NovelToon NovelToon

Terjebak Ulah Ipar

01: Hari kita terlahir bersama

...Selamat membaca 🍊...

......................

Perjuangan Marsel dan Wulan akhirnya berbuah manis, setelah menunggu hampir 2 tahun lamanya, mereka dapat dikaruniai anak kembar.

Mendekati hari kelahiran, mengingat peralatan bayi sebelumnya belum ada sama sekali, Marsel dan Wulan berencana untuk membeli peralatan bayi untuk menyambut kelahiran kembar mereka.

"Bang, bagaimana kalau kita berbelanja peralatan bayi di pasar? " tanya Wulan.

"Beli peralatan bayi di pasar? Kok mau banget ke pasar, Wulan? Kan toko peralatan bayi dekat, kita lebih bisa pilih pilih di situ, abang juga males kalau harus belanja ke pasar. " jawab Marsel dengan mendengus keluh.

"Bang, ingat, pengeluaran kita buat lahiran si kembar itu besar loh, bisa aja biaya lahiran yang tak terduga. Kalau Wulan gak bisa lahiran normal dan dipilih untuk cesar, biayanya gimana coba? " tanya Wulan dengan mengelus perutnya.

Marsel berdecak, dirinya akhirnya ingin menuruti keinginan istrinya yang memilih berbelanja peralatan bayi di pasar saja, sebelumnya Marsel memeluk perut Wulan yang membesar dan menciumnya.

"Nak, bunda kalian maunya banyak banget, ayah sampai gak bisa nolak keinginan dia buat beli barang barang kalian nanti pas kalian lahiran. Bisikin sama bunda, kita beli barang barang kalian di babyshop aja. " ucap Marsel dengan gemas memeluk perut Wulan, dan mengajak kembarnya yang masih dalam kandungan untuk membujuk Wulan berbelanja di babyshop.

"Gak bisa, ayah, barang barang disana pada mahal loh, nanti kalau kami lahir harus gimana? " ucap Wulan menirukan suara bayi.

Marsel akhirnya mengalah, dirinya kemudian bangkit dan membantu Wulan untuk berdiri dari kasur, mereka kemudian bersiap untuk bergegas ke pasar.

......................

Sesampainya di pasar, Wulan dan Marsel menatap sepanjang jalan, masing-masing toko dipenuhi oleh pelanggan, sampai-sampai Marsel dan Wulan bingung harus memilih dimana cocoknya mereka memilih toko untuk membeli pakaian kembar mereka.

"Bang, kita pilih disitu aja ya? " saran Wulan.

Marsel menatap ke arah toko yang ditunjuk oleh istrinya, dirinya kemudian terkejut, karena pemilik toko yang dipilih oleh istrinya adalah laki-laki letoy.

Memikirkan hal yang tidak mengenakkan, Marsel berusaha memikirkan cara untuk membujuk Wulan, agar lebih memilih toko dengan penjual yang bisa bersikap wajar saja.

"Sayang, kita kan bi—"

"Pasti mau alasan lagi kan? Gak, pokoknya kita ke sana, titik! " bantah Wulan.

"Yah, kamu ngga lihat apa, sayang? Itu cowo letoy gitu loh, abang gak mau kalau sampai digangguin sama dia. " gidik ngeri Marsel.

"Bang, guna badan gede untuk apa? " tanya Wulan.

"Nah, mulai nih, body shaming ini pasti. Yaudah deh, ayo kita ke sana, kalau ribut terus gak bakalan jadi jadi ini belanja nya. " jawab Marsel dengan kesal.

Wulan dengan bahagia menarik tangan suaminya ke arah toko tersebut, sedangkan Marsel menyiapkan antisipasi untuk mewaspadai dirinya dari laki-laki letoy tersebut.

"Terimakasih sudah mampir, datang lagi ya. Eh, ada bumil cantik nih, dan—"

Laki-laki yang ditakuti oleh Marsel, yaitu penjual baju tersebut, melihatnya dengan tatapan kagum, itulah saatnya Wulan akan tertawa melihat suaminya yang sangat geli dengan laki-laki letoy tersebut.

"Alamak, ada cowok ganteng, aihh jadi gemesh deh~ "

"Ini suami saya, mas, ja—"

"Kenapa panggil panggil mas?! Panggil eike Dina, D-I-N-A! " ucap laki-laki tersebut menegaskan kepada Wulan.

"Aduh maaf kak Dina, salah sebut tadi. "

"Ngga papa kok, yaudah bumilnis alias ibu hamil yang manis, mau beli apa nih? " tanya penjual tersebut dengan ramah.

"Pakaian bayi ada, kak? " tanya Wulan.

"Aduh, itu jangan ditanya lagi, pasti ada dong, oh ya, mau yang mana? Yang ini, ini, ini, ini, atau yang ini? "

Satu persatu penjual tersebut menunjukkan baju baju bayi yang dirinya punyai, Wulan merasa kagum dan melihat satu persatu baju tersebut, dirinya melihat baju bayi tersebut sambil memujinya.

"Bagus bagus semua ini, aduh, jadi bingung mau milih yang mana. " ucap Wulan tersenyum.

"Pilih yang mana aja boleh kok, bumil, apalagi yang motif bunga dan kupu kupu, duh pasti manis buat anak ceweknya. "

"Loh, bisa nebak darimana kak kalau anak saya perempuan? " tanya Wulan penasaran.

