih waktu satu jam untuk Ibu merenung dan nanti mengakui siapa Ibu sebenarnya, dan dimana Saudari Jumini asli Ibu sembunyikan!!"
"Ya, jika kamu Zus mengakui kesalahanmu, dan mengatakan dengan jujur dimana istriku berada, aku akan memaafkannya dan mencabut laporannya, tapi dengan syarat, asalkan istriku tak kau ciderai, mengerti?!" Dahlan mendekat lalu meninggalkan Jumi keluar Karena ponselnya berbunyi, namun sebelumnya menoleh pada polisi yang memeriksa istrinya itu, dengan isyarat mau menerima telepon keluar ruangan.
Polisi itu pun mengangguk. Lalu polisi itu menekan aerphone.
"Dua orang kesini untuk berjaga,"
Tak lama kemudian masuk dua orang polisi yang tak lain anak buah polisi yang memeriksa Jumi.
"Satu jam awasi dia!" Ujar polisi yang memeriksa Jumini pada dua polisi yang baru datang.
"Siap!" Seru polisi itu bersamaan.
Maka polisi yang memeriksa Jumini bersama polisi wanita keluar dari ruangan.
Jumini membuang muka saat kedua polisi itu memandanginya.
Karena tak juga mau mengaku sesuai permintaan Dahlan lewat polisi, maka malam itu Jumi harus bermalam di tahanan Kantor polisi.
"Kita tahan saja dia!" Ujar polisi yang memeriksa.
Dahlan menatap Jumi dengan sorot mata penuh kemarahan.
"Bang tolong percaya Jumi, Bang!"
Dahlan tak mau memandang pada Jumi yang jelita itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!