Brak!
"Hentikan omong kosong itu, Lucia!!" bentak Lucifer dengan menggebrak meja makan di hadapan anak gadisnya yang hari ini genap berusia 17.000 tahun.
Semua anggota keluarga yang berada di meja makan tersebut hanya diam melihat kemarahan sang raja iblis pada anak gadisnya yang baru saja meniup lilin ulang tahunnya.
"Apa yang salah, papa? Aku hanya ingin merasakan cinta." jawab Lucia dengan nada bicara datar, ciri khas gadis tersebut. "Apa Tuhan tidak menciptakan iblis dengan rasa cinta?"
"Kau sudah berusia 17.000 tahun seharusnya kau tahu itu hal yang tidak dimiliki iblis!! Cepat masuk ke kamarmu!!" Perintah sang raja iblis.
"Suatu saat aku akan membakarmu menjadi abu, papa, karena aku tidak memiliki sesuatu yang disebut cinta di dalam diriku padamu." ucap Lucia dengan tatapan dan nada bicara yang datar.
"Ya, aku pun sama sepertimu. Jika Tuhan tidak melarangku membakar semua iblis yang ada di neraka ini, aku sudah membakarmu sejak kau meminta permintaan mustahil tadi." jawab Lucifer.
Dengan langkah santai Lucia beranjak dari tempat duduknya meninggalkan semua orang yang hadir ke pesta ulang tahunnya.
"Dari ketiga makhluk ciptaan Tuhan kenapa aku harus menjadi iblis?" gumam Lucia sambil berjalan masuk ke ruangan yang di sebut kamar.
Di kamar tersebut tak ada tempat tidur karena iblis tidak tidur. Bahkan di dalam ruangan tersebut tidak ada benda apapun dan hanya ada layar besar seperti televisi. Layar itu menampilkan seluruh umat manusia di muka bumi yang menjadi target para iblis untuk menjerumuskan manusia ke neraka.
Lucia menghidupkan layar tersebut dengan sebuah remote. Diganti-gantinya "saluran manusia" yang menjadi targetnya. Hingga dirinya berhenti di saluran manusia yang merupakan seorang pemuda.
Pemuda tersebut bekerja di sebuah restoran cepat saji, sedang melayani seorang pembeli yang meletakan handphonenya di meja kasir dan langsung berjalan pergi. Muncul informasi di layar televisi mengenai masalah yang sedang dihadapi pemuda itu ketika ia melihat handphone yang ditinggalkan oleh pemiliknya.
Lucia langsung menekan tombol speaker di remote-nya. "Ambil handphone itu, kau membutuhkan uang untuk bayar sewa rumahmu yang sudah menunggak dua bulan."
Gadis iblis itu terus berusaha mempengaruhi pemuda itu untuk berbuat dosa.
"Maaf, handphone-mu tertinggal." seru pemuda yang adalah target Lucia.
Dengan kesal Lucia membanting remote televisi karena sudah gagal mempengaruhi pemuda tersebut.
"Ini semua pasti karena si malaikat yang penuh cinta itu!!" gumam Lucia. "Sialan!! Aku ingin tahu apa rasanya memiliki cinta."
Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan muncul sahabat Lucia bernama Phoebe. Lucia melihat kehadiran sahabatnya yang selalu tampak ceria itu dengan tatapan datar.
"Lucia, papamu benar-benar sangat marah. Kemarahan raja iblis memang sangat menakutkan." ujar Phoebe mendekati Lucia yang berbaring santai di lantai merah. "Dia mempengaruhi banyak manusia untuk bunuh diri, hingga saat ini lubang neraka penuh sesak."
Lucia tidak menggubris ucapan temannya itu. Ia berbaring santai dengan kedua tangan yang terlipat ke belakang dijadikan alas kepalanya dan kakinya yang terlipat satu digoyang-goyangkannya.
"Kau dengar tidak?" tanya Phoebe kesal. "Ah, kau ini. Kenapa kau sangat ingin merasakan cinta? Itu mustahil untuk iblis."
"Aku menyesal menjadi iblis, pekerjaan iblis lebih sulit dari pada malaikat, karena manusia memiliki rasa cinta sehingga mereka lebih banyak mendengarkan malaikat." jawab Lucia.
