NovelToon NovelToon

Terjebak Cinta Saudara

TCS 1

Di Praja Hotel, dua orang wanita cantik berdiri di balik meja resepsionis. Salah satu dari keduanya terlihat jauh lebih cantik, dengan dandanan yang begitu natural, tetapi dapat membuatnya terlihat lebih memukau. Name tag yang ada di kemeja yang dikenakannya bertuliskan nama Alice Lorina. Ya, itulah nama gadis cantik itu.

Ke mana dia? Apa dia tidak datang hari ini? Batin Alice berulang kali terlihat melirik jam di pergelangan tangannya.

Alice terlihat gelisah menanti seseorang yang setiap hari sangat ingin dilihatnya, mengagumi seseorang dalam hati itulah yang Alice lakukan dan yang Alice kagumi adalah atasannya sendiri. General Manager yang ada di Praja Hotel.

Satu jam telah berlalu, Alice masih saja berharap dapat melihat pria yang dikaguminya. Alice kembali menatap ke arah lift dimana sosok yang selalu di tunggunya biasa terlihat. Tak lama kemudian, pintu lift itu terbuka dan dari dalam sana keluarlah sosok yang dikagumi oleh Alice. Pria dengan tubuh yang kekar serta wajah yang begitu tampan, membuat Alice dan banyak wanita lainnya tak akan bosan memandang pria itu.

"Pemandangan yang benar-benar indah," gumam wanita yang berdiri di samping Alice. Alice yang mendengar itu mengakuinya dalam hati.

Akhirnya sekarang aku bisa pulang dengan tenang setelah melihatnya. Andai saja dia juga merasakan apa yang aku rasakan. Andai saja dia menyukaiku seperti aku menyukainya. Sadar Alice, sadar. Dia bahkan tidak pernah melirikmu. Ucap Alice berbicara dalam hati, lalu bersiap untuk pulang sebab jam kerjanya akan berakhir dalam lima belas menit.

***

Alice yang baru saja tiba di rumah, dibuat  terkejut saat melihat ibunya tengah memasukan pakaiannya ke dalam koper. "Ibu mau ke mana?" tanya Alice seketika panik saat berpikir jika ibunya akan pergi meninggalkannya.

"Kamu sudah pulang. Bereskan barang-barangmu! Karena nanti malam kita akan pergi dari sini," titah Esme pada Alice.

"Kita akan ke mana?" tanya Alice semakin dibuat bingung dengan apa yang ibunya katakan.

"Bukankah selama ini kamu selalu bertanya di mana ayahmu? Hari ini Ibu akan mempertemukanmu dengan ayahmu. Dia akan menjemput kita untuk tinggal bersamanya," jawab Esme membuat Alice terdiam mencoba mencerna ucapan ibunya.

Delapan belas tahun sudah Alice hidup tanpa kasih sayang seorang ayah. Alice bahkan tidak tahu siapa ayahnya karena ibunya selalu merahasiakan hal itu. Alice hidup dalam rasa malu karena ibunya terkenal sebagai simpanan pria kaya. Hal itu juga yang membuat Alice tumbuh menjadi gadis yang tertutup.

"Apa yang kamu tunggu? Cepatlah berkemas! Sebentar lagi ayahmu akan datang," bentak Esme pada Alice yang dengan cepat keluar dari kamar ibunya menuju ke kamarnya yang berada tepat di samping kamar ibunya.

Tiba di kamarnya, Alice kembali terdiam. Alice jelas merasa senang jika pada akhir ya Alice akan bertemu dengan pria yang selama ini Alice pertanyakan keberadaannya, tetapi entah mengapa Alice juga merasa sesuatu akan terjadi padanya.

Alice berusaha untuk berpikir positif, mengembuskan nafas dalam dan mengucap syukur karena akhirnya dia akan bertemu dengan  ayahnya.

Satu jam berlalu. Suara mobil berhenti tepat di depan rumahnya terdengar, Alice yang baru selesai membereskan barang-barangnya mengintip dari jendela kamarnya. "Apa itu dia? Apa itu ayahku?" gumamnya dengan mata berkaca-kaca bergegas keluar dari kamar.

