NovelToon NovelToon

Jodoh Pengganti CEO Galak

BAB 1 CEO Galak vs Sekretaris Cantik

Siapa bilang pekerjaan menjadi seorang sekretaris adalah pekerjaan paling enak dengan gaji besar. Banyak hal yang harus diurus dan dikerjakan setiap harinya bahkan tak menuntut kemungkinan harus on time setiap saat. Penampilan seorang sekretaris juga harus perfect dan sempurna di mata semua orang karena salah satu tugasnya adalah menerima tamu CEO dari berbagai macam kalangan dan golongan. Mengatur agenda rapat atau pertemuan bisnis. Mengurus perjalanan bisnis, melaksanakan kegiatan administratif, mulai dari mengetik berbagai jenis surat, mengarsipkan surat, data dan dokumen lainnya serta masih banyak tugas-tugas lainnya yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

Meski berat, hal itu Aira lakukan demi bisa melunasi hutang-hutang almarhum kedua orangtuanya yang sudah tiada dan meninggalkan hutang dengan jumlah lumayan fantastis. Aira memilih menjadi seorang sekretaris dari sebuah perusahaan teknik terbesar di negara ini. Pekerjaan itu sangat sulit dan berat dirasa oleh Aira. Sebab, ia dituntut untuk menjadi sekretaris paling perfect dikantornya dan tidak boleh melakukan kesalahan sedikitpun. Apalagi, ia memiliki pimpinan CEO yang terkenal galak dengan julukan kulkas 10 pintu. Setiap hari, CEO itu kerjaannya marah-marah terus pada Aira dan harus melaksanakan tugas dengan sempurna.

Seperti pagi ini, baru juga sang CEO datang, dia sudah melempar berkas tepat dihadapan Aira dengan gaya khas arogannya.

Brak!

Sebuah berkas berukuran tebal di lempar CEO bernama Bimashena tepat di atas meja setelah Aira menghadap CEO tampan tapi super duper galak itu. Tentu saja Aira terkejut, tapi hal seperti ini sudah biasa ia alami bahkan hampir setiap hari.

“Apa ini?” bentak Bima dengan ekspresi marah.

“Kertas Pak,” jawab Aira dengan tenang. Kalau dulu, mungkin ia sudah gemetar ketakutan, tapi sekarang tidak lagi. Galaknya Bima sudah membuat Aira kebal dan menjadi wanita yang tegar dan kuat dalam menghadapi segala hal.

“Aku tahu ini kertas? Tapi apa maksudnya ini? Semua isinya salah kaprah! Kau sudah bosan hidup, ha? Sebenarnya, kau bisa kerja nggak sih, Ai? Kenapa berkasnya bisa salah?” Semua berkas-berkas yang ada di tangan Bima seketika dilempar ke wajah aira dan menjadi berserakan di mana-mana.

Gadis cantik bernama Aira itu hanya diam menunduk tanpa berani menatap mata Bima. Bos galaknya kalau sudah marah lebih menyeramkan daripada dedemit terseram yang ada di muka bumi ini. Aira sendiri sedang berpikir, pasti ada yang menukar berkasnya karena terakhir ia sudah mengecek dengan sangat teliti bahwa semua berkas sudah disiapkan dengan baik sesuai keinginan Bima.

Siapa yang menukar berkas-berkas ini? Batin Aira.

“Aku nggak mau tahu! Perbaiki berkas itu sekarang juga dalam kurun waktu kurang dari satu jam karena sebentar lagi, kita ada rapat. Perusahaan ini harus menang tender bagaimanapun caranya. Sebab jika tidak, maka … bersiaplah kudepak dari perusahaan ini!” tandas Bima sambil menatap tajam wajah Aira yang menunduk lesu tanpa mau menatap atasannya.

“Baik, Pak. Akan segera saya kerjakan,” ujar Aira pasrah meski dalam hati ia tak terima, pekerjaannya telah dikacaukan orang yang tidak Aira ketahui.

