Seorang gadis keluar dari sebuah kamar hotel meninggalkan seorang pria yang masih tertidur di atas ranjang berseprei putih dengan bercak darah merah yang menjelaskan semuanya.
Gadis itu adalah Debora Anastasia. Meski tubuhnya sangat sakit karena serangan pria yang sudah membayarnya, dia berusaha menahan semua itu.
Debora menggenggam kertas berisi 30 juta di tangannya. Menyeka air matanya dan keluar dari hotel Mutiara, tempat yang menjadi saksi bisu terenggut keperawanannya.
Debora menyewa ojek online yang membawanya ke sebuah kontrakan kecil di sudut kota. Setelah sampai, Debora membayar uang senilai Rp. 20.000,- karena jarak yang sangat jauh.
Tidak henti-hentinya perempuan itu menangis. Dalam diam dia sangat sedih karena bukan kekasihnya menjadi orang yang pertama. Namun dia melihat selembar cek yang masih digenggamnya, ia tersenyum.
"Aku harus kuat. Ini demi Satya."
Debora pergi ke kamar mandi dengan langkah tertatih-tatih. Area selangkangannya sangat tidak nyaman, rasanya sungguh sulit bergerak.
Sesampainya di kamar mandi, dia menggosok badannya sangat kuat. Tubuh yang baru saja disentuh pria di kamar hotel nomor 9162. Membayangkan kejadian semalam, sangat mengganggu pikirannya.
Setelah mandi, Debora bergegas berpakaian. Saat yang bersamaan terdengar suara ketukan pintu.
Senyuman merekah saat gadis yang baru kehilangan keperawanannya itu melihat ada Satya, kekasihnya di depan pintunya. Debora langsung membuka pintu dan memeluk Satya.
"Ternyata kamu datang juga," kata Debora sangat senang. Rasa sedih yang sebelumnya ia rasakan karena kejadian semalam seperti hilang terhempas dalam sekejap.
Satya tampak tidak suka melihat Debora namun itu dilakukannya secara diam-diam. Saat Debora tidak memperhatikannya, Satya tidak menatap Debora sinis.
"Oh ya sayang, aku mau minta itu," ucap Satya dengan suara berbahagia namun agak malu-malu.
Debora melihat saat Satya yang tinggi dengan senyuman, "Iya, minta apa?"
"Hasil semalam mu. Gimana, berapa dikasihnya?"
Debora berpikir sejenak. Entah mengapa ada suara kecil di hatinya yang mengatakan, Kamu dijebak, Debora. Jangan kasih uangnya.
'Aku harus memberikannya. Tidak mungkin Satya meninggalkanku setelah apa yang terjadi 'kan ya'. Debora yang polos mulai mengambil selembar cek yang diletakkannya di dalam kamarnya dan memberikan benda itu pada Satya.
"Hanya segini yang dia kasih," jelas Debora tampak sedih.
Satya yang melihatnya pun langsung merampasnya dan mengerutkan keningnya. "Hanya segini harga keperawananmu? Kurasa mereka janji 50 juta. Jangan-jangan sisa uangnya, malah kamu minta dikirim ke rekeningmu langsung, ya! Biar kamu bisa nikmati uang hasil kerja kerasmu semalaman?!" tuduh Satya dengan kejamnya.
Debora terkejut mendengar makian itu. "Aku tidak–"
"Hallah! Memang dasar perempuan ga guna! Uang kuliahku masih banyak yang belum tercukupi. Cepat kasih tahu aku di mana kartu ATM-mu dan kata sandinya. Pasti uang itu udah terkirim 20 jutanya. Iya 'kan!?"
"A-aku tidak mengambil uangnya sepeserpun," tolak Debora dengan tubuhnya yang gemetar. Baru kali ini dia dibentak Satya, kekasihnya. Jadi dia merasa cukup terkejut.
"Aku ga peduli sama penolakanmu itu. Di mana kartu ATM-mu Debora Anastasia! Aku harus tahu sisa uangnya udah di-kemanain!"
Satya berusaha masuk ke kamar Debora. Tentu saja Debora mencegah masuknya Satya ke kamarnya. Ia hanya tidak ingin Satya melihat kamar Debora yang berantakan karena belum dirapikan.
"Apa kamu menolak karena uangnya udah kamu cairkan untuk digunain untuk kesenanganmu, ya!?" tuduh Satya lagi dengan kejam.
"A-aku tidak begitu. Aku hanya …"
"Aku ga mau terima alasan lagi! Sekarang aku mau kita putus, Debora. Aku ga percaya lagi sama kamu!"
Satya pergi dengan membawa uang cek yang diberikan Debora padanya.
...*******************************...
