Rasti membereskan semua barang barang nya dengan derai air mata, terlihat kaila menangis meminta ibu nya untuk tetap tinggal bersama mereka.
namun Rasti tetap pada keputusannya untuk pergi membawa kepingan hati nya yang terluka.
rumah tangga yang di jalani selama tiga belas tahun hancur karena orang ketiga, bukan hanya di khianati tapi suami nya juga tega membandingkan dirinya dengan perempuan yang kemarin baru di kenal nya.
kehidupan rumah tangga nya memang sudah jauh lebih baik di banding kan saat pertama kali mereka menikah, Rasti lah yang menemani Irwan dari nol, dari mereka tidak memiliki apa apa hingga kini ia memiliki segalanya, rumah, kendaraan serta jabatan yang lebih baik di kantor. namun ternyata hal itu membuat Irwan lupa hingga berani bermain hati dengan seorang wanita yang juga bekerja di kantor nya.
"mah nanti kai sama siapa kalau mama pergi?"
Rasti tak bergeming, menatap wajah cantik yang juga menangis seperti dirinya.
"ada ayah......!
kamu enggak usah khawatir...!
mama janji akan jemput kamu nanti!"
Rasti menyeka air matanya lalu memeluk kaila dengan erat.
sementara Irwan hanya diam, tak mencegah Rasti pergi, padahal Rasti yang sudah menemani nya empat belas tahun ini, namun ironisnya keberadaan nya terkalahkan oleh sosok perempuan yang satu bulan ini di kenal nya.
Rasti menatap seorang Pria yang memalingkan wajahnya, pria yang sudah membuat hati nya hancur berkeping keping.
Rasti tidak mau menerima keinginan Irwan untuk menikah lagi, hingga ia memutuskan untuk mundur dari posisi nya sebagai istri.
"aku titipkan kaila....aku janji akan menjemput nya saat aku sanggup untuk membiayai kebutuhan nya....!"
Rasti pergi meninggalkan kaila yang meraung menangis memanggil mama nya, Rasti juga hancur namun saat ini ia tidak memiliki apa apa untuk Putri nya, hanya kepingan hati yang terluka yang ia bawa pergi.
Irwan menutup pintu saat Rasti sudah pergi dan meninggalkan kaila yang menangis, Saat ini yang ada dalam pikiran nya adalah regina, perempuan cantik yang mampu melumpuhkan hati nya.
regina lebih cantik, ia juga memiliki penghasilan yang cukup besar bahkan mampu memberikan apa yang Irwan mau, tidak seperti Rasti yang hanya seorang penulis naskah yang penghasilan nya Tak seberapa, salah kah ia yang ingin meningkatkan kualitas hidup nya dengan menikah lagi.
regina begitu sempurna untuk Irwan, modis dan juga berkelas. tidak seperti Rasti yang sederhana dan jarang sekali dandan.
hal itu juga yang di utarakan oleh Irwan pada Rasti, bukan hanya tentang pengkhianat tapi juga di banding banding kan. bukan hanya luka tapi juga cuka yang di siram kan pada hati nya yang perih.
"aku tidak akan menceraikan mu, tapi kamu harus menerima keputusan Ku untuk menikah lagi, kamu tidak usah khawatir aku akan berlaku adil....!"
Rasti tidak pernah membayangkan bahwa suami yang dulu begitu menyayangi nya, tega melakukan hal itu, tak pernah sedikitpun dalam benaknya terpikir ia akan di khianati, sedangkan janji yang terucapkan begitu manis.
susah senang di lewati bersama, suka dan duka seakan menjadi hal yang biasa, namun saat tiba di puncak justru ia menggenggam tangan perempuan lain untuk ikut menikmati rasa manis itu dan memberikan Rasti rasa sebah di dada.
Rasti berjalan tertatih terus menyeka air matanya yang deras mengalir di pipinya.
"assalamualaikum Mba?"
Rasti mendatangi kediaman kakak perempuan nya karena ia juga sudah tidak memiliki orang tua, hanya kakak dan adik perempuan yang ia miliki karena kakak laki laki nya juga sudah meninggal.