Gadis itu langsung mengambil berkas yang tadi terlempar untuk segera diperbaiki. Setelah diperiksa, berkas-berkas yang sudah dikerjakan Aira, rupanya tidak sama seperti sebelumnya. Dugaannya benar, memang ada yang menukar berkas Aira dengan berkas lain. Pantas saja Bima marah-marah. Yang menjadi pertanyaan, siapakah orang yang tega melakukan semua ini pada Aira. Ingin rasanya mencurigai rekan kerja gadis itu sendiri tapi Aira tak ingin memancing keributan sebelum menemukan bukti.

Hal utama yang harus Aira lakukan adalah menyelesaikan pekerjaannya. Ia mengecek komputer di meja kerjanya dan semua file pentingnya hilang. Untung file-file tersebut Aira kopi di flashdisk sehingga ia hanya tinggal mencetak ulang saja. Selanjutnya, ia tinggal menyerahkan ke Bima untuk diperiksa tanpa memberitahu apa yang terjadi sebenarnya.

Diam-diam, gadis itu pergi ke ruang CCTV dan memeriksa siapakah orang yang terakhir datang ke meja kerjanya. Betapa terkejutnya Aira ketika tahu bahwa Sofi, yang tak lain dan tak bukan, teman dekat Aira sendiri menghampiri meja kerja Aira dan menukar filenya. Dari rekaman CCTV tersebut juga tampak sekali kalau Sofi mengotak-atik komputer Aira lalu pergi begitu saja.

Sekretaris itu benar-benar shock, bingung, terkejut dan juga tak bisa memercayai bahwa orang yang ia anggap seperti saudara sendiri, ternyata punya niat buruk pada Aira.

Tok tok tok!

Terdengar seseorang mengetuk pintu ruangan CCTV dan itu adalah pengawal Bima. “Nona Aira, Tuan muda mencari anda,” ujarnya.

“Iya, saya mengerti. Baru saja saya akan menemui beliau.” Aira berusaha keras mengatur napas untuk mengendalikan emosinya dan bersikap seolah tak terjadi apa-apa. Ternyata, orang yang dekat dengan kita bisa jadi musuh paling berbahaya.

Sang CEO galak alias Bima, sedang marah-marah pada bawahannya yang lain. Nyanyian tak teratur itu semakin menjadi-jadi kala lokasi rapatnya yang harusnya ada di dekat perusahaan Bima berada sekarang, mendadak berpindah ke tempat lain sehingga waktu satu jam tak cukup bagi Bima untuk datang tepat waktu sambil membawa berkas yang ia gunakan buat dipresentasikan.

Pemandangan ini, bukan hal tabu lagi bagi Aira. Hanya saja, semua tatapan mata para karyawan yang kena semprot Bima menatap benci Aira entah karena alasan apa.

“Sial!” teriak Bima sambil memporak-porandakan meja kerjanya sendiri. “Mereka mengubah lokasi rapat tanpa sepengetahuanku! Huh, mereka semua cari gara-gara denganku! Jika aku tak bisa datang tepat waktu … maka yang lainnya juga tak boleh tiba lebih dulu sebelum aku sampai di sana,” geram Bima sambil mereemas-reemas bulpoinnya hingga patah. “Kalian semua lakukan apa yang seharusnya kalian lakukan untuk mencegah para pesaingku datang ke lokasi rapat! Sekarang juga!” perintah Bima pada seluruh anak buahnya.

“Baik Tuan muda,” seru para pengawal kepercayaan Bima kompak.

Tanpa membuang waktu, mereka semua bergegas keluar melaksanakan tugas yang baru saja diberikan Bima. Yaitu memblokade jalan musuh-musuh Bima agar tidak datang tepat waktu ke lokasi rapat entah bagaimanapun caranya. Bima memang bukan sembarang CEO. Dia adalah putra kedua dari gangster ternama di negara ini. Tak heran bila ia sedikit suka menggunakan kekerasan ala gangster bila berhadapan dengan musuh yang mencoba bermain api dengannya.

“Ai, apa sudah selesai?” bentak Bima dengan kesal.

“Sudah Tuan, saya juga sudah mengkonfirmasi bahwa Mr. Bandola sudah tiba di lokasi dengan menggunakan Helikopter. Anda bisa menggunakan cara sama seperti yang beliau lakukan. Dalam waktu 30 menit, sudah dipastikan Andalah yang sampai lebih dulu di lokasi ketimbang para pesaing Anda.” Aira membuka tablet dan mengecek semua data yang dibutuhkan.