"Bisa dong eike tau, eike tuh udah lihat dari bentuk perutnya si bumil kalau bumil lagi hamil anak cewek, pasti anaknya cantik cantik ini. Kembar juga kan jabang bayinya? " tanya penjual sekali lagi.

"Kenapa bisa tau lagi, kak? " tanya Wulan dengan nada terkejut.

"Perutnya kayak kelihatan lebih besar gitu, udah yakin sih isinya ada dua. Eike tahu ya, gini gini eike pernah tes jadi perawat dong, makanya eike tau mbakyu. "

Disaat Wulan dan penjual Dina tersebut asyik mengobrol, Marsel hanya diam, dirinya tidak ingin terlihat merespon obrolan tersebut, bisa saja dirinya menjadi incaran laki-laki letoy tersebut.

"Ambil yang ini ya, berapa harganya. " tanya Wulan.

"Ini kan ada 6 setelan baju bayi couple, jadi harganya 850 ribu ya, bumil. "

Wulan terkejut dengan harga tersebut, dirinya kemudian memikirkan sejenak dan menatap Marsel, dirinya memilih untuk menawarkan terlebih dahulu.

"Ngga bisa 600 ribu, kak? " tanya Wulan.

"Waduh, janganlah ya, 700 ribu aja deh. Ini bahan bajunya bagus loh, mbak, kualitasnya jangan ditanya lagi, pasti cocok untuk twins baby nya nanti. "

"Mahal banget itu, kak Dina, ayolah. Kalau begitu, 620 ribu aja ya? " tawar Wulan.

Dina kemudian memikirkan harga tersebut, dirinya memikirkan sesuatu dengan melihat kode harga bajunya.

"650 ribu aja ya? Cuma nambah 30 ribu lagi aja, ya? "

"Ngga, 620 ribu pokoknya, nambah adain syarat aja, foto romantis sama suami saya ya, kak? "

Marsel terkejut dengan ucapan Wulan, dirinya yang sedaritadi diam akhirnya kena juga, malah istrinya sendiri yang sengaja membuatnya tambah diganggu oleh Dina.

"Astaga bumil, pikiran eike kok bisa tau sih? Ini pasti kembarnya yang bisikin sama mamanya, kalau minta eike buat dekat sama papinya, ihh, kembarnya so sweet banget, lop lop banget deh ini. " ucap Dina dengan tertawa kegirangan.

Wulan merasa senang, dirinya kemudian mendapatkan harga yang murah, walaupun itu harus ditawar oleh kesepakatan dengan memotret suaminya dan penjual itu.

Bukannya malah fokus, Wulan berusaha menahan tawanya, karena dirinya melihat ekspresi suaminya yang merasa geli ketika laki-laki yang ditakuti suami nya berdekatan dengannya.

Satu persatu gaya mulai ditunjukkan, tetapi Dina masih memiliki batas wajar untuk berpose dengan suami orang, apalagi suami dari pelanggan nya sendiri.

"Ini bajunya, terimakasih sudah datang. "

"Iya kak, terimakasih juga untuk bajunya. " balas Wulan.

"Eh bumil, boleh gak sih megang perutnya? Pengen ngelus-ngelus gitu, biar nular sama kakak perempuan eike yang lagi pengen program bayi kembar. " minta Dina.

Awalnya Wulan melihat ekspresi Marsel yang tidak mengizinkan, tetapi kalau Wulan yang menginginkan nya, Marsel tidak akan bisa membantahnya, akhirnya Wulan menganggukkan kepalanya untuk mengizinkan Dina memegang perutnya.

"Aduh aduh, begini ya rasanya megang perut bumil, apalagi bumil nya punya calon bayi kembar. " puji Dina.

Tak lama kemudian suatu tendangan dari perut Wulan terasa di telapak tangan Dina, Dina terkejut dan bersorak bahagia ketika dirinya mendapatkan tendangan dalam perut ibu hamil.

"Baru kali ini dapat tendangan dua! " ucap Wulan dengan senang.

"Aduh aduh, astaga, kejutan banget ya ini karena bayinya langsung nendang bersama, aktif lagi, ini pasti pas lagi bikin, papanya pasti yang super aktif dalam buat twins baby ini. "

Ucapan Dina membuat Marsel dan Wulan terkejut, Marsel dengan wajah nya yang memerah menunjuk jari telunjuknya ke arah Dina.

"Kalau ngomong, mulutnya dikontrol dikit ya. " tegur Marsel.

"Alamak dimarahin sama calon papa muda yang ganteng, yaudah deh, Dina minta maaf ya. Makasih sudah mampir, bumilnis sama papi cogan, ihh, kedatangan kalian berdua bikin mood eike bertambah. Ini bonus dari eike, sepatu bayi buat twins nya ya. " ucap Dina dengan memberikan dua pasang sepatu bayi.

"Makasih kak Dina, nanti aku langganan lagi ya. "

Wulan dan Marsel kemudian berjalan keluar dari toko tersebut, mereka bergandengan tangan sembari berkeliling di sekitaran pasar.

"Bagaimana bang rasanya dideketin sama cowok yang abang takutin? " tanya Wulan dengan iseng.

