NovelToon NovelToon

Cinta Seorang Pengganti

Mendadak mempelai

"Sayang jangan terlalu buru-buru, ingat kau sedang memakai kebaya," suara lantang wanita cantik nan awet muda kesayangan sambil ia melambaikan tangan padaku.

"Aku menyayangi Mama lebih dari apapun muuuuah," jawab ku sambil memberi kecupan dari jauh.

Aku melangkah menuju motor matic milik almarhum Ayahku sebagai kendaraan keluarga kami terlebih Ayah memang hanya seorang buruh di salah satu pabrik textil terbesar di kota kelahiranku.

Ku hidupkan motor yang kini menjadi teman setiaku ke kampus setiap hari. Perlahan tapi pasti aku meninggalkan Mama yang masih dengan senyuman dan lambaian tangan yang mulai hilang dari penglihatanku.

Cuaca sangat cerah hari ini secerah wajahku yang ku poles dengan make up ala Korea kesukaanku, cantik tentu saja aku cantik secantik Mamaku. Memuji diri sendiri tidak ada salahnya bukan.

Oke baiklah pemirsa, namaku Kayla Khanzania umur 20 tahun, mahasiswi semester empat Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Adiwangsa yang mana menjadi kampus ternama yang berada di kotaku tinggal sekarang.

Aku sedang dalam perjalanan menuju salah satu hotel berbintang yang menjadi tempat menikahnya sahabat sekaligus teman sekelas selama kuliah yaitu Nikayla Adiwijaya, berteman dengan orang yang bernama sama denganku cukup membuat bingung ketika ada yang memanggil nama kami secara bersamaan.

Karena nama kami sama terlebih kami juga sahabatan sekarang, jadi anak-anak di kampus memanggilnya Nika agar tidak bingung.

Ku parkirkan motor yang sudah tidak baru lagi namun masih sehat mesinnya ini di parkiran hotel. Aku merapikan penampilanku dengan berkaca di salah satu mobil orang lain yang ku lewati.

Perlahan tapi pasti kakiku melangkah masuk melewati ada banyak papan ucapan pernikahan dari berbagai kalangan, karena mempelai prianya adalah putra sulung dari seorang Gubernur sekaligus pengusaha di daerah ku.

Orang kaya akan berbesan dengan orang kaya pula begitu menurutku.

Aku bergumam dalam hati "Aku akan sangat bersyukur jika bisa mendapatkan lelaki seperti Bang Dev, meski dia jauh lebih dewasa tapi lihatlah dia anak Gubernur dia juga seorang dosen yang karirnya bagus, kaya pula plus wajahnya yang tampan, beruntung sekali Nika."

"Nama kami sama-sama Kayla, mana tahu nasibku juga ketularan baiknya," gumamku lagi sambil terkekeh sendiri, bukankah ucapan itu adalah doa, aku sangat mengaminkan jika itu terjadi.

Bibir ku maju mundur sambil otakku berandai-andai juga memiliki nasib baik seperti Nikayla sahabatku ini.

Bang Dev dan Nikayla telah lama menjalin hubungan bahkan sejak Nika masih SMA yakni lima tahun, pacaran dengan lelaki lebih dewasa ternyata membuat hubungan mereka langgeng hingga pelaminan, betapa tidak Nika yang manja akan berjodoh dengan bang Dev yang ramah dan sopan, aku mengenalnya sejak berteman dengan Nika di awal masa kuliah.

Sungguh pasangan impian, sama-sama kaya dan mudah dalam mendapatkan apapun. Aku rasa itu salah satu kunci mulusnya hubungan mereka hingga memutuskan untuk menikah sekarang.

Lamunan ku buyar saat sahabatku yang lain melambai tangan dan berteriak kecil memanggil namaku agar menyusul mereka.

Rania dan Susan, kami dinobatkan sebagai pendamping pengantin hari ini. Memakai kebaya berwarna sage yang sama dengan model yang berbeda, kami tampak sangat cantik dihari pernikahan sahabat kami Nikayla.

Rania menarik tanganku cepat, wajah mereka tidak seperti biasa dan terlihat panik. Aku jadi bingung.

"Hei ada apa ini, kenapa dengan kalian?"