"Manusia juga memiliki rasa iri dan benci, itu yang membuat mereka mendengarkan kita." sahut Phoebe. "Oh iya, aku dengar Tuhan baru saja memberikan sebuah apel kehidupan di tahun ini."
"Apel kehidupan? Apa itu?"
"Ya ampun kau bahkan tidak tahu mengenai buah kramat itu?" ujar Phoebe heran. "Itu buah untuk iblis yang akan diutus ke dunia manusia, yang mempunyai misi penghancuran. Iblis yang memakannya akan menjadi manusia selama setahun jangka misinya."
"Benarkah?" tanya Lucia langsung bangkit duduk.
"Ya, tapi iblis berprestasi yang akan diutus setiap tahunnya." jawab Phoebe. "Yang pasti bukan kau, bahkan kau hari ini belum berhasil menjerumuskan manusia pada dosa."
"Ya aku juga tahu." Lucia kembali berbaring dengan tidak semangat.
"Tapi jika kau ingin merasakan cinta bukankah satu-satunya jalan kau harus ke dunia manusia, dan belajar dari mereka langsung?" seru Phoebe.
Lucia tidak menghiraukan perkataan Phoebe dan kembali melihat ke layar televisi, pemuda tadi sedang berjalan bersama teman wanita di tempat kerjanya, dan saat ini mereka berada di tempat yang gelap. Muncul informasi kalau pemuda itu mencintai gadis yang sedang bersama dengannya.
"Kau harus menciumnya!! Cium dia segera karena tak ada siapapun yang melihat kalian!!" seru Lucia berbicara melalui remote.
Pemuda itu menghentikan langkahnya dan menghadap gadis yang melihat ke arahnya juga tangan kanannya terjulur ke arah gadis itu. Lucia dan Phoebe menunggu apa yang akan dilakukan pemuda itu.
"Ada kecoak di pundakmu." seru pemuda itu menyingkirkan kecoak dari pundak gadis yang dicintainya.
Lucia semakin merasa kesal karena usahanya sia-sia lagi. Dia masih belum berhasil mempengaruhi satupun manusia untuk berbuat dosa.
"Dia pasti sangat mencintai gadis itu makanya dia tidak mendengarkan bisikanmu." ucap Phoebe.
Lucia menoleh pada Phoebe dengan sebuah pikiran terlintas dalam benaknya.
...****************...
Di dunia manusia, pemuda bernama Legolas Greenville baru saja sampai di depan rumah yang disewanya. Pemilik rumah yang tinggal di samping rumah yang disewanya keluar dan menghentikan langkah pemuda itu.
"Olas, kapan kau bayar uang sewa dua bulan yang sudah menunggak?" tanya seorang wanita berusia empat puluhan.
"Awal bulan akan aku bayar." jawab Legolas.
Setelah mendengar ceramah pemilik rumah yang disewanya, pemuda itu masuk ke dalam rumah yang ukurannya hanya 5x5 m² tersebut. Ia membuang napas dengan rasa lelahnya.
"Seharusnya tadi aku ambil saja handphone itu." gumam Legolas dengan raut wajah menyesal. "Ah, tidak, mencuri tidak baik, aku tidak akan mendengarkan perkataan iblis sialan itu!!"
Dengan langkah yang gontai Legolas masuk ke kamar mandi dan langsung membuka pakaiannya untuk mandi. Ia kembali teringat kejadian tadi ketika berjalan pulang bersama Chloe.
"Hampir saja aku mendengarkan perkataan iblis itu, untung saja ada kecoak di pundaknya tadi, kalau tidak aku pasti sudah menciumnya. Bagaimana kalau sampai aku menciumnya tadi? Chloe pasti akan membenciku." ujar Legolas di bawah pancuran keran air.
Sehabis mandi, pemuda itu keluar kamar mandi sambil mengusap badannya dengan handuk kecil tanpa menutupi bagian bawahnya karena ia hanya tinggal sendiri di rumahnya tersebut, sehingga ia bebas berjalan ke mana-mana tanpa pakaian.