"Kamu kayaknya senang ya lihat abang kayak gitu? " tanya Marsel dengan kesal.

Wulan hanya tertawa, dirinya merasa lucu saat mengingat suaminya yang bergidik ngeri, sedangkan dirinya hanya bisa tertawa saja.

......................

Mendekati beberapa minggu menjelang kelahiran, ternyata Wulan sudah diprediksi awal akan melahirkan dua hari selanjutnya, tetapi secara tiba-tiba Wulan ingin melahirkan.

Marsel dengan sigap membereskan barang barang ke dalam mobil untuk Wulan serta barang barang untuk bayi mereka nanti saat dirumah sakit, setelah selesai Marsel memasuki mobilnya dan pergi ke rumah sakit.

Memakan waktu 30 menit, akhirnya Wulan dan Marsel telah sampai, para perawat membawa kasur roda untuk membawa Wulan ke ruang persalinan.

Semua keluarga Marsel telah dipanggil, dengan panggilan mendesak pastinya Salma dan Thomas beserta Misella dan anaknya, Rafael, akan datang ke rumah sakit untuk menyambut kelahiran anak dari Marsel dan Wulan nantinya.

Pembukaan Wulan berjalan cukup cepat, karena Marsel mendampingi Wulan untuk berjalan jalan kecil dan bergerak lebih banyak untuk memperlancar proses pembukaan lahiran nantinya.

"Bang, mulai sakit lagi... " keluh Wulan.

Marsel menggiring Wulan kembali ke kasur, dirinya juga memanggil dokter untuk melihat kondisi istrinya lagi.

"Ini sebentar lagi, siapkan alat alatnya. "

Semua dokter telah memasuki ruangan bersalin, sedangkan keluarga Marsel dipersilahkan untuk keluar dan hanya Marsel saja yang boleh menemani Wulan saat proses melahirkan.

"Jangan ngeden dulu ya, bu, atur nafasnya dahulu dengan baik. " arah dokter yang membantu lahiran.

Wulan mengikuti arahan dari dokter, dengan dirinya yang ditenangkan oleh Marsel, membuatnya tenang walaupun rasa sakitnya terasa.

"Aduh, yang satunya susah sekali, terlilit tali pusar. " ucap dokter tersebut.

Keajaiban secara tiba-tiba datang, salah satu bayi Wulan membantu mendorong bayi satunya lagi untuk keluar, suara bayi pertama mulai terdengar di ruangan.

Satunya lagi akhirnya terlilit tali pusar, membuat dokter kembali terkejut, dokter tersebut berusaha untuk mengeluarkan bayi satunya lagi dan melepaskan tali pusar yang melilit agar bisa selamat.

"Yang satunya ngga nangis, dok. " ucap suster.

Dokter tersebut menyuruh suster untuk memberikan bayinya, kemudian menepuk-nepuk sedikit punggung bayi tersebut agar menangis, tak lama kemudian suara tangisnya terdengar.

"Bagaimana dengan bayi bayi saya, dok? " tanya Marsel.

"Selamat ya pak, kembarnya sudah lahir, semuanya selamat walaupun yang kedua tadi ngga sempat nangis. " jawab dokter tersebut.

Marsel mengucap syukur, karena istrinya serta kedua anaknya menjalani proses melahirkan dengan selamat, Marsel kemudian melihat kembarnya yang berada di inkubator disamping kasur istrinya dan tersenyum.

"Karena perjuangan yang kedua telah membantu yang pertama, ayah akan putuskan bahwa yang lahir kedua adalah kakaknya, karena sudah berkorban bantu kembar satunya untuk keluar duluan. Nama kamu Aleena Marsel Putri Wulandari, kamu Aleesya Marsel Putri Wulandari, selamat datang ke dunia ya, anak anak ayah. "

Marsel menunjuk ke arah kembarnya yang kedua Aleena sebagai kakak, sedangkan yang pertama Aleesya sebagai adik.

Hari ini merupakan hari yang penuh akan perjuangan dari mereka semua, hari kita terlahir bersama.

...****************...

02: Wajah serupa yang sama

...Selamat membaca 🍊...

......................

"Bunda, kami ambil susu yang diatas meja ya. "

Beberapa tahun telah berlalu, terdengar suara lembut dari ruang dapur, terlihat kembar yang sudah beranjak menjadi anak anak, tampak mereka sedang mengambil segelas susu buatan bundanya, Wulan.

"Iya nak, diminum, kalian sarapannya udah semua kan? Bekalnya? " tanya Wulan.

"Sudah bunda. " jawab kedua kembar tersebut bersamaan.

Aleena dan Aleesya kemudian berlari ke luar dengan tas kecil mereka, Wulan menatap lari kecil kembarnya dan menggelengkan kepalanya dengan senyum, dan dirinya melanjutkan masaknya untuk bekal makanan suaminya di kantor.

"Bunda! "

"Ada apa, Aleesya? " tanya Wulan.

"Uang jajan, nanti Lesya sama Lena gak ada jajan. " jawab Aleesya menyodorkan tangan kecilnya kepada Wulan.

Bukan memberikan uang, Wulan hanya menggelengkan kepalanya dan tidak memberikan uang jajan untuk anak-anak nya.

"Ngga, Lesya sama Lena gak bunda kasih uang jajan, nanti kalian beli jajan sembarangan kayak kemarin lagi. " ucap Wulan.