"Ayo, kenapa kau lama sekali. Ini benar-benar gawat," rutuk Rania menarik tanganku ke dalam lift lalu membawaku ke sebuah kamar hotel.

Aku masih bingung dengan semua yang terjadi, sampai pada ketika kami masuk ke kamar yang ternyata terdapat beberapa orang di sana yang ku perhatikan adalah orangtua dari Bang Dev.

"Apa kau yang bernama Kayla?"

Suara lantang dari seorang perempuan paruh baya yang juga memakai seragam khusus orangtua pengantin.

"Iya, dia yang bernama Kayla, Bibi," jawab Susan dengan cepat, mereka semakin membuatku bingung.

"Tunggu ada apa ini? Kenapa kalian menatapku seperti itu?" tanya ku pada Rania dan Susan yang berwajah tegang.

"Kayla, kami tahu Ibumu punya banyak hutang bukan? Hanya kau yang jomblo diantara kita bertiga, namamu juga Kayla sama dengan nama Nikayla," cetus Susan sambil memegang tanganku.

"Itu benar, memangnya kenapa? Apa ada yang salah denganku? Kenapa kau mengungkit hutang keluargaku, jangan membuatku malu," jawabku masih bingung sekaligus penasaran dengan apa yang terjadi saat ini.

Rania dan Susan kembali terlihat tegang, mereka kompak mendorongku ke hadapan orangtua Bang Dev yang masih duduk di sofa.

Aku benar-benar bingung, ada banyak pertanyaan yang muncul di otakku saat ini, daripada bingung tidak karuan akhirnya aku memutuskan kenapa tidak bertanya langsung saja.

Tapi belum juga aku mengeluarkan suara, tampak seorang pria tampan yang telah lengkap memakai pakaian pengantin pria. Pria itu tampak murung, wajahnya tak seramah biasanya. Ia berjalan melewati kami begitu saja dan berhenti pada sebuah jendela yang tertutup gorden mewah.

"Maaf jika aku lancang Bibi, kenapa Bibi mencariku? Apa aku melakukan kesalahan?" aku memberanikan diri untuk bertanya rasa penasaranku sejak tiba tadi yang mana suasana lebih terasa seperti teka teki.

Wanita yang cantik itu pun berdiri di susul suaminya yang semua kami mengenal mereka sebagai kepala daerah di sini, aku baru pertama kali bertemu langsung, biasanya hanya melihat dari siaran berita televisi lokal saja.

"Kau akan ku bayar mahal sebagai pengantin wanita pengganti hari ini, aku tahu kau butuh uang, ini kesempatanmu melunasi hutang keluarga. Aku akan sangat berterima kasih atas jasa mu hari ini yang akan menyelamatkan reputasi suamiku."

"Apa?" Aku sengaja mempertajam pendengaranku akan perkataan Nyonya Gubernur itu.

"Ku beri kau waktu berpikir sepuluh menit dari sekarang, tentukan pilihanmu jangan membuatku memaksa yang tentu akan merugikan dirimu sendiri," jawab nyonya itu dengan nada mengancam.

"Bibi, aku masih belum mengerti? Pengantin wanita pengganti? Apa ini? Kenapa aku? memangnya kemana Nikayla," aku memberanikan diri membantah perkataan dari istri orang nomor satu di daerah kami itu.

Susan dan Rania menarik lenganku lagi, mereka membawaku keluar, ku sempatkan melirik Bang Dev yang berwajah datar dan tampak kesal.

Demi apa, Susan menjelaskan semua kronologi kejadian pagi ini tentang Nika yang telah kabur dari acara akad nikah yang akan diselenggarakan sebentar lagi menurut waktu rencana.

"What? hamil?" Aku sama hampir saja menjatuhkan rahangku namun segera ku tutup mulutku yang ternganga lebar mendengar penjelasan dari kedua sahabatku ini.

"Bagaimana bisa hamil, aku tidak percaya ini. Nika tidak pernah bercerita jika punya pria lain selain Bang Dev bukan? Jangan bercanda, aku sungguh bingung sekarang, kenapa harus aku?"

Pengantin pengganti

"Kau juga bernama Kayla, diantara Bridesmaids hanya kau yang tidak punya pacar, kau juga sedang butuh uang, ayo terima saja. Nama kalian sama, setidaknya itu sedikit mengelabui para tamu undangan," jawab Susan dengan wajah yakin.