Air mata Alice menetes saat melihat ibunya dan pria yang baru saja dilihatnya tengah berpelukan, terlihat cinta diantara keduanya dan itu membuat Alice semakin yakin jika pria itu benar ayahnya.

Esme melepaskan pelukannya, saat menyadari keberadaan Alice. Esme dan pria itu menatap ke arah Alice yang masih terdiam dengan mata berkaca-kaca menatap mereka. "Alice. Kamu tidak ingin memeluk ayahmu?" tanya Esme.

Alice yang mendengar itu semua dengan  cepat menghambur masuk ke dalam pelukan pria itu, melepaskan semua tangis dan kerinduannya selama ini. Alice benar-benar merasa bahagia. "Ayah minta maaf untuk semuanya," ucap pria yang bahkan belum Alice ketahui namanya.

"Ayah tidak perlu meminta maaf, melihat ayah disini saat ini sudah sangat cukup untukku. Aku sangat merindukan Ayah," jawab Alice mempererat pelukannya, menikmati hangatnya berada dalam dekapan seorang ayah.

Kebahagiaan menyelimuti ketiganya, Alice dan kedua orang tuanya menikmati waktu dengan sedikit berbincang tentang rencana mereka ke depannya. Apa yang Esme katakan sebelumnya benar, jika ayahnya akan membawa Alice dan ibunya untuk tinggal bersama, memulai kehidupan yang bahagia.

Terima kasih, Tuhan. Hari ini aku merasa sangat bahagia. Batin Alice.

TCS 2

Seperti yang Alice katakan. Hari ini Alice merasa sangat bahagia, delapan belas tahun penantiannya akhirnya terbayar sudah. Sekarang Alice akan menjalani hidup yang bahagia bersama keluarga yang lengkap. Tak akan ada lagi yang mengatakan jika ibunya wanita simpanan, tak akan ada lagi yang menghinanya dengan kata-kata anak haram.

Alice tersenyum menikmati waktu yang ada dengan membayangkan hari-hari bahagia yang akan terjadi di hari-harinya nanti. Membayangkannya saja membuat Alice semakin merasa bahagia dan tidak sabar menanti hari-hari selanjutnya.

"Sayang, kamu tidak ingin kuliah?" tanya Haris membuka obrolan setelah mereka sudah berada di dalam mobil, menuju rumah baru yang akan menjadi tempat tinggal Alice dan ibunya.

"Tentu saja aku ingin, Ayah. Mungkin tahun depan," jawab Alice. Karena untuk saat ini, aku ingin menikmati waktuku di Praja Hotel. Batin Alice berusaha menahan senyumnya kala mengingat sosok tampan atasannya.

"Baiklah. Ayah mendukung semua keputusanmu. Apa pun yang kamu inginkan, kamu bisa mengatakannya pada Ayah," ucap Haris tersenyum menoleh menatap Alice dan Esme yang duduk di bangku belakang.

"Terima kasih, Ayah," balas Alice tersenyum.

Pria lainnya yang duduk di balik kemudi, tepat di samping Haris hanya bisa menyimpan semua pertanyaannya dalam hati. Pria itu bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa bisa gadis itu menyebut atasannya dengan sebutan, 'Ayah' begitu juga sebaliknya.

Mobil yang mereka tumpangi akhirnya tiba di tujuan. Alice dan Esme sama-sama terkagum melihat bangunan yang ada di depan mereka saat ini. Sebuah rumah yang sangat besar dan mewah telah menyambut mereka.

Alice sama sekali tidak menyangka jika ayahnya adalah orang yang sangat kaya. Ada banyak mobil terparkir di depan rumah, ada taman yang cukup luas. Dua pintu gerbang yang menjadi gerbang masuk dan keluar kendaraan, ada juga deretan motor-motor mahal di sana dan ada banyak lagi barang-barang mahal di depan rumah tersebut.

Berapa luas tanah bangunan ini? Seberapa kaya, ayahku? Batin Alice bertanya-tanya dengan perasaan bahagia.