Ketika ia melangkahkan kakinya hendak mendekati lemari pakaiannya, tiba-tiba ia merasakan hawa panas di rumahnya. Dan entah kenapa tempat ia berpijak saat ini semakin lama, rasanya semakin memanas.
"Ada apa ini? Apa yang terjadi?"
Dengan cepat Legolas menghindar dari tempatnya berdiri dan mencari tempat yang tidak terlalu panas. Dirinya terhentak ketika melihat lingkaran api muncul di lantai rumahnya dan setelahnya lantainya ambruk ke bawah dengan hawa panas yang semakin terasa.
Dengan bingung Legolas melongok ke bawah. Dirinya semakin terkejut ketika melihat ada sosok yang keluar dari bawah lantai kamarnya yang ambruk. Seorang gadis berambut hitam sebahu bermata merah dan memiliki dua tanduk kecil di kepalanya dengan sekujur tubuhnya memancarkan api yang berkobar-kobar.
"Ka... kau siapa?" Pekik Legolas sangat terkejut ketika melihat kehadiran seorang gadis iblis dari dalam lantai rumah yang belum dibayar dua bulan tersebut.
Sosok itu menatap dengan tatapan datar tanpa ekspresi pada pemuda yang sangat kebingungan.
Dialah si gadis iblis, Lucia.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Lucia menyelinap masuk ke dalam ruangan rapat para iblis yang sedang berlangsung dengan dipimpin sang raja iblis Lucifer. Rapat tersebut di ikuti oleh para iblis berprestasi yang ada di neraka, salah satunya adalah kakak laki-laki Lucia bernama Lucas.
"Kenapa kau kesini bodoh?" Lucas tampak geram pada adik perempuannya. "Papa akan langsung membakarmu jika dia melihatmu!!"
"Di mana apel itu?" Tanya Lucia tidak peduli pada perkataan kakaknya. "Siapa yang akan pergi ke dunia manusia?"
"Leviathan, jodohmu." Jawab Lucas.
"Levi?" Lucia tampak terkejut.
Ia langsung melihat ke sosok iblis pria yang berdiri tidak jauh dari ayahnya. Seorang Iblis pria yang selalu menunjukan senyum dengan mata yang hampir tertutup membuatnya tampak menyeramkan walau memiliki wajah yang tampan.
"Dia akan ke dunia manusia dan akan berada di sana selama satu tahun waktu manusia dan seribu tahun waktu iblis. Kau pasti akan merindukannya."
"Diamlah, kata rindu hanya ada ketika ada rasa cinta. Iblis tidak memilikinya!!"
"Pergilah, sebentar lagi akan dimulai penghapusan dosa kekal padanya. Kau bisa menemuinya sebelum dia memakan apel itu."
"Di mana apel itu?" Tanya Lucia penasaran.
"Kamar papa." Jawab Lucas.
Setelah mendapatkan jawaban yang diinginkan, Lucia bergegas menuju kamar sang raja iblis. Namun langkahnya terhenti ketika melihat penjaga di depan kamar tersebut. Tanpa pikir panjang, gadis itu mengeluarkan bola api yang sangat besar yang hanya dimiliki keturunan raja iblis dan membakar para penjaga dalam sekejap. Untuk iblis membakar sesama iblis tanpa persetujuan Tuhan adalah perbuatan dosa. Lucia tidak memedulikan hal tersebut.
"Ternyata semakin usiaku bertambah bola apinya semakin besar." Ucap Lucia sambil berjalan santai membuka pintu kamar ayahnya.
Ia mencari di mana buah apel kehidupan yang ingin didapatkannya demi bisa ke dunia manusia. Hingga akhirnya Lucia membuka sebuah keranjang yang berisi satu buah apel. Tanpa ragu ia mengambilnya.
"Selamat tinggal neraka." Ujar Lucia setelah itu memakan apel kehidupan.
...****************...
Di kota kecil bernama Kryvcraz hidup seorang pemuda biasa-biasa saja berusia dua puluh tahun yang hidup pas-pasan cenderung kurang dengan gajinya yang sebagai pelayan di restoran cepat saji. Pemuda tanpa keahlian khusus dan berwajah standar masyarakat kota itu bernama Legolas Greenville.