"Tidak-tidak, enak saja aku tidak mau jadi pengganti, sialan Nika kemana kau Nika?"

Aku terus mengumpat sambil berkali-kali menggeser layar ponsel untuk mengehubungi wanita yang seharusnya menjadi mempelai hari ini.

"Percuma kau menelepon, anak itu sudah hilang entah kemana, orangtuanya bahkan tidak datang karena malu, ini kesempatan untukmu dapat uang yang banyak sekaligus bonus jodoh pria tampan" Rania mendorongku lagi mengarah ke kamar.

"Kalian benar-benar jahat, ini soal serius tentang masa depanku bukan bahan candaan, aku tidak mau, aku mau pulang saja."

Aku mulai menangis sekarang, dengan cepat ku langkahkan kaki berniat untuk lari dari sana dan pulang saja, namun baru saja beberapa langkah, aku merasa kedua lenganku ditahan dan ditarik paksa oleh kedua sahabatku masuk ke kamar itu lagi.

Entah kenapa dengan mereka berdua, aku bahkan masih bingung sekarang, betapapun aku meronta tetap saja kalah dari tenaga mereka yang berbadan lebih besar dariku yang mungil ini.

"Lepaskan aku, aku mohon ada apa dengan kalian ini, kalian sahabatku kenapa malah menjebakku, aku tidak mau... Mama.... Aku mau pulang," aku benar-benar menangis seperti anak kecil sekarang, dan parahnya mereka berdua tertawa saja.

"Ditawari kesempatan malah menangis, jangan bodoh Kayla, kau akan menjadi menantu Gubernur bodoh," Rania menutup mulutku agar berhenti merengek.

Sampai pada kami kembali ke dalam kamar, entah kenapa saat bertatapan dengan ayahnya Bang Dev nyaliku menjadi ciut, dadaku sesak terasa susah bernapas, jujur aku takut saat ini hingga tidak ku sadari suara tangisku berhenti begitu saja.

Pria paruh baya yang telah memakai jas mahalnya tampak berwajah ramah, namun tetap saja aku takut berhadapan dengannya mungkin karena dia adalah pejabat nomor satu di daerah kami.

Lalu aku melirik Bang Dev, pria itu dingin tanpa suara apapun, terlihat hanya dadanya yang kempang kempis oleh napas yang tidak beraturan, aku merasa orangtua dan anak itu baru saja bertengkar.

Rania dan Susan kembali mendorong tubuh kecilku sedikit lebih maju dari tempat ku berdiri.

"Aku akan menyuruh orangku untuk menyakiti Ibumu jika kau menolak kali ini, sudah tidak ada waktu lagi akad nikah akan dimulai satu jam lagi, tulis nama panjangmu dan nama Ayahmu di kertas itu!"

Lagi-lagi aku merasa diancam oleh nyonya Gubernur ini.

"Bibi, ini menyangkut masa depanku, aku masih memiliki Mama untuk tempat ku merundingkan hal ini, kenapa bibi seakan mengancamku sekarang," tentu saja setelah mengatakan itu aku tertunduk takut sendiri.

"Aku bahkan bisa menyakiti Ibumu, turuti perintahku kau akan mendapatkan hadiah yang banyak, hutangmu akan ku lunasi, ini tidak akan lama hanya sementara saja, kau ku kontrak untuk menikah dengan putraku menggantikan Nikayla hari ini, setelah satu tahun kalian boleh bercerai!"

"Apa? Satu tahun? Ini gila aku tidak mau Bibi, aku mohon lepaskan aku, kenapa kalian mengancamku?" Kembali aku menangis merasa terintimidasi, herannya lagi Tuan Gubernur dan putranya itu hanya diam saja tanpa menjawab apapun perkataan Nyonya kaya sok berkuasa itu.

"Lekas tulis nama panjangmu beserta nama Ayahmu, lalu ikutlah dengan pelayan berdua ini ke ruang make-up, jangan membuat pernyataan apapun, namamu cukup menyelamatkan hari ini dan tentu akan ku bayar dengan uang yang setimpal bahkan lebih dari yang terlintas di pikiranmu," jawab ibu Bang Dev dengan yakin sambil menunjuk kertas dan pulpen di atas meja dengan ekor matanya yang tajam.