“Kapan Helikopternya tiba?” tanya Bima masih dengan nada marah.

“Sekarang, Anda bisa melihatnya dari sini, bahkan suaranya terdengar jelas,” terang Aira dan mata semua orang langsung memandang ke arah jendela.

Dan benar saja, sebuah helikopter datang dan mendarat tepat di atas gedung perusahaan Bima. Awalnya sih semua terkejut karena alat transportasi udara itu datang disaat yang tepat tanpa menunggu waktu lama. Bima dan Aira bergegas keluar ruangan dan masuk ke dalam lift menuju lantai paling atas tempat di mana helikopter milik keluarga Bima mendarat.

“Kenapa kau tidak bilang padaku sejak awal kalau lokasi rapatnya diubah?” tanya Bima sedikit menyalahkan Aira. Kalau saja sekretarisnya itu tidak bertindak cepat dengan mendatangkan helikopternya kemari, mungkin CEO galak itu bakal marah besar.

“Saya juga baru tahu Pak, tapi saya memang sudah menyiapkan helikopter tersebut sejak awal untuk berjaga-jaga kalau hal seperti ini bakal terjadi. Saya memang bermaksud mengajak Anda ke lokasi tujuan dengan menggunakan helikopter.” Aira menjelaskan dengan senang.

Untung ia punya teman bernama Tomi yang bekerja dibagian teknisi. Jadi ia bisa tahu kalau ada orang dalam, sengaja menyabotase bagian informasi sehingga Bima telat menerima kabar tentang berubahnya jadwal rapat. Lebih tepatnya, sengaja membuat Aira telat memberikan kabar kepada Bima terlepas dari tugasnya sebagai sekretaris.

“Kerjamu Bagus, Ai. Kau berkembang sangat pesat dibandingkan sebelumnya. Tapi tetap saja, kau harus terus belajar banyak bahasa.” Ini pertama kalinya Bima memuji kinerja Aira meski sebelumnya CEO galak itu sempat marah-marah padanya.

Aira membuka pesan dari Tomi yang mengungkap siapakah dalang dibalik kekacauan yang dilakukan oleh temannya sendiri untuk menghancurkan posisi Aira sebagai sekretaris. Gadis itu cuma menghela napas di sisi Bima tanpa kentara sambil memikirkan langkah apa yang akan ia ambil selanjutnya. Tak menuntut kemungkinan, pengkhianat teman ini bakal menusuk Aira dari belakang lagi karena tujuan mereka sangat jelas. Yaitu merebut posisi Aira sebagai sekretaris Bima.

Satunya Bos galak, satunya lagi teman makan teman, sepertinya … hidupku akan sangat lebih sulit dari sekarang, batin Aira.

BERSAMBUNG

***

BAB 2 Aira, Sekretaris Multitalenta

Bima dan Aira pergi menuju lokasi rapat menggunakan helikopter pribadinya guna membicarakan masalah pekerjaan dengan para CEO lainnya yang ia anggap berpengaruh dalam kemenangan perusahaan Bima. Sebagai CEO termuda pewaris perusahaan ayah dan kakek Bima. Banyak sekali orang yang memang berusaha keras menjatuhkan Bima dengan segala macam cara, salah satunya adalah menggagalkan perusahaan Bima untuk tidak memenangkan tender kali ini.

Jika sampai proyek Bima gagal, maka sudah dapat dipastikan jabatan CEO akan jatuh ke tangan petinggi perusahaan lain. Sayangnya, Bima bukanlah bocah ingusan seperti yang terlihat meski memang usianya terbilang masih belia, ia mewarisi sifat ayah dan kakeknya yang berdarah mafia sehingga bisa mengatasi musuh model apapun dengan mudah.