Pemuda yang hanya hidup sendiri karena besar di sebuah panti asuhan itu, terkejut ketika lantai rumahnya ambruk dan muncul sesosok gadis bertanduk dengan mata berwarna merah.
"Siapa kau? Kenapa kau muncul dari bawah?" Tanya Legolas dengan wajah tercengang karena tidak bisa mempercayai apa yang dilihatnya saat ini.
Lucia gadis berwajah datar melangkah keluar dari lingkaran pintu yang dibuatnya, lalu menutup kembali lubang tersebut untuk menghilangkan jejak dirinya yang kabur dari neraka. Tubuhnya masih mengobarkan api yang membuat pakaian gadis itu sedikit demi sedikit terbakar.
Legolas memperhatikan apa yang terjadi pada gadis yang ada di hadapannya saat ini, pakaiannya terbakar.
"Bagaimana ini? Aku tidak bisa menghentikan kobaran api di tubuhku?" Tanya Lucia bingung walau hanya memutar matanya tanpa melakukan sesuatu. "Jadi itu alasannya kenapa sebelum pergi ke dunia manusia diadakan ritual penghapus dosa kekal?" Lucia tampak diam berpikir tanpa memedulikan pakaiannya yang hampir semua terbakar.
Legolas menatap aneh pada Lucia namun ia melihat pakaian gadis itu hampir membakar semua pakaiannya hingga memperlihatkan bagian yang seharusnya tidak ia lihat. Dengan cepat pemuda itu memadamkan kobaran api di tubuh Lucia menggunakan handuk yang di bawanya. Hingga tampa sadar kalau dirinya pun tidak berpakaian.
"Aku pikir manusia mempunyai rasa malu? Tapi ternyata tidak semua manusia." Ucap Lucia memperhatikan Legolas yang masih sibuk memadamkan kobaran api di tubuhnya.
Legolas yang masih berusaha memadamkan api tidak memedulikan perkataan gadis aneh yang ada di depannya. Bahkan ia merasa tidak enak dengan mencoba menutup matanya karena pakaian Lucia sudah terbakar sepenuhnya sehingga gadis itu telanjang.
Entah bagaimana usaha pemuda itu menghentikan kobaran api di tubuh Lucia berhasil. Ia segera menutupi tubuh Lucia dengan seprei yang melapisi kasur lantainya.
"Kau menutupi tubuhku tapi kenapa tidak menutupi tubuhmu sendiri?" Tanya Lucia dengan tatapan ke arah bawah, bagian sensitif Legolas.
Pemuda itu tersadar kalau sejak tadi dirinya tidak berpakaian, secepatnya ia langsung masuk ke kamar mandi dan memakai pakaian yang sebelumnya ia pakai.
Lalu berjalan keluar kembali ke arah Lucia yang masih berdiri di tempatnya tadi. Legolas menatap aneh gadis itu, memperhatikan tanduk kecil yang ada di kepalanya. Dia juga mencerna apa yang terjadi barusan. Gadis itu muncul dari bawah tanah dengan api yang berkobar-kobar di tubuhnya.
"Kau seorang iblis?" Tanya Legolas setelah mendapatkan jawaban. "Tidak mungkin, kau pasti hanya pesulap. Itu semua tadi hanya trik sulap yang kau mainkan 'kan?"
"Aku iblis." Jawab Lucia. "Aku anak dari raja iblis, Lucifer."
"Benarkah?" Dari tatapannya terpancar keraguan.
Legolas maju mendekat Lucia dan dengan tangan kanannya menyentuh tanduk yang ada di atas kepala Lucia. Tangannya terbakar karena tanduk tersebut sangat panas, hingga Legolas meringis kesakitan.
"Karena tidak melakukan ritual penghapusan dosa kekal, tubuhku masih memancarkan panas neraka. Tapi tenang saja, ini tidak akan membakar benda yang ada disini, hanya manusia yang tidak akan kuat dengan rasa panasnya. Karena itu juga tandukku tidak hilang karena aku tidak melakukan ritual itu." ujar Lucia.