"Rasti.....!"
Lisna langsung memeluk adiknya, ia yang lebih dulu mengetahui permasalahan yang terjadi dalam rumah tangga adik nya.
"mana kaila....?"
tanya Lisna mencari keberadaan keponakan nya.
"Rasti tinggal di rumah dengan ayah nya..."
Rasti berencana untuk pergi bekerja Ke luar negeri maka nya ia tidak membawa kaila.
"kamu sudah yakin ras?"
Rasti masuk ke dalam rumah dan duduk lalu meringkuk di sofa sambil terisak,ini adalah fase terberat dalam hidupnya.
biduk rumah tangga nya harus terhenti karena ia menolak untuk di poligami, rasa kecewa nya menjalar hingga ke relung hati.
sebenarnya berat meninggalkan anak anak tapi ia juga tidak mungkin berdiam diri saja melihat pria yang begitu ia cintai menikah lagi, hati nya hancur berkeping-keping.
"Rasti nanti titip kaila ya mbak, sebelum pergi Rasti akan temui Wildan di pondok... semoga ia mau mengerti!"
"kamu yang sabar ya ras... semoga tuhan memberi mu ganti yang lebih baik lagi"
"entah lah Mba, keadaan ini membuat Rasti trauma...!"
bagaimana tidak Irwan yang berjanji akan membahagiakan nya kini justru berpindah haluan dan memberikan nya luka tanpa ampun.
seminggu yang akan datang ia akan pergi ke luar negeri menjadi TKW, selain ingin memiliki penghasilan Rasti sengaja pergi menjauh karena tak ingin melihat mereka.
mungkin dengan jauh dari penglihatan membuat Rasti mampu menyembuhkan luka hati nya serta mengumpulkan kembali kepingan hati nya yang berserak.
"ya Mba akan sering sering tengok kaila, kalau dia mau Mba akan ajak kaila tinggal bersama Mba di sini, kasihan kalau tinggal dengan ibu tiri! kalau Wildan kan di pondok ras!"
Rasti mengangguk lalu memeluk Lisna, saat ini hanya Lisna lah tempat nya mengadu setelah ibunya meninggal. sementara adik perempuan nya bersikap acuh, seakan tak memperdulikan saudara Perempuan nya.
Nadia lebih memilih untuk tidak menghiraukan permasalahan yang terjadi dengan kakak nya, ia sibuk dengan kehidupan nya sendiri.
"aku pikir tidak akan ada masa seperti ini? aku pikir kau akan tetap berjalan bersama Ku, beringin seperti dulu kita melewati kerikil serta berbatuan yang tajam.. tapi ternyata aku salah, Manusia memang cepat berubah.
mungkin dulu aku yang paling kamu perduli kan tapi sekarang aku adalah orang yang paling kamu abaikan."
Rasti menghapus air mata nya lalu berdoa....
"ya Tuhan sesungguhnya Engkau yang paling tahu bagaimana aku bertahan dari beratnya terjangan ombak kehidupan, aku bukan seorang wanita seperti istri para nabi yang rela di madu, betapa lemah nya aku yang memilih untuk berpisah dibandingkan mengecap manisnya keikhlasan, aku tidak sekuat itu....aku hamba mu yang lemah terseok-seok..."
Rasti menangis dalam Sujud nya..
"aku menemukan nya di sepertiga malam ku,
jika keberadaan nya hanya untuk sementara waktu, aku rela dan sesungguhnya aku menerima semua pemberianMu.. yang indah, yang sakit.... jika itu membawa ku tersungkur di hadapan mu....!"
Irwan adalah seorang suami yang baik meski terkadang ia tidak pernah maupun menerima komentar apapun dari Rasti, tapi lebih dari itu tak pernah terpikirkan bahwa ia juga akan berpaling..
bersambung.....
setahun belakangan ini sikap Irwan memang berubah, dia selalu menghabiskan waktu dengan teman teman nya, jarang berkumpul dengan keluarga seperti dulu.