Musuh-musuh Bima ternyata bukanlah musuh kaleng-kaleng yang bisa ditakhlukkan begitu saja. Meski CEO dengan julukan kulkas 10 pintu itu telah memerintahkan anak buahnya memblokir jalan, rupanya mereka masih bisa sampai ke pulau meskipun Bima telah datang lebih dulu. Upaya saling serang dan tuduhpun terjadi. Mereka semua sempat adu mulut sampai salah satu anak buah pimpinan perusahaan terbesar yang mengadakan proyek di wilayah ini datang untuk menengahi. Sebab, hampir saja terjadi tembak menembak di sini.

“Mohon tenang saudara-saudara, acara rapat kali ini akan segera dimulai. Jangan ribut sendiri dan berkelahi di tempat ini. Jika tidak, kalian akan tanggung sendiri akibatnya. Mohon serahkan berkas dari perusahaan kalian agar kami bisa menilai perusahaan manakah yang akan memenangkan tender kali ini mengingat proyek yang kita kembangkan sangatlah besar dan berharga fantastis.” Pemuda berkacamata bernama Mario Bandola itu mulai menyebar seluruh anak buah ala mafianya untuk memantau setiap CEO agar tak lagi membuat kericuhan selama proses rapat berlangsung.

Hanya Bima, tampak tidak sibuk karena dia memang sedang menunggu sekretarisnya datang kemari membawa file yang dia inginkan. Sayangnya, yang ditunggu-tunggu tak kunjung datang juga. Sebelum masuk ke dalam ruangan, Aira minta izin ke toilet karena ia kebetulan sedang kedatangan tamu tak diundang alias datang bulan. Mau tidak mau, ia harus lebih sering ke toilet.

Ternyata, saat Aira masuk ke dalam toilet wanita, ada yang memukul tengkuk kepalanya dari belakang sehingga gadis itu tak sadarkan diri. Orang-orang jahat tak dikenal yang pastinya suruhan musuh-musuh Bima membawanya ke sebuah pulau kecil, jauh dari lokasi Bima berada sebelumnya tanpa ada yang tahu.

Syukurlah tas ransel Aira yang berisi berkas-berkas penting tidak diambil oleh penculik sehingga begitu Aira sadar, ia sedikit lega karena berkasnya tidak hilang. Hanya saja, ia perlu cari cara agar bisa kembali secepatnya ke tempat bosnya. Jika tidak, Aira tak dapat membayangkan bagaimana meledaknya amarah Bima kalau CEO galaknya kalap mengetahui ia tak datang tepat waktu. Bom nuklir saja kalah dahsyat dengan amukan seorang Bima.

Kejadian penculikan Aira yang tak terduga, begitu mendadak dan hal ini sering terjadi pada sekretaris Bima. Berkali-kali gadis itu diculik tapi anehnya berkali-kali pula Aira bisa meloloskan diri dengan bakat dan kemampuan yang gadis cantik itu miliki.

Bertahun-tahun menjadi sekretaris Bima, membuat Aira belajar cara bertahan hidup untuk menyelesaikan semua masalah disaat ia mengalami kesulitan tanpa perlu bantuan orang lain. Sebab itulah Aira menjadi sekretaris multitalenta yang tahan akan segala macam cobaan dan rintangan termasuk nyanyian tak teratur dari CEO nya sendiri.

“Hadeuh, diculik lagi diculik lagi, kemaren disekap di gudang tua, kemaren kemarennya lagi dimasukkan ke lubang sumur. Sebelumnya bahkan dijatuhkan ke jurang, eh sekarang dibuang ke pulau kecil. Nasib ... nasib,” gumam Aira mengingat-ingat kembali banyaknya penculikan yang harus ia alami gara-gara menjadi sekretaris Bima.

Diancam, disiksa, bahkan hampir dirudapaksa, pernah dialami Aira, tapi gadis itu bisa menyelamatkan dan melindungi diri dengan baik tanpa bantuan siapapun. Gadis cantik itu benar-benar tumbuh menjadi gadis yang tangguh melebihi aparatur negara.

Gaji besar, tapi nyawa taruhannya. Para tentara saja kalah gila dengan pertahanan Aira yang masih betah menjadi sekretaris Bima hingga sekarang. Dan yang membuat gadis cantik itu tetap kuat adalah ia ingin melunasi semua hutang-hutang almarhum kedua orangtuanya supaya tidak menjadi beban hidup Aira di masa depan.