"Ja— jadi benar kau iblis?" Legolas tampak terkejut walau masih ada keraguan di dirinya.
Lucia mengangguk mantap.
"Kenapa kau ada di sini? Kenapa kau ada di rumahku?" Tanya Legolas terlihat kesal.
"Aku kabur dari neraka."
"Kabur? Neraka?" ujar Legolas semakin bingung. "Apa alasanmu hingga kau kabur dari neraka? Dan kenapa harus muncul dari bawah tanah rumahku?
"Untuk merasakan sesuatu." jawab Lucia ringan. "Aku rasa kau bisa membantuku merasakannya."
Legolas bingung dengan jawaban Lucia yang tidak jelas. Merasakan sesuatu apa? Tiba-tiba pikirannya menjadi mengarah ke hal-hal negatif hingga tanpa sadar pemuda itu menyilangkan kedua tangannya ke dadanya dengan agak menyampingkan badannya melihat Lucia.
"Iblis juga memiliki rasa itu tidak mungkin aku datang ke dunia manusia hanya untuk merasakan sifat yang dikuasai iblis." jawab Lucia dengan lirikan kesal.
"Lalu apa?" Legolas bertolak pinggang tidak sabar mendengar jawaban gadis itu.
"Aku tahu kau tidak mendengarkan bisikan aku tadi untuk mencium gadis yang kau suka." ujar Lucia. "Karena itu aku memilihmu dan muncul di rumahmu ini. Aku ingin merasakan satu-satunya hal yang tidak dimiliki oleh iblis."
"Iya, apa itu?"
"Cinta." jawab Lucia. "Ajari aku agar aku merasakan cinta. Aku tahu kau tidak mencium gadis itu karena rasa cintamu padanya kan? Aku ingin tahu seberapa besar kekuatan rasa itu hingga manusia menolak semua bisikan iblis."
Legolas mematung mendengar jawaban gadis iblis tersebut. Apa yang diucapkan olehnya terdengar sangat aneh. Seorang Iblis ingin merasakan cinta? Tanpa sadar Legolas tertawa.
"Apa ada yang lucu?" tatap Lucia.
"Kau sendiri bilang satu-satunya hal yang tidak dimiliki iblis adalah cinta, lalu apa itu mungkin?"
"Karena itu aku datang ke dunia manusia dan memilihmu yang sedang merasakan hal yang disebut cinta itu." ucap Lucia meyakinkan. "Sebagai gantinya aku akan membantumu mendapatkan uang tambahan untuk membayar uang sewa tempat ini yang sudah nunggak dua bulan."
Legolas terdiam untuk memikirkan semuanya. Penawaran itu terdengar bagus untuk dirinya yang sedang membutuhkan uang untuk bayar tunggakan sewa rumah.
"Siapa namamu? Kau punya nama kan?" tatap Legolas menatap mata Lucia dengan dekat.
"Namaku Lucia, tapi karena aku kabur dari neraka dan mereka pasti akan mencariku, aku mengubah namaku menjadi Cia."
"Apanya yang diubah? Kau hanya mengambil tiga huruf belakang di namamu sendiri!!" Kesal Legolas.
Legolas duduk di atas kasur yang tanpa ranjang tempat tidur. Pemuda itu melihat pada Lucia yang sedang duduk di lantai yang dialaskan karpet tipis di jarak tiga meter darinya. Lucia hanya berdiam diri duduk mematung di sana setelah Legolas meminjamkannya pakaian.
"Ini sudah malam, aku sangat mengantuk dan akan tidur. Kenapa kau tidak merebahkan tubuhmu dan tidur?" Ujar Legolas.
"Iblis tidak tidur." jawab Lucia. "Satu-satunya hal baik dari iblis adalah kami tidak pernah beristirahat."
Legolas tertawa mendengar jawaban Lucia yang menurutnya hal itu benar.
"Ya sudah, aku akan tidur sekarang." Ucap Legolas sembari merebahkan badannya.
Pemuda itu langsung menutup matanya dan mencoba untuk tidur karena rasa mengantuk sudah sejak tadi ia rasakan. Tanpa membutuhkan waktu lama, Legolas mulai terlelap. Hingga tiba-tiba ia merasakan hawa panas yang ada di hadapan tubuhnya yang berbaring miring ke kanan.