Semuanya terjadi begitu cepat di mana ku tatap diriku dalam pantulan cermin ini, aku telah memakai kebaya berwarna putih bertabur swarovski elegan dan mewah yang semula ku lihat berdiri menempel di patung.

Air mataku seakan enggan berhenti hingga membuat tukang make-up kewalahan mengatasinya, terlebih dua sahabatku mereka hanya bisa menguatkanku sesekali mereka terkekeh dengan nasibku yang tidak tahu seperti apa hari ini.

Betapapun aku merutuki nya Namun semua sungguh sudah terlambat. Jika saja Nyonya Gubernur itu tidak mengancamku mungkin sekarang aku sudah lari sejauh jauhnya.

"Berhenti menangis Kayla ini adalah takdirmu salah sendiri kenapa kau tidak punya pasangan jadi hanya kau yang bisa menggantikan Nikayla hari ini" ucap Rania mengusap punggungku.

"Lagi pula kau hanya dikontrak saja, bayarannya mahal, itu semua bisa merubah hidupmu, bukankah kau pernah bilang bahwa sebenarnya kau tidak tega melihat Ibumu banting tulang untuk biaya kuliah mu sekarang?" Susan menimpali.

Kali ini aku terdiam, dalam hati aku membenarkan perkataan Susan. Terbayang wajah Ibuku yang setiap hari pergi bekerja sebagai pembantu rumah tangga pada beberapa tetangga kami, belum lagi beberapa orang yang terus datang menagih hutang mendiang Ayahku.

Kembali aku menarik napas dalam, ku tatap sekali lagi wajahku di cermin. Cukup lama aku merenung menatap wajah yang telah cantik berhias make up mahal, wajahku benar-benar berubah karena memang selama ini tidak pernah make up terlalu tebal.

Lalu ku lirik dua sahabatku mereka mengangguk tersenyum seakan memberi dukungan penuh atas kejadian hari ini. Aku hapus air mata, lalu aku memutuskan untuk berdamai dengan keadaan bahwa sekarang takdirku telah berubah.

Aku adalah seorang mempelai wanita pengganti sahabatku sendiri yang akan menikah dengan seorang pria tampan yang berprofesi sebagai Dosen di kampus sebelah, putra dari seorang Gubernur sekaligus pengusaha kaya di daerahku.

Meski ini hanya sebuah kontrak yang dibayar mahal oleh Ibunya namun sungguh di lubuk hatiku yang terdalam aku sama sekali tidak ingin mempermainkan pernikahan.

Entah apa yang akan terjadi dalam kehidupanku selanjutnya hanya waktu yang bisa menjawab.

****

"Sah"

Satu kata yang membuat bulu kudukku merinding, semuanya terlalu cepat.

Kini statusku telah berubah dari seorang gadis biasa yang hanya mencoba mengubah nasib dengan berkuliah agar bisa mendapatkan pekerjaan yang baik dan mampu membantu Ibuku kelak, sekarang aku telah menjadi sosok lain dari apa yang aku cita-citakan.

Pernikahan yang singkat, namun penuh makna bagiku yang belum siap lahir batin ini, meski aku sadar itu hanya sebatas kontrak saja namun sungguh aku tahu bahwa pernikahan ini sah secara agama dan negara, karena namaku lah yang tertera di buku nikah yang seharusnya milik Nikayla.

Aku menguap kecil dan menggeliatkan tubuh yang terasa pegal-pegal.

Tunggu dulu, badanku pegal bukan karena malam pertama seperti pengantin pada umumnya. Aku kelelahan karena ada banyak rangkaian acara adat yang harus dilalui kemarin.

Demi apa, semalam aku benar-benar berada dalam satu kamar, yaitu kamar pengantin. Tapi tentu saja tidak melakukan apapun karena Bang Dev bahkan tidak ikut masuk barang sebentar pun.

Devano Putra Sanjaya

"Ah sudahlah, nama juga istri bayaran. Ya Tuhan.... Apa ini? Apa aku mengharapkan malam pertama?" Aku bergumam sendiri sambil menggigit jari dan terkikik geli membayangkan jika itu terjadi semalam, aku semakin membenamkan wajahku dalam selimut tebal yang bahkan seumur hidup aku belum pernah tidur di kasur senyaman ini.