“Dua kali gajian lagi, semua hutang-hutang ayah dan ibu akan lunas. Setelah ini, kau tak perlu hidup seperti ini, Ai. Jadilah dirimu sendiri setelah ini selesai dan tinggalkan semuanya. Haaah … aku sudah tidak sabar menunggu hari itu. Hari di mana aku bakal lepas dan bebas dari CEO galak itu,” ujar Aira menyemangati dirinya sendiri dan mulai cari cara untuk bisa sampai ke pulau seberang tempat Bima menunggunya sekarang.

***

Sementara di pulau besar, tampak semua orang sedang sibuk untuk memulai acara rapatnya. Hanya Bima saja yang sejak tadi diam di depan jendela sambil memandangi pulau kecil yang letaknya kurang lebih 2 km dari pulau ini. Ada sesuatu hal yang menarik perhatian Bima tapi tidak jelas apa itu.

“Tuan muda Bima, di mana berkas Anda?” tanya Mario pada Bima yang sejak tadi gelisah menunggu Aira. Ia sudah memerintahkan anak buahnya untuk mencari sekretaris cantik itu dan hasilnya nihil. Aira hilang begitu saja.

Bima langsung sadar kalau ada yang tidak beres di sini. Sesuatu hal buruk pasti sudah menimpa Aira. Bukannya menjawab pertanyaan sang tuan rumah, wajah Bima malah terpaku saat melihat ke tengah lautan. Bahkan ia hampir saja tidak percaya ketika memastikan apa yang ia lihat sekarang.

“Tidak mungkin,” ujar Bima takjub dan semua netra langsung melihat ke arah mata Bima memandang. Sama halnya dengan Bima, orang-orang yang ada di ruangan ini sangat takjub dengan pemandangan luar biasa dihadapan mereka.

Di tengah lautan sana, ada seorang gadis cantik berpakaian rapi ala seorang sekretaris sedang berselancar sambil membawa berkas dan laptopnya. Gadis itu berselancar hanya menggunakan kemeja putih dan rok mini hitam. Sementara kedua tangannya mententeng Laptop dan berkas-berkas perusahaan dalam kresek agar terlindung dari air laut. Gadis luar biasa itu berselancar dengan lihainya meskipun ia memakai pakaian kerja, bukan pakaian peselancar seperti pada umumnya. Gadis itu, siapa lagi kalau bukan Aira. Sekretaris cantik Bima.

Entah bagaimana caranya, Aira bisa berselancar sampai ke tepi pantai sambil membawa laptop dan berkas-berkas penting seperti itu. Rupanya, Aira menggunakan keahliannya berselancar supaya bisa menyeberang dari pulau tempat ia terdampar menuju pulau ini. Tak ada yang berkedip ketika Aira mendarat dengan santai di pinggir pantai dan langsung berlari tanpa menggunakan alas kaki.

Begitu sang sekretaris kece badai itu tiba di depan kantor, Aira langsung melempar papan selancarnya ke sembarang arah dan berlari cepat menuju tempat Bima lalu menyerahkan berkas beserta laptopnya pada atasannya. Ia tidak peduli pada tatapan mata semua orang yang sedang menatapnya dengan takjub atas aksi memukau yang barusan Aira perlihatkan.

“Maaf saya sedikit terlambat Tuan. Saya terkendala sesuatu hal sehingga baru sampai kemari,” ujar Aira sengaja tak memberitahu kejadian sebenarnya untuk menampar musuh-musuh Bima yang wajahnya langsung berubah merah merona. Bukan karena malu, melainkan karena marah besar melihat usaha mereka merusak reputasi Bima telah gagal total dengan hadirnya Aira di sisi Bima.

Bima melongo, refleks ia menanggalkan jasnya dan menutupi tubuh Aira yang basah kuyup karena kemeja Aira jadi transparan terkena air. Bima akui, aksi sekretarisnya benar-benar diluar dugaan. Namun, sang CEO langsung cepat menguasai diri.

“Pergilah dan keringkan dirimu, jangan sampai sakit,” perintah Bima sambil memeriksa semua berkas-berkasnya dengan sikapnya yang dingin.