Rasti mencoba untuk sabar dan memahami hal itu meski sesungguhnya ia sedih karena Irwan tak seperti dulu lagi, bahkan Irwan selalu memperselisihkan tentang uang.
"kamu habiskan untuk apa sih, habis terus?!"
tanya Irwan saat Rasti memberikan laporan bahwa uang yang di berikan Irwan sudah habis.
"kita banyak kebutuhan yah, mama pakai untuk keperluan kita sama anak anak kok!"
jawab Rasti lagi lagi harus menelan kekecewaan atas sikap Irwan yang tidak seperti dulu.
justru dulu Irwan begitu rajin bertanya apakah istri nya masih memegang uang atau tidak, tapi semua berubah saat keadaan justru semakin membaik.
"kamu habiskan untuk beli skin care?"
pertanyaan macam apa? untuk membeli lipstik saja Rasti harus berpikir ulang karena lebih memikirkan kebutuhan kedua anak nya, namun semua itu tak pernah di hargai.
"sebenarnya hal itu wajar yah, tapi aku lebih memilih memikirkan kebutuhan anak anak..."
jawab Rasti melengos pergi, lebih baik menghindar dari pada ujung ujungnya Hanya bertengkar karena Rasti tahu seperti apa jawaban suami nya.
"kamu tuh harus bisa mengatur keuangan dong, uang kok habis terus sih!"
seperti itu jawaban nya, jika seperti itu Rasti Lebih memilih untuk menggunakan uang nya sendiri ketimbang mendengar kan sesuatu yang semakin menyakitkan untuk di dengar.
ia memang tidak memiliki penghasilan yang besar dari hasil menulis nya, namun ia selalu bersyukur atas apa yang Tuhan berikan untuk nya, seperti dirinya yang selalu mensyukuri keberadaan suaminya di samping nya, namun Rasti tidak tahu apakah Irwan berlaku sama atau biasa saja.
hingga sampai pada suatu keadaan, dimana Irwan lebih asik dengan ponselnya, dan awal awal dari permasalahan itu adalah Irwan yang tidak mengizinkan Rasti memainkan ponselnya, irwan Juga memberikan kode hingga Rasti tak bisa membuka ponselnya.
"kok tumben sih di kunci?"
tanya Rasti memindai Irwan yang sudah rapih dan wangi.
"kamu mau kemana yah?"
tanya Rasti lagi, Irwan tak menjawab ia malah pergi begitu saja setelah mengambil ponselnya.
Rasti hanya bisa menghela nafas panjang menatap Irwan yang pergi menggunakan mobil.
dulu mereka hanya tinggal di rumah yang kecil seperti kontrakan, motor butut yang selalu Setia menemani mereka pergi jalan jalan.
waktu berlalu, karier Irwan semakin bagus saat ia di angkat menjadi karyawan tetap di kantor nya, motor butut pun berganti menjadi motor besar yang gagah, seiring berjalannya waktu mereka juga mampu membeli rumah setelah kehadiran si cantik kaila yang menggemaskan, dua tahun berikutnya tuhan memberikan Rizki memampukan Irwan membeli rumah yang besar yang kini mereka tempati, namun saat kehidupan membaik justru Irwan yang berpindah haluan.
"aku mau menikah lagi ras? uang ku banyak...aku rasa aku mampu memiliki istri lagi!"
seperti petir yang menyambar di tengah terik matahari membuat air mata langsung membasahi pipi.
"apa kurangnya aku?"
tanya Rasti menatap wajah suami nya.
Selama ini Rasti sudah berusaha menjadi istri yang baik dan penurut, tak pernah banyak menuntut. tak pernah banyak berkomentar karena Rasti tahu kalau Irwan selalu merasa dirinya yang paling benar, selama ini ia selalu mengalah dan lebih memilih diam.
merawat keluarga dengan sepenuh hati, keperluan keluarga adalah yang utama bagi Rasti, tak pernah sedikitpun ia memikirkan dirinya. hanya anak dan suami yang selalu ia dahulukan.
tak pernah perhitungan saat uang nya habis terpakai meski hal itu tak pernah Irwan hargai, bukan tas mahal, baju mahal atau mas berlian yang Rasti harapkan, ia hanya ingin di hargai.
tapi Irwan tak pernah menghargai jerih payahnya selama ini.