Tinggalkan komentar sebagai dukungan📝💖 dan beri Vote mingguan jika novel ini cocok dengan selera kalian😉
Hati Debora hancur setelah tahu kelakuan buruk Satya yang tidak pernah terlihat selama ini.
Debora kira untuk tetap menuruti permintaan aneh Satya membuatnya semakin dicintai.
Namun Satya tetaplah Satya; pria egois yang entah mengapa sangat dicintainya.
Debora hanya melihat punggung Satya yang perlahan hilang dari jarak pandangnya.
Sekarang Debora paham arti kata hatinya yang melarangnya memberikan secarik kertas berisi tulisan 30 juta itu.
Ia menangis sejadi-jadinya. Membayangkan betapa malangnya hidupnya yang tidak pernah dicintai. Kedua orangtuanya berpisah saat dia berusia 5 tahun. Entah apa permasalahan keduanya, Debora tidak tahu.
Setelah perpisahan kedua orangtuanya, Debora hidup bersama Ayahnya.
Namun pria itu suka mabuk-mabukan, sering membawa wanita ke rumah saat malam hari dan sering memukulnya jika tidak menurut perintah.
Semua pengalaman buruk di masalalu ini membentuk Debora yang pendiam dan polos. Ia hidup bersama ayahnya sampai usianya 10 tahun. Dan pria itu meninggal karena kecelakaan; dilindas truk yang sedang melaju.
Kemudian Debora diasuh seorang wanita baik hati bernama bibi Safira. Namun kelakuan suami bibi Safira yang selalu menatapnya penuh na*su, terasa sangat mengganggu. Hal ini membuat Debora memilih tinggal di panti asuhan karena di tempat itu dia memiliki banyak teman yang senasip dengannya.
Ia di sekolahkan oleh pengurus panti dan menyukai seorang anak laki-laki sejak SMA yaitu Satya.
Satya adalah orang yang cuek dan banyak maunya. Debora selalu menurut perintah Satya yang aneh-aneh.
Semua mampu dilakukan Debora karena Debora ingin Satya selalu bersamanya tidak peduli apakah Satya mencintainya seperti Debora mencintai Satya atau hanya sebatas memanfaatkan.
Dan baru kali ini Debora merasa sengala yang dilakukannya untuk mempertahankan Satya agar tetap di sampingnya, adalah sia-sia.
Debora merasa dibodohi, dan menuntut? Ia tidak memiliki bukti. Debora menangis seharian karena sudah merelakan benda paling berharga di hidupnya, keperawanannya.
***
"Akh, aku di mana?" Seorang pria yang tidur di kamar hotel nomor 9162 itu baru bangun dan melihat sekelilingnya.
"Kenapa aku bisa ada di sini?" tanyanya pada udara setelah meregangkan tubuh.
Pria bernama Anggara Mike itu tidak sengaja melihat pintu yang terbuka setengahnya. "Apa ada orang yang memasukkanku ke sini dan keluar tanpa menutup pintu? Ah, tapi kamar ini 'kan kamar VVIP, mana ada orang yang tahu kata sandinya kecuali si Ben."
Ben adalah sekretaris pribadi Angga. Dan entah apa yang terjadi semalam hingga Angga berakhir di sini.
Angga memutuskan mencari ponselnya yang mungkin ada di ranjang ini, dan bukannya benda berbentuk persegi panjang itu didapatnya, Angga melihat bercak darah merah yang membuatnya terkejut bukan main.
"Apa aku menodai gadis semalaman?" Angga tidak percaya, dirinya sudah menjadi penjahat kelammin.
Apalagi semalam dia seperti bermimpi melakukan sexx dengan seorang gadis bertubuh sedikit gemuk namun dengan wajah yang sangat cantik.
Ia menikmati kenyataan yang dikiranya sebuah mimpi itu.
"Mana aku ngeluarinnya di dalam, lagi," Mendadak Angga frustrasi karena tindakan dibawah alam sadarnya telah merengut kesucian seorang gadis dan mengeluarkan benihnya yang berharga saat sexx itu berlangsung.
Tidak lama Anga mendapat ponselnya, dia segera mengetik nama Ben di kolom pencarian namun terdengar seorang berlari ke arahnya.
"Kau udah merengut keperawanan Cika, Angga! Dan sekarang dia udah ngelapor sama ayah dan ibumu karna kelakuanmu ini!"
"A-apa?"
...**********************...
Tinggalkan komentar sebagai dukungan📝💖 dan beri Vote mingguan jika novel ini cocok dengan selera kalian😉
"A-apa? Cik-ka?"
Cika adalah mantan kekasihnya. Mereka baru putus seminggu lalu karena Cika merasa Angga hanya peduli pada pekerjaannya sebagai CEO baru di perusahaan ayahnya daripada Cika yang sudah menemani Angga saat lelaki itu berada di titik terendah kehidupannya.