Aira tertegun, ini pertama kali sepanjang ia bekerja dengan Bima, ia mendapat perlakuan baik dari bosnya. Biasanya selalu kena omel terus.

Apa aku mimpi? Si kulkas 10 pintu tumben baik banget, mungkin ia ketempelan setan baik di pulau ini makanya jadi sweet begitu, batin Aira.

"Tunggu apa lagi? Cepat pergi dan keringkan dulu bajumu. Jangan tebar pesona di ruangan ini!" sengal Bima mulai galak lagi.

"Baik Tuan, permisi." Aira pamit undur diri diikuti salah satu pengawal Bima atas perintah bos galak itu pastinya.

Ternyata tidak berubah, dasar kulkas 10 pintu! batin Aira lagi.

Untung berkas yang di bawa Aira dimasukkan ke dalam keresek sehingga tidak basah. CEO galak nan tampan itupun tak bisa bilang apa-apa lagi dan menyerahkan semua berkas yang diberikan Aira ke pada Mario untuk diperiksa. Namun, matanya tak bisa kedip melihat betapa gigihnya sekretaris yang setiap hari ia marahi untuk bisa sampai di pulau ini hanya dengan berselancar. Sungguh tindakan yang nekat dan bahkan terbilang gila untuk sekelas sekretaris seperti Aira. Dan berkat kegigihan itu, Bima memenangkan tender dimana proyek besar berharga fantastis, jatuh ke tangan Bima.

"Selidiki apa yang terjadi pada Aira secara diam-diam, jangan sampai ada yang tahu," perintah Bima pada salah satu pengawalnya ketika ia pulang kerja.

"Siap, laksanakan Pak!" seru pengawal Bima dengan sikap tegap.

BERSAMBUNG

***

BAB 3 Perjodohan

Perusahaan Bima telah berhasil memenangkan tender, meski harus diwarnai dengan kecurangan yang dilakukan oleh musuh-musuh Bima untuk menjatuhkan dirinya. Berkat kegigihan Aira juga, Bima jadi semakin kuat dan tak terkalahkan.

Mendengar laporan pengawalnya tentang apa yang menimpa sekretaris cantiknya selama mereka ada di pulau, Bima jadi marah besar dan hampir lepas kendali kalau saja sang pengawal setia tidak segera menenangkannya. Menghadapi musuh tidak harus dengan emosi. Ada banyak cara yang bisa dilakukan Bima untuk membuat musuhnya ketakutan hingga tak berani lagi cari gara-gara dengannya atau orang yang berhubungan dengannya.

"Nona Aira sudah bukan lagi wanita cengeng seperti beberapa tahun silam Tuan muda. Dia tumbuh pesat menjadi wanita tangguh yang tak mudah ditindas oleh siapapun. Anda tak perlu mengkhawatirkannya karena nona Aira bisa menjaga dirinya sendiri dengan baik." pengawal Bima menerangkan perkembangan kualitas dan kuantitas sekretarisnya.

"Siapa juga yang mengkhawatirkannya, aku hanya tak ingin punya anak buah lemah!" cetus Bima mulai galak. Ia berdiri di depan jendela apartemennya sambil membawa segelas anggur merah kiriman kakeknya dari Jerman.

"Oh ya ... ada pesan dari tuan ayah anda untuk segera melakukan kencan buta. Jika tidak, beliau akan menurunkan jabatan Anda dan menyita semua fasilitas mewah yang Anda punya. Ini adalah kesepakatan yang sudah Anda buat dengan Tuan besar Leopard ..."

"Aku tahu ... kau atur saja pertemuannya ..." sela Bima cepat dan tampak malas menanggapi ocehan pengawalnya.

"Apa Anda ... tidak melihat dulu foto dan data-data identitas wanita yang akan dijodohkan dengan Anda?" tanya pengawal itu.

"Tidak perlu, pergilah ... aku lelah," usir Bima jutek.

Tak ada yang bisa membantah ucapan Bima kalau ia sudah bicara seperti itu. Akhirnya, si pengawal pamit undur diri dan membiarkan Bima sendiri.