"Ngga kok bunda, kemarin Lena yang mau, iya kan, Lena? " tanya Aleesya menatap ke arah Aleena.

Aleena hanya bisa menganggukkan kepalanya, dirinya bisa mengetahui bahwa kembarnya sangat menyukai jajanan dan dirinya berkorban untuk menjadi korban sementara pengalihan keinginan Aleesya.

"Aleena, kan bunda udah bilang, jangan ajak Aleesya buat jajan sembarangan. Sekali lagi kayak gitu, nanti bunda ngga suruh ayah kasih uang jajan lagi, loh. "

"Iya bunda, maafin Lena ya? " ucap Aleena.

"Iya, sekarang susul ayah ke mobil, bawain juga ini bekal punya ayah, belajar yang baik ya. "

Wulan kemudian membungkuk, dirinya kemudian mencium satu persatu pipi kedua kembarnya, Aleena kemudian salam dengan bundanya, sedangkan Aleesya sudah berlari duluan dengan bekal yang dipegangnya.

"Lesya, tunggu Lena! "

Kedua kembar tersebut berlari ke dalam mobil, mereka dibantu oleh Marsel untuk naik ke dalam mobil.

"Sudah siap? " tanya Marsel.

"Sudah! " ucap Aleena dan Aleesya bersamaan.

......................

Sepanjang perjalanan, Marsel hanya mendengar kedua kembar nya bernyanyi lagu anak anak, dirinya tersenyum ketika melihat kedua kembarnya dengan kompak bernyanyi dari kaca spion tengah.

"Giginya tinggal dua, Lesya. "

"Ngga ih, giginya tinggal tiga, Lena. " bantah Lesya.

"Kenapa jadi ribut, anak anak? " tanya Marsel.

"Ayah, burung kakaktua itu giginya tinggal tiga, kan? " tanya Aleesya kepada Marsel.

"Tinggal dua, nak, itu lagu jaman ayah dulu, ayah masih ingat kalau burung kakaktua itu giginya ada dua. Siapa yang bilang kalau giginya ada tiga? " tanya Marsel.

"Rafael, ayah, dia nyanyi sama kami pas libur kemarin, katanya gigi kakaktua itu ada tiga. "

Jawaban dari Aleesya yang polos tersebut membuat Marsel tersenyum, kembarnya sangat mudah tertipu oleh anak dari adiknya sendiri.

"Ya ngga papa, kalau giginya ada tiga, berarti di kasih bonus buat tumbuh lagi. " ucap Marsel.

Aleena dan Aleesya kemudian tertawa, mereka tertawa karena ucapan Marsel yang menjelaskan seputar lagu yang mereka nyanyikan tadi.

Sesampainya di sekolah dasar, Aleena dan Aleesya dibantu oleh Marsel untuk turun dari mobil, dengan semangat Aleesya ingin mendahului Aleena, sedangkan Aleena ingin bersalaman dahulu dengan Marsel.

"Lesya, jangan pergi dulu, salam sama ayah. " panggil Aleena.

Dengan langkah kecil, Aleesya kembali lagi ke arah Marsel, dirinya kemudian bersalaman dengan Marsel dan mencium pipi Marsel.

"Belajar yang baik ya, anak anak, nanti siang bunda yang bakalan jemput kalian untuk pulang. " ucap Marsel.

"Iya ayah, kami masuk dulu ya, dadah ayah. "

Aleena dan Aleesya bergenggaman tangan bersama dan melambaikan tangannya ke arah Marsel, Marsel melambaikan tangannya ke arah kedua anak nya.

"Halo kembar. "

Aleena dan Aleesya menatap ke arah sampingnya, ternyata itu Rafael yang sedang memanggil mereka.

"Rafa, kata ayah kami, kamu bohong! "

"Bohong? Rafa bohong soal apa? " tanya Rafael.

"Kata kamu kalau kakaktua giginya ada tiga, tapi kata ayah kami giginya ada dua, kamu bohong! " teriak Aleesya.

Rafael tertawa, kedua kembar tersebut ternyata percaya dengan tipuan nya, karena mengingat kedua kembar tersebut masih kelas 2 sekolah dasar, membuatnya mudah untuk menipu kedua kembar tersebut.

"Rafa, ini sepupu kembar yang kamu ceritakan itu ya? Wajahnya sama banget, tapi kamu kenal nama mereka masing-masing, Rafa? " tanya teman Rafael.

"Bisa, dari dulu Rafa sering bermain sama mereka pastinya Rafa kenal, lihat aja dari bulu mata mereka. " jawab Rafael.

Rafael mendekati Aleena dan Aleesya, dirinya kemudian mengenalkan perbedaan kedua sepupu kembar nya.

"Kalau yang Aleena bulu matanya tuh ngga lentik, biasa aja. Kalau yang Aleesya itu bulu matanya lentik sama tebal, alis mata mereka tebal kayak ayah mereka, tapi bulu mata mereka beda, gitu Fan. " jelas Rafael.

Teman Rafael, Fandi, bertepuk tangan ketika Rafael bisa membedakan sepupu kembarnya itu.

"Wah, Rafa hebat bisa bedain kembar, kalau Fandi ngga bisa bedain anak kembar, karena wajah mereka itu sama loh. "

"Iya dong, Rafa. " ucap Rafael membanggakan dirinya sendiri.