"Ayo masuk! Kenapa kalian melamun?" ucap Haris menggandeng tangan Alice dan Esme untuk masuk ke dalam rumah.

Baru saja kaki Alice melewati pintu rumah, aura dingin serta perasaan tak nyaman di hati tiba-tiba saja menyelimuti Alice. Perasaan Alice menjadi tidak enak, tanpa sebab yang jelas. 

Alice masih saja mengekor pada Haris yang masih menggandeng tangannya, hingga saat sudah berada di dalam rumah, gandengan tangan mereka terlepas, ketika seorang wanita paruh baya menghadang mereka.

"Berani sekali kamu membawa selingkuhanmu masuk ke dalam rumahku!" bentak wanita dengan wajah yang terlihat pucat, menatap tajam pada Alice dan ibunya. 

Alice yang mendengar hal itu langsung menatap pada ayah dan ibunya, seakan mempertanyakan maksud dari ucapan wanita itu. Rasa bingung dan kecewa mulai Alice rasakan saat melihat respon ibunya yang biasa saja, berbeda dengannya yang begitu terkejut mendengar ucapan wanita yang menyebut ibunya sebagai selingkuhan.

"Ayah, apa maksud semua ini? Ibuku selingkuhan?" tanya Alice menatap Haris.

"Jangan dengarkan ucapannya, Alice. Ibumu istri Ayah, dan kamu putri ayah." Haris mengusap lembut kepala Alice berusaha menenangkan Alice, tetapi kalimat selanjutnya yang terdengar justru semakin buruk dari sebelumnya.

"Alice, dia Raina. Istri pertama, ayah!" sambung Haris secara langsung juga memberikan Alice jawaban atas pertanyaannya selama ini yang merasa bingung dengan sebutan orang-orang pada ibunya jika ibunya seorang simpanan pria kaya.

Apa ini maksud dari kata simpanan itu? Jadi, Ibuku benar-benar wanita simpanan? Batin Alice.

Terkejut? Tentu saja Alice merasa amat terkejut dengan apa yang didengarnya. Kebahagiaan yang sebelumnya Alice rasakan hanya bertahan dalam hitungan jam, sekarang semua fakta yang Alice dengar menghilangkan kebahagiaan Alice dalam sekejap.

"Kamu ingat jika aku adalah istrimu, lalu bagaimana bisa kamu membawa selingkuhanmu masuk ke dalam rumahku?" ulang Raina kembali bertanya dengan tatapannya yang semakin tajam menatap ketiga orang yang ada di depannya.

"Ayah? Apa maksudmu dengan menyebut dirimu ayah, pada gadis itu?" tanya Raina lagi, berusaha terlihat tegar menahan semua gemuruh sesak dan sakit yang dirasakannya.

"Seperti yang kamu dengar. Dia, Alice. Putriku! Dan ini Esme istri kedua ku," jawab Haris bak petir yang terdengar menggelegar di telinga Raina yang mendengarnya.

Bagaimana  bisa Haris mengatakan gadis yang Raina tebak berusia belasan tahun itu sebagai putrinya? Bagaimana bisa Haris dengan mudah berkata jika wanita itu adalah istri keduanya? Bagaimana bisa Haris menikah lagi tanpa meminta izin atau pun memberitahunya? Raina mengepalkan erat kedua tangannya berusaha meredam rasa sakit yang benar-benar menjalar ke hati jiwa dan raganya. Benar-benar sakit yang Raina rasakan mendengar semua pengakuan suaminya.

Isu yang selama ini terdengar tentang pengkhianatan suaminya masih bisa Raina hadapi. Raina masih berusaha menanggapi itu semua dengan positif selagi suaminya tetap menjadi ayah dan suami yang baik untuk mereka. Raina berusaha menutup mata dan telinganya demi mempertahankan cinta dan keutuhan rumah tangganya, tetapi apa yang dikatakan oleh Haris tentang gadis itu benar-benar tidak bisa Raina terima. Pertahanan Raina selama ini hancur. Sakit yang tiada tara Raina rasakan saat ini, dadanya terasa amat sesak, membuat Raina bahkan merasa sulit untuk bernafas.