Dan sekarang, apa yang dilakukan Angga sebagai balasan atas kebaikan Cika? Angga justru membuat kesalahan besar dengan menodai mantan kekasihnya itu.
"Ses-sekarang, Cika ada di mana, Ben?" tanya Angga gugup karena rasa bersalahnya.
"Dia ada di rumahmu. Pak Gion baru menghubungiku pagi-pagi sekali untuk menyampaikan berita mengejutkan ini. Aku harap kamu menentukan keputusan yang tepat karena kita tahu pak Gion tidak akan segan-segan membunuhmu karena kelalaianmu ini."
Tidak lama kemudian Angga langsung memakai lengkap baju dan celananya dan pergi keluar dari kamar hotel itu.
Ben tampak tersenyum penuh arti di belakang Angga.
********************
Kejadian dua hari yang lalu.
"Gimana ini, kak Ben … Aku tetap mau sama Angga, tapi aku udah ngelakuin kesalahan besar. Aku udah memutuskannya sepihak ... Dan kita tahu Angga itu gimana, dia pasti ga bakal mau balikan karna udah kuputusin!"
Cika menangis di dada bidang Ben, sekretaris Angga, CEO yang baru menjabat di perusahaan sang Ayah.
"Ya terus, aku harus kasih saran yang gimana. Kita tahu Angga bukan orang yang bodoh. Dia pasti akan nolak kalau kamu minta balikan. Karna seperti yang kita tahu, dia punya prinsip, sekali katakan tidak ya tidak." ucap Ben yang tidak tahu harus beri saran yang seperti apa untuk masalah yang sedang menimpa Cika, perempuan yang merupakan adiknya itu.
"Kamu kasihlah saran. Pokoknya aku mau balikan sama dia. Aku udah temenin dia waktu masa sulit, masa waktu kejayaannya aku ga ikut kebagian?"
Ben menghela nafas, dia yang tidak tahu mengtaakan apa, asal berkata, "Biasanya sih cara yang paling mudah, buat dia tidur sama kamu. Itu aja yang kutahu."
Tidak disangka Cika yang mendengarnya langsung mengangkat kepalanya dan tersenyum lebar selebar-lebarnya.
"Ide yang bagus!"
Ben terdiam seribu bahasa karena ide itu, secara tidak terduga justru ditanggapi dengan baik oleh Cika.
"Berarti aku harus tidur sama Angga dan minta pertangungjawaban! Tapi ..."
Ben yang menyadari Cika seperti memiliki masalah langsung bertanya, "Tapi apanya?"
"Aku 'kan udah ga perawan lagi. Apa kau ingat kita pernah melakukannya waktu remaja?" kata Cika dengan suara lemah.
Ben semakin terdiam seribu bahasa, dia ingat waktu itu mereka pernah melakukan percobaan yang cukup ekstream karena pengaruh film biru yang pernah mereka tonton bersama sama. Dan hal ini merupakan penyesalan terbesar Ben maupun Cika selama hidup.
"Aku paham kalau Angga perlu bukti. Apalagi selama ini dia taunya kamu gadis perawan. Aku akan buat kamu bukan hanya balikan sama dia tapi jadi istrinya juga. Makanya Aku mau kita sewa gadis perawan untuk menggantikan peranmu. Biarkan Angga dalam kondisi mabuk, kemudian aku akan mencoba merekayasanya sebaik mungkin."
Cika memeluk sang kakak dengan bahagia. "Makasih!"
"Tapi di mana kita bisa ketemu perempuan perawan?" tanya Cika membuat Ben langsung teringat sesuatu.
"Aku ingat aku punya kenalan yang lagi butuh biaya untuk pernikahannya bersama wanita yang dicintainya. Dia pernah bilang, dia punya pacar yang bodoh dan kabar baiknya, perempuan itu masih perawan. Kenalanku ini bosan liat pacar perawannya ini, dan dia lagi siapin rencana supaya pacarnya itu bisa lepas darinya," jelas Ben membuat Cika semakin bersorak senang.
Cika membayangkan betapa bahagianya dia ketika tidak hanya balikan sama Angga, tapi menjadi istrinya.
"Tapi dia tidak akan menuntut apapun 'kan?" tanya Cika was-was.
"Aku ingat namanya Debora dan dia adalah gadis bodoh yang akan lakuin apapun demi pacarnya."
Mendengar ini CIka semakin bersemangat. "Berarti dia ga bakal mempermasalahkan kehilangan keperawanannya dong?" tanya Cika.
"Hem, bisa dikata gitu."
"Bagus! Kapan kita bisa memulai rencananya?"
"Kapanpun yang kau inginkan," jawab Ben.
...************...
Tinggalkan komentar sebagai dukungan📝💖 dan beri Vote mingguan jika novel ini cocok dengan selera kalian😉
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!