Suara bel sekolah mulai berbunyi, semua murid kemudian memasuki kelas mereka masing-masing.

......................

Waktu pelajaran yang akhirnya usai, ditambah dengan aktivitas yang sudah dikerjakan oleh para siswa siswi sekolah dasar, akhirnya mereka semua pulang.

"Lesya! "

Dari kejauhan, sebuah suara memanggil nama Aleesya dari jauh, Aleesya yang sedang menikmati jajanan kemudian menatap ke seberang, dari mobil tampak seorang anak laki-laki yang memanggil nya, Ardiansyah.

"ian! "

Aleesya berlari ke arah mobil Ardiansyah, dirinya kemudian berpelukan dengan Ardiansyah dan tertawa bersama.

"Pulang sama ian aja yok, Lesya. " ajak Ardiansyah.

"Kami ikut! " ucap Rafael dengan semangat.

"Ya sudah, ayo naik ke mobil, ian mau main ke rumah Lesya nanti. "

Aleesya dan Aleena beserta Rafael kemudian masuk ke mobil, mereka kemudian duduk di kursi masing-masing, terkecuali dengan Ardiansyah dan Aleesya, mereka duduk di satu kursi bersamaan.

Sepanjang perjalanan, tampak Aleesya dan Ardiansyah asyik mengobrol berdua, sedangkan Rafael dan Aleena melihat mainan milik Ardiansyah yang berada di jok belakang.

"ian, kalau Lesya sama Lena itu jalan sama sama, ian bisa bedain Lesya sama Lena ngga? " tanya Aleesya.

"Bisa, kalau Lesya itu cantik, tapi Lena juga cantik, eh tapi Lesya lebih cantik, ian suka temanan sama Lesya, Lesya cantik. " puji Ardiansyah.

Masih sekecil itu saja Ardiansyah bisa memikat hati Aleesya, sedangkan Aleesya juga senang ketika dipuji oleh Ardiansyah.

Sesampainya di rumah, para anak anak tersebut disambut oleh Wulan yang sedang duduk di depan teras.

"Bunda! " panggil Aleesya.

Wulan kemudian memeluk kembarnya, sedangkan Rafael dan Ardiansyah bersalaman dengan Wulan, dirinya kemudian menjamui anak anak tersebut dengan camilan yang dipunyai nya.

"Bikinin kami jus ya, bunda. " pinta Aleena kepada Wulan.

Semua anak anak tersebut asyik bermain bersama, hingga mereka duduk dan fokus saling berbagi cerita bersama.

"Tadi temannya Rafa bilang kita sama loh, tapi Rafa hebat, dia bisa bedain kami berdua loh, ian. " ucap Aleesya.

"Iya, ian juga bisa kok bedain Lesya sama Lena. "

Mendengar ucapan Ardiansyah, Rafael kemudian mendekat dan mendengar ucapan Ardiansyah yang membuatnya tertarik.

"Kalau Lena itu cantik, kalau Lesya itu cantik banget, ian bisa kan bedain. " ucap Ardiansyah.

"ian cuma bisa puji Lesya aja, gak bisa bedain. Lena juga cantik kok, dasar ian aja yang gak bisa bedain. " bantah Rafael.

"Ngga ih, Lesya emang cantik banget kok, Rafa tuh yang gak tau. " bantah Ardiansyah.

Wulan datang dengan membawa empat gelas jus buah untuk anak anak, dirinya kemudian melihat kedua anak laki-laki itu berkelahi.

"Hei, kenapa kalian berdua? " tanya Wulan.

"Ini, bunda Wulan, kata Rafa si Lesya tuh gak cantik, dia puji Lena aja yang cantik, si Lesya nya ngga. " ucap Ardiansyah dengan kesal.

"Ngga kok, Rafa cuma bilang kalau ian gak bisa bedain Lesya sama Lena, itu aja kok, bunda Wulan. " bantah Rafael.

Wulan melihat kedua anak laki-laki tersebut, dirinya kemudian tersenyum, ternyata hanya perdebatan biasa anak kecil ketika memuji seseorang, apalagi kedua anaknya yang sedang dilibatkan oleh Rafael dan Ardiansyah.

"Cantik semua kok mereka, lihat tuh, wajahnya aja serupa dan sama kan? Ardian aja sampai susah mau bedakan mana Lesya sama Lena. " ucap Wulan.

"Ngga, pokoknya Lesya yang cantik, bunda Wulan. " bantah Ardiansyah.

"Iya, Lesya nya cantik ya. Kalau Lesya cantik, bunda minta pesan sama Ardian dan Rafael, jaga kedua kembarnya bunda ya, entah itu Aleena atau Aleesya, bunda titip buat jagain mereka kalau udah gede nanti ya? " tanya Wulan.

Ardiansyah dan Rafael kemudian mengangkat tangan hormat, mereka menyetujui permintaan bunda Wulan mereka untuk menjaga Aleena dan Aleesya, walaupun nantinya Ardiansyah akan ribut lagi soal Aleesya kepada Rafael.

"Pintar, sekarang diminum jus nya ya. Nanti kalau lapar, panggil bunda, bunda mau jemur baju dulu dibelakang. " ucap Wulan.