"regina itu pandai merawat diri...!"
tentu saja, regina tak memiliki tanggung jawab mengurus anak dan suami juga rumah tangga.
Rasti juga dulu merawat diri, tapi saat ini pekerjaan rumah saja tak terpegang semua apa lagi harus mengurusi diri, selama ini ia mengabdikan hidupnya untuk keluarga namun apa yang ia dapatkan hanya lah pengkhianatan.
Rasti tidak pernah sedikitpun berpikir kalau Irwan bisa melakukan ini karena selama beberapa tahun ini Irwan selalu setia pada nya, namun kini semua itu sudah berlalu saat ini hanya ada luka dan air mata.
"aku bukan tidak merawat diri, ayah kan tahu bagaimana sibuk nya aku mengurus rumah kita agar selalu rapih dan bersih, bagaimana repot nya aku mengurus anak anak, dan kalau ada waktu luang pun aku gunakan untuk menulis....!"
ujar Rasti menitikkan air matanya, hatinya benar-benar sakit karena Irwan menganggap enteng dirinya yang hanya sebagai ibu rumah tangga.
"ya seharusnya kamu itu pintar pintar bagi waktu kan, aku juga butuh pemandangan yang sejuk...!"
jawab Irwan begitu menohok membuat sesak.
"ya udah sekarang kamu tanda tangan aja, kalau kamu bersedia di poligami!"
Rasti menggeleng kan kepalanya, tak sanggup membubuhkan tanda tangan nya di atas materai tersebut.
"aku enggak sanggup di madu, kita bercerai saja yah!"
Rasti menunduk menyeka air matanya, ya tuhan kenapa ia Setega itu pada ku!?
"Rasti apa kamu tahu pahala nya istri yang mau di poligami? surga?"
"aku tahu, tapi aku tidak sekuat mereka. aku tidak bisa membagi suami ku dengan orang lain, kamu tahu kan kenapa dulu aku lebih memilih mu ketimbang dia, itu karena aku berpikir kamu setia... tapi ternyata aku salah menilai.!"
Rasti menatap wajah pria yang dulu begitu ia Syukuri keberadaan nya namun tidak lagi
"aku lebih memilih berpisah dengan mu...aku bukan istri yang seperti kamu harapkan, yang ikhlas berbagi...aku perempuan yang minim ilmu agama, aku perempuan yang hanya menginginkan kamu untuk ku saja!"
entah seperti apa keadaan hati nya, Irwan begitu tega menyakiti nya.
"ya sudah kalau seperti itu, kita bercerai...aku menceraikan kamu"
jatuh talak, kini keduanya berpisah.
tak ingin mengingatkan tentang bagaimana dulu kita karena percuma menasehati seseorang yang tengah jatuh cinta.
selain itu Irwan juga membawa regina ke rumah, padahal saat itu mereka baru saja berpisah dan berpapasan dengan si sulung yang pulang dari pondok.
"siapa mah perempuan itu?"
tanya Wildan memperhatikan sang ayah membawa nya pergi menggunakan mobil.
"maafkan mama ya Wil karena mama gagal menjaga kebahagiaan kita, kelak kamu akan mengerti mengapa ini semua bisa terjadi!"
jawab Rasti.
setelah talak itu terucap, Rasti berpikir untuk pergi jauh dari kehidupan Irwan, Rasti ingin tahu bagaimana perilaku regina pada anak nya, meski terkesan tega namun ia tidak memiliki pilihan karena ia juga harus bertahan di tengah kemelut hidup yang membuat nya lara.
bersambung.