***

Keesokan harinya saat Aira hendak berangkat bekerja seperti biasa, Anita yang merupakan sahabat dekat Aira tiba-tiba saja datang dengan kondisi berantakan seolah hidup enggan matipun tak mau. Gadis itu seperti orang terkena stress akut. Pagi-pagi buta datang ke rumah orang dan malah duduk berselonjor di depan rumah Aira seenak jidatnya. Anita tidak mau pergi kalau Aira tidak mendengarkan dulu curhatannya. Padahal jelas-jelas gadis itu tahu kalau Aira sudah hampir telat bekerja.

“Kamu ini kenapa sih, Ta? Datang nggak diundang, pulang nggak diantar, udah kayak jelangkung aja! Ketempelan demit di mana sih, kamu?” tanya Aira yang kaget melihat kondisi aneh sahabatnya. Mana ia sangat buru-buru sekali hari ini. Jika terlambat semenit saja, bos galaknya bisa meledak-ledak.

“Huaaa … Aiii … tolongin aku dong, Ai … aku mau dijodohin ayahku sama anak dari seorang gangster paling terkenal di negara ini. Itu keluarga gengster kan paling ditakutin, Ai. Tapi mereka sudah milih aku jadi menantunya. Ini aneh loh, Ai … kan aku nggak pernah ketemu sama mereka semua, tapi kenapa mereka milih aku jadi menantu kedua dikeluarga gangster itu, Ai … huaaaa … aku nggak mau Ai, lebih baik mati daripada jadi menantu keluarga kayak gitu ….” Anita terus merengek-rengek dan meronta-ronta di depan Aira seperti anak kecil yang minta jajan pada ibunya. Ia bahkan tak peduli pada tatapan mata tajam tetangga Aira yang terus berlalu lalang melihat aneh tingkahnya.

“Halah, bilang aja kalau kau berat ninggalin Excel, pakai acara nggak mau jadi menantu keluarga gangster. Wkwkwkwk.” Bukannya menolong, Aira malah sengaja semakin memperburuk suasana hati Anita dengan meledeknya.

“Kok kamu gitu sih, Ai. Kamu udah nggak sayang aku lagi?” Anita mulai pasang wajah cemberut. “Mentang-mentang kamu sekarang udah jadi jagoan, kamu nggak inget siapa yang nyelametin kamu sewaktu di desa dulu saat kamu dikeroyok para preman kampung. Bahuku patah loh Ai, dan cedera hingga sekarang. Kalau dibuat nulis banyak nggak bisa,” rengek Anita sengaja mengenang masa lalu supaya Aira mau membalas budi atas perbuatan baiknya dengan menuruti permintaannya.

“Lah terus gimana? Kan kamu tahu sendiri keputusan ayahmu itu mutlak. Nggak bisa diganggu gugat. Aku cuma bisa ngasih saran kamu sabar aja menghadapi semua ini. Anggap aja cobaan hidup.”

Anita terdiam, yang dikatakan sahabatnya memang benar, Tapi gadis itu tidak mau meninggalkan kekasihnya yang bernama Excel hanya demi status sosial. Ia harus menemukan cara untuk memecahkan masalah ini dengan bantuan sahabat karibnya. Anita sungguh-sungguh tidak mau dijodohkan dan sudah cinta mati sama Excel. Seorang pemuda tampan yang sudah dipacarinya selama kurang lebih satu tahun.

“Ai, plisss … tolong gantiin aku buat kencan buta dengan tuan muda kedua dari keluarga gengster. Tolong Ai ….” Anita melipat kedua tangannya berharap sahabat dekatnya ini mau menuruti permintaannya dan membantunya.

“Enggak!” tolak Aira mentah-mentah. “Enak aja, kau yang dijodohin kenapa jadi aku yang kencan. Nggak! Aku nggak bisa! Kali ini aku nggak mau bantu kamu. Sorry Ta, mau kamu nangis gulung tikar di sini terserah, sudah cukup masalah yang kamu buat dan selalu saja aku yang menyelesaikannya. Kamu harus jadi cewek mandiri dan harus bisa mengatasi masalahmu sendiri. Kalau kamu nggak suka dengan perjodohan ini, tolak saja. Gampang, kan?” cerocos Aira panjang lebar dan sudah tak mau lagi mengalah pada sahabatnya yang selalu saja buat masalah.