"Baik, bunda. " ucap keempat anak tersebut secara bersamaan.

Mereka menikmati jus buah buatan Wulan, kemudian bermain bersama kembali.

...****************...

03: Hukumanmu adalah hukuman ku

...Selamat membaca 🍊...

......................

Waktu telah berlalu, tahun berganti tahun, kedua kembar yang sebelumnya penuh dengan tawa dan tingkah usilnya setiap pagi belum pudar sama sekali, bedanya sekarang mereka sudah beranjak dewasa dan sudah menjadi anak remaja sekolah menengah atas.

"Bang, kembar sudah bangun? " tanya Wulan yang sedang memasak.

"Haduh sayang, kamu ngingetin mereka udah kayak mereka masih kecil aja? Kan mereka capek tuh, biarin aja tidur bentar. " jawab Marsel.

Kedua pasangan berkepala tiga tersebut tampak sedang berdebat di dapur, itu adalah Wulan dan Marsel yang sudah menjadi orangtua yang sesungguhnya.

"Bukan masalah capek atau ngga nya itu, bang, ini masalahnya kembar kita udah hampir terlambat masuk sekolah. Apa abang mau kembar bakalan gak dapat ilmu sehari kecuali ada berhalangan gak bisa sekolah? " tanya Wulan.

Marsel menatap ke arah jam dinding, dirinya menepuk keningnya dan segera bergegas ke kamar kedua kembarnya untuk membangunkan kembarnya yang tertidur.

"Oh iya, abang bakal bangunin kembar, Lena, Lesya... "

Di satu kamar bersamaan, Aleena dan Aleesya bangun bersamaan, mereka membereskan barang barang mereka sembari berkemas agar bisa cepat selesai.

'Kembar, kalian sudah kesiangan. ' panggil Marsel dari luar pintu.

"Iya, ayah, kami lagi siap siap. " ucap Aleesya.

Dengan tergesa-gesa, kedua kembar tersebut berlari keluar kamar bersamaan, mereka bergegas ke dapur untuk bersalaman dengan Wulan dan memutuskan untuk segera pergi tanpa sarapan terlebih dahulu.

"Kembar, kenapa kalian ngga sarapan dulu, nak? " tanya Wulan.

"Sudah mau terlambat, bunda, kami ngga mau harus nunggu depan gerbang gara-gara terlambat. " ucap Aleena dengan memakai sepatunya.

Wulan menggelengkan kepalanya, dengan sepiring nasi berisi lauk yang telah di masaknya tadi, dirinya menyodorkan satu persatu suapan ke mulut kembarnya.

"Bunda, disuap begini rasanya kayak masih kecil dulu. " ucap Aleena.

"Mau kalian bilang apapun, dimata bunda sama ayah, kalian itu anak kecil. Sudah, sekarang lanjutkan lagi makannya, jangan sampai kalian terlambat dengan perut kosong. "

Selesai makan yang disuapi oleh Wulan dan memakai sepatu, Aleena dan Aleesya bersalaman dengan Wulan dan Marsel, bergegas menaiki satu motor bersama untuk pergi ke sekolah bersama sama.

"Kami pergi ya, ayah, bunda. " ucap Aleena.

"Hati hati di jalan, anak anak. " ucap Marsel dan Wulan bersamaan.

......................

Kali ini Aleesya yang membawa motor, dengan Aleena yang memeluk perut kembarannya agar tidak terjatuh, mereka menikmati perjalanan mereka menuju ke sekolah.

"Len, kita bolos sehari, yuk? " ajak Aleesya.

"Ngga ah, nanti kita diabsen alpa sama guru yang ngajar, Lesya. Kamu udah kena beberapa kali loh, Lesya. " tolak Aleena.

"Iya deh, ini kamu semangat mau ke sekolah karena lihat Yoga ya? " tanya Aleesya.

"Hubungan sekolah sama Yoga apaan, Lesya? " tanya Aleena.

"Kan kamu tuh naksir sama dia, aku yakin kamu semangat sekolah karena ada Yoga, kan? " tanya Aleesya sekali lagi.

Tanpa menjawab, Aleena menepuk pundak saudara kembarnya itu, sedangkan Aleesya tertawa dengan mengendarai motornya.

Sesampainya di sekolah, memakan waktu 20 menit, akhirnya mereka telah sampai, Aleena turun dari motor dan Aleesya yang memarkirkan motor mereka.

"Lesya, aku duluan ke kelas ya. " ucap Aleena.

"Oh iya, Lena, ngga papa duluan, aku juga nanti mau ke kantin. "

Aleena terkejut dengan ucapan kembarnya, dirinya berjalan kembali ke parkiran dan menarik tangan Aleesya, Aleena tidak akan membiarkan kembarnya untuk bolos kembali dengan teman teman dari kembarnya itu.

"Ihh Lena, jangan tarik tarik gitu. " rengek Aleesya.

"Ngga, pokoknya kamu ngga boleh bolos lagi, Lesya, ayah kalau tahu ini bisa habis kamu dimarahinya. "

Aleena dan Aleesya memasuki ruang kelasnya, terlihat para murid yang masih bersantai, membuat kedua kembar itu kebingungan.

"Kok pada santai semua mereka ya? " tanya Aleena.

"Feeling yang agak bagus, tapi tidak sepenuhnya bagus ini—" tebak Aleesya.