"Berapa usiamu?" tanya Raina dengan suara bergetar menatap Alice yang dipenuhi rasa bersalah, kecewa, sakit dan perasaan yang sama buruknya seperti yang Raina rasakan.

"De-delapan belas tahun lebih tiga bulan," jawab Alice terbata-bata.

Raina tertawa mendengar itu semua. Jika Alice benar anak suaminya, itu artinya sudah delapan belas tahun Haris mengkhianatinya. Raina masih saja tertawa. Bukan tawa kebahagiaan melainkan menertawakan semua kebodohan, pengkhianatan dan kekecewaan yang dirasakannnya. Wajah yang terlihat pucat itu semakin memucat dengan tatapan yang semakin meredup, lalu tanpa diduga Raina jatuh tergeletak di lantai.

"Ma!" Teriak seseorang.

Tubuh Alice seketika menegang saat mendengar suara yang sangat dikenalnya. Rasa gugup dan takut Alice rasakan. Alice bahkan tak dapat memutar tubuhnya untuk sekedar menatap pemilik suara yang terdengar dari arah belakangnya. Alice berharap jika apa yang didengarnya hanyalah alusinasinya, tetapi semua itu benar terjadi dan pemilik suara itu adalah pria yang selama ini sangat Alice kagumi.

'Lelucon apa ini? Bagaimana bisa ini semua terjadi? Kenapa takdir mempermainkan hidupku? Apa kesalahanku hingga hal buruk selalu saja menimpaku? Bagaimana bisa aku menyukai pria yang ternyata adalah saudaraku? Kenapa, Tuhan? Kenapa harus jadi seperti ini?' batin Alice menangisi apa yang telah terjadi.

Hai kak, ini naskah yang akan ikut lomba di noveltoon. Bantu dukung ya kak, berikan like setiap kali sudah membaca. Bantu ramaikan dengan komen, jika ada vote dan poin bantu berikan juga hadiah dan vote kalian. Sekali lagi makasih banya, kak.🙏🙏

TCS 3

Tatapan Alice dan pria bernama Mike bertemu. Pria yang merupakan atasan sekaligus pria yang selama ini Alice kagumi. Mike menatap dengan begitu tajam kepadanya seakan ingin membunuh Alice dan Esme lewat tatapannya. Mike yang sudah berhasil mengangkat tubuh Raina dengan  cepat membawa Raina masuk ke dalam kamar yang paling mudah dijangkau olehnya.

"Apa yang kalian lihat? Cepat panggilkan dokter!" teriaknya membentak para pelayan yang hanya diam menyaksikan itu semua.

Mendengar bentakan dari Mike, semua pelayan bergegas membubarkan diri dan menelpon dokter, mengikuti perintah tuan muda mereka.

Setelah Mike menghilang dari pandangannya, Alice kembali menatap ibu dan ayahnya yang sama sekali tidak merasa bersalah atas apa yang telah mereka lakukan. Haris bahkan dengan santainya mengajak Esme dan Alice untuk duduk di sofa yang ada di sana sembari menunggu dokter datang dan selesai memeriksa Raina.

Hening dan mencekam, itulah suasana yang terasa. Semua orang larut dalam pikiran mereka masing-masing, begitu juga dengan Alice yang merasa sangat bersalah dan terpuruk akan semuanya.

Semua kebahagiaan yang tadi Alice rasakan berubah menjadi kesedihan yang mendalam setelah tahu jika selama ini ibunya benar-benar menjadi pelakor dari wanita yang merupakan ibu dari pria yang Alice cintai. Rasa bersalah, kecewa dan semua rasa yang buruk menyelimuti Alice. Alice bahkan tidak mampu lagi untuk menatap Mike. Alice benar-benar merasa malu dan merasa bersalah. Tak ada kata yang bisa mengungkapkan apa yang Alice rasakan sekarang.