Ia membuka matanya dan terhentak ketika melihat wajah Lucia tepat di hadapannya. Legolas langsung beranjak duduk untuk menghindarinya.
"Apa yang kau lakukan?" Seru Legolas dengan heran. "Kenapa kau berbaring di hadapanku?"
"Biarkan aku berbaring di dekatmu, dunia manusia sangat dingin, itu membuatku menjadi sedikit takut." Jawab Lucia sambil beranjak duduk.
"Seorang iblis merasa takut?" Tanya Legolas.
Lucia mengangguk. "Semua hal yang dirasakan manusia iblis merasakannya kecuali cinta." Ucap Lucia. "Biarkan aku berada di dekatmu. Aku tidak akan menyentuhmu agar kau tidak terbakar. Aku bosan karena tidak ada hal yang bisa aku lakukan di dunia manusia. Ketika di neraka aku selalu menonton TV."
"Menonton TV?" tanya Legolas bingung.
"Maksudku layar besar yang menampilkan semua manusia yang akan menjadi tergetku untuk membuat manusia melakukan dosa." Jawab Lucia. "Kau tidak punya televisi?"
Legolas membuang napasnya sambil mengambil handphone-nya. "Kau bilang kau ingin merasakan cinta kan? Kalau begitu kau harus mempelajarinya dari menonton film drama."
Legolas mengutak-atik handphone-nya setelah itu menyodorkannya pada Lucia. "Ambilah tonton semua film drama percintaan di situ."
Lucia menerimanya dan langsung menonton film yang ditayangkan di handphone Legolas.
"Kau boleh berbaring tapi jangan terlalu dekat!! Berbaringlah di lantai jangan di kasur juga!!"
Lucia menurut dan langsung mundur dengan tatapan masih mengarah pada layar handphone yang menayangkan drama percintaan.
Legolas bernafas lega, ia segera kembali tidur hingga pagi menjelang.
"Aku mencintaimu, aku mencintaimu, aku mencintaimu." Ucap Lucia mengikuti percakapan yang ada di layar handphone drama yang ia tonton.
Lucia tidur berbaring di dekat Legolas yang tidur di atas kasurnya. Dia fokus menonton dan sesekali mengikuti dialog mengenai cinta yang diucapkan oleh pemain di film tersebut.
Tiba-tiba Legolas berguling hingga turun dari kasur dan mendekat pada Lucia. Tangan kirinya mendarat pada salah satu tonjolan di dada gadis iblis itu. Lucia tidak bereaksi karena baru saja ia juga menonton adegan seperti itu di drama yang sedang berlangsung.
"Aku mencintaimu." Bisik Lucia.
"Aku juga mencintaimu." Jawab Legolas yang masih tertidur dengan tangan yang meremas dada Lucia.
Legolas mulai membuka matanya namun belum tersadar sepenuhnya. Sekali lagi ia menggerakan genggamannya meremas.
"Aku mencintaimu." Bisik Lucia sekali lagi.
Akhirnya kesadaran pemuda itu utuh sepenuhnya. Ia terbelalak melihat tangannya berada di salah satu dada Lucia. Legolas langsung beranjak bangun dan mundur, menghindar dari gadis yang terlihat biasa saja pada apa yang dilakukannya.
"Kau sudah bangun?" Tatap datar Lucia pada Legolas yang masih tampak terkejut. "Aku mencintaimu."
"Sialan, tanpa sadar aku jadi berbuat dosa." Gumam Legolas sambil mengusap-usap wajahnya.
Tiba-tiba ia berpikir apakah yang barusan ia lakukan termasuk dalam dosa atau tidak? Karena dia melakukannya tanpa sadar dan pada gadis yang adalah seorang iblis.
"Aku sudah mengunci catatan dosamu, jadi tidak akan ada iblis yang mencatat dosamu lagi." Lucia mendengar gumaman Legolas tadi.
"Be—benarkah?" Selidik Legolas. "Apa itu artinya aku bebas melakukan apapun tanpa takut berbuat dosa?"