"Ba! "

Aleesya terkejut, dirinya kemudian menghadap ke belakang dan melihat siapa yang mengejutkannya.

"Ishh, siap—"

Ucapan Aleesya terpotong, dirinya kemudian terdiam melihat di belakangnya, itu adalah Ardiansyah.

Aleesya kembali menormalkan sifat emosian nya, dirinya kemudian bersikap kalem dan menatap Ardiansyah dengan halus.

"Kenapa sih, manis? Kok marah marah terus sih? " tanya Ardiansyah.

"Eh, ngga kok, ngga marah, tadi tuh cuma kaget biasa aja, ian. Aku terkejut gitu sama Lena, makanya begitu. Aku ngga marah kok, suer. " jelas Aleesya.

Melihat bahwa saat itu tidak tepat untuk menimbrung, Aleena meninggalkan Aleesya yang sedang asyik bercerita dengan Ardiansyah, dirinya memutuskan untuk duduk di kursi nya tepat bersebelahan dengan teman laki-laki nya.

"Lena, pekerjaan rumah yang dikasih kemarin itu, kamu udah atau belum? " tanya teman sebelah Aleena.

"Ya, udah kok, belum saat dikumpulin aja, aku sudah ngerjainnya, Yoga. " ucap Aleena.

"Oh, boleh nyontek ngga? Aku belum sama sekali soalnya, masih bingung dengan penjelasan guru kemarin, Lena. " ucap Yoga dengan malu malu.

"Ngga ah, kamu harus kerjain sendiri aja, lagipula jam masuk bentar lagi loh, kita bakalan belajar. " tolak Aleena.

"Siapa bilang hari ini belajar, manis? " tanya Yoga.

"Eh, terus, kalau ngga belajar—"

"Guru rapat soalnya, kita jam kosong, gak bakalan ada guru kalau lagi rapat gitu. Ayolah, Lena, sekali ini aja. " mohon Yoga.

"Okelah, yang bagian ini aja, seterusnya kerjain sendiri ya. " ucap Aleena menyodorkan bukunya.

"Ngga ikhlas banget sih, Lena, berbagi itu kan dapat pahala. "

"Masalahnya kalau berbagi contekan kayak gini juga percuma, menambah pahala tuh ibadah sama sedekah, gimana sih. " bantah Aleena.

"Ah, boleh ya? "

Aleena menyerah, dirinya kemudian menganggukkan kepalanya dan menyerahkan bukunya tersebut dengan teman sebangku nya.

......................

Dering bunyi bel telah berbunyi, para siswa-siswi kemudian duduk, mereka sangat santai, sebagian duduk di atas meja dan mengobrol, selebihnya lari ke kantin untuk jajan dan dibawa ke kelas.

Aleena merasa bosan memainkan gawai nya, dirinya menatap ke arah belakangnya, tepatnya bangku tempat kembarnya dan Ardiansyah, tampak kembarnya yang sedang bersender di bahu Ardian dan berfoto bersama, ingin menegur tetapi tak ingin menyakiti perasaan kembarnya sendiri.

"Sial, guru MTK woi! "

Mendengar informasi mendadak dari penjaga pintu kelas, semua siswa-siswi kelas XII IPA 1 itu langsung duduk, mereka tidak menyangka bahwa guru yang dianggap mengikuti rapat itu akan masuk kelas.

Aleena mengambil langsung bukunya, Yoga yang sedang menulis langsung terkejut dan menutup langsung bukunya, para murid kemudian diam dan menatap guru mereka.

"Hari ini guru guru sedang rapat, kebetulan saya belum sama sekali dipanggil untuk menghadiri, saya akan minta satu persatu tugas yang saya berikan kepada kalian untuk dikumpulkan dan akan saya koreksi. Sekarang, silahkan bukunya dikumpulkan ke depan. "

Sebagian murid berubah ekspresi nya, sebagiannya lagi mulai mengumpulkan bukunya tersebut, Aleena melihat kembarnya yang sedang berdiskusi di belakang, tampak sekali mungkin kembarnya tidak mengerjakan tugas yang diberikan.

"ian, kamu sudah ngerjain tugasnya? " tanya Aleesya.

"Sudah kok, ini tugasnya mau aku kumpulin, kamu belum? " tanya Ardian.

Aleesya menggelengkan kepalanya, dirinya merasa cemas akan dihukum oleh guru matematika yang terkenal ganas itu.

Aleena menatap kembarnya yang tampak resah, dirinya kemudian berdiri dan menarik tangan Yoga dengan membawa bukunya, menuju ke meja guru dan menyerahkan bukunya.

"Aleena, seperti biasa, kamu selalu selesai mengerja—"

"Tidak, saya lupa mengerjakannya, ini milik kembaran saya, Aleesya. Saya tidak mengerjakannya, dan saya tidak membawa bukunya, begitupun teman saya yang berada di samping saya. " jelas Aleena.

Aleena kali ini mengalah dan berbohong, dirinya rela untuk dihukum karena mengingat kaki kembarnya yang sempat terkilir, tak tega rasanya jika dirinya melihat kembarnya yang akan berlari secara tertatih tatih karena menahan rasa sakit di kakinya.