"Awas kau Nika, jika kita bertemu nanti akan ku bunuh kau, lihatlah aku menjadi perempuan rendahan yang tidak ubahnya telah menjual diri pada orang kaya demi uang, padahal dalam hal ini aku dipaksa dan diancam, orang miskin sepertiku benar-benar tidak ada harganya, dengan sekali ancam saja aku langsung takut, mudah sekali bukan membeli istri seperti sedang membeli jajanan saja."

Aku terus saja merutuki nasibku yang malang ini, aku menghembus napas kasar beberapa kali karena kesal, namun aku tahu semua tidak berguna sekarang.

Aku merasa ingin buang air kecil, lalu aku memutuskan untuk keluar dari selimut yang melindungiku dari dinginnya AC, maklum aku tidak biasa tidur di kamar yang mewah dan ber AC dingin, untung saja aku tidak demam semalam jadi aku sangat berterima kasih pada selimut tebal ini.

Namun baru juga aku mendudukkan diri dan keluar dari selimut, dengan cepat aku kembali bersembunyi di balik selimut lagi karena betapa terkejutnya bahwa mataku melihat penampakan seorang pria bertelanjang dada sedang berdiri membelakangiku.

"Ah.... Siapa kau?" Pekik ku di balik selimut.

"Memangnya kau pikir siapa lagi, aku kemari karena pakaianku semuanya di sini," jawab pria yang ku yakini adalah suara dari Bang Dev.

Aku bernapas lega, aku kira dia pria asing yang akan memperkosaku. Segera ku menepuk keningku sendiri atas apa yang baru saja aku pikirkan.

"Oh, ternyata Bang Dev. Maaf.... Aku mengira kau pria asing," jawabku dari dalam selimut namun perlahan ku buka seperti sedang mengintip.

"Hmm."

Hanya itu yang terdengar dari bibirnya kali ini, aku menatap punggungnya yang telah memakai kaos berwarna hitam dan sedang mencari sesuatu dari dalam tasnya.

"Bang Dev, maafkan aku.... Aku tahu ini sulit untukmu. Aku juga tidak tahu kenapa Nikayla melakukan ini padamu."

"Jangan sebut nama itu lagi."

Aku terdiam, mendengar suara dingin itu. Tidak, aku tidak pernah mendengar nada dingin dari bibir Bang Dev selama ini, bagaimana tidak pria itu bahkan terlihat selalu ramah dengan kami sahabatnya Nikayla. Kami cukup sering bertemu dan bertegur sapa ketika Bang Dev datang menjemput Nika di kampus.

"Maaf." Hanya kata itu pula yang mampu ku ucapkan setelah melihat wajah dinginnya menatapku tajam.

"Lekaslah bersiap, kita akan pulang. Aku tidak nyaman berada lama di sini."

"Baik," akupun mengangguk takut, segera ku berdiri dan meneruskan niat ke kamar mandi.

Langkah ku kembali terhenti saat suara Bang Dev kembali menggema.

"Satu hal, soal Ibumu sudah diurus oleh Mamaku tentang pernikahan ini. Setelah pulang nanti temuilah beliau," ucap Bang Dev dengan suara biasa.

Aku mengangguk lagi.

"Terimakasih Bang Dev."

******

Devano Putra Sanjaya, satu minggu lagi berumur 30 tahun. Pria yang sekarang telah menjadi suamiku, kekasih dari sahabatku Nikayla yang kabur dihari pernikahan mereka sehingga terpaksa aku yang dibeli untuk menggantikannya karena nama kami sama untuk mengelabui para tamu undangan yang telah hadir pada acara akad yang notabennya adalah para pejabat rekan dan teman sejawat ayahnya yang seorang Gubernur daerah kami.

Sampai sekarang aku masih merasa seperti mimpi menyandang status mendadak istri, dimana aku biasa bertemu Bang Dev ketika ia menjemput Nika di kampus atau kami sedang pergi beramai-ramai nonton bioskop yang mana hanya aku yang tidak mempunyai pasangan, aku terbiasa menjadi obat nyamuk ketika tiga sahabatku dating bersama.