"Jika tahu pada akhirnya akan menjadi seperti ini, aku lebih baik hidup sebagai yatim piatu," ucap Alice pelan, sambil menunduk menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

Esme yang mendengar itu menjadi kesal. Esme baru saja akan memarahi Alice, tetapi suara langkah kaki seseorang yang masuk dengan sangat tergesa-gesa dari arah luar sana menghentikannya. Dokter tiba begitu cepat dan sudah menghilang di balik pintu kamar dimana Mike sudah menunggunya.

"Kenapa bisa kondisi nyonya Raina memburuk seperti ini? Sebelumnya sudah saya ingatkan untuk tidak membuatnya stres, terlebih dalam kondisinya yang sangat lemah akhir-akhir ini.  Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Dokter setelah memeriksa Raina dan menjelaskan sedikit tentang kondisi Raina.

"Apa Mama baik-baik saja?" tanya Mike mengabaikan pertanyaan dokter padanya.

"Seperti yang saya katakan, dia pingsan karena terlalu stres. Kondisinya begitu lemah, tolong jangan memperburuk keadaannya jika tidak ingin sesuatu yang jauh lebih buruk terjadi padanya," jawab dokter itu.

Mike tak lagi mempertanyakan apapun, setelah semua urusan dokter itu selesai, Mike meminta pelayan untuk mengantar dokter itu keluar dari rumah mereka.

Tatapan yang tadi diselimuti oleh amarah dan kekhawatiran sekarang terlihat meredup, kesedihan menyelimuti Mike. Mike menghampiri ibunya yang masih terbaring tak sadarkan diri di ranjang.

"Ma. Maafkan aku yang tidak bisa menjaga Mama dengan baik. Maafkan aku," ucap Mike duduk di tepi ranjang, berulang kali mencium punggung tangan Raina.

Mike teringat akan apa yang dokter katakan padanya. Mike melepaskan tangan Raina, lalu bangkit berdiri. Tatapannya kembali berubah tajam dan semakin tajam saat langkah kakinya sudah membawanya pada ketiga orang yang diduga menjadi penyebab kondisi ibunya memburuk.

"Jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi!" ucap Mike dengan penuh penekanan dalam setiap kata yang keluar dari mulutnya.

Haris sama sekali tidak membuka suaranya, Haris sadar jika saat ini emosi putranya tidak akan bisa dikendalikan, untuk itu Haris memilih diam daripada membuat putranya semakin marah. Namun, Alice yang merasa amat bersalah justru membuka suara.

"Maafkan kami. Maafkan aku dan ibuku karena sudah menyakiti ibumu," ucap Alice tanpa berani menatap Mike yang juga menatapnya.

"Alice!" bentak Haris dan Esme secara bersamaan. Alice yang mendengar itu langsung menatap keduanya dengan tangis yang sudah menyelimutinya.

"Kita penyebab dari semua ini," ucapnya lirih.

"Siapa kalian?" Mike kembali bertanya.

Haris yang tak ingin Alice mengambil alih pembicaraan akhirnya memutuskan untuk menjelaskan semuanya kepada Mike.

"Mike. Tolong dengarkan dulu penjelasan papa. Papa tahu papa salah, tapi semua juga sudah terjadi dan semua tidak akan berubah," ucap Haris menjeda sejenak penjelasannya, menunggu respon Mike, dan berharap Mike dapat mengerti.

"Alice adalah saudaramu karena dia juga putri ayah meski berbeda ibu denganmu," sambung Haris terdengar ragu dan takut mengatakannya.

"Dasar biadab!" maki Mike bersamaan dengan tinjunya yang sudah mendarat ke wajah Haris–ayahnya.

Tak ada lagi rasa hormat yang Mike miliki untuk Haris. Tatapan penuh kebencian Mike perlihatkan pada pria yang tak pantas disebut sebagai ayah menurutnya.

"Kamu terima atau tidak. Inilah kenyataannya, Esme juga istri ayah dan Alice adalah adikmu," ucap Haris mengusap sudut bibirnya yang berdarah, dibantu oleh Esme yang memapahnya.

"Aku tidak akan menerima kedua ****** ini. Aku bahkan tidak ingin mengakui kau sebagai ayahku," balas Mike dengan begitu lantang, setelah itu memilih kembali ke kamar ibunya, membawa dendam dan amarah yang ada di hatinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!