"Baik, sekarang kamu sama temanmu lari di lapangan 6 keliling, mengerti? "

"Baik, saya akan laksanakan. "

Aleena keluar dari kelasnya bersama Yoga, sedangkan Aleesya menatap kembarnya yang pergi keluar karena hukuman yang harus ditanggung akibat dirinya, dirinya merasa bimbang untuk mengatakan hal yang sebenarnya kepada guru matematika tersebut.

Aleesya merasa bimbang, kemudian bahunya dipegang oleh Ardian, tampak Ardian akan menyampaikan sesuatu kepada Aleesya.

"Kalau kamu ngerasa, susul aja kembarmu, kasihan tuh kalau dia harus tanggung hukuman mu. " ucap Ardian.

Aleesya memikirkan ucapan Ardian, baginya benar untuk benar-benar bertanggungjawab atas kesalahan yang telah diperbuatnya, dan sekarang waktunya Aleesya akan mengungkapkan yang sebenarnya kepada gurunya itu.

"Permisi bu. " ucap Aleesya dengan mengangkat tangannya.

"Ya, ada apa, Aleesya? "

Aleesya berjalan ke arah meja guru, dengan kakinya yang berjalan dengan baik tetapi masih terasa nyeri, dirinya berjalan ke arah gurunya dan menghampiri nya.

"Kenapa, Aleesya? " tanya guru matematika tersebut.

"Saya yang seharusnya dihukum, bu. " jawab Aleesya.

Guru matematika tersebut mengerutkan keningnya, dirinya masih merasa bingung dengan ucapan Aleesya, dan bertanya kembali seraya memastikan bahwa benar-benar mendengar ucapan Aleesya.

"Dihukum soal apa? "

"Saya pantas dihukum, saya sebenarnya tidak mengerjakan tugas yang ibu berikan kemarin, saya akan menerima hukuman dari ibu, untuk mengurangi hukuman yang ditanggung oleh kembaran saya. " ucap Aleesya.

"Jadi, sebenarnya Aleena yang benar-benar mengerjakan tugasnya, sementara dirinya bilang kamu yang mengerjakan tugas dari saya? " tanya guru matematika tersebut kepada Aleesya.

"Iya, keliling 6 kali kan, bu? " tanya Aleesya.

"Ya, silahkan, dan suruh kembarmu untuk berhenti dan masuk ke kelas kembali. "

"Baik bu. " jawab Aleesya.

......................

Di lapangan, tampak Aleena dan Yoga yang sedang berlari, dengan murid-murid lainnya yang ikut dihukum karena tidak mengerjakan tugas yang diberikan.

Aleena dengan semangat dan berusaha mengatur nafasnya untuk berlari, sementara Yoga sedaritadi mengeluh karena mengingat hukuman yang diberikan oleh guru matematika mereka.

"Semangat, Yoga. " ucap Aleena.

"Iya, aku bakalan semangat. " ucap Yoga.

"Aleena. "

Seseorang memanggil Aleena, Aleena menatap ke arah lorong kelas, tampak Aleesya yang berjalan ke arah nya.

"Loh, kenapa kamu disini, Lesya? " tanya Aleena.

Tanpa menjawab, Aleesya langsung berlari untuk mengitari lapangan, Aleena merasa cemas, karena kembarnya yang mengalami cidera pada kaki nya, membuat Aleena langsung mengejar kembarnya tersebut.

"Aleesya, Aleesya...! " panggil Aleena.

Aleesya menatap ke arah belakangnya, Aleena mengejarnya dengan wajah yang memerah dan nafas yang terengah-engah.

"Kenapa, ada apa, Aleena? " tanya Aleesya.

"Lesya, kan kakimu kemarin habis terkilir, harusnya kamu ngga usah ikut dihukum kayak beginian. Aku ikhlas kok buat gantiin kamu, kamu kembali lagi ke kelas, ya? " bujuk Aleena.

"Ngga, hukuman mu adalah hukuman ku, sekarang biarkan aku yang tanggung, terimakasih sudah berkorban untuk menanggungnya. " ucap Aleesya.

Aleena tersenyum, dirinya terharu karena kali ini kembarnya bisa bertanggungjawab atas kelalaian tugas yang dilakukan oleh kembarnya sendiri, yaitu tidak mengerjakan tugas pekerjaan rumah dari guru matematika nya.

Selesai dari hukuman, para murid yang terkena hukuman duduk di lapangan dan berteduh, mereka kecapaian dan ingin beristirahat sejenak, beralih alih ingin mengambil nafas terlebih dahulu.

"Ke kantin yuk, haus soalnya. " ajak Yoga.

"Tapi, nanti kita masuk ke kelas lagi, apa ngga papa? " tanya Aleena.

"Ya ampun, kembarku tersayang, sebentar lagi tuh kita mau langsung pulang karena guru mau rapat. Ayolah, sekali nakal tuh ngga papa lah, daripada kamu capek begini. Masalah nanti dimarahin, nanti aku minta tolong Ardian, kan papi nya itu pendonor dana terbesar di sekolah kita ini, bisa lah nanti kita minta Ardian untuk mewakili kita. " jawab Aleesya dengan santai.

Aleena berdengung, belum menjawab saja, tangannya sudah ditarik oleh kembar dan temannya sendiri untuk segera ke kantin.

"Ingat, hukumanku adalah hukuman mu, Lesya. "

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!