Melihat mereka bermesraan pun bukan hal yang canggung lagi di mataku, termasuk melihat Bang Dev dan Nika yang memang telah berpacaran lima tahun lamanya.

Terlihat menyedihkan namun tetap saja aku tidak keberatan menemani mereka kemana pun, karena disitulah aku bisa makan banyak dan enak gratis pula. Maklum saja aku orang tidak berada jadi sangat tidak mungkin makan enak ketika di rumah.

Kami empat orang bersahabat, aku, Nikayla, Rania dan Susan. Sudah dua tahun kami bersahabat baik, cukup terbuka satu sama lain namun kemarin alangkah terkejutnya aku bahwa Nika ternyata selama ini punya pria lain selain Bang Dev hingga ia hamil dan lari karena malu dari pernikahan yang telah menjebakku sekarang ini.

"Oh pantas saja Nika terlihat pucat beberapa hari lalu, dia tampak tidak sehat. Apa karena dia sedang hamil muda, dasar jahat aku benar-benar tidak menyangka kau seperti itu Nika."

Aku mengumpat kesal yang mana hanya bisa ku ucapkan dalam hati saja. Mengingat wajah dan sikap Nika beberapa hari sebelum menikah memang membuat otakku travelling kemana-mana.

Cukup lama bergumam dan berpikir sendiri, aku melirik Bang Dev yang tengah menyetir mobil membawaku pulang dari hotel tempat resepsi kemarin.

Lelaki itu hanya diam, diam dan diam. Sedikit sekali bicara hanya yang penting-penting saja, berbeda sekali dengan Bang Dev yang ku kenal selama ini yang pandai bicara dan humoris, tapi aku bisa memaklumi berada di posisinya sekarang tidaklah mudah.

"Bang Dev."

"Hmmm," jawab Bang Dev tanpa menoleh ke arahku.

"Apa kita akan pulang ke rumah orangtua Bang Dev?"

Lelaki itu hanya mengangguk saja, itu sedikit membuatku kesal, kami menikah karena terpaksa agar orangtuanya tidak malu. Apa tidak bisa dia sedikit menghargaiku yang bertanya secara baik-baik ini.

Apa salahnya menjawab, aku memajukan bibirku ke depan karena merasa kesal sendiri. Aku seperti sedang bicara pada angin saja.

"Bagaimana soal Ibuku?"

"Kau akan diantar sopir saja nanti," jawab Bang Dev singkat dan datar.

"Baiklah," kataku pelan, aku cukup kecewa meski hanya menikah kontrak setidaknya aku butuh teman untuk menjelaskan pada Ibuku, tapi tentu saja karena kami miskin mungkin saja Bang Dev malas untuk bertemu Ibuku.

Tanpa terasa mobil kami telah sampai pada sebuah rumah besar orangtua Bang Dev. Aku baru pertama kali kemari, aku tahu Bang Dev tinggal di apartemennya seorang diri karena ia di sana lebih dekat dengan kampus tempatnya mengajar.

Rumah ini besar sekali, nyaliku benar-benar ciut ketika turun dari mobil.

"Apa yang kau pikirkan, ayo turunlah!" Suara Bang Dev membuyarkan lamunanku.

"Apa aku akan tinggal di sini juga Bang Dev?" Pertanyaan bodoh itu keluar begitu saja.

"Hanya beberapa hari, kita akan tinggal di apartemenku saja tentu jika kau mau kau bisa tinggal di sini." Jawab lelaki itu cukup panjang dan ku lihat ada senyum tipis di sudut bibirnya, ya Tuhan aku merasa darahku berdesir menatapnya.

Apa karena dia sekarang adalah suamiku? Pertanyaan itu muncul di otakku yang masih belum siap ini.

"Tidak, tidak aku akan ikut denganmu saja." Aku segera menjawab dengan cepat ketika mengingat bagaimana wajah ibu Bang Dev ketika mengancamku kemarin, bagaimana bisa aku tinggal bersama mertua yang galak.

"Ayo turun!"

Perintah Bang Dev lagi, aku segera mengangguk.

Benar saja, kami masuk ke dalam rumah besar yang telah menunggu Ibu Bang Dev yang berwajah cantik namun menakutkan itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!