"Ya, itu benar." Jawab Lucia. "Aku mencintaimu." tiba-tiba Lucia mendekati Legolas dan menatap wajahnya dekat.
Legolas hanya mengedipkan matanya beberapa kali pada Lucia karena bingung apa yang hendak dilakukan gadis itu.
"Apa yang kau rasakan saat aku bilang aku mencintaimu?" Tanya Lucia penasaran. "Apa aku harus menciummu setelah mengatakannya? Semua orang di dalam film ini seperti itu."
"Tidak, aku tidak merasakan apapun, karena aku tidak mencintaimu." Jawab Legolas.
"Kalau begitu kau yang katakan padaku."
Legolas terdiam sesaat karena permintaan gadis itu menurutnya sangat aneh. Namun demi membayar uang sewa rumah yang sudah menunggak dua bulan ia sudah setuju untuk membantu gadis iblis itu untuk merasakan cinta.
"Aku mencintaimu." Ucap Legolas.
"Tidak ada perubahan pada diriku." Lucia memutar bola matanya mencoba merasakan apa yang ia rasa saat ini setelah mendengar kalimat cinta tersebut.
"Jelas tidak ada." Seru Legolas. "Rasa cinta itu tumbuh karena sesuatu hal yang memupuknya, seperti kedekatan, rasa ingin memiliki atau rasa takut kehilangan. Itu bukan sulap, harus ada prosesnya."
"Kalau begitu aku akan selalu bersama denganmu." Jawab Lucia tanpa berpikir.
"Apa?" Legolas terkejut. "Kau ingin merasakan cinta kan? Bukan ingin mencintaiku?"
"Memang apa bedanya?"
Legolas beranjak bangun dan membuka lemari pakaiannya. Ia mengambil sebuah boneka beruang kecil dan diberikannya pada Lucia.
"Kau harus bersama dengannya agar kau benar-benar mencintai boneka itu." Ujar Legolas.
"Apa bisa aku merasakan cinta pada boneka ini?" Tanya Lucia.
Legolas mengangguk.
Lucia menatap boneka tersebut dengan serius. "Aku mencintaimu boneka, aku mencintaimu." Lucia melempar-lempar boneka tersebut.
Legolas membuang napasnya. Ia berpikir kenapa hidupnya harus terjebak dengan seorang gadis iblis yang aneh. Namun ia teringat pada perkataan Lucia tadi mengenai dirinya yang bebas melakukan apapun tanpa harus memikirkan dosa. Setidaknya ada hal baik yang didatangkan gadis iblis itu untuknya.
"Cia, lalu bagaimana caramu membantuku untuk membayar uang sewa rumah?" Tanya Legolas menoleh pada Lucia yang masih melempar-lempar boneka beruang dengan terus mengucapkan kalimat aku mencintaimu.
"Aku sudah bilang aku sudah mengunci catatan dosamu, jadi kau bisa mencuri uang untuk membayarnya." Jawab Lucia masih melempar boneka sangat tinggi.
"Apa? Kau menyuruh aku mencuri?" Legolas terkejut mendengar jawaban Lucia.
"Memang ada apa? Itu cara tercepat mendapatkan banyak uang."
"AKU TIDAK AKAN MENCURI WALAU AKU TIDAK BERDOSA SAAT MELAKUKANNYA!!" teriak kesal Legolas.
Perkataan kesal Legolas membuat Lucia menoleh padanya.
Bruk!
Boneka beruang yang sedang dilempar-lemparkan gadis iblis itu ke atas jatuh menimpa kepala Lucia.
Lucia merasa kesal pada boneka tersebut dengan cepat ia langsung melempar sekali lagi boneka itu ke atas dan dengan tangannya ia membuat bola api yang mengarah pada boneka tersebut.
Legolas terkejut saat melihat boneka itu terbakar dan langsung menjadi abu. Ia menatap Lucia dengan takut pada gadis tersebut.
"Ternyata aku tidak mencintaimu, boneka." Ucap Lucia dengan nada dan ekspresi yang datar.
Pemuda bernama Legolas terlihat syok melihat apa yang dilakukan gadis yang ada di dekatnya saat ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!