Walau dalam hati, sebenarnya Aira tidak tega melihat raut sedih Anita. Aira hanya berharap sahabat masa kecilnya ini jadi lebih dewasa dan tidak terus bergantung padanya.

Sambil menutup hati dan telinga, tega nggak tega, Aira berjalan meninggalkan Anita sendirian di depan pintu rumahnya. Namun, baru juga beberapa langkah, sahabatnya itu berteriak kencang padanya.

“Kalau kamu nggak mau bantu aku Ai, lebih baik aku mati! Aku nggak main-main. Aku bakal mati sekarang juga! Lihat ini Ai, aku bisa memutus urat nadiku sendiri! Aku bakal jadi hantu gentayangan di rumah ini dan terus menghantui kamu karena kamu menolak bantu sahabatmu!” Anita bertindak nekat dan mengeluarkan pisau kecil dari dalam tasnya. Ia berharap dengan cara konyol ini Aira mau berubah pikiran untuk menolongnya kali ini.

Sontak Aira terperanjat dan bergegas merebut pisau tajam itu dari tangan Anita sebelum pisau tersebut sempat menyentuh pergelangan tangan sahabatnya. Untunglah tenaga Aira jauh lebih kuat sehingga ia bisa merebut benda tajam tersebut dan melemparnya jauh-jauh.

“Apa yang kau lakukan, ha? Apa kau sudah gila?” teriak Aira setelah berhasil menyelamatkan Anita dari ketidakwarasan otaknya. Masalah kerjaan di kantor sudah bikin Aira spaneng, sekarang ditambah masalah sahabatnya.

“Aku nggak punya pilihan lain Ai, ayah mengancamku akan mengirimku ke luar negeri jika aku tak menerima perjodohan ini sementara aku sudah menyerahkan segalanya untuk Excel. Satu-satunya pria yang aku cintai di dunai ini. Bukan karena ketampanannya Ai, tapi karena dialah orang yang memberiku warna dihidupku yang suram sejak ibuku meninggal. Dan kau tahu apa yang paling aku takutkan, Ai? Keluarga gengster itu pasti takkan terima jika mereka tahu kalau aku sudah … ehm … sudah tidak virgiin lagi. Kau pasti bisa menebak sendiri apa yang akan mereka lakukan pada keluargaku! Tolonglah aku Ai … jika kau bisa menyelamatkanku dari masalah ini, aku akan melakukan apapun yang kau inginkan.” Anita menangis tersedu-sedu dipelukan Aira dan mencurahkan seluruh isi hatinya.

Aira tertegun dan tak bisa berkata-kata. Ternyata, inilah alasan Anita tak mau dijodohkan dengan keluarga gengster ternama itu. Kekhawatiran sahabatnya ini memang sangat masuk akal. Mereka pasti mengira bahwa Anita adalah gadis polos yang tak tersentuh pria manapun tanpa ada yang tahu kalau tuan putri manja ini tak sepolos yang mereka lihat. Masalahnya jadi rumit sekarang. Aira juga tak akan membiarkan keluarga yang sudah menjaga dan memberikan banyak kebaikan pada Aira, hancur hanya karena perjodohan ini.

Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Batin Aira ikut menangis melihat sahabatnya menangis dipelukannya.

Aira sudah tak punya siapa-siapa lagi di dunia ini selain Anita dan keluarganya. Ini memang buah simalakama bagi Aira, tapi ia juga tak bisa diam saja kalau Anita bertindak nekat lagi seperti ini.

“Tenanglah, Ta … jangan menangis.” Akhirnya, Aira mencoba menenangkan Anita dan bersedia membantunya walau hatinya sungguh berat melakukan kebohongan ini. “Kapan kencan kalian? Aku akan menggantikanmu bertemu dengan tuan muda kedua itu dan membuat perjodohan kalian batal.” Aira memutuskan setuju dengan keinginan Anita. Sepertinya, ia juga sudah merencanakan sesuatu yang besar demi menyelamatkan sahabatnya.

BERSAMBUNG

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!