"Apa salahnya menjadi seperti aku yang mengedepankan kepentingan keluarga, aku yang merawat mu saat kamu sakit,aku yang menyediakan mu makan saat kamu lapar, aku menjadi tempat mu bersandar saat gundah melanda mu, aku yang selalu menyebut nama mu pada cinta ku di sepertiga malam karena tulus nya kasih ini, namun seketika kau meluluhlantakkan hatiku,aku merasa dunia ku runtuh saat engkau mengatakan bahwa dia jauh lebih baik dari ku.... kau buat remuk redam hatiku....!"
pagi ini Irwan dan regina berencana akan menikah di KUA, sementara Rasti pergi ke pondok untuk berpamitan pada sulung nya.
Lisna terus menemani dan memberikan kekuatan untuk adiknya itu."yakinlah bahwa kamu kuat melewati semua ini... Allah akan ganti semua kesakitan mu Ras!"
Rasti mengangguk memeluk Lisna, ia harus tegar demi anak anak nya, terbesit kekhawatiran pada si bungsu.
"ya Allah jagalah kaila untuk ku dimana pun ia berada"
gumam Rasti dalam benak nya.
dua jam berlalu Rasti sampai di pondok pesantren, si sulung juga sudah menunggu karena tahu kalau Rasti akan datang.
"assalamualaikum... anak Mama yang ganteng"
ucap Rasti memeluk Wildan yang langsung terisak dalam dekapan Rasti.
"walaikumsalam......"
jawab ustadzah Yuyun mengelus punggung Rasti.
"mana kaila....?"
tanya Wildan menangis menatap sang ibu.
"kaila dengan ayah!"
jawab Rasti lalu berjalan masuk ke dalam pondok.
mental nya di hajar habis habisan oleh keadaan, namun ia harus tetap waras karena ada kedua anak yang masih membutuhkan nya.
"kenapa mama membiarkan kaila dengan ayah?"
tanya Wildan, ia merasa khawatir pada adiknya itu, cemas kalau sang ayah tak memperlakukan kaila dengan baik karena kini ada perempuan itu.
"nanti Tante akan jemput adik mu... Mama datang kemari untuk pamit Wil, karena lusa Mama akan berangkat, kamu belajar yang rajin ya!"
ujar Rasti menangis pilu memeluk Wildan, satu satunya pundak yang menjadi sandaran.
"Wildan akan belajar dengan rajin, Wildan akan menjadi kebanggaan mama, dan kelak Wildan Yang akan menjaga Mama, Wildan enggak akan membiarkan siapapun menyakiti Mama termasuk ayah!"
Wildan menangis menambah perih, Rasti tergugu memeluk putra sulung nya itu.
"kamu anak mama yang Soleh, sabar ya nak!"
Rasti mengusap kepala lalu menciumi wajah Wildan." jaga adik nya ya!"
Wildan mengangguk lalu memeluk tubuh Mama nya.
Rasti menitip kan Wildan pada ustadzah Yuyun, jika kaila mau mungkin lebih baik ikut mondok dengan Abang nya.
"sabar ya Bu Rasti, tetap semangat menjalani hidup apapun yang terjadi dalam kehidupan kita, yakinlah bahwa semua sudah Allah tentukan, mana yang terbaik untuk kita!"
ustadzah Yuyun mengetahui permasalahan yang tengah di hadapi oleh orang tua Wildan, ia juga Prihatin dengan keadaan itu.
"ya terimakasih ustadzah saya titip Wildan!"
lagi lagi aku menangis, sabarlah hati menahan perih.
**
berbeda dengan Irwan, saat ini ia tengah bahagia karena sudah resmi menjadi suami regina, namun berbeda dengan kaila.
wajah nya tampak sendu, di usia nya masih kecil ia harus menerima kenyataan tentang perpisahan kedua orang tua nya.
bahkan di depan mata, ia menyaksikan sendiri ayah nya bersanding dengan perempuan lain.
kaila memundurkan langkahnya menjauh dari keramaian, sebenarnya banyak keluarga yang menyayangkan hal itu karena mereka lebih memilih Rasti ketimbang regina, keluarga tidak tahu kenapa Irwan bisa sampai di fase ini padahal Rasti istri yang baik.
apa kurang nya Rasti?
lebih dari itu kerabat juga tidak bisa mencampuri urusan rumah tangga mereka terkecuali Irwan meminta pendapat.
kaila melangkah kaki nya menuju rumah tantenya yang tak jauh dari rumah, ia tidak ingin berada di keramaian itu sementara kaila tahu kalau sang ibu justru tengah sakit.
"kaila....!"
ujar Hani, ia adalah kakak ipar Rasti dari kakak laki-laki nya yang sudah meninggal.
"Tante, kaila mau ketemu Mama!"
Hani tertegun, hati nya ikut teriris menyaksikan derai air mata dari anak sekecil itu.
"ayo masuk ke dalam, nanti Tante telpon Mama mu ya!"
kaila mengangguk lalu duduk di bawah memeluk lutut nya sendiri, karena mengantuk dan lelah kaila meringkuk di bawah dengan air mata yang membasahi pipinya.
Hani terpaku menatap gadis kecil meringkuk sendiri di bawah, iba ia pun menangis lalu mengangkat tubuh kaila dan membawanya masuk ke dalam kamar.
"Halo ras kamu sudah berangkat?"
tanya Hani langsung menelpon Rasti.
"belum Mba, Rasti baru pulang dari pondok"
Hani menghela nafas panjang.
"kaila ada sama mba, kasihan dia nangis nanyain kamu! temui ras sebelum kamu berangkat!"
"ya Mba Rasti akan jemput sekarang juga!"
Rasti tahu Irwan pasti mengabaikan kaila, apa lagi ini hari pernikahan nya dengan Regina.
gegas Rasti mencari tukang ojek untuk menjemput kaila.
Rasti tertegun melihat kaila meringkuk di ranjang masih menggunakan gaun kesayangan nya, Rasti melangkah dengan cepat lalu memeluk putrinya itu.
"maafkan mama ya sayang!"
ujar Rasti mendekap erat tubuh kaila.
"Mama... jangan tinggalkan key...!"
kaila menangis, tangisan yang sama seperti yang di rasakan oleh Wildan.
"ya Allah kuatkan aku....!"
"ayo ikut mama ke rumah Tante Lisna"
ajak Rasti menggendong kaila.
"kamu boleh tinggal sama Tante kalau kamu mau!"
Ujar Hani mengusap rambut kaila sayang.
"kamu pilih mau tinggal sama siapa?"
tanya Rasti membuat kaila terpaku.
"sama Mama!"
jawaban itu sungguh menohok karena itu tidak lah menjadi pilihan.
"maafkan Mama nak, Mama janji akan pulang!
tapi untuk saat ini Mama enggak bisa menemani kamu!"
"ya udah key mau tinggal sama Abang aja'!"
kaila tahu hanya Wildan tempat nya bersandar setelah kedua orang tua nya berpisah,, sesungguhnya kejadian itu bukan hanya menyisakan luka untuk anak anak tapi juga rasa trauma yang dalam.
namun Rasti tidak memiliki pilihan, karena ia juga tidak sanggup untuk di madu.
"ya sudah, nanti mama anterin kamu ke pondok ya!"
mungkin itu jauh lebih baik ketimbang kaila tinggal bersama ibu tiri.
ia bisa menyisihkan uang nya untuk biaya sekolah anak anak di pesantren.
**
Irwan termenung menatap regina yang terlelap di samping nya, regina seorang gadis namun ternyata ia sudah tidak perawan.
entah dengan siapa regina pertama kali melakukan hal itu, berbeda dengan Rasti yang terkenal memiliki banyak pacar namun tetap menjaga mahkota berharga nya, Rasti persembahkan untuk pria yang menjadi suami nya.
tadi sore Hani mengirim pesan pada nya, bahwa kaila pergi bersama Rasti dan akan tinggal di pondok bersama Wildan.
"anak kamu tuh bikin repot, kenapa sih enggak minta Rasti untuk bawa kaila juga"
belum apa apa regina sudah mengeluhkan tentang anak anak nya.
bersambung......
terima kasih sudah mampir 😍😍😍
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!